Pola Sebaran Polutan Dari Cerobong Asap: Abstrak

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

Tigor Nauli ISSN0216.

3128

POLA SEBARAN POLUTAN DARI CEROBONG ASAP


Tigor Nauli
Puslit Infonnatika -UPI, Jalan Cisitu, Sangkuriang, Bandung 40135
Tel. (022)2504711, Fax. (022)2504712, e-mail: tigor@lipi.go.id

ABSTRAK
Keadaankualitas udara di lingkunganindustri ditentukanoleh emisi partikel yang keluar dari cerobong-
cerobongasappabrik. Partikel-partikeltersebutakan menyebarmenjauhicerobongsearahangin danjatuh
mengotoriarea sekitamya.Luasjangkauan dan kadar cemaranpada area yang terkenapolusi sangatlah
bervariasi, bergantungpada laju buangan.dimensi cerobong.profit cuaca. dan topologi area tersebut.
Tersedianyainformasiawal tentang kemungkinantercemamyasuatudaerah didekat kawasanindustripada
waktu tertentuakan banyakmembantudalam antisipasi terhadapakibat. pengaturanlebih cennat proses
produksi terkait, dan tindak pengawasanoleh instansiberwenang.lnfonnasi semacamini dapat diperoleh
melalui suatu teknikprediksi. Salahsatu mode!yang dapat digunakanuntukmenggambarkanpolusi udara
yangberasal dari satu sumberpencemaradalah kurva distribusi Gauss.Diasumsikanbahwa kadar polutan
akan terdistribusi secaranonnal dalam arah ke sampingdan dalam ayahjatuhnya ke pennukaan tanah.
Kadar polutan tertinggi beradadi sekitar sumbusebarandan terus berkurangdenganbertambahnyajarak
dari sumber.Sebuahaplikasi komputertelah dibuat untuk membantumemvisualkanmodel sebaranpolutan
tersebut. Komputer merekam data klasifikasi kestabilan atmosfir, menghitung parameter-parameter
distribusi, dan menyimpansejumlahpersamaanmatematisterkait. Berdasarkanmasukanlaju emisi,tinggi
cerobong, kecepatanrata-rata angin, dan keadaanatmosfir. maka dapat diketahui kadar polutan pada
jarak-jarak tertentu dari sumberasal buangan. Dengan melakukansimulasi terhadapberbagai macam
variabel masukan,maka aplikasi komputerini akan menghasilkansejumlahprediksi polusi udara dalam
bentuk rota-rota sebaranpolutan. Pola-pola sebaran yang dihasilkan akan berbentuk kontur lonjong
dengan sejumlahseglnenyang mewakili selang tertentu dari kadar polutan pada suatu lokasi. Segmen
dipusat rota menggambarkankadar tertinggi, sedangkan segmen lebih luar dalaln arah kosentris
Inenunjukkankadar yang lebih rendah.Dari pola-pola sebarantersebutdapat dilihat letak dan daerahyang
terkenacemaranterbanyak,jarakjangkauan polusi terjauh pada keadaanangin tertentu,pergeseranposisi
celnaranterbesardengan terjadinyaperubahan cuaca,serra berkurangatau berlambahnyakadar polutan
di lokasi cemaranterbanyaksesuaidenganperbedaantinggi efektifemisi.

ABSTRACT
Air quality in industrial area depends on the liature of particles emitted from the plume. The particles are
transported by the atmosphere away from the SfJurce and deposits at surroundings. Coverage area and
pollutant concentration at contaminated areas will vary based on elnission rate, plulne stack, ,,'eather
profile, and terrain. Forecasting of an area contaminated by industrial waste could help many parties in
anticipating the effects, in improving the production process. and in imposing the policy by the authority.
Such information can be created by prediction techniques. One of the models for illustrating the air
pollution from a single point source is Gaussian dispersion curve. It assumed that pollutant concentration
will distributed nonnally in vertical and downwind direction. The highest concentration of pollutants would
be in centerline and lower values as the distance further away from the source. A computer application has
been developed to assist modeling the pollutant dispersion. The program collects the atmospheric stability
classification, computes dispersion coefficients, and maintains the corresponding mathematical equations.
When data of emission rate, plume stack, average wind speed, and atmospheric condition are available, then
the prograln will infonn the concentration of pollutants in any distance from the source. By varying in
inputs, the computer application produces numerous air pollution predictions as dispersion patterns. The
dispersion pattents form the elliptical contour with segments of pollutant concentrations. The central
segment represents the highest concentration and the outer segments in concentric manner illustrate the
lower concentration. The patterns exhibit the highest contaminated point, the longest distance in a specific
weather condition, the moving of the highest contaminated point as ".eather changing, and the variety of
pollutant concentration by the effective stack height.

tersebut tidaklah mudah ditetapkan, karena


PENDAHULUAN sejumlah informasi masih harus dikumpulkan untuk
D alam menentukan kualitas udara yang dapat dapat 'menggambarkan' keadaan sebenarnya yang
memenuhi standar tertentu diperlukan adanya terjadi dilingkungan sumber emisi. Informasi yang
suatu bakuan tentang emisi buangan yang keluar perlu diketahui antara lain adalah: bagaimana
dari cerobong asap pabrik. Namun kedua hal perilaku polutan setelah keluar dari cerobong,
-
Prosldlng Pertemuan dan Presentasilimiah Penelltlan Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nukllr
P3TM-BATAN Yogyakarta, 27 Junl 2002

313
314 ISSN 0216-3128 Tigor Nauli

bagaimana perkiraan kadar polutan di atmosfir, akan sarna harganya. Akan tetapi kadarnya akan
seberapa jauh polutan akan tersebar, daerah mana berkurang sesuai dengan bertambahnya jarak,
saja yang akan terkena polusi, dan berapa kadar karena turbulensi atmosfir cenderung menyebarkan
polutan di tempat yang tercemar. Kesemuanya ini material ke arab horizontal dan vertikal. Kadar rata-
tidaklah melulu bergantung pacta emisi buangan rata polutan pacta suatu titik akan berbanding
melainkan erat pula hubungannya dengan keadaan terbalik terhadap lebar sebaran dan kecepatan
atmosfir disekitarnya. angin.
Pengetahuan dini tentang perilaku polutan Dalam sistem koordinat tiga-dimensi seperti
yang keluar dari cerobong asap adalah penting yang ditunjukkan pacta Gambar 1, terdapat
untuk usaha antisipasi, preventif, dan regulasi cerobong pacta titik pusat, dengan jarak jatuhnya
terhadap akibat polusi udara. Saat ini, sejumlah asap dinyatakan oleh x, melebarnya asap
model numerik telah dikembangkan untuk dapat dinyatakan oleh y, dan tinggi semburan asap
membantu memperkirakan informasi yang dinyatakan oleh z.
dibutuhkan tersebut.
Disini akan dibicarakan penerapan dari
model distribusi Gauss untuk memprediksi perilaku
partikel yang keluar dari cerobong asap dalam
bentuk pola sebaran.

TINJAUAN PUSTAKA
Untuk mensimulasi aliran dan penyebaran
partikel di atmosfir maka telah dikembangkan
Y,-
beberapa model numerik untuk dispersi, yaitu:
model numerik statistik dan model numerik fisiko '""""-
Model numerik fisik hanya cocok diterapkan untuk
menjelaskan perilaku partikel pacta terowongan
angin (wind tunnel). Sedangkan model numerik Gambar 1. Sistem koordinat sebaran asap. yang
statistik lebih tepat digunakan untuk partikel yang memperlihatkan distribusi Gauss
tersebar di udara terbuka. dalam arah horizontal dan vertikal.
Diantara model numerik statistik ini, maka
model Gauss merupakan ekspresi yang paling Karena yang diperhatikan hanyalah persoalan
umum digunakan karena memiliki solusi analitik, cemaran (terhadap penduduk dan ekosistem) pacta
dibandingkan dengan model Euler atau model permukaan tanah, maka bentuk persamaan dispersi
Lagrange [Beychok, 2001]. Model Lagrange dapat asap daTi Gauss menjadi kurang urnurn dengan
menyatakan gerak partikel fluida dalam lintasan rnasuknya nilai z = O. sehingga:
rumit yang mengalami turbulensi, tetapi hanya
H2 2
dapat diterapkan pacta daerah yang dekat dengan Q
sumber emisi. Model Euler dapat digunakan untuk C(x,y)= ---~ .. .(exp~)(exp~) (I)
daerah pergerakan partikel yang lebih jauh 2crz 2cry
meskipun ekspresi matematisnya tidak dapat
diselesaikan secara analitik, sehingga solusi
numeriknya adalah sebuah grid (atau kotak-kotak dimana:
berdimensi sarna) yang mewakili daerah yang C(x. y)= kadar polutan di permukaan tanah pada
titik (x. y). I.1g/m3
ditinjau.
x = jarak jatuhnya polutan. m
y = jarak horizontal dari sumbu sebaran. m
Model Dispersi Gauss
Q = laju emisi polutan. g/det
Model dispersi Gauss dapat menyatakan H = tinggi efektif emisi ( H = h + Ah.
secara sederhana penyimpangan partikel di udara dimana h = tinggi cerobong. dan Ah = tinggi
terhadap waktu. Banyaknya polutan yang asapdari cerobong). m
dikeluarkan secara tetap dari cerobong asap (Q) U = kecepatan rata-rata angin pada ketinggian
akan terbawa angin dengan kecepatan u daiam arah
efektif emisi. m/det
horizontal (x) dengan kerapatan massa Q/u. Unluk
0")' = tetapan dispersi horizontal, m
polutan yang tidak bereaksi, massa polutan yang 0", = tetapan dispersi vertikal. m
terkandung dalam setiap volum dan setiap jarak

Prosldlng Pertemuan dan Presentasillmiah Penelltlan Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nukllr
P3TM-BATAN Yogyakarta, 27 Junl 2002

"
~
rigor Nauli
315
Penurunan rumus untuk
memperoleh pacta kestabilan atmosfir. Prosedur umum yang
persamaan I, tidaklah dibahas disini.
digunakan untuk memperkirakan tetapan dispersi,
O"ydan o"zmenyatakan deviasi standar daTi pertama kali dikemukakan oleh Pasquill (1961) dan
distribusi Gauss dalam arah horizontal dan vertikal. kemudian dimodifikasi oleh Gifford (1961).
Sebanyak 68 persen daerah di bawah kurva Gauss
berada pada selang ::t 0" daTi nilai rata-rata hitung. Tetapan dispersi horizontal dinyatakan
Semakin kecil nilai tetapan dispersi berarti semakin sebagai
sempit kurva Gauss yang terbentuk, dan puncaknya 0.894
0' =ax
menjadi semakin tinggi. Sedangkan hila nilai
(2:
tetapan dispersi semakin besar, rnaka terjadi sedangkan tetapan dispersi vertikal dinyatakan
kebalikannya. Ketika jarak asap semakin menjauhi sebagai:
sumber dalam arah angin, maka tetapan dispersinya 0' z = CXd + f
menjadi bertambah besar. lni mengakibatkan kurva (3)
Gauss menjadi kian melebar. dimana tetapan Q, C, d, danfbervariasi pada setiap
klasifikasi kestabilan atmosfir, seperti yang
diberikan pada Tabel 1. Jarak x dinyatakan dalam
TetapanDispersi
kilometer untuk menghasilkan O"ydan 0", dalam
Tetapan dispersi tersebut tidak saja meter.
merupakan fungsi dari jarak tetapi juga bergantung

daTi 2 m/det (yang terukur pacta elevasi 10 m),


Klasifikasi KestabilanAtmosfir membuat atmosfir menjadi 'sangat tidak stabil'
Perhitungan untuk menentukan tetapan dengan tingkat kestabilan A. Sedangkan yang
dispersi menyangkut 6 klasifikasi kestabilan sangat berlawanan dengan keadaan ini adalah
atmosfir yang didasari pacta deskripsi kualitatif klasifikasi F, yang menyatakan atmosfir 'stabil',
kondisi lingkungan. Misalnya, keadaan siang hari serta berkaitan dengan malam hari yang cerah (yang
yang cerah dengan kedudukan matahari lebih tinggi langitnya tertutupi awan kurang dari 3/8), dengan
dari 600 di atas horizon dan kecepatan angin kurang kecepatan angin permukaan kurang dari 3 m/det.

Tabel2. Klasifikasi KestabilanAtmosfir


Kecepatan angin Sian!! hari
permukaan - -
(m/det)a Sedang Lemah" Banyak Bersih
- (?4/8) (~ 3/8)
<2 A A-Bf B F
2-3 A-B B C
3-5 B B-C C 0
C C-D D 0
': ~I D

Prosldlng Pertemuan dan Presentasilimiah Penelltlan Oasar IImu Pengetahuan den Teknologl Nukllr
P3TM-BATAN Yogyakarta, 27 Junl 2002

~
316 ISSN 0216 -3128 Tigor Nauli

aKecepatan angin permukaan diukur pada 10m di maka diperlukan nilai p yang lebih besar. Tabel 4
alas permukaan tanah. berikut ini memuat nilai p untuk berbagai
bHari cerah di musim panas dengan kedudukan kestabilan atmosfir.
matahari lebih besar dari 600 di alas horizon.
cMusim panas dengan sedikit awan patah-patah, Tabel 3. Nilai Eksponenp dar i Profit Angin pada
atau hari cerah dengan kedudukan matahari 35 - Topologi Permukaan Datar dan Tidak
600 di alas horizon. Rata
Kestabilan Eksponen, p
dSore hari, atau mendung di musim panas, atau hari
Tidak Rata Datar
cerah dengan kedudukan matahari 15 -350 di atas
A 0.15 0.09
horizon.
B 0.15 0.09
eOerajpt awan didefinisikan sebagaibesarnya fraksi C 0.20 0.12
langit tertutupi awan. D 0.25 0.15
fKondisi A -B, B -C, atau C -0, merupakanrata- ,g 0.40 0.24
rata dari keduanya. F 0.60 0.36
Sumber: Peterson, 1978,

Keterangan: A = sangat tidak stabil, B = cukup


tidak stabil, C = sedikit tidak stabil, D = netral, E =
sedikit stabil, F = stabil. Bagaimanapun kecepatan BAHAN DAN METODA
angin, kelas D hams dipilih hila keadaan mendung, Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah
baik siang maupun malam. menyangkut tentang penerapan model distribusi
Gauss pada berbagai variasi parameter masukan,
KecepatanAngin presentasi sebaran polutan dalam bentuk grafik,
serta menentukan kadar polutan maksimum di area
Kecepatan angin umumnya menaik dengan
tertentu. Seluruh perhitungan dan penyusunan
ketinggian, sehingga perlu diperkirakan keadaan
angin pada elevasi yang lebih tinggi dari standar 10 grafik sebaran tersebut dikerjakan dengan bantuan
meter anemometer di stasiun cuaca. Ekspresi sebuah aplikasi komputer yang dikembangkan
berikut ini digunakan untuk mengkoreksi keceptan sendiri.
angin pada elevasi hingga beberapa ratus meter di
atas permukaan tanah:
PembuatanAplikasi
Aplikasi penghitung dan penyusun grafik
!!.!-= !:L (4) sebaran polutan dibuat dalam bentuk sebuah
U2 Z2
program kecil (yang disebut: Applet),
dimana. menggunakan bahasa pernrograman Java [Sun
"\."2 = kecepatan angin pacta elevasi lebih tinggi Microsystems, 2000], dan dapat dijalankan pada
dan lebih rendah sebuahbrowser Web yang standar.

ZI. Z2 = e!evasi yang !ebih tinggi dan yang !ebih Komputer merekam data klasifikasi
rendah kestabilan atmosfir berikut dengan tetapan-tetapan
yang berkaitan dengannya (yaitu Tabel 1),
p = parameter tanpa dimensi yang bervariasi
menyimpan persamaan-persamaanmatematis yang
dengan kestabilan atmosfir
menyatakan model sebaran yang dipilih (yaitu
persamaan 1 hingga 4), serta menentukan tetapan-
Terdapat faktor ketidakpastian dalam tetapan distribusi yang diperlukan.
memperkirakan nilai parameter p yang paling cocok
untuk suatu keadaan atmosfir. Semakin stabil Aplikasi ini terdiri dari dua bagian peraga,
atmosfir, semakin besar kecepatan angin seiring yaitu bagian masukan (yang ditempatkan disisi
dengan kenaikan elevasi, maka semakin besar pula kanan Window) dan bagian keluaran (yang
nilai p nya. Topologi permukaan juga ditempatkan disisi kiri Window). Bagian keluaran
mempengaruhi nilai p. Semakin kasar topologinya, terbagi lagi menjadi dua bidang yang bertumpukan,
semakin berbeda kecepatan angin di dekat yang satu sebagai tempat untuk menampilkan hasil
permukaan dan yang jauh di atasnya. Sehingga, perhilungan kadar polutan, sedangkan yang lainnya
dengan bertambahnya ketidakaturan permukaan

Proslding Pertemuan dan Presentasilimiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nuklir
P3TM-BATAN YoQvakarta. 27 Juni 2002
Tigor Nauli ISSN 0216 -3128 317

sebagai tempat untuk menampilkan gambar atau yang terdapat dibagian keluaran, seperti yang
pola sebaranpolutan.. Perpindahan dari satu bidang diperlihatkan pada Gambar 3 berikut:
ke bidang lainnya dilakukan dengan meng-klik tag
yang bersangkutan..

PenyusunanPola Sebaran
Semua parameter yang diperlukan untuk
menghitung kadar polutan diisikan pada bagian
masukan dari aplikasi komputer. Setelah terisi,
maka perhitungan akan dilakukan oleh program,
segera setelah tombol Hitung di-klik.

Hasil hitung yang merupakan kadar polutan


pada berbagai lokasi (x, y) ditampilkan pada bagian
keluaran sebagai sebuah tabel. Dibagian atas tabel,
yang menyatakan nama kolom, tertera jarak
menyebarnya polutan dalam arah menyamping (y). Gambar 3. Pola sebaran polutan untuk daerah
Sedangkan yang tertera dikolom pertama (paling (xJ, -y) hingga (Xl. y).
kiri) adalah jarak menyebamya polutan dalam arah
kedepan (x). Pada Gambar 2 berikut terlihat
Data Percobaan
sebagian dari tampilan hasil hitting tersebut. Untuk dapat melakukan simulasi dengan
benar, maka digunakan sejumlah data percobaan
dengan besaran hitung yang berada dalam lingkup
atau selang yang telah dilaporkan dalam beberapa
referensi.
Data percobaan merupakan karakteristik
emisi 502 dari instalasi pembangkit listrik tenaga
uap (PLTU) yang menggunakan batu bara dengan
kandungan 3% belerang serta memiliki efisiensi
pembakaran sebesar40% [Masters, 1991].

Kecepatan rata-rata angin permukaan yang


diukur dengan anemometer pada ketinggian 10
meter bervariasi antara 1.5 hingga 2.5 m/det. Dalam
perhitungan, kecepatan angin ini akan mengalami
koreksi terhadap ketinggian efektif emisi yang
Gambar 2. Perhitungan kadar polutan untuk ditinjau.
daerah (xv -y) hingga (Xl- y). Tinggi efektif emisi (yaitu jumlah total
tinggi cerobong dan tinggi asap yang keluar dari
Untuk suatu area yang ditinjau, akan dapat cerobong) beragamantara 200 hingga 350 m.
ditentukan pula lokasi dengan kadar polutan yang
Keadaan atmosfir disekitar PL TU memiliki
tertinggi.
ragam kemungkinan mulai dari 'sangat tidak stabil'
Berdasarkan data pada tabel basil ini
(kelas A) hingga 'stabil' (kelas F) dengan tingkat
kemudian disusunlah pola sebaran polutan
kecerahan matahari yang berbeda-beda.
menggunakan grafik kontur [Preusser, 1989].
Grafik tersebut memperlihatkan sejumlah segmen Laju emisi 502 sebenarnya adalah 123 000
dengan degradasi kepekatan warna yang mewakili Ib/hari atau 6.47 x 108 Jlg/det, namun dalam
kadar polutan. Segmen yang paling dalam kegiatan ini akan digunakan variasi antara 1.00 x
menggambarkan kadar polutan tertinggi, sedangkan 108hingga 8.00 x 108Jlg/det.
segmen lebih luar dalam arab kosentris,
Dalam semua perhitungan dianggap bahwa
menunjukkan kadar polutan yang lebih rendah.
jatuhnya polutan adalah pada daerah pemukiman
Pola sebaran polutan di area yang ditinjau yang memiliki topologi permukaan yang tidak rata
dapat dilihat dengan meng-klik tag [Pola Sebaran] (rough terrain).

Prosldlng Pertemuan dan Presentasilimiah Penelltlan Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nukllr
P3TM-BATAN Yogyakarta, 27 Junl 2002
HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk kestabilan B, pola sebaran polutan
yang terbentuk memperlihatkan 7 segmen dengan
Karena polutan menyebar mengikuti
degradasi kadar sebesar 100 ~g/m3. Pola sebaran
distribusi Gauss, maka cemaran yang terbesar
ini terlihat bergeser lebih jauh dalam arab
terjadi sepanjang pusat sebaran. Perhitungan untuk
horizontal daD menyebar lebih luas dalam arab
menentukan kadar polutan maksimum dilakukan
vertikal dibandingkan keadaan atmosfir A.
dengan memasukkan nilai y = 0 pacta
Maksimum cemaran terjadi pacta x = 1500 m
persamaan(I).
dengankadar polutan sebesar692.11 05 ~g/m3.
Dengan memilih sejumlah variasi perlakuan
Pola sebaran polutan semakin memanjang
yang sesuai, maka dapat dihasilkan gambaran
dalam arab horizontal pacta keadaan atmosfir C
tentang perilaku polutan setelah meningggalkan
dengan 5 segmen berdegradasi 100 ~g/m3. Kadar
cerobong asap, seperti berikut ini.
maksimum polutan sebesar 496.0585 ~g/m3
, terdapat pactalokasi x = 2500 m.
PengaruhKeadaaanAtmosfir Pacta keadaan atmosfir yang netral (kondisi
Dengan laju emisi (Q) sebesar 6.47 x 108 D), daerah yang terkena cemaran maksimum
~g/det; tinggi efektif emisi (H) sebesar 200 m; dan semakin jauh daTi sumber. Dari 4 segmen yang
kecepatan rata-rata angin permukaan (u) sebesar berdegradasi sebesar 40 ~g/m3 diperoleh kadar
1.5 m/det (untuk kestabilan atmosfir A), 2.5 m/det cemaran maksimum sebesar 128.1543 ~g/m3 pacta
(untuk B & C) dan 3.5 m/det. (untuk D); maka lokasi x = 9000 m.
diperoleh pola-pola sebaran seperti yang terlihat
Gambaran yang diperlihatkan melalui pola-
pada Gambar 4.
pola sebaran pacta Gambar 4 ini menunjukkan
bahwa ketidak stabilan atmosfir akan
mempengaruhi penyebaran polutan. Pacta kondisi
atmosfir yang tidak stabil terjadi turbulensi udara
yang menyebabkan polutan jatuh lebih cepat.
Sebaliknya, dengan semakin stabilnya keadaan
atmosfir, semakin jauh daD luas penyebaran polutan
tersebut, meski dengan kadar maksimum yang lebih
kecil.

Dengan perkataan lain, distribusi cemaran


2000 2000 semakin merata pada keadaan atmosfir 'netral' (D)
dibandingkan dengan distribusi cemaran yang lebih
terpusat pada keadaan atmosfir yang 'sangat tidak
stabil' (A).

Pengaruh Tinggi Efektif Emisi


6§ ~~ Dengan laju emisi (Q) sebesar 6.47 x 108
~ -O~~~§~~~~I~ jlg/det, keadaan atmosfir C (sedikit tidak stabil),
Gambar 4. Perubahanpola sebaranpolutanpada kecepatan rata-rata angin permukaan (u) sebesar
beberapa kestabilan atmosfir 2.5 m/det, dan tinggi efektif emisi (H) sebesar 200
(berturut-turutdari kiri alas menuruti hingga 350 m, maka diperoleh pola-pola sebaran
arahjarumjam: kelasA.B, D, dan C). seperti yang terlihat pada Gambar 5.

Dengan ketinggian emisi 200 m, pola


Pola sebaran untuk kestabilan A (sangat sebaran polutan yang terbentuk dengan degradasi
tidak stabil) memperlihatkan adanya 4 segmen 100 ~g/m3, memiliki pusat cemaran pada lokasi x =
dengan degradasi kadar polutan sebesar400 ~g/m3. 2500 m dengan kadar sebesar496.0585 ~g/m3.
Artinya, segmen terluar menggambarkan daerah
Pola sebaran yang berasal dari ketinggian
cemaran dengan kadar polutan 0 -400 ~g/m3, emisi 250 m terlihat sedikit bergeser ke ~ah
segmen berikutnya yang lebih dalam mengandung horizontal maupun menyebar ke arah vertikal
kadar polutan 400 -800 ~g/m3, dan seterusnya. dibandingkan pola sebaran sebelumnya. Pola
Kadar maksimum polutan sebesar 1680.9010 ~g/m3 sebaran yang berdegradasi 50 ~g/m3 ini memiliki
tcrdapat pada segmcn yang terdalam, yaitu pada pusat cemaran sebesar302.0592 ~g/m3 pada lokasi
x = 500 m. x = 3000 m.

Proslding Pertemuan dan Presentasi IImlah Penelltian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologl Nuklir
P3TM-BATAN Yogyakarta, 27 Junl 2002
Tigor Nauli ISSN 0216 -3128 319

dipengaruhi oleh kestabilan atmosfir daD tidak


.1"" 'u",. L"'""' sematadipengaruhi oleh dimensi cerobong saja.
'=FFI=!2000

PengaruhLaju Emisi
Dengan ketinggian efektif emisi (H) sebesar
200 m, kecepatan rata-rata angin permukaan (u)
~Httt:ttEH
i- IIIIIII T
-1800
sebesar 1.5 rn/det, pada kestabilan atmosfir E
-200. c ~ -'-
~~ 8§ I ~ (sedikit stabil), clan laju emisi bervariasi antara
O~II~II~II~ ~ ~
~ --r -,2000 1.0 x 108 hingga 8.0 x 108 ~g/det, maka diperoleh
pola-pola sebaran seperti yang terlihat pada
Gambar 6.

"" '000

'.'600
~
~ ~,;J~~i;l:.! ~
a~'..-;'_J,'~j!~--'
Gambar5. Perubahanpola sebaranpolutanpada
beberapa ketinggian efektif emisi ~IIIIII j II~IIIII F:i:t:=
~Iiml- .,...
-,...
(berturut-turutdari kiri alas menuruti IIIIIIIIIIIIIIIIIII! I.,... .500'

arah jarum jam: 200,250,350. dan 111'11: ill


,~!~- I ~ I I :-; J I I ': ; ~ ~
300 mY.
r'O'" '000

Buangan polusi daTi ketinggian emisi 300 m,


memberikan pola sebaran yang juga sedikit meluas
dibandingkan sebelumnya. Kadar maksimum
cemaran sebesar 204.8325 ~g/m3 yang terdapat
-, -~ ~.SOOO : -.; .i ~-4-0-,
-I : ~ ~ 'OM
pada x = 4000 m terlihat di pusat pola sebaranyang 0 0
f ~ ~ :, ~ ~
berdegradasi50 ~g/m3 itu.
Gambar 6. Perubahanpola sebaranpo/ulan pada
Kecendrungan yang sarna terlihat pula pada beberapalaju emisipo/ulan (berturut-
polutan yang dikeluarkan dari cerobong asap turut dari kiri alas menuruti arah
dengan ketinggian emisi 350 m. Pola sebaran yang jarum jam: 1.0 x Il!. 2.0 x Il!. 8.0 x
terbentuk dengan degradasi 25 ~g/m3 ini memiliki Il!. dan4.0 x Iff .ug/det).
pusat cemaran pada x = 4500 m dengan kadar
polutan sebesar146.019 ~g/m3. Pola-pola sebaran polutan yang terbentuk
daTi ernpat laju ernisi yang berbeda, rnerniliki
Gambaran yang diperlihatkan melalui pola-
degradasi kadar yang sarna yai1,usebesar 10 f.lg/rn3
pola sebaran pada Gambar 5 ini menunjukkan serta rnernpunyai pusat cernaran yang sarna di
bahwa ketinggian emisi hanya sedikit lokasi x = 22000 rn. Akan tetapi, polutan terlihat
mempengaruhi meluasnya distribusi polutan. tersebar luas dalarn dua arah sesuai dengan
Teramati juga adanya korelasi linier antara tinggi kenaikan laju ernisi.
efektif emisi dan pergeseran lokasi cemaran
Kadar polutan di pusat cernaran untuk laju
maksimum. Setiap kenaikan tinggi emisi sebesar 50
ernisi berturut-turut 1.0 x 108,2.0 X 108,4.0 X 108,
m akan menggeserpusat cemaran sejauh 500 m.
dan 8.0 x 108 f.lg/det, adalah 13.4061, 26.8121,
Perubahan ketinggian emisi lebih nyata 53.6242, dan 107.2484 f.lg/rn3.
akibatnya pada pemusatan kadar cemaran. Kenaikan laju emisi sebesar dua kali akan
Menaiknya ketinggian emisi dari 200 ke 300 m
menyebabkan perubahan kadar maksimum pol ulan
dapat menyebabkan penurunan kadar cemaran
sebesar dua kali juga. Kenyalaan ini sekaligus
maksimum lebih dari setengahnya. Pengaturan mcnunjukkan bahwa pada keadaan almosfir
kembali tinggi cerobong asap agar dapat lerlcnlu, perubahan laju emisi akan mempengaruhi
menurunkan pengaruh terkonsentrasinya kadar
perubahan kadar pol ulan di pusal cemaran secara
polutan di pusat cemaran tidaklah dapat dilakukan
linicr.
secara langsung, karena tinggi efektif emisi juga
-
Prosldlng Pertemuan dan Presentasl IImlah Penelltlan Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nukllr
P3TM-BATAN Yogyakarta, 27 Junl 2002

~~t~
KESIMPULAN TANYAjAWAB
Dari pola-pola sebaran polutan yang
terbentuk dengan berbagai variasi parameter, maka Supriyono
dapat disimpulkan bahwa: ...Perangakat lunakapayang digunakan?
I. Perubahan keadaan atmosfir menuju 'stabil' ...Apa basis perangkatlunak tersebut,windows
akan menyebabkan jangkauan cemaran menjadi ataulinux ?
semakin jauh meskipun kadarnya semakin kecil
akibat polutan terdistribusi secara lebih merata.
Tigor Nauli
2. Kenaikan tinggi efektif ernisi hanya sedikit
.Untuk membuat pola sebaran polutan
berpengaruhpada meluasnya penyebaran polusi, tersebut, digunakan perangkat lunak uang
tetapi berakibat nyata pada penurunankadar
dibuat sendiri. Perangkat lunak tersebut
polutan di pusat cemaran.
dikembangkan dengan bahasa programer
3. Kenaikan laju emisi memperluas sebaran Java (versi 1.2)
polutan dalam arah horizontal maupun vertikal
.Perangkat luunak yang dibuat tersebut
daD menaikkan kadar polutan di pusat cemaran
berbasis "cross -paltform" (tidak
yang sarna. tergantung jenis komputer dan sistem
operasinya), sehingga dapat dijalankan
pada komputer berbasis Windows, Linux,
DAFrARPUSTAKA Macintosh dan berbagai versi Unix. Pada
I. BEYCHOK, M.R., htt[1:://www.air- komputer pengguna (client) cukup
disQersion.com,2001. dilengkapi dengan "Web Browser" agar
dapat menjalankan perangkat lunak ini.
2. GIFFORD, F.A., "Use of Routine
Meteorological Observations for Estimating
Atmospheric Dispersion", Nuclear Safety, 2, Budi legowo
47-51,1961. ~ Bagairnana kernungkinan aplikasi untuk
3. MASTERS, G.M., Introduction to pelarutan polutan cair pacta aliran sungai
ctenganalgoritrna yang sarna?
Environmental Engineering and Science,
Prentice-Hall, Englewood Cliffs, NJ, 1991.
4. PAS QUILL, F., "The Estimation of the Tigor Nauli
Dispersion of WindBorne Material", Met. .Ada tiga pendekatan untuk menggambarkan
Mag., 90:1063, 33-49,1961. sebaran polutan itu, yaitu:
I. one ponit source (I sumber)
5. PETERSEN, W.B., "User's Guide for PAL -a
2. In- line source (aliran)
Gaussian-plume Algorithm for Point, Area and
3. Box source (banyak sumber)
Line Sources", US Environmental Protection Pada sebaran polutan yang disampaikan ini
Agency, ResearchTriangle Park, NC, 1978.
menggunakan pendekatan yang pertama.
6. PREUSSER, A., "Algoritm 67J, FARB-E-2D: Untuk sebaran polutan cair pada aliran
Fill Area with Bicubics on Rectangles -A sungai dapat diterapkan pada pendekatan
Contour Plot Program", ACM Trans. Math. yang kedua. Algoritma untuk
Softw. 15, 1,79-89, March 1989. menggambarkan sebaran polutan cair
tersebut tentu saja berbeda dengan
7. SUN MICROSYSTEMS, htt[1::/fiava.sun.com/ algoritma yang dipakai untuk sebaran dari
l!roducts/idk/I.3/,2001. cerobong asap. Diperlukan sejumlah
8. TURNER, D.B., "Workbook of Atmospheric modijikasi pada model persamaan yang
Dispersion Estimates", U.S. EPA Publication dibentuk, sebelum dapat diterapkan pada
AP-26, Washington, DC, 1970. aplikasi pembuat grafik (kontur)nya.

Prosldlng Pertemuan dan Presentasilimiah Penelltlan Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nukllr
P3TM-BATAN Yogyakarta, 27 Junl 2002

Anda mungkin juga menyukai