Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan peningkatan abnormal tekanan darah di dalam pembuluh

darah arteri dalam satu periode, yang mengakibatkan arteriola berkonstriksi

sehingga membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan

dinding arteri [ CITATION Udj11 \l 1033 ]

Hipertensi merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas di berbagai

kalangan. Hipertensi juga merupakan faktor risiko dari penyakit jantung iskemik

dan stroke yang termasuk lima posisi tertinggi dalam penyebab kematian

terbanyak di dunia [ CITATION Ben17 \l 1033 ]. Selain itu, hipertensi juga menempati

urutan pertama sebagai penyakit terbanyak pada kelompok lanjut usia berdasarkan

Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 dan menjadi salah satu dari lima penyebab

kematian ibu terbesar di Indonesia

Menurut data WHO di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4 % orang

di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat

menjadi 29,2 % di tahun 2025[ CITATION Zae13 \l 1033 ], dan dari 972 juta jiwa

yang mengalami hipertensi, 333 juta berada di Negara maju sedangkan 639 jiwa

berada di Negara berkembang termasuk Indonesia [ CITATION Yon16 \l 1033 ].

Prevalensi hipertensi nasional berdasarkan riskesdas 2013 sebesar 25,8 %

meningkat pada tahun 2018 menjadi 34,1 % dan Prevalensi hipertensi di

Indonesia pada usia 18 tahun keatas mengalami kenaikan dari 25,8% menjadi

34,1%. Kenaikan prevalensi penyakit ini berkaitan dengan kenaikan prevalensi


1
2

kebiasaan merokok dari 7,2% menjadi 9,1%, konsumsi alkohol dari 3% menjadi

3,3% dan rendahnya aktifitas fisik dari 26,1% menjadi 33,5% (Riskesdas 2018)

Banyak faktor yang berperan dalam terjadinya hipertensi meliputi faktor risiko

yang tidak dapat dikendalikan atau diubah (mayor) seperti umur, jenis kelamin,

ras dan keturunan dan faktor risiko yang dapat dikendalikan atau diubah (minor)

seperti obesitas, stress, merokok, aktivitas fisik, konsumsi minuman beralkohol

yang berlebihan, konsumsi garam yang tinggi dan kurang serat [ CITATION Pal10 \l

1033 ]. Penderita hipertensi sering sekali takut dan cemas dalam menghadapi

penyakitnya, misalnya takut akan ancaman komplikasi, takut tekanan darahnya

semakin tinggi, sehingga kondisi tersebut menyebabkan pasien merasa tertekan

secara emosional, tekanan emosional yang timbul biasanya karena pikiran akan

kesembuhan penyakit yang relative kecil, ancaman kecacatan/kematian, aturan

diet yang ketat maupun komplikasi yang akan datang di kemudian hari, keadaan

emosional pasien yang semakin tidak stabil akan memperburuk penyakit

hipertensi tersebut (Farida 2012 dalam lilis lismayanti). Mengingat pentingnya

menjaga kestabilan emosional pasien hipertensi, maka dari itu perawat sebagai

pemberi asuhan keperawatan diharapkan mampu memberikan asuhan

keperawatan secara mandiri dalam konteksi non farmakologi, salah satunya

adalah dengan terapi kompelenter.

Terapi komplementer adalah terapi holistik yang sudah diakui dan digunakan

sebagai alternatif penanganan non farmakologi sebagai pendamping terapi medis.

Terapi komplementer pada dasarnya bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari


3

sistem-sistem tubuh terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh. (DEPKES

RI, 2007)

Beberapa terapi komplementer yang dikembangkan dalam mengatasi hipertensi

diantaranya adalah akupuntur, hipnoterapi, meditasi, EFT, dan salah satunya

adalah terapi SEFT, SEFT merupakan terapi relaksasi dalam bentuk mind body

therapy dari terapi komplementer yang bekerja kurang lebih sama dengan prinsip

akupuntur dan akupresur, yakni dengan perangsangan titik-titik akupunktur

dipermukaan tubuh [ CITATION Zai13 \l 1033 ]. Terapi SEFT merupakan

penggabungan dari sistem energi tubuh (energy medicine) dan spiritualitas dalam

kalimat doa dengan menggunakan metode ketukan (tapping) di 18 titik meridian

tubuh yang merangsang dan mengaktifkan 12 jalur energi tubuh sehingga

menimbulkan relaksasi pada tubuh [ CITATION Sho10 \l 1033 ], sehingga otak

akan memacu kelenjar pituitary untuk melepaskan hormon endorhpin.

Selanjutnya, akan mengaktifasi sistem saraf simpatis untuk menghambat kerja

adrenal dalam melepas hormon. Sekresi hormon yang dilepaskan oleh kelenjar

adrenal berkurang dan mempengaruhi sistem kerja kardiovaskuler seperti

epinefrin, kortisol dan steroid lainnya seperti renin, angiotensin dan mengurangi

sekresi aldosteron dan ADH yang akan berdampak terhadap penurunan tekanan

darah (Potter dan Perry, 2005)

Berdasarkan fenomena di atas peneliti memandang pentingnya untuk

melakukan literature review tentang pengaruh terapi SEFT terhadap tekanan darah

pada penderita hipertensi.

B. Rumusan Masalah
4

Hipertensi merupakan salah satu penyakit penyebab kematian terbesar di

dunia, menjadi penyebab kematian kelima terbesar di Indonesia berdasarkan dara

sari sample registration system pada tahun 2014, dalam keadaan hipertensi darah

member tekanan terlalu besar pada system kardiovaskular lalu dinding pembuluh

darah serta otot jantung bisa rusak dan menyebabkanserangan jantung termasuk

komplikasi lainnya seperti gagal ginjal dan stroke.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kejadian dan

keparahan hipertensi adalah dengan mengontrol tekanan darah dengan cara terapi

non farmakologis yaitu terapi SEFT, maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti

“Bagaimanakah Pengaruh Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Berdasarkan Telaah

Literature”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adakah pengaruh terapi SEFT dalam menurunkan tekanan

darah pada pasien hipertensi melalui telaah literature review

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya rata-rata tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum

diberikan terapi SEFT melalui telaah literature

b. Diketahuinya rata-rata tekanan daarah pada pasien hipertensi sesudah

diberikan terapi SEFT melalui telaah literature

c. Diketahuinya nilai rata-rata tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum

dan sesudah diberikan terapi SEFT melalui telaah literature


5

D. Manfaat Penelitian

1. Institusi Pendidikan

Literature review ini sebagai referensi bagi Universitas Muhammadiyah

Tasikmalaya Khususnya Fakultas Ilmu Kesehatan dalam upaya

pengembangan ilmu keperawatan komplementer yang akan diterapkan oleh

mahasiswa keperawatan di bidang praktik keperawatan

2. Institusi Pelayanan

Hasil dari literature review ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam upaya

memberikan asuhan keperawatan non farmakologi dan terapi pendamping

terhadap pasien hipertensi

3. Profesi Keperawatan

Hasil literature review ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

pengembangan profesi keperawatan, khususnya dalam intervensi untuk

menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan menggunakan

Terapi Kompelementer SEFT.

4. Peneliti

Menambah pengalaman study dan sebagai proses pembelajaran keefektifan

terapi SEFT terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi melalui

telaah literature

5. Peneliti Selanjutnya

Hasil literature review ini bisa menjadi bahan referensi atau sumber data bagi

peneliti selanjutnya yang akan meneliti terkait penatalaksanaan pasien

hipertensi
6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. HIPERTENSI

a. Definisi

Hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik lebih dari

140/90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit

dalam keadaan cukup istirahat atau tenang, secara umum hipertensi

merupakan keadaan tanpa gejala, dimana tekanan abnormal tinggi di arteri

menyebabkan peningkatan stroke, gagal jantung, aneurisma, serangan jantung

[ CITATION ETr14 \l 1033 ]

b. Klasifikasi

c.
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah
Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmH
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 (Hipertensi 140-159 mmHg 90-99 mmHg
ringan)
Stadium 2 (Hipertensi 160-179 mmHg 100-109 mmHg
sedang)
Stadium 3 (Hipertensi 180-209 mmHg 110-119 mmHg
berat)
Stadium 4 (Hipertensi 210 mmHg atau lebih 120 Hg atau lebih
maligna)
Sumber : [ CITATION
ETr14 \l 1033 ]

Faktor resiko

Faktor resiko hipertensi dibagi menjadi dua kelompok yaitu faktor yang dapat

diubah dan tidak bisa diubah (Kemenkes RI, 2014)

1) Faktor yang bisa diubah


8

a) Pola makan/ diet yang tidak sehat

b) Gaya hidup merokok dan konsumsi alcohol

c) Obesitas atau berat badan berlebihan

d) Kurang olahraga/aktivitas fisik

e) Kurangi asupan garam yang berlebih, konsumsi lemak jenuh

f) Penggunaan esterogen

g) Kurang asupan buah dan sayur

2) Faktor yang tidak bisa diubah

a) Faktor usia

b) Jenis kelamin, pada laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopose

c) Faktor genetik

d. Patofisiologi

Adapun menurut [ CITATION ETr14 \l 1033 ] meningkatnya tekanan darah

didalam arteri bisa rerjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih

kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar

kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat

mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah di

setiap denyutan jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada

biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang terjadi pada usia lanjut,

dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis.

Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi

vasokonstriksi, yaitu jika arter kecil (arteriola) untuk sementara waktu untuk

mengarut karena perangsangan saraf atau hormon didalam darah. Bertambahnya


9

darah dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini

terjadi jika terhadap kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang

sejumlah garam dan air dari dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga

meningkat.

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri mengalami

pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan

menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh

perubahan didalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem

saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi

ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: jika tekanan

darah meningkat, ginjal akan mengeluarkan garam dan air yang akan

menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah

normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam

dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal.

Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang

disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya

akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ peting

dalam mengembalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan

pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya

penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa

menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal

juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah [ CITATION ETr14 \l 1033 ]

Perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung

pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
10

meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam

relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekwensinya , aorta

dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah

yang dipompa oleh jantung (volume secukupnya), mengakibatkan penurunan

curah jantunng dan meningkatkan tahanan perifer [ CITATION ETr14 \l 1033 ]

e. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala yang dialami oleh penderita hipertensi selama bertahun-

tahun seperti [ CITATION Ard12 \l 1033 ] :

a. Nyeri kepala (rasa berat di kepala dan tengkuk) adanya peningkatan

tekanan darah inrakranium

b. Penglihatan kabur karena kerusakan pada retina

c. Mengeluh kesulitan tidur

d. Muntah-muntah

e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapile

f. Mengeluh kelelahan

g. Tremor pada otot

f. Diagnosis Hipertensi

Evaluasi tekanan darah dan diagnosis hipertensi termasuk pengukuran

tekanan darah, anamnesis, pemeriksaan fisik, penilaian risiko penyakit

kardiovaskular absolut, pemeriksaan laboratorium, dan uji diagnostik lainnya

jika dibutuhkan. Diagnosis hipertensi bertujuan untuk mengidentifikasi semua

faktor risiko kardiovaskular, mendeteksi kerusakan organ target dan kondisi


11

klinis yang berkaitan, mencari penyebab hipertensi sekunder, dan mengetahui

apa terapi yang digunakan dan kapan terapi tersebut dimulai [ CITATION

Med16 \l 1033 ]

g. Komplikasi

Hipertensi dapat mengakibatkan timbulnya beberapa penyakit lanjutan jika

tidak ditangani seperti [ CITATION Ard12 \l 1033 ]:

1) Gagal ginjal

Gagal ginjal terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah

akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan

dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membrane

glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik

koloid plasma berkurang dan timbul edema.

2) Infark miokard

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang mengalami

aterosklerotik tidak dapat menyuplai oksigen ke miokardium. Karena terjadi

hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel makan kebutuhan oksigen oksigen

miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang

menyebabkan infark.

3) Stroke

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak atau adanya

embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.
12

Arteri-arteri otak yang mengalami ateroskelorosisi dapat menjadi lemah

sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.

4) Ensefalopati

Tekanan yang sangat tinggi akibat kelainan menyebabkan peningkatan

tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh

susunan saraf pusat. Akibatnya neuron-neuron menjadi kolaps dan koma

hingga kematian.

h. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada penderita hipertensi ada dua macam yaitu terapi

farmakologis dan terapi non farmakologis:

1) Terapi farmakologis

a) Golongan diuretik: golongan ini adalah obat pertolongan

pertama dan membantu ginjal membuang air dan garam yang akan

mengurangi volume cairan diseluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan

darah serta menyebabkan pelebaran pembuluh darah.

b) Penghambat adrenergik

Obat ini merupakan sekelompok obat terdiri dari alfablocker, beta-blocker dan

alfa-beta-blocker labetalol yang menghambat efek sistem saraf simpatis.

c) ACE-inhibitor

Angiotensin converting enzyme inhibitor yang menyebabkan penurunan

tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.

d) Angiotensin II blocker
13

Mekanisme obat ini hampir sama dengan ACE inhibitor dapat melebarkan

arteri.

e) Antagonis kalsium

Golongan obat ini dapat memperlebar pembuluh darah.

2) Terapi nonfarmakologis

Terapi non farmakologis hipertensi menurut [ CITATION Ard12 \l 1033 ] dan

[ CITATION ETr14 \l 1033 ]

a) Menurunkan berat badan sampai batas ideal

b) Mengubah pola makan

c) Mengurangi pemakaian garam

d) Berhenti merokok dan minum alkohol

e) Terapi musik

f) Terapi relaksasi progresif

g) Senam aerobik dan yoga

2. SEFT

a. Sejarah

SEFT sebenarnya ditemukan secara kebetulan. Seorang psikiater memiliki

seorang pasien bernama Mary yg sakit phobia pada air (intense water phobia)
14

pada tahun 1980 an. Setiap melihat air perutnya selalu merasa mual. Sejak

kecil sampai usia 25 tahun, ia mandi dengan cara menyeka dengan lap basah

dan tidak pernah ke laut. Selama 2 tahun dia terus kontrol dan tidak juga

sembuh. Setelah nyaris 2 tahun tidak sembuh sembuh, dr.Callahan mencoba

tehnik baru semacam tusuk jarum dari cina. Karena tidak memiliki jarum, dia

mengetuk ngetuk bawah mata sebagai tempat referal dari perut. Setelah di

ketuk ketuk, Mary langsung keluar dan menghampiri kolam renang. Kakinya

dimasukkan ke kolam untuk pertama kali dalam hidupnya. Untuk pertama

kalinya bisa pergi ke pantai [ CITATION Zai13 \l 1033 ]

Dr.Callahan melakukan penelitian dan menemukan kombinasi 3 titik utk

setiap penyakit. Terapi itu disebut TFT (Tought Field Therapy). Kemudian

muridnya bernama Gary Craig menyempurnakan tehniknya. Dia melihat titik

titik kombinasi itu kalau dikumpulkan ada 18 titik. Daripada menghapalkan

tiga titik kombinasi untuk berbagai penyakit, lebih baik mengetuk semua titik

sedang pikirannya menuju ke lokasi yang sakit. Proses ini disebut sebagai

EFT (Emotional Freedom Technique). Intinya adalah penerimaan diri atas

apapun yang kita alami. Misalnya “Meskipun kepala saya sakit sekali, saya

bisa menerima diri saya”. Kemudian pak Achmad Faiz Zainuddin dari

Indonesia belajar dan menambahkan ucapan ucapan bernada spiritual. Lalu

Terciptalah SEFT (Spiritual, Emotional Freedom Technique.) [ CITATION

Zai13 \l 1033 ]

b. Definisi
15

SEFT meupakan teknik penggabungan dari sistem energy tubuh (energy

medicine) dan terapi spiritual dengan menggunakan metode tapping/ketukan

pada beberapa titik tertentu pada tubuh. SEFT bekerja dengan prinsip yang

kurang lebih sama dengan akupuntur dan akupresure. Terapi SEFT

memberikan ketukan ringan (tapping) pada 18 titik meridian tubuh dengan

tujuan untuk menetralisir dan mengaktifkan 12 jalur utama energy meridian

tubuh, sehingga terjadi keseimbangan antara energy tubuh dan menimbulkan

efek relaksasi pada tubuh. Perbedaan terapi SEFT jika dibandingkan dengan

metode akupuntur dan akupresur adalah dari unsur spriritual SEFT yang

diafirmasikan dalam bentuk kalimat doa dapat menimbulkan efek ketenangan

pada seseorang [ CITATION Zai13 \l 1033 ]

c. Konsep

Ada dua versi dalam melakukan SEFT, yaitu pertama versi lengkap dan

yang kedua versih ringkas. Keduanya terdiri dari 3 langkah sederhana,

perbedaanya hanya pada langkah ketiga (the tapping). Pada versi singkat

hanya melakukan tapping pada 9 titik saj, sedangkan pada versi lengkap

tapping dilakukan pada 18 titik. Menurut Ahmad Faiz Zainuddin versi

lengkap maupun versi ringkas dari terapi SEFT terdiri dari 3 tahap yaitu; The

Set-Up, The Tune-In dan The Tapping [ CITATION Zai13 \l 1033 ]

Terapi SEFT versi Lengkap:

1. The Set-Up

The Set-Up bertujuan untuk memastikan agar aliran energy tubuh kita

terarahkan dengan tepat.Langkah ini kita lakukan untuk menetralisir


16

Psychological Reversial atau perlawanan psikologis (biasanya berupa pikiran

negatif spontan atau keyakinan bawah sadar negatif). Jika Keyakinan atau

pikiran negative seperti contoh diatas terjadi, maka ber doa dengan khusyu,

ikhlas dan pasrah “Ya Allah…. Meskipun saya ….(sebutkan keluhan anda)

saya ikhlas menerima sakit/masalah ini, saya pasrahkan pada-MU

kesembuhan saya”. Kata-kata ini disebut The Set-Up Words yaitu kata-kata

yang perlu kita ucapkan dengan penuh perasaan untuk menetralisir

Psychological Reversial (keyakinan dan pikiran negatif). Dalam bahasa

religious, The Set-Up Words adalah doa kepasrahan kita kepada Allah SWT

bahwa apapun masalah dan rasa sakit yang kita alami saat ini, kita ikhlas

menerima dan kita pasrahkan kesembuhannya hanya kepada Allah SWT.

The Set-Up terdiri dari 2 aktifitas yaitu pertama mengucapkan kalimat

seperti di atas dengan penuh rasa khusyu, ikhlas dan pasrah sebanyak 3 kali.

Kemudian yang kedua adalah sambil mengucapakan dengan penuh perasaan

kita menekan dada di bagian Sore Spot (titik nyeri) atau mengetuk dengan dua

ujung jari di bagian Karate chop.

2. The Tune-in

Untuk masalah fisik, kita melakukan Tune-In dengan cara merasakan rasa

sakit yang telah dialami lalu mengarahkan pikiran ke tempat rasa sakit dan

sambil terus 2 hal tersebut, hati dan mulut kita mengucapkan “Ya Allah saya

ikhlas, saya pasrah”. Untuk masalah emosi, kita melakukan Tune-in dengan

cara memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat

membangkitkan emosi negatif yang ingin dihilangkan. Ketika terjadi reaksi


17

negatif (marah, sedih, takut dan kesal) hati dan mulut kita mengatakan “Ya

Allah saya ikhlas, saya pasrah”. Bersamaan dengan Tune-In ini kita lakukan

langkah ke 3 yaitu tapping. Pada proses inilah (Tune-In beserta tapping) kita

menetralisir emosi negative atau rasa sakit fisik.

3. The Tapping

Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik

tertentu di tubuh kita bersamaan dengan Tune-In. Titik-titik ini adalah titik-

titik kunci dari The major Energy Meridians yang jika kita ketuk beberapa

kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit

yang kita rasakan. Karena aliran energy tubuh berjalan dengan normal dan

kembali seimbang. Berikut adalah titik-titik tersebut:

Gambar 2.1
Titik-Titik Kunci dari The Major Energy Meridians
No Gambar Titik Tapping
1 Cr = Crown
Pada titik dibagian kepala.
18

2 EB = Eye Brow
Pada titik permulaan mata

3 SE = Side of Eye
Diatas tulang disamping mata.

4 UE = Under Eye
2 cm dibawah kelopak mata.
19

5 UN = Under Nose
Tepat dibawah hidung

6 Ch = Chin
Diantara dagu dan bagian bawah
bibir.

7 CB = Collar Bone
Diujung tepat bertemunya tulang
dada, collar bone dan tulang rusuk
pertama.
20

8 UA = Under Arm
Dibawah ketiak sejajar dengan
puting susu (pria) atau tepat di
bagian tengah tali bra (wanita).

9 BN = Bellow Nipple
2,5 cm dibawah puting susu (pria)
atau di perbatasan antara tulang
dada dan bagian bawah payudara.

10 IH = Inside Hand
Di bagian dalam tangan yang
berbatasan dengan telapak tangan

11 OH = Outside Hand
Dibagian luar tangan yang
berbatasan dengan telapak tangan.
21

12 Th = Thumb
Ibu jari disamping luar bagian
bawah kuku.

13 IF = Index Finger
Jari telunjuk disamping luar bagian
bawah kuku (dibagian yang
menghadap ibu jari).

14 MF = Middle Finger
Jari tengah samping luar bagian
bawah kuku (dibagian yang
menghadap ibu jari).

15 RF = Ring Finger
Jari manis samping luar bagian
bawah kuku (dibagian yang
menghadap ibu jari).
22

16 BF = Baby Finger
Jari kelingking samping luar bagian
bawah kuku (dibagian yang
menghadap ibu jari).

17 KC = Karate Chop
Disamping telapak tangan, bagian
yang kita gunakan untuk
mematahkan balok saat karate.

18 GS = Gamut Spot
Dibagian antara perpanjangan
tulang jari manis dan tulang
jari kelingking

Sumber : Zainuddin, 2013


23

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Konsep adalah suatu abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal

khusus. Kerangka konsep penelitian pada dasarnya merupakan kerangka

hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui

penelitian-penelitian yang dilakukan oleh peneliti [ CITATION Not12 \l 1033 ]


Kerangka Teori Penelitian

Faktor yang dapat di ubah :


Faktor yang dapat di ubah :  Stress emosional
 Umur  Obesitas
 Jenis kelamin  Konsumsi garam berlebihan
 genetik  Konsumsi alcohol berlebihan
 Merokok
 Olahraga

 Perubahan struktur antomi vaskuler


 Aktivasi baroresptor terhadap saraf otonom Tekanan Emosional :
 System renin-angiotensin-aldosteron  Asumsi tingkat
 Hormone local endotel vaskuler kesembuhan
relatif kecil
 Ancaman
Vaskuler : lumen sempit, dinding kaku,resistensi meningkat kematian
 Diet ketat
 Komplikasi
penyakit
Tekanan darah meningkat dan menetap
MK : Anxiety
Hipertensi

Kemampuan adaptasi terhadap stimulus


internal dan eksternal tidak adekuat

Tekhnik Relaksasi
Keadaan emosional tidak adekuat

Gangguan/blocking system
energy meridian tubuh

Terapi SEFT

Tekanan darah systole


Aliran energy meridian dan diastole
Menetralisir gangguan tubuh kembali normal dan menurun/normal
emosional seimbang
BAB IV
25

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian dapat di artikan sebagai pedoman atau procedure serta

tehnik dalam perencanaan penelitian yang bertujuan untuk membangun strategi

yang berguna yang menghasilkan blueprint atau model penelitian [ CITATION Mol14

\l 1033 ], adapun penelitian ini menggunakan desain penelitian literature reviews,

literature review berisikan ulasan rangkuman dan pikiran penulis tentang beberapa

sumber pustaka (dapat berupa artikel, jurnal, buku, dll) dengan tujuan untuk

mendapatkan gambaran yang berkenaan dengan apa yang sudah pernah dikerjakan

peneliti sebelumnya.

Tujuan dari literature review ini yaitu untuk mengetahui efektifitas SEFT

terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi, variabel dalam

penelitian terdiri dari 2 variabel yaitu terapi SEFT (Variabel bebas) dan Tekanan

darah (Variabel terikat).

B. Populasi dan Sampling dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi atau yang biasa dikenal dengan sebutan universe adalah

keseluruhan dari suatu objek yang akan diteliti sesuai dengan kriteria yang

telah ditentukan [ CITATION Pam171 \l 1033 ]. Adapun populasi dalam

penelitian ini adalah jurnal nasional yang berkaitan dengan pengaruh SEFT

terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi sebanyak 230

artikel.

2. Sampling
26

Sampling didefinisikan sebagai proses pengambilan sampel atau proses

seleksi sampel dari populasi tersebut[ CITATION Pam171 \l 1033 ]. Tekhnik

sampling yang digunakan dalam penelitian literature review ini yaitu dengan

telaah jurnal dari internet dengan search engine google scholar dan portal

garuda menggunakan kata kunci SEFT,Tekanan darah, dan Hipertensi.

Dalam Penelitian ini Peneliti menerapkan kriteria inklusi & ekslusi yang

akan mempengaruhi tercapainya tujuan dari penelitian Literature review ini

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah batasan ciri/karakteristik umum dalam subjek

penelitian [ CITATION Pam171 \l 1033 ]. Kriteria inklusi dalam penelitian

ini meliputi :

 Topik penelitian berkaitan dengan terapi SEFT terhadap tekanan darah

pada hipertensi

 Jenis penelitian kuantitatif

 Hasil dalam artikel adalah membahas efek SEFT terhadap tekanan darah

pada pasien hipertensi

 Jurnal terbitan tahun 2015 - 2020

b. Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi adalah sebagian subjek yang memenuhi kriteria inklusi

yang harus dikeluarkan dari penelitian karena berbagai sebab yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian sehingga menjadi bias [ CITATION Pam171 \l

1033 ]. Peneliti tidak menerapkan kriteria ekslusi dalam penelitian ini

literature review ini


27

3. Sampel

Sampel dalam penelitian ini yaitu artikel yang tersaring melalui proses

sampling sebanyak 13 artikel yang berasal dari jurnal penelitian yang

berhubungan dengan pengaruh SEFT terhadap penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi

C. Tahapan Literature Review

Berdasarkan penelitian yang menggunakan desain literature review, terdapat

beberapa tahapan yang harus dilakukan sehingga hasil studi literature tersebut

dapat di akui kredibilitasnya. Adapun tahapan tahapan tersebut sebagai berikut :

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi adalah proses dan hasil pengenalan atau inventarisasi masalah.

Masalah penelitian (research problem) merupakan sesuatu yang penting di

antara proses yang lain, dikarenakan hal tersebut menentukan kualitas suatu

penelitian. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji permasalahan melalui

jurnal-jurnal penelitian nasional dan internasional yang berasal dari laporan

hasil penelitian primer. Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelusuran

jurnal dan prosiding dengan menggunakan search engine google scholar dan

Portal Garuda. Dengan menggunakan kata kunci SEFT, Tekanan Darah dan

hipertensi dengan batasan tahun 2015-2020, diperoleh data 230 artikel

penelitian yang terdiri dari 129 artikel dari Google Scholar dan 101 artikel

dari Portal Garuda.

2. Screening
28

Screening adalah penyaringan atau pemilihan data yang gunanya untuk

memilih masalah penilitian yang sesuai dengan topik. Dalam penelitian ini

screening dilakukan dengan cara membaca dengan cepat menggunakan kata

kunci judul jurnal, tahun terbit, tipe artikel dan topik permasalahan. Dari hasil

screening diperoleh 15 judul penelitian primer yang terdiri dari 12 judul dari

google scholar dan 3 judul dari Portal Garuda

3. Penilaian Kualitas

Dalam penilaian kualitas pada metode literature reviews (LR) yang dimaksud

adalah penilaian sumber data yang eligible sesuai dengan kriteria inklusi.

Penilaian kualitas artikel dalm penelitian ini menggunakan kriteria inklusi

yang telah ditetapkan peneliti, artikel dapat diakses beserta fulltext

dokumennya, dan tidak terjadi duplikasi artikel. Dari hasil penilaian diperoleh

artikel sebanyak 13 artikel yang terdiri dari 11 judul dari google scholar dan 2

judul dari Portal Garuda

4. Ekstrasi Data

Adapun ekstrasi data dapat dilakukan jika semua data yang telah memenuhi

syarat telah diklasifikasikan untuk semua data yang ada. Setelah proses

screening dilakukan maka hasil dari ekstrasi data ini dapat diketahui pasti dari

jumlah awal data yang dimiliki berapa dan yang masih memenuhi syarat untuk

selanjutnya di analisis lebih jauh dan relevan

5. Analisis Data

Analisis data dapat dilakukan jika semua data yang telah memenuhi syarat

telah di klarifikasi untuk semua data yang ada. Setelah proses screening dan
29

penilaian kualitas dilakukan, maka hasil dari analisis data ini dapat diketahui

pasti dari jumlah awal data yang dimiliki berapa yang masih memenuhi syarat

untuk selanjutnya dianalisa lebih jauh dan relevan. Analisis data dalam

penelitian ini dimulai dengan membaca perkalimat secara keseluruhan dari 13

artikel, kemudian dimasukan ke dalam tabel analisa yang meliputi judul dan

penulis, tujuan, desain penelitian dan instrumen, karakteristik sample,

intervensi, dan hasil penelitian.

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan sesuai dengan proses penelitian yang telah ditentukan

meliputi proses identifikasi, screening, penilaian kualitas, analisis data dan

menulis hasil analisis. Adapun langkah proses dan hasil data yang diperoleh

digambarkan dalam bagan berikut ini:

Pencarian melalui Pencarian melalui


Google Scholar Portal Garuda
30

Hasil seleksi jurnal secara keseluruhan


Tahapan Screening :
1. Tipe Jurnal (Peer
review, Full
Text)
Screening jurnal didapatkan hasil 2. Terbit Jurnal
2015-2020
(n=15)

Jurnal Full Text : 13


Jurnal yang dapat diakses penuh (Full Text)
Google Scholar : 11
(n=13)

Kriteri inklusi :
 Topik penelitian
berkaitan dengan
terapi SEFT
terhadap tekanan
Jumlah jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi darah pada
hipertensi
(n=13)  Jenis penelitian
Adapun hasil analisis terdapat 13 artikel penelitian sebagai berikut : kuantitatif
 Hasil dalam
1. Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap artikel adalah
membahas efek
Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja SEFT terhadap
tekanan darah
Puskesmas Pauh Kota Padang yang di tulis oleh Susanti Deby dengan pada pasien

tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh SEFT terhadap penurunan

tekanan darah pada pasien hipertensi, Menggunakan metode penelitian

quassy eksperiment dengan pendekatan one group pretest-postest,

menggunkan tehnik purposive sampling, partisipan berjumlah 17


31

responden, SEFT diberikan oleh terapis yang berlisensi selama kurang

lebih 10 menit sebanyak 1 kali sehari selama 3 hari bertutut-turut, analisis

data menggunakan uji paired T-test dengan hasil penelitian hasil penelitian

didapatkan rerata penurunan tekanan darah sistolik yaitu 12,35 mmhg dan

rerata penurunan tekanan darah diastolic yaitu 7,35 mmhg.

2. Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap

Teakanan Darah Penderita Hipertensi yang ditulis oleh Hendri Fajri

Rofacky & Faridah Aini, dengan tujuan penelitian untuk menganalisis

pengaruh spiritual tekhnik kebebasan emosional (SEFT) terhadap tekanan

darah pada pasien hipertensi, Menggunakan desain quassy eksperimental

dengan pendekatan with control group pretest-postest, menggunakan

tekhnik purposive sampling, Partisipasn berjumlah 30 responden yang

terbagi menjadi 2 kelompok, 15 responden kelompok intervensi. 15

responden kelompok control, Intervensi SEFT diberikan selama satu kali

dalam 15 menit yang dilakukan selama satu hari, Rerata penurunan

tekanan darah systole dan diastole pada kelompok intervensi sebelum dan

sesudah terapi SEFT yaitu 1,46 mmhg / 0,67 mmhg dan pada kelompok

control nilai rata-rata mengalami kenaikan yaitu 0,6 mmhg / 0,66 mmhg

3. The Effect Of SEFT Therapy to Decrease Hipertension yang ditulis oleh

Sunardi, Edi Purwanti, Titin Sakinah, dengan tujuan untuk mengetahu

efektifitas SEFT terhadap penurunan tekanan darah pada pasien

hipertensi,Menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif

analitik, desain case control, menggunakan quota sampling, Partisipant


32

berjumlah 30 responden, analisis data menggunkan uji T-Test

Independent, Rerata penurunan tekanan darah pada kelompok perlakuan

yaitu systole/diastole 16 mmhg / 5 mmhg dan pada kelompok control

mengalami peningkatan pada systole yaitu sebesar 2 mmhg

4. Efektifitas Spiritual Emotional Freedom Therapy (SEFT) Dalam

Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia diatas 65 tahun Yang

Mengalami Hipertensi yang di tulis oleh Lilis Lismayanti, Nina Pamela

Sari, dengan tujuan penelitian untuk mengetahui efektifitas SEFT dalam

menurunkan tekanan darah pada lansia di atas 65 tahun yang mengalami

hipertensi, Menggunakan metode quassy eksperiment tanpa grup control

pretest-posttest, tehnik sampling menggunakan purposive sampling,

Partisipan berjumlah 30 responden, SEFT berpengaruh terhadap

penurunan tekanan darah dengan hasil rata rata tekanan darah lansia

sebelum diberikan SEFT sebesar 175/93.6 mmhg dan setelah dilakukan

SEFT menjadi 171,7/92,5 mmhg

5. SEFT Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi yang di tulis

oleh Gita Nur Fitri, Lilis Lismayanti, Nina Pamela Sari, dengan tujuan

penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi SEFT terhadap penurunan

tekanan darah pada lansia, Jenis penelitian menggunakan pendekatan

quassy eksperiment dengan jenis eksperimental pretest-posttest two group

design yang menggunakan intervensi pada kedua kelompok, Partisipan

berjumlah 30 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan

jenis kelamin, 15 respoden laki-laki dan 15 responden perempuan, Rerata


33

penurunan tekanan darah pada kelompok laki-laki sebelum-sesudah

diberikan SEFT yaitu sebesar systole/diastole 6,6 mmhg / 5,67 mmhg,

rerata penurunan tekanan darah sebelum-sesudah SEFT pada kelompok

perempuan yaitu sebesar systole/diastole 9,33 mmhg / 8,08 mmhg

6. Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap

Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Dusun Sawahan, Nogotirto,

Gamping, Sleman, Yogyakarta yang di tulis oleh Ika sartika, dengan

tujuan penelitian untuk mengetahui tekanan darah sistolik dan diastolic

sesudah diberikan SEFT, Menggunakan penelitian kuantitatif dengan

metode quassy eksperiment menggunakan design with control group

pretest posttest dengan tehnik pengambilan sampel mengggunakan

purposive sampling, Partisipan berjumlah 30 responden, Terapi SEFT

dilakukan sebanyak 3 kali dalam waktu 1 minggu, analisa data

menggunakan statistic non parametric dengan menggunakan uji Mann

Withnay U-test, Rata-rata penurunan tekanan darah pada kelompok

intervensi yaitu sebesar systole/diastole 23,34 / 7,33 mmhg, dan rata-rata

pada kelompok control mengalami kenaikan sebesar systole/diastole

11,33/6,66 mmhg

7. Deskripsi Keberhasilan Terapi SEFT Pada Penderita Hipertensi Di Desa

Pandau Jaya Kec. Siak Hulu kab. Kampar yang di tulis oleh Muswarni &

Hanaya, dengan tujuan penelitian untuk melihat gambaran keberhasilan

terapi SEFT terhadap penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi,Menggunkan desain quassy eksperimental dengan rancangan


34

pretest-posttest without control group, menggunakan tehnkik purposive

sampling, Partisipan berjumlah 64 responden,menggunakan uji statistic

paired sample t test, Rerata penurunan tekanan darah pada kelompok

intervensi sebelum-sesudah diberikan SEFT yaitu sebesar systole/diastole

12,25 / 10,83 mmhg, pada kelompok control justru mengalami

peningkatan pada nilai diastolik dengan rerata 0,94 mmhg

8. Apliakasi Model Supportif Pada Intervensi Spiritual Emotional Freedom

Technique (SEFT) Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia

Hipertensi Di Panti Werdha Teratai yang di tulis oleh Sri Maryatun,

dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh SEFT dengan

aplikasi model supportif group dengan intervensi SEFT, Menggunakan

desain eksperimental dengan rancangan pretest-posttest with control

group, pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling,

Partisipan berjumlah 34 orang, Rerata penurunan tekanan darah systole

pada kelompok intervensi sebesar 10,41 mmhg dan pada kelompok control

4,06 mmhg, rerata penurunan tekanan darah diastole pada kelompok

intervensi sebesar 8,35 mmhg dan pada kelompok control 4,24 mmhg

9. Efektifitas Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) dan Menyanyi

Terhadap Tekanan Darah Lansia di Rumpelsos Pucang Gading Semarang

yang di tulis oleh Sonhaji & Roland Lekatompessy, dengan tujuan

penelitian untuk mengetahui efektifitas terapi SEFT dan menyanyi

terhadap tekanan darah,Menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan

rancangan quassy eksperiment with two group design pretest-posttest,


35

Partisipant berjumlah 34 responden, analisis menggunakan uji statistic

paired, man withney dan independent t test, Reta-rata tekanan darah pada

kelompok SEFT sebelum-sesudah Intervensi yaitu 173,76/96,41 mmhg

menjadi 170,29/93,82 mmhg, rata-rata tekanan darah pada kelompok

menyanyi sebelum-sesudah yaitu sebesar 170,29/93,82 mmhg menjadi

168,00/87,00 mmhg

10. Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)

Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Dusun Randu

Hargobinanagun Pakem Sleman Yogyakarta yang di tulis oleh Elisabeth

Eka Dias Yuniasti, dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh

SEFT terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi,Penelitian

ini merupakan quasy eksperiment dengan menggunakan rancangan time

series design. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 93, menggunakan

purposive sampling, didapatkan jumlah sampel 26 orang. Uji statistik yang

digunakan adalah Uji Wilcoxon Sign Rank Test, Uji Wilcoxon Sign Rank

Test menunjukkan bahwa hasil perhitungan, p value 0.000 (p value< 0.05)

maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan: Ada

pengaruh tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan terapi spiritual

emotional freedom technique

11. Pengaruh Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di

Wilayah Puskesmas Tahunan yang di tulis oleh Sholihul Huda & Galia

Wardha Alvita, dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh


36

SEFT terhadap penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi,Menggunakan desain quassy eksperiment dengan rancangan one

group pretest-posttest with control group design, menggunakan tehnik

purposive sampling dengan sampel berjumlah 33 responden, Rerata

penurunan tekanan darah pada kelompok intervensi sebesar 25,692/5,131

mmhg, sedangkan pada kelompok control mengalami penurunan pada

nilai systole sebesar 0,60 mmhg dan mengalami kenaikan pada nilai

diastole 0,90 mmhg

12. Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap

Hipertensi Pada Lansia yang di tulis oleh Chindy Maria Orizani, tian untuk

membuktikan adanya pengaruh SEFT terhadap tekanan darah pada

penderita hipertnsi,dengan tujuan penelDesain penelitian yang digunakan

adalah pre eksperimental dengan rancangan pra-pasca test dalam satu

kelompok, partisipan berjumlah 30 responden, menggunakan instrument

penelitian SOP terapi SEFT dan Lembar observasi tekanan darah pre-

pasca, analisa yang digunakan menggunakan aplikasi SPSS dengan uji

statistic wilcoxon p= 0,000 (α=0,05),

13. Efektivitas Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi yang di

tulis oleh Murni, dengan tujuan penelitian untuk mengatahui efektifitas

SEFT terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi, Jenis penelitian ini

merupakan analitik kuantittatif menggunakan desain quassy eksperiment

dengan rancangan pretest-posttest with control group design, Partisipan


37

berjumlah 60 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok, 30 kelompok

eksperimen dan 30 kelompok control, Kelompok eksperiment diberi

perlakuan SEFT selama ± 20 menit, sednagkan kelompok control tidak

diberi perlakuan, pada anlisis univariat dilakukan test of normality untuk

menilai data yang berdistribusi normal, menggunakan uji T-test, Pada

kelompok eksperiment mengalami peneurunan yang dignifikan setelah

diberikan perlakuan SEFT,sedangkan pada kelompok control tidak

mengalami perubahan yang signifikan, terapi SEFT efektif dalam

menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi


38

BAB VI

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil telaah jurnal yang di lakukan, hasil Penelitian menunjukan

bahwa SEFT berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada systole

maupun diastole terhadap pasien hipertensi kalangan dewasa maupun lansia.

Sistole adalah tekanan darah saat jantung berdetak dan berkontraksi (berkerut)

memompa darah ke seluruh tubuh,tekanan darah systole sering di ukur dengan

indikasi bunyi pertama yang di dengar saat pengukuran tekanan darah, hal ini

terjadi saat ventrikel berkontraksi, tekanan di dalam ventrikel menjadi lebih besar

dari pada di atrium dan katup AV menutup, dalam waktu singkat tekanan aorta

dan arteri pulmonalis masih tetap lebih tinggi dari pada tekanan di dalam

ventrikel, shingga katup aorta dan pulmonalis tetap tertutup, seiring dengan

peningkatan tekanan di dalam ventrikel, katup aorta dan pulmonalis terbuka

dengan cepat dan darah mengalir keluar ventrikel dengan kecepatan dan tekanan

tinggi sehingga periode kontraksi ventrikel ini disebut systole, sedangkan tekanan

diastole merupakan tekanan darah arteri yang di hasilkan pada saat ventrikel

relaksasi, yang biasanya diketahui saat pengukuran tekanan darah yaitu ketika

mendengar bunyi terakhir (Corwin 2009 dalam lilis 2015). Hasil analisis terhadap
39

artikel yang di telaah, sebanyak 13 dari 13 artikel yang di telaah menyebutkan

SEFT terbukti efektif dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi,

tentunya hal ini menjadi kabar baik terhadap penderita hipertensi agar mampu

mengontrol tekanan darah dan mencegah dari berbagai komplikasi.

Salah satu yang menyebabkan peningkatan tekanan darah adalah Faktor

Stress/emosional, saat stress tubuh akan melepaskan hormone adrenalin, kortisol

dan norepinefrin, yang menyebabkan peningkatan denyut jantung dan kontraksi

jantung lebih kuat, pembuluh darah yang mengalirkan darah ke jantung pun

melebar sehingga meningkatkan jumlah darah yang di pompa, hipertensi adalah

salah satu penyakit yang di pengaruhi oleh psikologis atau emosional, hal ini

dapat dilihat dari berbagai landasan emosi yang mempengaruhi penyakit fisik

yaitu hipertensi dipengaruhi oleh permasalahan masa lalu yang tidak terselesaikan

[ CITATION Zai13 \l 1033 ]. Faktor Emosional pasien hipertensi dapat disebabkan

dari berbagai hal, baik karena penolakan pasien terhadap keadaan penyakit

hipertensi atau karena masalah kediupan yang menyebabkan gangguan emosi

pada pasien (Lismayanti,2018). Hipertensi dapat dikontrol dengan terapi

farmakologi maupun non farmakologi, secara non farmakologi hipertensi dapat

diatasi dengan memodifikasi gaya hidup salah satunya dengan menekan faktor

stress/emosional melalui terapi relaksasi (Muttaqin,2010). SEFT merupakan salah

satu terapi relaksasi, terapi relaksasi memberikan efek sama dengan obat

antihipertensi dalam menurunkan tekanan darah, prosesnya yaitu di mulai dengan

membuat otot otot polos pembuluh darah arteri dan vena menjadi rileks bersama

otot-otot lain dalam tubuh. Efek dari relaksasi otot-otot ini menyebabkan kadar
40

neropinefrin dalam darah menurun, otot-otot yang rileks ini akan menyebarkan

stimulus ke hipotalamus sehingga jiwa dan organ dalam tubuh manusia merasakan

ketenangan dan kenyamanan, keadaan ini akan menekan system saraf simpatik

sehingga produksi hormone epinefrin dan neropinnefrin dalam darah menurun

sehingga kerja jantung pun menjadi menurun, dan ketika kerja jantung menurun

secara otomatis tekanan darah ikut menurun [ CITATION Mil12 \l 1033 ], Hal ini di

dukung dengan hasil penelitian yang dilakukan [ CITATION Taw13 \l 1033 ]

menyebutkan bahwa tehnik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan tekanan

darah pada pasien hipertensi dengan cara responden di ajarkan tekhnik relaksasi

selama 15 menit.

Jika menstimulasi titik titik meridian tubuh selama 10-15 menit dan dengan

intensitas ketukan yang sama dapat membantu mengurangi kecemasan dan

membuat perasaan menjadi lebih tenang dan nyaman, sebagaimana penderita

hipertensi banyak yang mengalami kecemasan yang mengakibat tekanan darah

semaikin meningkat, dan dengan menstimulasi titik titik SEFT dapat merangsang

pengeluaran hormone endorphin yang berfungsi sebagai hormone kebahagiaan

[ CITATION Tha10 \l 1033 ]


41

BAB VII

KESIMPULAN & SARAN

KESIMPULAN

Terapi SEFT terbukti efektif dalam menurunakan tekanan darah pada pasien

hipertensi dengan memberikan efek relakasasi terhadap orang yang di terapi,

mekanisme terapi SEFT bekerja dengan cara mengetuk titik titik meridian tubuh

sehingga membantu invidu bebas dari tekanan emosional (Pikiran negative) yang

merupakan salah satu penyebab meningkatnya tekanan darah.

SARAN

1. Institusi Pendidikan

Hasil literature review ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi

baru dan bahan bacaan pada kepustakaan khususnya dalam mata ajar

terapi komplementer

2. Institusi Pelayanan

Hasil penelitian literature review ini diharapkan dapat dijadikan referensi

dalam penerapan asuhan keperawatan terhadap pada pasien hipertensi.

3. Profesi Keperawatan

Hasil penelitian literature review diharapkan dapat menjadi salah satu

bahan masukan bagi profesi keperawatan dalam memberikan terapi non


42

farmakologi agar lebih kaya dalam pemberian intervensi keperawatan

mandiri

4. Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian serupa tentang

ini, diharapkan mampu melakukan terapi SEFT secara mandiri dan

tersertifikasi serta mampu mengajarkan tekhnik SEFT kepada setiap

responden.
DAFTAR PUSTKA

Bibliography
Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.

Benjamin, a. a. (2017). Hearth Dease and Stroke Statistics 2017 Update. American

Hearth Association.

Kemenkes. (2014). Infodatin Hipertensi. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Kemenkes. (2015). Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta:

Kementrian Kesehatan RI.

Kemenkes. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Medley, T., & Wilson, J. (2016). Guideline For the Diagnosis an Management of

Hypertension in Adults. Melbourne: National Herth Foundation of ustralia.

Moleong, L. (2014). Metedologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Notoatmodjo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Palmer, A., & William, B. (2010). Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga.

Pamungkas, R. A., & Usman, A. M. (2017). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Trans

Info Media.

Sholeh, A. Y. (2010). Berdzikir Untuk Kesembuhan Saraf. Jakarta: Penerbit Zaman.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif . Bandung: Alfabeta.

Thayib, S. (2010). Preview Spiritual Emotional Freedom Technique . Surabaya: LoGos

Institute.

Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpada.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

40
Udjianti, W. J. (2011). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Yonata. (2016). Hipertensi Seabagai Faktor Pencetus Terjadinya Stroke. Yogyakarta:

Mediaction.

Zaenurohmah, D. H., & Rachmayanti, R. D. (2013). Hubungan Pengetahuan dan Riwayat

Hipertensi dengan Tindakan Pengendalian Tekanan Darah Pada Lansia. Jurnal

Berkala Epidemiologi, 174-184.

Zainuddin, A. F. (2013). Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) For Healing +

Succes + Happines + Greatness. Jakarta: Afzan Publishing.

41

Anda mungkin juga menyukai