Ekonomi pasar berkembang (EME) sebagian besar dicirikan oleh volatilitas

makroekonomi mereka. Fluktuasi output, nilai tukar, dan saldo akun saat ini biasanya lebih
sering, lebih tajam, dan tiba-tiba daripada di antara ekonomi industri. Secara historis, penyebab
ketidakstabilan yang lebih besar dalam siklus bisnis EME telah ditempatkan pada faktor-faktor
spesifik negara seperti ketergantungan yang berlebihan pada beberapa sektor (dan tidak stabil),
basis pajak yang sempit, lembaga yang lemah, dan kebijakan ekonomi yang buruk. Baru-baru
ini, fokus secara bertahap dialihkan ke lingkungan eksternal (eksogen) yang dihadapi oleh EME
— katakanlah, guncangan nyata (misalnya guncangan terhadap harga komoditas dan permintaan
eksternal negara), guncangan keuangan (penghentian mendadak karena perubahan kondisi
likuiditas global ) dan bencana alam (Calderon dan Levy ‐ Yeyati, 2009).
Selama tahun 1990-an, ekonomi pasar berkembang telah mengalami fluktuasi yang besar
dan terus-menerus. Rata-rata, ekonomi pasar berkembang lebih rentan terhadap penurunan tajam
dalam hal perdagangan, fluktuasi spread negara dan peringkat kredit negara, dan pembalikan
tiba-tiba dalam akun modal (Bank Dunia, 2007). Episode krisis tahun 1990-an (misalnya Krisis
Tequila dan Asia Timur, depresiasi mata uang Brasil dan Rusia) telah meningkatkan minat untuk
menguraikan sumber episode krisis ekonomi. Terlepas dari fluktuasi output yang besar di EME,
studi tentang siklus bisnis telah dilakukan terutama untuk negara-negara maju. Beberapa
pengecualian adalah Hoffmaister et al. (1998), Agénor, McDermott dan Prasad (2000), Herrera,
Perry dan Quintero (2000), Aguiar dan Gopinath (2004), Neumeyer dan Perri (2005), Raddatz
(2005), Aiolfi, Catao dan Timmermann (2005) dan Cerra dan Saxena (2005). Mereka
memberikan jawaban atas pertanyaan berbeda yang menjadi ciri perbedaan dalam siklus bisnis
antara EME dan negara maju. Salah satu keterbatasannya adalah bahwa sebagian besar makalah
ini menggunakan data tahunan atau terbatas pada sekelompok kecil negara.