Anda di halaman 1dari 8

Panduan Pelaksanaan Kegiatan Pasca Pemicuan STBM Stunting

Pemicuan secara filosofis adalah upaya membangkitkan


semangat/motivasi/keinginan masyarakat untuk melakukan
perubahan. Seperti memicu korek api, maka diharapkan
muncul api sebagai symbol semangat/motivasi dan
keinginan masyarakat baik individu-individu keluarga
muapun kolektif masyarakat untuk menyelesaikan masalah
yang diidentifikasi pada saat pemicuan. Seperti layaknya
api, maka api dapat mengecil maupun membesar, untuk itu
kegiatan pasca pemicuan juga sangat menentukan
keberhasilan dari pendekatan STBM Stunting tersebut. Jika
api mengecil ketika belum terjadi perubahan total di masyarakat maka harus dijaga supaya api tersebut
tetap menyala agar dapat mencapai tujuan STBM stunting yang diinginkan. Namun sebaliknya, dengan
kegiatan-kegiatan pasca pemicuan diharapkan api akan terus membesar dan mampu mendorong
perubahan total di masyarakat.

Oleh karena setelah dilakukan pemicuan STBM Stunting maka tim fasilitator wajib melaksanakan
kegiatan-kegiatan pasca pemicuan. Ada 6 tujuan utama dalam melaksanakan kegiatan pasca pemicuan

• Memperkuat komitmen perubahan baik individu/keluarga yang terpicu dan perubahan


masyarakat secara kolektif
• Menggali opsi teknologi sanitasi untuk 5 pilar STBM + Stunting
• Membangun jejaring layanan penyediaan sanitasi dan gizi
• Melakukan pendampingan dan monitoring perkembangan perubahan 5 pilar STBM+Stunting
bersama masyarakat secara partisipatif
• Mengembangkan media and kegiatan promosi untuk perubahan perilaku yang berkelanjutan
baik pilar sanitasi maupun untuk pilar stunting.
• Melaksanakan Verifikasi STBM dan Deklarasi ODF/ STBM dan bebas Stunting

Untuk mewujudkan hal ini setidaknya ada 7 jenis kegiatan yang bisa dilakukan

1. Kegiatan IMAS dan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat

Kegiatan Identifikasi Masalah dan Analisa Situasi sebenarnya secara tidak langsung sudah terjadi pada
saat kegiatan pemicuan, oleh karena itu terkadang kegiatan IMAS bisa digabungkan dengan kegiatan
pemicuan. Pada daerah yang telah melaksankan pemicuan terpisah dari IMAS maka kegiatan IMAS bisa
di arahkan untuk memperkuat komitmen perubahan dengan mendiskusikan hasil analisa masalah dan
dampak yang di dapatkan pada saat pemicuan kepada pihak-pihak terkait dan partisipan yang lebih
besar lagi.

Tujuan:

a. Menjadi wadah/forum formal untuk mempresentasikan hasil pelaksanaan analisa kondisi dan
dampak (dari pemicuan) yang telah dilakukan.
b. Memperkuat kembali komitmen untuk membuat perubahan secara kolektif menuju desa stop BABS,
desa STBM dan bebas Stunting.
c. Memfasilitasi penyusunan rencana kerja masyarakat untuk mewujudkan desa Stop BABS/STBM &
Bebas stunting .
Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan

No Agenda Waktu Penjelasan Proses


1 Pembukaan 10-15 Pembukaan acara sebaiknya dilakukan oleh otoritas setempat seperti camat/ Kepala desa/Geuchik/kepala
kegiatan menit dusun

Tips: Lakukan briefieng dengan otoritas setempat itu sebelum acara, agar sambutan yang diberikan sejalan
dengan semangat perubahan STBM Stunting.
2 Pemaparan hasil 20-30 Fasilitator bisa mulai memaparkan data-data yang diperoleh dari hasil analisa kondisi dan dampak sanitasi dan
pemicuan menit masalah kesehatan dan gizi ibu dan anak pada pemicuan lalu. Data-data tersebut antara lain: (a) jumlah
keluarga yang sudah mengakses sanitasi versus yang masih BAB selain di WC (b) data-data pilar 2, 3, 4 dan 5
jika ada (c) data anak-anak yang memiliki gangguan pertumbuhan/ stunting (d) data ibu-ibu yang kekurangan
darah/anemia (e) Data-data terkait lainnya (termasuk data KS).

Tips: Gunakan peta yang telah disalin ke kertas besar untuk ditampilkan. Visualisasi akan memudahkan
masyarakat untuk memahami informasi yang diberikan.
3 Diskusi dampak 20-30 Fasilitator mempersilahkan satu hingga tiga perwakilan peserta untuk menjelaskan dampak yang terjadi dari
BABS dan menit perilaku BABS dan pilar stunting yang tidak dilakukan (misalnya tidak memantau pertumbuhan, membiarkan
gangguan gizi ibu hamil ataupun pemberian makan untuk bayi dan anak yang tidak sesuai usia).
pertumbuhan
anak Fasilitator kemudian memperkuat dan melengkapi kembali penjelasan dari perwakilan peserta tadi. Penjelasan
ini harus berdasarkan hal-hal yang di sampaikan oleh peserta pada pemicuan sebelumnya. Pada kesempatan
ini kesempatan fasilitator menguatkan hal-hal yang di sampaikan pada saat pemicuan sebelumnya dan yang
dapat memicu kembali misalnya “makan tinja sendiri, makan tinja tetangga, mengumbar aurat, dll”. Fasilitator
juga bisa menyiapkan bahan-bahan terkait berupa video dan foto-foto dokumentasi pemicuan ataupun bahan
tayang terkait. Ingat jangan memperkuat hal-hal yang tidak pernah di diskusikan pada pemicuan sebelumnya.

Tips: Gunakan gambar-gambar alur kontaminasi dari tinja ke mulut yang pernah di pakai di pemicuan. Biarkan
peserta yang menjelaskan bukan fasilitator.
4 Penyusunan 30-60 Fasilitator mencoba menanyakan kembali keinginan masyarakat untuk membuat perubahan dari kondisi
Rencana Kerja menit tersebut dan kali ini gali solusi /cara untuk menyelesaikan masalah tersebut:
Pertanyaan panduan:
• “ Bagaimana rencana Bapak/ibu yang kemarin ingin menjadi pelopor perubahan di kampung ini (yang tanda
tangan di kontrak sosial), apakah sudah ada yang memulai dan bahkan selesai membuat perubahan?”
• “Jika Bapak/Ibu sudah berubah, bagaimana dengan yang lain, apakah tidak ada pengaruh jika hanya sebagian
masyarakat sudah berubah sedangkan yang lain tidak?”
• “Apa yang bisa bapak/Ibu dan masyarakat disini lakukan untuk membuat perubahan menyeluruh (satu
komunitas) ?”
Persilahkan masyarakat untuk bertukar pendapat dan beri kesempatan mereka untuk merumuskan rencana
aksi mereka. Minta juga mereka menuliskan rencana aksi mereka agar bisa diketahui banyak orang.

Tips: Rencana aksi harus bertumpu pada kekuatan masyarakat sendiri, bukan dukungan pihak luar. Jika
diputuskan untuk menggunakan sumber daya mereka (misalnya dana desa) untuk menyelesaikan masalah
yang teridentifikasi sebelumnya maka harus sepenuhnya dari pemikiran mereka. Oleh karena itu fasilitator
harus menghindari memberi ide contoh rencana aksi misalnya saran untuk pakai dana desa, dll.
5 Penutupan 10 Perkuat komitmen masyarakat untuk menjadikan desa mereka sebagai desa stop BABS dan bebas stunting.
kegiatan menit Beri kesempatan otoritas setempat untuk menutup kegiatan.

Peserta yang diharapkan ikut dalam kegiatan ini adalah pihak otoritas setempat dan para aparatnya, perwakilan masyarakat termasuk yang ikut
pemicuan, tokoh-tokoh masyarakat, para natural leaders dari hasil pemicuan, dan konsultan masyarakat.

Gambar 1 Kegiatan IMAS yang dilakukan oleh tim fasilitator STBM stunting di Sabang
2. Kegiatan Monitoring Partisipatif

Memantau perkembangan upaya perubahan


perilaku masyarakat sesuai pilar STBM stunting
harus dilakukan secara rutin. Pemantauan ini juga
harus dilakukan secara bersama-sama dengan
masyarakat. Jika sudah ada inisiatif masyarakat
untuk melakukan pemantauan sendiri, maka
peran kita cukup sebagai pihak luar yang ikut
sebagai peserta dalam kegiatan pemantauan itu.
Namun jika masyarakat belum memiliki inisiatif,
maka kita bisa menginisasi kegiatan monitoring
partisipatif awal ini.

Gambar 2 Contoh Peta Sanitasi untuk monitoring (@Asri Pidie Jaya)

Tujuan:

a. Melakukan pemantauan terkait perkembangan perubahan perilaku STBM Stunting bersama


masyarakat.

b. Menjadikan hasil pemantauan untuk mengidentifikasi kendala dan mencari solusi untuk
menyelesaikan kendala tersebut.

c. Memperkuat kembali komitmen untuk melakukan perubahan secara total pilar STBM dan stunting

Langlah-langkah pelaksanaan kegiatan

No Agenda Waktu Penjelasan Proses


1 Diskusi awal 30-60 Kegiatan sebaiknya dilakukan di dalam ruangan. Setelah peserta
kegiatan menit berkumpul, fasilitator meminta salah satu peserta (dari natural leader)
monitoring menyampaikan tujuan dari kegiatan pemantauan bersama ini. Setelah
partisipatif itu peta STBM Stunting ataupun list nama-nama keluarga/ Rumah
Tangga yang masih BABS dan perilaku STBM Stunting nya bermasalah
di paparkan/disebutkan. Kemudian fasilitasi peserta pertemuan
tersebut mengupdate peta ataupun status dari list nama-nama
keluarga tersebut, serta gali hambatan dan keberhasilan yang terjadi.
Diakhir pertemuan tentukan rumah-rumah yang akan di kunjungi.

Tips: Lakukan kompetisi antar komunitas untuk berlomba-lomba


melakukan perubahan. Oleh karena itu ketika fasilitasi jangan lupa
apresiasi komunitas yang telah berhasil/memiliki progress sambil
memprovokasi komunitas lainnya.
2 Kunjungan 60-120 Bersama dengan perwakilan masyarakat, lakukan kunjungan ke
Rumah Ke menit rumah-rumah yang telah diidentifikasi sebelumnya. Kriteria rumah
Rumah yang akan dikunjungi adalah rumah-rumah yang belum ada
perkembangannya/belum berubah, serta yang telah melakukan
perubahan dan dapat menjadi contoh lainnya. Pada saat kunjungan
rumah, lakukan diskusi dan observasi langsung ke sarana sanitasi
rumah yang dikunjungi tersebut.

Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan panduan:


1. Bagaimana kondisi sebelumnya dan apa manfaat yang dirasakan
(jika sudah ada)
2. Apa saja kendala dalam membuat perubahan perilaku STBM
stunting ini (Stop BABS, CTPS, Gizi Ibu hamil, dll)
Tips: Berikan apresiasi kepada keluarga yang telah berhasil dengan
mengambil foto mereka bersama sarana santiasi yang dibuatnya atau
ambil video untuk mendengarkan kisah suksesnya terkait pilar lainnya
termasuk stunting.

Kegiatan monitoring partisipatif ini dapat difasilitasi lebih dari satu kali sampai desa sudah mencapai
perubahan total baik dari pilar sanitasinya ataupun pilar stuntingnya.

Peserta kegiatan: Jika dilakukan di tingkat desa maka perwakilan otoritas setempat dan aparat wajib
hadir. Sedangkan para natural leader serta konsultan masyarakat juga bisa dilibatkan. Sedangkan jika
dilakukan di tingkat kecamatan, maka para perwakialn desa, fasilitator beserta perwakilan masyarakat
diharapakan hadir dalam kegiatan ini.

3. Kegiatan Penggalian Opsi Teknologi Sanitasi untuk 5 pilar STBM + Stunting

Seringkali masyarakat menganggap membangun WC keluarga atau


membuat sarana CTPS membutuhkan biaya yang besar (mahal).
Namun pada kenyataannya tidak seperti itu, untuk membuat sarana
yang memenuhi syarat kesehatan tidaklah harus menggunaan
abhan-bahan yang mewah. Melalui kegiatan ini diharapkan
masyarakat mendapat infromasi terkait pilihan-pilihan s5arana serta
mendiskusikan kendala-kendala teknis dalam mewujudkannya.

