Anda di halaman 1dari 4

TRANSFER PASIEN: LOGROLL DAN PENGGUNAAN LONG SPINE BOARD

(LSB)

1. Analisis situasi
Log roll adalah sebuah teknik yang digunakan untuk memiringkan klien
yang badannya setiap saat dijaga pada posisi lurus sejajar (seperti sebuah batang
kayu). Contohnya untuk klien yang mengalami cidera spinal. Asuhan yang benar
harus dilakukan untuk mencegah cidera tambahan. Teknik ini membutuhkan 2-5
perawat. Untuk klien yang mengalami cidera servikal, seorang perawat harus
mempertahankan kepala dan leher klien tetap sejajar. Tujuan dari Log roll yaitu
untuk mempertahankan alignment anatomis yang benar dalam usaha untuk
mencegah kemungkinan cedera neurologis lebih lanjut dan mencegah penekanan
area cedera. Prosedur log roll diimplementasikan pada tahapan-tahapan
manajemen pasien trauma termasuk: sebagai bagian dari primary and secondary
survey untuk memeriksa tulang belakang klien, sebagai bagian dari proses
pemindahan dari dan ke tempat tidur (seperti di radiologi), untuk pemberian
perawatan collar servikal atau area tertekan, memfasilitasi fisioterapi dada, dll
(Suarningsih, 2017).
Sedikitnya empat orang penolong dibutuhkan untuk membantu dalam
prosedur log roll dengan tugas sebagai berikut: satu penolong untuk menahan
kepala klien, dua penolong untuk menahan dada, abdomen dan lengan bawah.
Tambahan satu orang mungkin juga akan dibutuhkan pada saat melakukan log
roll klien trauma yang gemuk, tinggi atau memiliki cedera pada lengan bawah,
satu penolong melakukan prosedur yang dibutuhkan (misalnya pengkajian
tulang belakang klien) (Suarningsih, 2017).
Sebuah papan belakang, juga dikenal sebagai papan tulang panjang
(LSB), longboard, spineboard, atau papan, adalah sebuah perangkat penanganan
pasien digunakan terutama dalam pra-rumah sakit, dirancang untuk immobilisasi
gerakan dari pasien dengan cedera tulang belakang atau anggota badan yang
diduga. Long Spine Board terutama diindikasikan dalam kasus trauma di mana
tenaga medis atau penyelamatan percaya bahwa ada kemungkinan cedera tulang
belakang. LSB biasanya terbuat dari bidai kayu yang keras atau benda yang
sintetis yang tidak akan menyerap darah dengan panjang sekitar 2 meter
(Suarningsih, 2017).
2. Alat dan bahan yang diperlukan
a. LSB
b. Strap 4-5 buah
c. Neck collar
3. Prosedur pelaksanaan
a. Pre-Orientasi
1) Menyiapkan alat dan bahan
2) Cuci tangan sebelum kontak dengan pasien
b. Orientasi
1) Salam
2) Mengidentifikasi identitas perawat dengan menanyakan nama dan
tanggal lahir, kemudian validasi dengan gelang pasien
3) Memperkenalkan diri perawat
4) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan tindakan
5) Menjaga privasi pasien
6) Cuci tangan sebelum kontak dengan pasien
7) Pakai sarung tangan
c. Kerja
1) Dengan 3 perawat: 1 perawat mempertahankan leher pasien tetap luru, 2
perawat berada disamping pasien pada sisi yang sama dengan 1 perawat
memegang bahu dan panggul pasien pada sisi berlawanan, dan 1 perawat
memegang punggung dan paha/lutut pasien pada arah berlawanan.
2) Perawat yang memegang leher sebagai ketua tim, memberikan isyarat
hitungan agar gerakan setiap perawat sama/ terkoordinasi untuk
menghindari perburukan kemungkinan kondisi cedera pada pasien
3) Dengan 3 hitungan miringkan pasien kearah posisi 2 perawat
4) Kemudian perawat mengkaji kondisi tulang belakang, apakah ada cedera
atau tidak
5) Kemudian geser LSB mendekati pasien dengan bagian kepala pada
tengah LSB
6) Setelah itu, dengan 3 hitungan, kembali baringkan pasien diatas LSB
7) Kemudian perawat dapat memposisikan pasien diatas LSB dengan
sempurna dengan menariknya ke atas secara bersamaan melalui hitungan
ketua tim. Lakukan penarikan dengan memgang pada bagian ketiak dan
panggul pasien, dengan kepala tetap dipertahankan paten.
8) Dengan tetap menjaga kepatenan leher, 1 perawat yang lain dapat
memasang neck collar pada leher pasien, sedangkan 1 perawat lainnya
memasang strap pada bagian lutut, pangkal paha dan dada pasien.
9) Setelah itu pasang pula staps pada bagian dahi dan dagu pasien untuk
mencegah pergerakan kepada selama transportasi yang dapat
mengakibatkan perburukan kondisi cedera pasien
10) Pastikan peralatan yang terpasang pada pasien tidak tertekuk atau
tertindih oleh pasien untuk mencegah overekstensi dan kemungkinan
tertarik selama prosedur transportasi
11) Dengan 4 perawat, dimana setiap perawat memegang pada setiap sudut
LSB dengan kedua tangan, dengan 3 hitungan naikkan LSB pada paha
perawat dengan posisi berlutut
12) Kemudian, sama dengan 3 hitung, perawat berdiri secara bersamaan,
kemudian melepaskan pegangan pada tangan yang berlawanan
13) Kemudian dengan 3 hitungan, perawat berjalan bersama-sama
malakukan transportasi pasien
d. Terminasi
1) Setelah transportasi selesai, bereskan alat dan bahan
2) Lepas sarung tangan
3) Melakukan cuci tangan setelah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
4) Mendokumentasikan tindakan pada catatan keperawatan pasien

4. Lesson learned
Ini bukan kali pertama saya melakukan transportasi pasien, sebelumnya
saya sudah pernah mempraktekkannya pada saat BLS maupun disaster nursing
baik menggunakan LSB, scoop strecher, dan tandu buatan menggunakan bambu
dan anyaman tali dan baik pada pasien dengan cedera servikal maupun tanpa
cedera. Pembelajaran ini menjadi kesempatan saya untuk mereview kembali apa
yang telah dipelajari sebelumnya, dengan pemahaman yang lebih baik akan
menghasilkan keterampilan yang baik pula sehingga dalam prakteknya dapat
lebih baik dari sebelumnya dan akan sangat bermanfaat dalam pengaplikasian
ketika sudah berada pada dunia kerja nantinya.
5. Referensi
Suarningsih, N. K. A. (2017). Pelaksanaan Teknik Memindahkan Pasien
Trauma. Bali: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai