Anda di halaman 1dari 5

elaksanaan

A. Bagaiman langkah-langkah melaksanakan triggering/pemicuan


Setelah menyepakati waktu dan tempat  lokasi pemicuan dan di harapkan secara
total masyarakat hadir maka proses triggering/pemicuan siap dimulai dengan
tahapan :
Pengantar Pertemuan

penyampaian  tujuan dan perkenalan tim

Salah seorang tim memfasilitasi proses penyampaian maksud dan tujuan yaitu
kehadiran tim mau belajar bersama mengenai kondisi sanitasi  dan prilaku
masyarakat mengenai kebersihan diri dan lingkungan, tim tidak membawa bantuan
apapun. Kemudian sampaikan apa masyarakat mau menerima tim . Jika Ya  maka
lanjutkan proses perkenalan tim jika memungkinkan perkenalan juga dilakukan oleh
masyarakat yang hadir. Jika jawabannya Tidak Stop pertemuan dan ucapkan terima
kasih serta sampaikan tim akan kembali jika masyarakat memiliki kesempatan dan
kemauan untuk belajar bersama.
 Pencairan suasana

Pencairan suasana bertujuan untuk menghilangkan


ketegangan dan gep antara tim dan masyarakat sehingga peserta bisa mengambil
peran secara aktif. Proses ini bisa dilakukan dengan cara permainan, mop atau
nyanyi bersama, usahakan masyarakat yang memulai proses tersebut.
Sebelum suasana betul betul cair jangan lakukan proses selanjutnya karena hasil
yang di harapkan (keterlibatan peserta)  tidak akan maksimal.

Identifikasi istilah – istilah mengenai sanitasi


Setelah suasana dirasakan cair langkah selanjutnya menyepakati secara bersama
istilah-istilah sesuai dengan bahasa dikampung tersebut, misalnya
Jamban,Kotoran/tinja dll. Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan pemahaman
bersama
Pemetaan
proses pemetaan/pembuatan sketsa 

Proses dilakkan dengan cara meminta kesedian salah seorang untuk


menggambarkan batas wilayah dusun tempat pelaksanaan triggering/pemicuan.
Setelah sketsa batas dusun selesai, kemudian libatkan seluruh peserta untuk
menentukan letak fasilitas umum (gereja,puskesmas/posyandu,sekolah, pasar dll),
letak rumah mereka, jamban, sumber air, lokasi BAB, tempat buang sampah dan
lain-lain yang ada kaitannya dengan sanitasi. Penentuan alat serta symbol yang di
pakai pada peta harus disepakati bersama. pemetaan merupakan salah satu teknik
dari PRA  (Participatory Rural Appraisal)
Catatan
Pada saat pemetaan, pemicuan dengan elemen rasa malu bisa di explore dengan
menanyakan :
1. Bagaiman persaan masyarakat melihat kondisi dusun dalam
peta terutama masyarakat yang biasa BAB sembarangan
2.  Apa yang harus dilakukan ?
3.  Bagaiman cara mengatasi hal tersebut?

Jika ada masyarakat yang terpicu dan ingin berubah tarik kedepan dan berikan
aplaus (tepuk tangan) dan tanyakan kepeserta yang lain ada yang ingin mengikuti
jejak orang tersebut (orang yang terpicu). Buatkan lembar komitmen bagi
masyarakat yang ingin berubah.
Alur Kontaminasi
Proses ini bisa dilakukan dengan menggunakan gambar yang bertujuan memberikan
pemahaman bersama mengenai alur  kotoran/tinja sampai masuk kedalam tubuh
atau tertelan oleh seseorang

Catatan
  Dengan diagram F , pemicuan dengan elemen rasa jijik ,takut sakit bisa di explore
  Lewat diagram F simulasi air tercemar juga bisa dilakukan
  Pertanyaan yang di lontarkan : melihat alur tesebut bagaimana perasaanya?, apa
yang harus dilakukan?, apa sudah merasa aman jika ada masyarakat yang masih
melakukan kebiasaan BAB Sembarangan?.
      Transect walk

Proses ini dilakukan untuk melihat secara langsung


kondisi sanitasi di dusun tersebut, terutama lokasi tempat BABS.
Jika dalam kegiatan ini ditemukan tinja maka lakukan FGD  di tempat.
Catatan
Elemen pemicuan yang digunakan rasa jijik,privacy/harga diri terutama bagi kaum
perempuan. Tanyakan bagaimana perasaanya melihat tinja?, bagaiman jika ada
yang mengintip saat BAB?, apa yang harus dilakukan?
  Jika ada masyarakat yang terpicu berikan aplaus
  Tinja yang ditemukan bisa di gunakan sebagai bahan simulasi air tercemar

      Perhitungan volume tinja dan simulasi air tercemar


Kedua proses ini dilakukan setelah pemetaan, bisa dilakukan tanpa harus berurutan
dengan proses yang lain
Cara
a.     Perhitungan tinja
Dilakukan dengan cara menghitung volume tinja seseorang sehari, seminggu,
sebulan , setahun dan seumur orang tersebut di kalikan dengan jumlah jiwa pada
dusun tersebut. Tanyakan apa pernah melihat tinja sebanyak itu?, lalu kemana
perginya tinja tersebut? (Antarkan pikiran masyarakat menuju alur kontaminasi ),
tanyakan apa yang harus dilakukan untuk memutuskan alur tersebut sehingga tidak
menyebabkan tertelan atau adanya korban yang sakit.
Catatan
  Pada saat perhitungan tinja biarkan masyarakat yang menghitung  jumlahnya
b.     Simulasi air tercemar

Ambil segelas air minum (air gelas


mineral), tawarkan pada peserta yang ingin minum (air yang di minum jangan di
habiskan), kemudian masukkan tinja yang di dapati saat transect walk atau kotoran
yang lain yang ada di sekitar (kotoran binatang) menggunakan lidi/sehelai rambut.
Kemudian aduk lidi/sehelai rambut yang telah di beri kotoran (tinja) kedalam air
gelas tersebut.
Tawarkan kembali air yang sudah terkontaminasi, siapa yang mau meminumnya?,
jika tidak ada kenapa?, Apa yang harus dilakukan?
Catatan
  Elemen yang digunakan rasa jijik,takut sakit dll
  Jika ada yang terpicu tarik kedepan dan berikan aplaus.   
B.  Apa hal yang dipandang penting dilakukan setelah triggering/pemicuan (tips)?
1. Rencana Aksi Komunitas dan pembentukan komite lokal
Rencana ini merupakan formulasi dari tindakan apa yang akan komunitas lakukan
setelah  mereka memperoleh diberi promosi/pemicuan. Apakah kesadaran mereka
muncul dan mendorong untuk melakukan perubahan? Kalau ya, tindakan awal yang
mengemuka  adalah pernyataan bahwa beberapa orang dari mereka ingin berubah.
Apa yang menjadi kehendak mereka untuk berubah bisa berupa daftar kegiatan
yang akan mereka lakukan per rumah tangga. Misalnya ingin segera membangun
jamban. Agar bisa diadministrasikan dan dapat dijadikan pegangan maka Rencana
Aksi Komunitas ini di diformulasikan dalam bentuk  tertulis.
Contoh format Rencana Aksi Komunitas untuk membangun jamban
mandiri/swadaya, tempat cuci tangan, pengadaan tempat penyimpanan air, tempat
sampah, dan SPAL:
No Nama Sarana yg Tanggal Tanggal paraf
dibangun mulai selesai
1 …….. Jamban .. … ..
2 …….. CTPS
3 ……. Lubang … … ….
4 sampah
Dan lain-
lain

Masyarakat yang terpicu berkomitmen dengan membuat kontrak sosial 

Pembentukan komete local


Dilakukan untuk mengawal komitmen masyarakat di dusun yang ingin berubah
sesuai dengan lembar Rencana Kerja Masyarakat (RKM) yang telah di sepakati.
Penutup Kegiatan
Setelah rangkaian proses triggering/pemicuan telah dilakukan, sebelum di akhiri beri
kesempatan kepada aparat kampung (Kepala kampung/kepala dusun) untuk
menyampaikan tanggapannya.
Catatan
  Diakhir sesi ucapkan terimah kasih atas kesedian masyarakat kampung/dusun yang
mau belajar bersama tim, serta sampaikan bahwa tim mendapatkan banyak
pengalaman pada kesempatan ini dan pengalaman ini akan diceritakan di tempat
lain saat melakukan kegiatan yang sama.
Rencana Pendampingan (Follow –UP) Tim Fasilitator dan relawan Kampung
                  
Rencana ini adalah rencana yang perlu dipersiapkan oleh para fasilitator/relawan
sebagai tanggapan terhadap rencana aksi yang disusun oleh komunitas. Artinya
fasilitator secara terorganisir, bersama-sama dengan anggota yang lain dalam Tim
relawan SHAW_STBM Kampung menyusun rencana monitoringnya atau rencana
pendampingannya di akhir sesi promosi/pemicuan. Artinya sudah merencanakan
untuk mendetailkan rencana dampingan/monitoring di lapangan. Paling tidak di akhir
sessi pemicuan Koordinator Tim Fasilitator SHAW_STBM sudah memiliki gambaran
aspek-aspek penting yang harus di monitor.
Catatan
  Kegiatan monitoring pertama dilakukan 3 hari setelah pemicuan untuk menindak
lanjuti Rencana Kerja Masyarakat (RKM)
  Kegiatan selanjutnya dilakukan setiap minggu selama 4 kali, setiap dua minggu 4
kali , dan setiap bulan
Tujuan
Kegiatan follow –up bertujuan untuk
  Memberikan penguatan terhadap local komite
  Mempromosikan 5 pilar STBM kepada masyarakat yang lain.

BAB III
PENUTUP
Demikianlah Panduan praktis pelaksanan triggering/pemicuan di buat untuk para
pelaksana SHAW_STBM di lapangan. Semoga dengan adanya panduan ini bisa
membantu dan mempermudah dalam memahami pelaksanaan pemicuan di
komunitas.
Namun disadari bahwa masih banyak kekurangan dari isi panduan ini, sehingga
kami berharap saran, kritikan yang sifatnya membangun menjadi masukan bagi
penyempurnanan panduan ini.  Terima kasih KASUMASA.

Anda mungkin juga menyukai