Tujuan:

1.Menggali pilihan-pilihan teknologi tepat guna lokal yang dapat


digunakan untuk upaya perubahan perilaku sanitasi dan stunting.
Gambar 3 Contoh Dudukan WC bagi 2.Menjadi wadah untuk memberikan informasi serta inspirasi buat
disabilitas
masyarakat terkait pilihan teknologi tepat guna sesuai dengan
kondisinya misalnya jamban sehat sederhana, sarana Cuci Tangan
pakai Sabun dengan bamboo atau jerigen, dll.

3. Memfasilitasi masyarakat yang memiliki kendala teknis untuk membangun sarana sanitasi, serta
sarana terkait pilar STBM lainnya untuk mendapatkan solusi dari masyarakat lainnya.
Langkah-Langkah Memfasilitasi Kegiatan

No Agenda Waktu Penjelasan Proses


1 Pembukaan 5-10 Berikan kesempatan kepada otoritas setempat untuk memberikan
acara menit sambutan dalam pembukaan acara
2 Tayangan 15-30 Pada kesempatan selanjutnya fasilitator memberikan penjelasan
pengantar menit tentang persyaratan sarana sanitasi yang sehat serta perilaku-perilaku
sanitasi dan kebersihan yang di sarankan oleh kesehatan. Fasilitator
juga menyiapkan contoh-contoh gambar sarana sanitasi, CTPS,
pengolahan air minum dan makanan, upaya-upaya pengamanan
sampah dan pengolahan limbah cair rumah tangga.
3 Diskusi opsi 60-90 Fasilitator meminta perwakilan relawan STBM untuk
teknologi menit mempresentasikan contoh disain WC keluarga yang sehat dan
tepat guna berbiaya minim. Contoh-contoh ini diambil dari hasil orientasi dengan
relawan STBM sebelumnya.
4 Diskusi aksi 20-30 Pada bagian ini fasilitator menanyakan ke anggota masyarakat yang
pembuatan menit berkomitmen untuk berubah terkait rencana mereka membuat sarana
sarana yang diinginkan. Minta mereka menjelaskan dan fasilitator bantu
dengan membuatkan gambar berasarkan penjelasan itu.

4. Promosi Kesehatan Terkait Sanitasi, Kebersihan dan Stunting

Penguatan pesan-pesan kunci terkait sanitasi dan kesehatan ibu dan anak dalam rangka pengentasan
stunting dapat dilakukan setelah pemicuan. Meskipun sifatnya akan menggurui, namun metode ini
masih diperlukan untuk memberi pengetahuan dan memperkuat komitmen masyarakat yang sudah mau
membuat perubahan untuk dirinya, keluarganya maupun masyarakatnya. Beberapa contoh-contoh
promosi kesehatan yang bisa dilakukan antara lain:

1. Kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun di posyandu maupun di sekolah-sekolah.


2. Pemutaran film terkait sanitasi dan stunting yang di lakukan di tempat-tempat tertentu dan
melibatkan sesi diskusi dengan masyarakat setelah pemutaran film-film tersebut.
3. Promosi sanitasi dan gerakan anti stunting di radio-radio ataupun media massa lainnya
termasuk media online. Termasuk juga yang menggunakan ambulan meu pep-pep.
4. Promosi melalui ceramah agama di pengajian-pengajian atau kutbah jumat
5. Pembuatan spanduk ataupun media cetak terkait dengan sanitasi dan anti stunting.

Gambar 4 Promosi Kesehatan dengan Ambulan Meu Pep Pep di Sabang


5. Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)

Kegiatan konseling adalah suatu proses


komunikasi dua arah antara konselor dan klien
yang bertujuan membantu klien untuk
memutuskan apa yang akan dilakukan dalam
mengatasi masalah yang dialami oleh klien.
Dalam komunikasi tersebut konselor bukan
memberi nasihat tetapi memberikan informasi
dan alternative pemecahan masalah,
selanjutnya klien memilih dan memutuskan
sendiri alternatif yang terbaik untuk dirinya.

Tim fasilitator STBM dapat memfasilitasi para


orang tua (tidak hanya ibu-ibu namun para ayah juga) untuk mencari serta mendapatkan layanan
konseling PMBA dari kader-kader yang telah terlatih.

6. Kegiatan Verifikasi desa Stop BABS dan bebas stunting

Ketika masyarakat sudah merasa bahwa komunitas/desa


nya telah terjadi perubahan total maka mereka dapat
mengajukan diri untuk di verifikasi status Stop BABS, STBM
maupun bebas stuntingnya kepada pihak Puskesmas dan
Kecamatan. Selanjutnya kegiatan verifikasi desa Stop
BABS/STBM dan Bebas stunting akan dilakukan oleh pihak
PUSKESMAS dan didukung oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

Tujuan: Melakukan inspeksi/pengecekan apakah


komunitas/desa tersebut sudah Stop BABS dan telah
mencapai pilar STBM lainnya serta telah memiliki upaya
pengentasan Stunting.

Langkah-langkah memfasilitasi kegiatan

1. Lakukan pertemuan awal tingkat desa untuk


menjelaskan tujuan dan membagi tim serta
pelaksanaan kegiatan.
2. Pelaksanaan Verifikasi dengan cara :
• Tim kabupaten mengunjungi minimal 20% rumah secara acak untuk mengecek apakah semua
anggota keluarga tersebut telah menggunakan jamban dan perilaku STBM stunting nya telah
berubah atau tidak. Untuk Tim level PUSKESMAS pengecekan 100% rumah sudah dilakukan
sebelum verifikasi oleh tim kabupaten.
• Mengunjungi bekas daerah BAB Sembarangan (kebun/lapang/sungai, dll).
• Berdiskusi dengan anak-anak, apakah mereka juga sudah menggunakan jamban? Dan
mempraktekan pilar STBM lainnya.
• Mengunjungi bangunan publik (sekolah, masjid, dan kantor desa) untuk mengecek kelengkapan
sarana sanitasinya
• Mendiskusikan bagaimana masyarakat bisa menjaga keberlanjutan status Stop BAB
Sembarangan/STBM dan bebas stuntingnya.

3. Pertemuan evaluasi hasil verifikasi untuk menentukan apakah sudah bisa diloloskan atau masih ada
catatan kecil ataupun besar. Untuk hal ini tim verifikator akan memberikan umpan balik kepada
komunitas/desa tersebut untuk di tindak lanjuti pada periode waktu tertentu. Jika memang tidak ada
temuan maka tim verifkator dapat segera menyampaikan hasil verifikasi dan membuat berita acaranya.

7. Deklarasi desa Stop BABS dan Bebas Stunting

Setelah lolos verifikasi, deklarasi SBS/STBM dan Bebas Stunting dilakukan jika masyarakat
berkehendak/mau karena sumber dana utamanya harus dari masyarakat sementara sumber dana
bantuan Pemerintah/Non-Pemerintah bersifat pelengkap. Pada saat deklarasi kehadiran pemerintah
ataupun Lembaga Non-Pemerintah sebagai tamu merupakan penghargaan atas keberhasilan
masyarakat. Acara Deklarasi ini disesuaikan dengan kemampuan masyarakat dan adat setempat.
Sehingga agendanya dibicarakan dengan masyarakat tersebut.

Gambar 5 Deklarasi Desa-Desa Stop BAB Sembarangan di ACeh Jaya

Tujuan:

Tujuan untuk masyarakat yang di deklarasikan: Menjadi konsensus bersama masyarakat tersebut yang
disampaikan kepada pihak luar tentang komitmennya untuk terus melanjutkan status Stop BABS/STBM
dan Bebas Stunting sampai kapanpun.

Tujuan untuk masyarakat lainnya: Menjadi pendorong masyarakat yang lain untuk dapat mengikuti
keberhasilan komunitas/desa tersebut.

Tips: Sebaiknya kegiatan deklarasi di liput oleh media agar informasi ini dapat tersebar sehingga tujuan
memicu desa lain dan masyarakat luas dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai