Anda di halaman 1dari 2

Materi Kegiatan Pemicuan

Proses dan metode


Dalam proses pemicuan di lapangan disarankan menggunakan langkah langkah
pemicuan sebagai berikut:
I. Perkenalan dan Bina Suasana
 Perkenalan dan penyampaian tujuan terlebih dahulu anggota tim facilitator dan
sampaikan tujuan bahwa tim ingin “melihat” kondisi sanitasi di desa tersebut.
Dijelaskan dari awal bahwa kedatangan tim bukan untuk memberikan penyuluhan,
apalagi memberikan bantuan. Tim hanya ingin melihat dan mempelajari
bagaimana kehidupan masyarakat, bagaimana masyarakat mendapat air bersih,
bagaimana melakukan kegiatan buang air besar dan lain lain. Tanyakan kepada
masyarakat apakah mereka mau menerima tim dengan maksud dan tujuan yang
telah disampaikan.
 Bina suasana untuk menghilangkan “jarak” antara fasilitator dan masyarakat
sehingga proses fasilitasi berjalan lancar, sebaiknya lakukan pencairan suasana
menggunakan berbagai “game” yang menarik. Pada sesi ini temukan istilah
setempat untuk “tinja” (misalnya tai, taek, e’k dll) dan BAB (ngising, nge’nge’k,
mising, modol, birak dll), dan istilah ini akan terus digunakan selama proses
berlangsung.

II. Analisis Partisipatif


Fasilitator mengajak masyarakat untukmenganalisakondisi lingkungan dan
kebiasaan perilaku BAB mereka melalui berbagai Tools yaitu:
 Pemetaan lokasi BAB, diawali dengan pembuatan peta desa/dusun/kampung yang
akan menggambarkan secara sederhanalokasi rumah tangga, wilayah dan
kebiasaan BAB masyarakat. Perlu lokasi yang cukup luas agar dapat melibatkan
seluruh warga, mereka dipersilahkan menentukan sendiri dimana letak rumahnya
dan menandai ditanah atau dengan meletakan batu/kerikil, kertas atau daun.
Menandai mana rumah yang sudah ada jamban atau belum. Beri garis akses pada
rumah keluarga yang masih BAB ditempat sembarangan kelokasi tempat mereka
BAB.
 Menghitung jumlah tinja yang dihasilkan penduduk dari BAB disembarang
tempat, mulai dengan jumlah harian, seminggu, sebulan dan setiap tahunnya.
Jumlah yang mencapai bilangan Ton akan mengejutkan mereka, selanjutnya
menjadi bahan pertanyaan “kemana semua tinja tersebut pergi?”. Analisa
dikaitkan dengan kemungkinan mencemari sumber air mereka atau makanan
mereka, sehingga mereka bisa saling memakan tinja mereka sendiri.
 Penelusuran kampung (transect walk) untuk melihat secara langsung dan bersama
sama dimana tempat mereka biasa melakukan BAB, dicari lokasi yang dianggap
paling jorok di kampung tersebut. Disini masyarakat diajak diskusi kenapa
melakukan BAB disini dan bagaimana dengan lingkungan dan bau yang
ditimbulkan
 Simulasi Alur Pencemaran (contamination route/diagram F ), mengajak
masyarakat untuk mengidentifikasi bagaimana tinja bisa sampai masuk ke mulut
manusia, dan mengajak mereka berfikir bagaimana cara memutus (blocking) alur
pencemarannya.

III. Pemicuan
 Dengan menggunakan Tools (alat alat)pemicuan seperti diatas; pemetaan, transek-
walk, fokus group diskusi, alur kontaminasi dll, , fasilitator memulai proses
pemicuan dengan melepaskan berbagai “elemen pemicu” untuk mendorong
munculnya rasa malu, rasa jijik, rasa takut berdosa, rasa gengsi, rasa bersalah dan
bertanggung jawab karena perbuatan masa lalu dalam kebiasaan buang kotoran
manusia secara sembarangan.

IV. Komitmen Perubahan dan Tindak lanjut oleh masyarakat

Jika masyarakat sudah terpicu dan kelihatan ingin berubah, maka saat itu juga
dapat ditanyakan mulai kapan mereka mau berubah. Masing masing orang yang
mau berubah dapat menuliskan jadwal (misalnya kapan dia mulai menggali
lubang untuk membuat jamban) pada sehelai kertas lebar dihadapan seluruh
masyarakat yang hadir. Mereka mulai menyusun suatu rencana tindak lanjut
(RTL).Semangati masyarakat bahwa mereka dapat 100% terbebas dari
kebiasaan BAB di sembarang tempat. RTL paling tidak berisi tentang : Siapa
akan melakukan apa, kapan dan bagaimana melaksanakannya. RTL tersebut
ditulis dalam kertas lebar dan tulisan agak besar dan ditempel di dinding Balai
Warga atau Balai Desa sehingga mudah dibaca oleh warga.

Anda mungkin juga menyukai