(SOP)
Oleh :
Birry Assidiqy
J2014901059
Definisi Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu
dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat
pada bagian tubuh yang memerlukan.
Tujuan 1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mengurangi rasa sakit
4. Memberi rasa hangat, nyaman dan tenang pada klien
Persiapan Pasien 1. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan identifikasi pasien
dengan memeriksa identitas pasien secara cermat.
2. Jelaskan tentang prosedur Tindakan yang akan dilakukan.
Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya dan jawab
seluruh pertanyaan pasien
3. Atur posisi pasien sehingga merasakan aman dan nyaman
Kasus 3 : Seorang anak berusia 12 tahun sudah 3 hari dirawat karena Demam Berdarah.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan nadi 120 x/menit, tekanan darah 90/70 mmHg, suhu
38,50C, pasien tampak lemah dan mengeluh mual.
Tindakan : Tepid Water Sponge
Definisi Merupakan tindakan yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh
saat demam yaitu dengan merendam anak di dalam air hangat,
mengelap sekujur tubuh dengan air hangat menggunakan waslap,
dan dengan kompres pada bagian tubuh tertentu yang memiliki
pembuluh darah besar.
Tujuan 1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mengurangi rasa sakit
4. Memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien
5. Memperlancar pengeluaran eksudat
6. Merangsang peristaltic usus
Indikasi Pasien dengan suhu tinggi
Persiapan Alat 1. Thermometer air raksa
2. Kom kecil berisi air hangat
3. Beberapa buah waslpa/kain kasa dengan ukuran tertentu
4. Handuk kering
Persiapan Pasien 1. Memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan dan procedure
rindakan
2. Memposisikan pasien dengan nyaman
Persiapan Lingkungan 1. Privasi lingkungan
Prosedure a. Tahap Pra Interaksi
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mencuci tangan.
3. Membawa alat di dekat klien.
b. Tahap Orientasi
1. Memberi salam dan menyapa nama klien.
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tepid water sponge
kepada klien dan keluarga.
3. Menanyakan kesediaan dan kesiapan klien.
c. Tahap Kerja
1. Dekatkan alat-alat ke klien
2. Cuci tanganMasukkan waslap/kain kasa kedalam
kom berisi air hangat lalu peras sampai lembab
3. Letakkan waslap/kain kasa tersebut pada area yang akan
dikompres yaitu pada dahi, axilah, lipatan paha, dan
diusapakan keseluruh tubuh
4. Ganti waslap/ kain kasa dengan waslap/ kain yang
sudah terendah dalam kom berisi air hangat
5. Diulang-ulang sampai suhu tubuh turun
6. Rapikan klien dana bereskan alat-alat bila sudah
selesai
d. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. M e mb e r es k an a l a t
4. M e n cu c i t a n gan
5. Dokumentasi
Kasus 4 : Seorang bayi usia 1 hari , lahir prematur 28 minggu dengan berat badan 1500
gram, Bayi dirawat di dalam inkubator dengan suhu 32 oC, suhu badan bayi 36,5oC. Hasil
pengkajian didapatkan Reflek hisap dan menelan lemah, kulit tampak tipis transparan,
pernapasan dangkal dan tidak teratur, RR 65 x/mnt, terpasang infuse.
Tindakan : Pemasangan OGT
Definisi Pemasangan OGT (oral gastric tube) adalah suatu tindakan keperawatan dimana
dilakukan pemasangan selang makan ke lambung melalui mulut bayi
Tujuan 1. Memasukan makanan cair atau obat-obatan cair atau padat yang dicairkan
2. Mengeluarkan cairan atau isi lambung dan gas yang ada pada lambung
3. Mengirigasi lambung karena perdarahan atau keracunan
4. Mengambil spese mendalam lambung untuk pemeriksaan laboratorium
Kebijakan 1. Perawat yang memiliki keterampilan dan skill untuk pemasangan OGT
2. Alat-alat tersedia lengkap
Persiapan 1. Persiapan alat :
Baktroli berisi : alat OGT no 5 atau 8, sudip lidah, handscoone, senter,
spuit ukuran 20 – 50 cc, plester, stetoskop, handuk, tisu, dan bengkok
Alat yang dimasukan dalam bak instrument steril : selang OGT,
sarung tangan steril dan spuit.
2. Persiapan perawat :
Mencuci tangan
Persiapkan alat
Membaca status pasien
3. Persiapan pasien :
Memberi penjelasan kepada orang tua pasien mengenai tindakan yang
akan dilakukan
Mengatur posisi pasien
Menutup sampiran
Prosedur 1. Mencuci tangan dengan cara yang baik dan benar
2. Berikan salam
3. Perkenalan
4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
5. Atur posisi dengan posisi supinasi
6. Pasang handuk pada dada pasien letakan tissue wajah pada jangkauan pasien
7. Pasang perlak, pengalas dan bengkok disamping telinga pasien
8. Minta pasien untuk rileks dan bernapas normal
9. Bersihkan area sekitar mulut dengan menggunakan tissue
10. Pasang stetoskop pada telinga
11. Gunakan sarung tangan steril
12. Ukur panjang selang yang akan dimasukan menggunakan :
Metode tradisional : ukur jarak dari tepi mulut ketelinga bawah dan
prosesusxipodeus
Metode harson : tandai 50 cm pada selang kemudian lakukan
pengukuran dengan tradisional. Selangakan dimasukan pada
pertengahan antara 50 dengan tanda tradisional
13. Beri tanda pada panjang selang yang telah diukur
14. Masukan selang dimulut yang sudah ditentukan
15. Lanjutkan memasukan selang sepanjang mulut jika tertahan putarlah selang
dan jangan dipaksakan untuk masuk
16. Jangan memaksakan selang untuk masuk jika ada hambatan atau pasien
tersedak atau sianosis hentikan mendorong selang. Periksa posisi selang
dibelakang tenggorokan dengan mengguna kantong spatel
17. Jika sudah memasang OGT sampai ujung yang telah ditentukan anjurkan
pasien untuk bernapas normal
18. Memeriksa letak selang dengan :
Memasang spuit pada ujung OGT memasang bagian diafragma,
stetoskop pada perut dikuadran kiri atas (lambung) suntikan udara
dengan cepat dan dengarkan dengan stetoskop
Aspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung
Viksasi selang OGT dengan plester dan hindari penekanan pada dagu
Evaluasi setelah terpasang OGT
Rapikan alat-alat
Cuci tangan
Dokumentasi hasil tindakan keperawatan
Kasus 5 : Seorang anak usia 7 tahun dengan gejala batuk berdahak, adanya ruam
disekitar wajah dan badan, pasien tampak rewel, dan adanya konjungtivitis. Dari hasil
pemeriksaan S: 37,6 o C, pernapasan 30 x/mnt, frekuensi nadi 100 x/mnt.
Tindakan : Postural Drainage
Persiapan pasien
6. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
7. Atur posisi pasien senyaman mungkin
Persiapan lingkungan
8. Jaga privasi klien
Prosedure IMPLEMENTASI
9. Mencuci tangan.
10. Menutup sampiran
11. Mengenakan masker, gaun dan handscoen (jika ada indikasi).
12. Melakukan fisioterapi dada :
Postural Drainage (Clapping) :
a. Membantu klien untuk posisi duduk atau posisi tidur miring kiri /
kanan.(sesuai indikasi)
b. Memberikan tissue dan pot suptum kepada klien.
c. Melakukan clapping dengan cara kedua tangan menepuk punggung
klien secara bergantian sampai ada rangsangan untuk batuk.
d. Menganjurkan klien untuk batuk dan mengeluarkan sekret / sputum
pada pot sputum.
13. Vibrasi Dada :
a. Menganjurkan klien untuk nafas dalam dan lambat melalui hidung
dan menghembuskannya melalui mulut.
b. Meletakkan telapak tangan secara datar diatasdada yang akan
divibrasi.
c. Meminta klien untuk nafas dalam dan ketika klien menghembuskan
nafas getarkan telapak tangan secara perlahan diatas dada klien.
d. Menganjurkan klien untuk batuk untuk mengeluarkan suputum dan
membuangnya pada pot sputum.
e. Mengulangi teknik fisioterapi dada untuk setiap segmen paru.
f. Dengan perlahan mengembalikan posisi pasien apda posisi
semula.
g. Melakukan oral hygiene.
