Anda di halaman 1dari 18

Nama : Fitria Nurul Hikmah

Nim : P17324419010

Jalum : 2A

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

RESUME KALIMAT EFEKTIF

A. Pengertian

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara
tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini
adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada
pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili
pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami
pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya.

Menurut para ahli :

1. Tim Kemdikbud (2017, hlm. 156) mengungkapkan bahwa kalimat efektif adalah kalimat
yang menggunakan kaidah/struktur bahasa Indonesia dan pilihan kata baku. Kalimat
tidak efektif dapat membuat pesan yang disampaikan tidak sesuai dengan keinginan
penulis.
2. Arifin (2008, hlm.89) berpendapat bahwa kalimat efektif merupakan kalimat yang
memiliki kemampuan untuk menimbulkan gagasan pada pikiran pembaca atau pendenger
sesuai seperti apa yang ada di dalam pikiran penulisnya.
3. Suyanto (2011, hlm. 49) mengemukakan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang
memiliki kemampuan atau kekuatan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada
pikiran pendengar atau pembaca sesuai dengan pemikiran penulisnya.
4. Menurut (Rahayu: 2007) Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi
syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar,
mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca.
5. Menurut (Arif HP: 2013) Kalimat efektif di pahami sebagai sebuah kalimat yang dapat
membantu menjelaskan sesuatu persoalan secara lebih singkat jelas padat dan mudah di
mengerti serta di artikan.
B. Unsur-Unsur
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama
lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S),
predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia
baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain
(objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir,
atau wajib tidak hadir.
1. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal,
suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis
kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan
contoh sebagai berikut ini :
 Ibuku sedang melukis.
 Kursi direktur besar.
 Yang berpakaian batik dosen saya.
 Berjalan kaki itu membuat sehat badan.
 Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata
dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat
pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan
(e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda
(konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada
kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada
benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berpakaian batik dan
berjalan kaki tentulah orang (benda).
Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit
juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu,
kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c)
sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).
S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang)… atau
apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan,
itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak
mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak
jelas pelaku atau bendanya. Contoh :
 Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
 Di sini melayani obat generic.
 Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S.
Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani
resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada
jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.
2. Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau
dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain
memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi,
status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan
tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa,
sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau
frasa nominal. Perhatikan contoh berikut :
 Anjing mengendus
 Ibu sedang tidur siang.
 Putrinya cantik jelita.
 Kota Jakarta dalam keadaan aman.
 Kucingku belang tiga.
 Robby mahasiswa baru.
 Rumah Pak Hartawan ada lima
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata mengendus pada kalimat
(a) memberitahukan perbuatan anjing. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b)
memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan
bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota
Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada
kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan
jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk
pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya. Contoh :
 Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
 Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
 Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu
kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik
yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa
atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota
kembang itu pada contoh (b) dan (c).
karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka
contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup
panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan
kelompok kata atau frasa.
3. Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh
nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba
transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pada contoh di bawah ini.
 Nurul menimang …
 Arsitek merancang …
 Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P
yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah
yang dinamakan objek.

Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam
kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi
P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
 Nenek mandi.
 Komputerku rusak.
 Tamunya pulang.

Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan
contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya
dipasifkan. Contoh :

 Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)


 Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
 Orang itu menipu adik saya (O)
 Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.
4. Pelengkap (Pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap
umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan
jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal,
atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan contoh di bawah ini:
Ketua MPR membacakan Pancasila.
S P O
Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina
Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan
Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut :
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S P O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S
dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal :

Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.


Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan
frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam
kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian
kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat :
 Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
 Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
 Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
 Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
 Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
5. Keterangan (K)
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli membagi
keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada
tabel di bawah ini.
1. Tempat (Di,Ke,Dari,Pada) Contoh :
 Di kamar, di kota
 Ke Surabaya, ke rumahnya
 Dari Manado, dari sawah
 Pada permukaan
2. Waktu (Pada,Dalam,Se-,Sebelum,Sesudah,Selama,Sepanjang,Sekarang,Kemarin)
Contoh :
 Pada pukul 5 hari ini
 Dalam 2 hari ini
 Sepulang kantor
 Sebelum mandi
 Sesudah makan
 Selama bekerja
 Sepanjang perjalanan
3. Alat (Dengan) Contoh :
 Dengan pisau, dengan mobil
4. Tujuan (Supaya/agar,Untuk,Bagi,Demi) Contoh :
 Supaya/agar kamu faham
 Untuk kemerdekaan
 Bagi masa depan
 Demi orang tuamu
5. Cara (Secara,Dengan cara,Dengan jalan) Contoh :
 Secara hati-hati
 Dengan cara damai
 Dengan jalan berunding
6. Kesalingan
7. Similatif (Seperti,Bagaikan,Laksana) Contoh :
 Seperti angin
 Bagaikan seorang dewi
 Laksana bintang di langit
8. Penyebab (Karena,Sebab) Contoh :
 Karena perempuan itu
 Sebab kegagalannya
9. Penyerta (Dengan,Bersama,Beserta) Contoh :
 Dengan adiknya
 Bersama orang tuanya
 Beserta saudaranya

Menurut Kemdikbud (2017, hlm.156) menjelaskan secara rinci mengenai unsur-unsur kalimat
efektif yang harus diperhatikan dalam menyusun sebuah kalimat efektif. Berikut adalah
penjelesannya :
1. Keparalelan
Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, jika
bentuk pertama menggunakan nomina, maka bentuk kedua dan selanjutnya juga
menggunakan nomina. Begitu pun dengan verba. Keparalelan merupakan kesamaan bentuk
kata yang digunakan dalam kalimat, misalnya jika bentuk pertama menggunakan verba, maka
bentuk selanjutnya menggunakan verba jua. Jika nomina, maka selanjutnya pun menggunakan
nomina.
Contoh :
 Kalimat yang kurang parallel : Hutan bakau dikelompokkan berdasarkan pembentukan,
pasang surutnya air, dan cara memanfaatkannya.
 Kalimat parallel :Hutan bakau dikelompokkan berdasarkan pembentukan, pasang surutnya
air dan cara pemanfaatannya.
2. Kehematan
Berarti menggunakan kata, frasa, atau unsur lain yang hanya dibutuhkan saja sesuai dengan
kebutuhan gagasan pokok penulisnya. Kehematan kata dapat dicapai melalui beberapa cara,
yakni :
 Menghilangkan pengulangan subjek.Contoh :
Boros: Karena ia tidak di undang maka ia tidak datang.
Hemat: Karena tidak di undang, ia tidak datang.
 Menghindari penggunaan superordinat pada hiponimi kata. Contoh :
Boros: Ia mengenakan baju warna
Hemat: Ia mengenakan baju kuning.
 Menghindari kesinoniman dalam suatu kalimat. Contoh :
Boros: Sejak dari tadi dia melamun.
Hemat: Sejak tadi dia melamun.
 Tidak menjamakkan kata yang sudah berbentuk jamak. Contoh :
Boros: Tamu-tamu telah datang di tempat undangan.
Hemat: Tamu telah datang di tempat undangan.
3. Kecermatan
Berarti kalimat spesifik mengungkapkan gagasan tertentu dan tidak memberikan tafsiran atau
pengertian lain ketika dibaca. Contoh :
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
Contoh di atas menimbulkan pertanyaan apakah yang dimaksud kalimat mahasiswa terkenal
atau justru perguruan tingginya yang terkenal?
Seharusnya :
Mahasiswa perguruan tinggi terkenal itu menerima hadiah.
C. Ciri-Ciri
Kalimat efektif memiliki ciri yang sama dalam pembentukannya, sehingga kita dapat
mereplika ciri tersebut untuk membuat kalimat efektif pada teks yang kita tulis. Sebagai
tambahan konteks apa itu kalimat efektif,
Ciri-ciri kalimat efektif secara umum, antara lain :
 Memiliki unsur pokok, minimal tersusun atas Subjek dan Predikat,
 Menggunakan diksi yang tepat,
 Menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis serta
sistematis,
 Menggunakan tata aturan ejaan yang berlaku,
 Memperhatikan penggunaan kata yaitu penghematan penggunaan kata,
 Menggunakan variasi struktur kalimat, dan
 Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa.

Kalimat dinyatakan dapat memberikan informasi kepada pembaca secara tepat dan akurat
seperti yang diharapkan penulis (efektif), apabila memiliki ciri-ciri yaitu : kesatuan gagasan,
kesepadanan, keparalelan, kehematan, kelogisan, kecermatan, kebervariasian, ketegasan,
ketepatan, kebenaran struktur, dan keringkasan.
1. Kesatuan gagasan
Kalimat efektif hanya mengandung satu gagasan. Perhatikan kalimat berikut yang mempunyai
lebih dari satu gagasan.
Contoh: Melihat perkembangan penduduk RW 06 Kampung Sidodadi yang semakin padat
namun tidak didukung dengan perekonomian yang cukup dan tanpa kita sadari bahwa
peningkatan tersebut memerlukan sarana dan prasarana yang memadai.
Kalimat tersebut mempunyai tiga gagasan :
 Perkembangan penduduk RW 06 Kampung Sidodadi yang semakin padat.
 Perkembangan itu tidak didukung dengan perekonomian yang cukup.
 Kita tidak menyadari bahwa peningkatan tersebut memerlukan sarana dan prasarana yang
memadai.
Saran perbaikan kalimat tersebut :
Perkembangan penduduk RW 06 Kampung Sidodadi semakin padat, tetapi tidak didukung
oleh perekonomian yang cukup dan sarana dan prasarana yang memadai.
2. Kesepadanan
Kesepadanan adalah keseimbangan antara gagasan atau pemikiran dengan struktur bahasa
yang dipakai dalam kalimat. Kesepadanan dalam kalimat ini diperlihatkan dengan adanya
kesatuan gagasan dan kesatuan pikiran. Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadanan struktur,
yaitu :
a. Memiliki subjek dan predikat yang jelas. Contoh :
 Tidak diharapkan oleh bangsa mana pun, tetapi kenyataannya kita harus dapat
menerimanya dengan tabah. (Tidak efektif)
(Apa atau siapa yang tidak diharapkan oleh bangsa mana pun?)
 Krisis ekonomi tidak diharapkan oleh bangsa mana pun, tetapi kenyataannya kita
harus dapat menerimanya dengan tabah. (Efektif)
(Krisis ekonomi memperjelas apa yang tidak diharapkan oleh bangsa mana pun)
b. Kata depan tidak berada di depan subjek. Contoh :
 Bagi semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study tour. (Tidak efektif)
(Bagi di depan subjek)
 Semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegaiatan study tour.(Efektif)
c. Konjungsi intrakalimat tidak dipakai di dalam kalimat tunggal. Contoh :
 Saksi tidak hadir. Sehingga persidangan ditunda minggu depan.
(Sehingga di awal kalimat)
 Saksi tidak hadir sehingga perseidangan ditunda minggu depan.
(sehingga di tengah kalimat)
d. Predikat tidak didahului konjungsi yang. Contoh :
 Supporter timnas Indonesia yang mengenakan baju merah putih.
(yang di depan predikat)
 Supporter timnas Indonesia mengenakan baju merah putih.
e. Subjek tidak ganda. Contoh :
 Pembangunan jalan itu kami dibantu oleh semua warga desa.
(Apa subjeknya: pembangunan jalan itu atau kami?)
 Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh semua warga desa. (Subjek: saya)
3. Keparalelan (Kesejajaran)
Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata atau makna yang digunakan di dalam kalimat.
Yang dimaksud dengan kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk verba,
maka kata selanjutnya berbentuk verba. Namun, jika kata pertama berbentuk nomina, maka
kata selanjutnya berbentuk nomina. Contoh :
 Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan
pengaplikasian definisi kalimat efektif. (Tidak paralel)
 Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan
mengaplikasikan definisi kalimat efektif. (Paralel)
 Ami menulisi surat. (Tidak paralel makna)
 Ami menulis surat. (Paralel)
4. Kehematan
Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan. Untuk
menghindari pemborosan kata di dalam kalimat, hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Menghindari unsur yang sama pada kalimat majemuk. Contoh :
 Saya tidak suka buah apel dan saya tidak suka duren. (Tidak hemat)
 Saya tidak suka buah apel dan duren. (Hemat)
b. Menghindari kesinoniman dalam kalimat. Contoh :
 Saya hanya memiliki 3 buah buku saja. (Tidak hemat)
 Saya hanya memiliki 3 buah buku. (Hemat)
c. Menghindari penjamakan kata pada kata jamak. Contoh :
 Para mahasiswa-mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. (Tidak hemat)
 Para mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. (Hemat)
5. Kelogisan
Ide kalimat dalam kaliamat efektif dapat diterima atau dimengerti oleh akal dan sesuai dengan
kaidah EYD. Contoh :
 Waktu dan tempat kami persilahkan! (Tidak logis)
 Bapak kepala sekolah, kami persilahkan maju ke mimbar! (Logis)
6. Kecermatan
Kalimat efektif ditulis secara cermat, tepat dalam diksi sehingga tidak menimbulkan tafsir
ganda dan kerancuan dalam kalimat. Contoh :
 Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menjadi Putri Indonesia tahun ini.
(Tidak cermat)
 Mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi yang terkenal itu menjadi Putri
Indonesia tahun ini. (Cermat)
 Bayi yang mendapat ASI lebih sedikit mengandung virus dibandingkan dengan bayi
yang mendapat susu botol. (Tidak cermat)
 Bayi yang mendapat ASI akan lebih sedikit mengandung virus dibandingkan dengan
bayi yang mendapat susu botol. (Cermat)
Kecermatan juga diperlihatkan dengan tidak mengulang kata-kata yang sama yang bukan
bertujuan penekanan seperti contoh berikut :
 Pengumuman itu akan diumumkan kepada umum 2 minggu lagi. (Kurang cermat)
 Pengumuman itu akan diumumkan kepada publik 2 minggu lagi. (Cermat)
 Diharapkan proposal beserta keseluruhan kelengkapannya dapat melengkapi
persyaratan administrasi proyek. (Kurang cermat)
 Diharapkan proposal beserta seluruh kelengkapannya dapat memenuhi persyaratan
administrasi proyek. (Cermat)
7. Kebervariasian
Kalimat yang efektif menunjukkan penggunaan kalimat yang tidak monoton. Kalimat yang
digunakan sebaiknya bervariasi dengan memanfaatkan jenis-jenis kalimat yang ada dalam
bahasa Indonesia. Selain itu, variasi dalam panjang-pendek kalimat dan penggantian unsur di
awal kalimat juga menandakan kefektifan kalimat. Contoh :
 Anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang orang tua.
 Dibutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua kepada anaknya.
 Perhatian dan kasih sayang orang tua dibutuhkan anak.
8. Ketegasan
Kalimat efektif memberikan penegasan kepada ide pokoknya sehingga ide pokoknya
menonjol di dalam kalimat tersebut. Berikut cara memberikan penegasan pada kalimat
efektif.
a. Meletakan kata yang ditonjolkan di awal kalimat. Contoh :
 Sudah saya baca buku itu. (penekanan pada baca buku)
 Buku itu sudah saya baca. (penekanan pada Buku itu)
b. Mengurutkan kata secara bertahap. Contoh :
 Pertemuan itu dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan presiden. (Tidak efektif)
 Pertemuan itu dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan gubernur. (Efektif)
c. Mempertentangkan ide yang ditonjolkan. Contoh :
 Perusahaan itu tidak bangkrut, tetapi berkembang dengan pesat.
 Surti kurus, tetapi jago makan.
d. Menggunakan partikel penekanan. Contoh :
 Buanglah semua sampah itu!
 Jangankan emas uang pun aku tak punya.
e. Mengulang kata. Contoh :
 Suroto ayah yang baik, ayah yang rela berkorban demi anak-anaknya.
 Sudah merupakan kewajiban bagi mahasiswa untuk belajar, belajar, dan belajar.
9. Ketepatan
Setiap kata yang digunakan perlu dipilih secara tepat dan cermat sehingga dapat mewakili
tujuan, maksud, atau pesan penulis. Contoh :
 Posisi ketujuh korban saat ditemukan warga dan aparat kepolisian berada dalam satu
ruangan. (Tidak tepat)
 Ketujuh korban, saat ditemukan warga dan aparat kepolisian, berada dalam satu
ruangan. (Tepat)
 Posisi ketujuh korban saat ditemukan warga dan aparat kepolisian di dalam satu
ruangan (Tepat)
10. Kebenaran struktur
Kalimat efektif mengandung kebenaran struktur bahasa Indonesia, artinya unsur-unsur yang
digunakan dalam kalimat tidak memakai unsur-unsur asing, atau daerah. Sebagai contoh,
pemakaian unsur bahasa Inggris which, where tidak benar jika disepadankan dengan
konjungsi dimana, di mana, atau yang mana dalam bahasa Indonesia. Penggunaan kata
tersebut perlu dihindari. Begitu pula unsur bahasa daerah sebaiknya tidak dipakai dalam
tulisan. Contoh :
 Kota dimana dia lahir kini hancur karena gempa. (Tidak benar)
 Kota tempat dia lajir kini hancur karena gempa. (Benar)
 Pemerintah akan membangun sebuah sekolah yang mana sekolah itu adalah satu-
satunya sekolah yang ada di Desa Sipiongot. (Tidak benar)
 Pemerintah akan membangun sebuah sekolah yang merupakan satu-satunya sekolah
yang ada di Desa Sipiongot. (Benar)
 Dengan kita punya kemampuan menggunakan teknologi baru, segala pekerjaan akan
lancar. (Tidak benar)
 Dengan kemampuan kita menggunakan teknologi baru, segala pekerjaan akan lancar.
(Benar)
11. Keringkasan
Dalam menulis ditemukan pemakaian kata dan kelompok kata yang sebenarnya memiliki
makna yang sama. Dalam hal ini kelompok kata merupakan bentuk panjang, sedangkan kata
merupakan bentuk ringkas atau pendek. Contoh :
 Kami mengadakan penelitian anak jalanan di Jakarta. (Bentuk panjang)
 Kami meneliti anak jalanan di Jakarta. (Bentuk ringkas)
 Pak Sanusi selalu memberi nasihat kepada anak-anaknya. (Bentuk panjang)
 Pak Sanusi selalu menasihati anak-anaknya. (Bentuk ringkas)
 Mahasiswa mengadakan diskusi mengerjakan tugas dari dosen. (Bentuk panjang)
 Mahasiswa berdiskusi mengerjakan tugas dari dosen. (Bentuk ringkas)

Menurut Arifin & Tasai (2008, hlm. 99) mengungkapkan bahwa kalimat efektif memiliki ciri-
ciri sebagai berikut :
1. Kesepadanan struktur
Berarti terdapat keseimbangan antara gagasan dan struktur bahasa yang digunakan.
Kesepadanan struktur dapat dilihat dari: kejelasan subjek, predikat, dan penggunaan kata
hubung yang tepat untuk gagasan yang dibawakan. Misalnya: konjungsi sebab-akibat
digunakan untuk menjelaskan suatu penyebab terjadinya sesuai, atau konjungsi (kata hubung)
kronologis digunakan untuk menyampaikan suatu urutan kejadian.
2. Keparelalan bentuk (Kesejajaran)
Keparalelan adalah kesejajaran bentuk kata yang digunakan dalam kalimat, maksudnya jika
bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga akan menggunakan
nomina. Contoh : Korban bencana alam membutuhkan bimbingan dan bantuan untuk
menghadapi cobaan tersebut.
3. Kehematan kata
Tidak menggunakan kata yang berulang atau tidak dibutuhkan. Contohnya meliputi:
Tidak efektif: Pemuda itu segera mengubah rencananya setelah dia bertemu dengan atasannya
Efektif: Pemuda itu segera mengubah rencana setelah bertemu dengan atasannya
Seperti penjelasan Tim Kemdikbud di atas, kehematan kata dapat dicapai dengan cara :
 Tidak mengulang subjek
 Menghindari hiponim
 Penghilangan bentuk sinonim
 Menghilangkan makna jamak yang ganda
4. Kecermatan penalaran
Berarti teliti dalam menggunakan kata atau ungkapan sehingga dapat meyakinkan bahwa
kalimat tidak menimbulkan tafsir atau arti ganda bagi pembacanya.
Contoh penalaran yang tidak cermat:
 Istri kepala desa yang baik itu telah pergi.
 Siapa yang baik? Istri kepala desa atau kepala desanya?
5. Kepaduan gagasan
Kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang
disampaikannya tidak terpecah-pecah. Kepaduan memiliki kriteria seperti di bawah ini.
Kepaduan gagasan adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat sehingga informasi yang
disampaikan tidak tampak terpecah-pecah atau tidak bersatu (tidak konsisten). Terdapat dua
aspek yang diperhatikan untuk membuat kalimat yang padu gagasannya, berikut adalah
caranya. Kalimat padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan pemikiran yang tidak
simetris.
Contoh kalimat bertele-tele :
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang terlanjur
meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak ke luar dari
kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.
Seharusnya :
Kita harus bisa mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa
kemanusiaan dan secara tidak sadar menyimpang dari kepribadian bangsa Indonesia yang
adil dan beradab.
Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-
kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh kalimat tidak padu :
Buku yang kamu pinjamkan aku akan simpan.
Contoh kalimat padu :
Buku yang kamu pinjamkan akan aku simpan.
6. Kelogisan bahasa
Kelogisan bahasa berarti kalimat dapat diterima akal sehat dan penulisan sesuai dengan
kaidah yang berlaku. Kalimat dikatakan logis jika logika mendukung wujud kalimatnya.
Berikut adalah contohnya :
Tidak logis :
 Waktu dan tempat, kami persilakan.
 Mengapa waktu dan tempat yang dipersilakan? Seharusnya pembicaranya yang
dipersilakan.
Seharusnya :
Bapak Kepala Guru, kami persilakan.
D. Syarat-Syarat

Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut :

 Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.


 Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca
dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
 Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
 Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis.
 Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya dengan tepat.
 Sistematis dan tidak bertele-tele.
REFERENSI
Arifin, E. Zaenal dan Arman Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi. Cetakan IV. Jakarta: Akademika Pressindo.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Suyanto, Edi. 2011. Membina, Memelihara, dan Menggunakan Bahasa Indonesia Secara
Benar. Yogyakarta: Ardana Media.

Anda mungkin juga menyukai