14. Merapihkan klien dan peralatan.
15. Mencuci tangan.
Evaluasi EVALUASI
16. Mengevaluasi respon klien setelah dilakukan 3 – 4 kali
fisioterapi dada.
17. Mengevaluasi karakteristik sputum / sekret : jumlah,
konsistensi, warna (ada darah atau tidak)
Dokumentasi DOKUMENTASI
18. Mencatat tanggal dan waktu fisioterapi dada.
19. Mencatat segmen dada yang difisioterapi.
20. Mencatat respon serta toleransi klien sebelum, selama
dan sesudah prosedur.
21. Mencatat karakteristik sputum / sekret : jumlah,
konsistensi, warna (ada darah atau tidak).
22. Dokumentasi Hasil tindakan
Kasus 6: Seorang anak usia 2 tahun didiagnosis Hiscprung. Saat ini anak telah menjalani
colostomy. Pada saat pengkajian anak tampak rewel, tidak mau berpisah dengan orang
tuanya, didapatkan adanya stoma dibagian tengah abdomen, 1/3 kantong stoma tampak
sudah penuh dengan feses
Tindakan : Perawatan Kolostomi
Kasus 7 : Seorang anak usia 5 tahun di bawa oleh ibunya ke poli tumbuh kembang. Ibu
mengeluh anaknya belum bisa berbicara dengan jelas, tidak berminat untuk bermain
dengan teman sebayanya. Hasil pengkajian, kontak mata anak kurang, sering kali anak
mengeluarkan suara-suara aneh.
Tindakan : Denver II
Pengertian : Salah satu metode screening terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukanlah tes
diagnostic atau tes IQ
Tujuan : Untuk menaksir perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar pada
anak umur 1 bulan sampai 6 tahun
Prosedur : Persiapan pasien
1. Identifikasi pasien
2. Beritahu pasien/keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
Persiapan Alat-alat
1. Formulir pencatatan Denver II
2. Benang wol
3. Manik-manik dan botol
4. Boneka
5. Bola
6. Kertas dan pensil
7. Alat permainan sesuai usia
Pelaksanaan
1. Tentukan usia anak (<15 hari dibulatkan kebawah, ≥ 15 hari dibulatkan keatas)
2. Beri garis vertical pada form Denver II sesuai usia anak (memotong semua kotak-kotak tugas
perkembangan pada semua sector )
3. Lakukan penilaian sector motorik kasar, bahasa, motorik halus dan personal social pada
sebelah kiri garis vertical secara bergantian (tidak harus berurutan)
4. Selanjutnya nilai juga tugas perkembangan setiap kotak yang terpotong garis vertical pada setiap
sector
5. Beri tanda P (Passed) didepan kotak tugas perkembangan bila anak mampu melaksanakan.
Beri tanda F (Fail) bila anak tidak mampu dan R (Refused) bila anak menolak
6. Lakukan penilaian selesai pemeriksaan
a. Abnormal
Jika ada ≥2 keterlambatan pada sektor / lebih
Jika satu sektor ada > 2 keterlambatan 1> sektor dengan 1 keterlambatan 1 sektor yang
sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan garis vertikal
b. Meragukan
Jika pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
Jika pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada
yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia
c. Tak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan
d. Normal semua
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria diatas
7. Bereskan alat-alat dan dokumentasikan hasil
Tindakan : Terapi Wicara
1. Definisi
Terapi wicara merupakan tindakan yang diberikan kepada individu yang mengalami
gangguan komunikasi, gangguan berbahasa bicara. Terapi Wicara menurut Sardjono
(2014) usaha perbaikan bicara dengan jalan memberikan kebiasaan latihan yang baik.
Terapi modeling merupakan terapi berbahasa dengan pendekatan linguistik.
2. Tujuan
o Mengidentifikasi dan analisa penyebab
o Meningkatkan kemampuan anak berbicara dan berbahasa sesuai kemampuan
sendiri atau ekspresif
o Untuk member dukungan dan perhatian pada anak untuk meningkatkan kualitas
hidupnya dalam berkomunikasi
o Memberikan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan
interpersonal dalam berbicara.
o Membantu mempercepat penyembuhan
o Sebagai fasilitas komunikasi
3. Indikasi
o Pasien dengan retardasi mental
o Anak yang mengalami keterlambatan bicara, perubahan suara, tidak mampu
memahami pembicaraan atau berbicara dengan baik seperti :
o Apraksia verbal pada anak
o Gagap
o Gangguan artikulasi atau bicara tidak jelas
o Disartia atau gangguan artikulasi karena kerusakan saraf pusat
o Gangguan otot orofasial
o Kesulitan belajar, dalam membaca, mengeja, atau menulis
o Mutisme
o Afasia atau gangguan berbahasa
o Gangguan irama bicara
o Lisp atau tidak mampu melafalkan huruf dengan baik
4. Persiapan alat
o Bersiul, untuk meningkatkan penguatan otot-otot mulut, tenggorokan, dan lidah
o Mainan dan boneka tangan
o Pemadu suara
o Teknologi asistif (teknologi bantu) bagi anak berkebutuhan khusus/disabilitas
o Permainan berbicara
o Kartu bergambar
5. Persiapan pasien
Memberikan penjelasan kepada pasien tentang dan keluarga tentang pemberian
tindakan, tujuan, dll.
6. Persiapan lingkungan
Mengatur lingkungan pasien (menutup gorden jendela, pintu, memasang penyekat
tempat tidur)
7. Prosedur
a. Tahap Pra Interaksi
o Melakukan kontrak waktu
o Melakukan verifikasi program terapi
o Mengecek kesiapan anak (tidak ngantuk, tidak rewel, keadaan umum
membaik/kondisi yang memungkinkan).
o Melakukan identifikasi masalah kesehatan yang berkaitan dengan terapi wicara
b. Tahap Orientasi
o Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
o Menjelaskan tujuan dan procedure tindakan
o Menanyakan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan
c. Tahap Kerja
Langkah-langkah Metode : Modeling merupakan metode terapi berbahasa yang
sederhana, dimana seorang terapis wicara menyediakan dirinya sebagai model
berbahasa bagi pasien dalam menguraikan kerumitan bahasa dengan rangkaian kata
atau kalimat dengan sedemikian cara. Sehingga pasien dengan mudah memahami
makna dalam sebuah inti kalimat dan perlahan terbentuk pola bahasa yang baik-baik
dalam segi reseptif ataupun ekspresif. Rangkaian kata atau kalimat yang diucapkan
oleh terapis wicara bukan sekedar rangkaian kata atau kalimat yang diucapkan
dengan serta merta, tetapi suatu rangkaian kata atau kalimat yang telah dirancang
sedemikian rupa yang dengan itu diharapkan pasien bias memahami. Dalam
penerapan metode modeling ini pasien dituntut untuk turut mengalami sebuah bentuk
kegiatan yang merupakan proses terangkainya kata sekaligus maknanya dengan
mudah.
o Memberi petunjuk pada anak cara bermain
o Mempersilahkan anak untuk melakukan permainan sendiri atau dibantu
o Memotivasi keterlibatan pasien dan keluarga
o Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan
o Mengobservasi emosi, hubungan inter-personal, psikomotor anak saat bermain
o Meminta anak menceritakan apa yang dilakukan/dibuatnya
o Menanyakan perasaan anak setelah bermain
o Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga tentang permainan
d. Tahap Terminasi
o Melakukan evaluasi hasil tindakan
o Membereskan alat-alat
o Mencatat kegiatan dalam lembar catatan.
o Mencatat jenis permainan dan respon pasien serta keluarga kegiatan dalam
lembar catatan keperawatan dan kesimpulan hasil bermain meliputi emosional,
hubungan inter- personal, psikomotor dan anjuran untuk anak dan keluarga.