Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN LANGKAH-LANGKAH MELAKUKAN PEMICUAN STBM STUNTING

1. PERKENALAN TIM
Ø Lakukan perkenalan untuk anggota tim fasilitator STBM kepada masyarakat.
Ø Pada saat perkenalan cukup sampaikan nama dan asal tempat tinggal. Tidak perlu
sebutkan asal organisasi/instansi/dinas terkecuali di tanyakan.
2. PENGANTAR PERTEMUAN
Ø Sampaikan bahwa tujuan kita datang adalah untuk belajar memahami tentang
kebiasaan/perilaku masyarakat di sini yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan
serta kesehatan Ibu hamil dan anak balita.
Ø Kita akan banyak bertanya dan minta kesediaan masyarakat yang hadir untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dengan jujur dan terbuka. (Catatan: masyarakat ditempatkan
sebagai “guru” yang akan menjadi sumber informasi sedangkan fasilitator menempatkan
diri sebagai “murid” yang akan banyak bertanya dan menerima informasi dari gurunya).
Ø Sampaikan juga bahwa yang kita diskusikan bukan masalah benar dan salah, namun lebih
kepada pengalaman, pengamatan dan kondisi yang di rasakan masyarakat.
Ø Kedatangan kita ke sini bukan untuk memberikan bantuan dalam bentuk apapun (uang,
semen dll) melainkan untuk belajar dari Bapak/Ibu. Jika ada hal-hal yang diputuskan disini
maka itu adalah keputusan masyarakat tidak ada paksaan.
3. PENCAIRAN SUASANA
Ø Tujuan : Terciptanya suasana akrab antara fasilitator dan masyarakat sehingga masyarakat
akan terbuka untuk menceritakan apa yang terjadi di kampung tersebut.
Ø Lakukan pencairan dengan permainan yang menghibur, mudah dilakukan oleh
masyarakat, melibatkan banyak orang dan diupayakan ada hubungannya dengan sanitasi
atau kesehatan ibu hamil dan anak balita. (contoh-contoh: permainan menggunakan tali,
menyanyi bebek ayam, atau lainnya.
Catatan: Perhatikan orang-orang tua yang ikut dalam kegiatan ini dan berikan petunjuk
cara bermain yang jelas. Jika sudah peserta mulai tertawa dan terlihat aktif maka bisa
menjadi indikasi klo peserta sudah bisa masuk ke sesi berikutnya).
4. MENYEPAKATI ISTILAH SANITASI DAN STUNTING
Ø Sepakati bersama tentang penggunaan istilah/kata “BAB” dan “kotoran manusia” dengan
bahasa setempat (misal “Berak” untuk BAB dan “Tai“ untuk kotoran manusia) serta istilah
untuk “kondisi anak yang tumbuh tidak normal baik fisik mapun otaknya”.
5. MAPPING (PEMETAAN) DASAR
Ø Minta beberapa orang dari peserta untuk menggambar peta kampung mereka.
Ø Mulai pembuatan peta dengan membuat batas kampung, jalan desa, jalan lorong/gang,
lokasi kebun, sawah, kali/sungai, lapangan, serta bangunan umum lainnya seperti
sekolah, kantor desa, sarana kesehatan, dan diakhir minta tandai lokasi kegiatan
pemicuan ini diadakan serta tandai arah utara/arah kiblat pada peta itu.
Ø Selanjutnya minta peserta untuk mengidentifikasi rumah-rumah penduduk (nama KK &
jumlah anggota keluarga ditulis di kertas).
Ø Minta peserta untuk mengidentifikasi rumah-rumah yang memiliki balita dan ibu hamil.
Gunakan penanda khusus atau bisa tulis keterangan di Rumah-Rumah Penduduk.
Ø Lanjutkan dengan mengidentifikasi rumah-rumah yang balitanya “stunting/istilah yang
disepakati sebelumnya” dan ibu hamil yang memiliki resiko tinggi/sering mengalami
gangguan kesehatan.
Catatan: -Gunakan bahan-bahan untuk membuat peta dasar ini yang sesuai dengan kondisi
setempat. Prinsipnya bahan-bahan ini dapat memudahkan masyarakat untuk mengerti peta
yang dibuatnya. Ada baiknya sebelum bahan-bahan itu dipakai disepakati dulu dengan
masyarakat jenis ataupun warnanya misalnya apakah bubuk merah bisa dipakai sebagai
penanda jalan dan bubuk biru untuk sungai, dst.
- Upayakan semua rumah penduduk di desa/kampung/dusun/ RT/RW itu terpetakan dan jika
tidak semua penduduk datang, tanyakan hal itu ke peserta yang datang dimana rumah para
tentangganya yang ada disekitar mereka dan belum di masukan dalam peta.
Untuk mempersingkat waktu, peta dasar bisa disiapkan sebelum kegiatan, namun tanpa
dilengkapi nama-nama KK disetiap rumah serta keternagan tentang balita dan ibu hamil
serta kondisinya.

6. IDENTIFIKASI PENGGUNA JAMBAN/CAKUPAN SANITASI


Ø Ajukan pertanyaan : “Di mana saja biasanya masyarakat BAB (istilah yang disepakati)?
Ø Minta kepada semua peserta untuk mengambil bubuk/semen warna kuning, kemudian
minta mereka untuk meletakkan bubuk/semen tersebut sesuai dengan lokasi dimana
mereka biasa BAB. Jika sudah di jamban, maka bubuknya diletakkan di lokasi rumah.
Ø Ketika ada peserta yang meletakan bubuk/semen kuning selain di rumah/WC mereka
tanyakan bagaimana pengalaman mereka BAB disana dan adakah dampak atau pengaruh
dari kebiasaan BAB tersebut kepada diri sendiri atau orang lain? Apakah ada perasaan
malu dari peserta tersebut? Bagaimana pendapat mereka jika itu memberikan
pengaruh/dampak kepada orang lain. APakah ada manfaat atau mudarat dari perilaku
BAB selain di WC/Jamban ini? Bagaimana keuntungan yang dirasakan orang-orang yang
BAB di WC?Jambannya?
Ø Minta ke semua peserta untuk mengamati kembali peta kampung mereka, tanyakan
pendapat mereka terkait dengan kondisi kampung mereka tersebut. Tanyakan kembali
apakah arti dari bubuk/semen kuning di peta.
Ø Ajukan pertanyaan: Bagaimana perasaan kita kalau melihat kampung seperti dalam peta?
Apakah hal ini terjadi setiap hari dari dulu hingga sekarang?
Catatan: Jangan pernah menggunakan kalimat BAB Sembarangan karena sifatnya sudah
menghakimi peserta/kampung tersebut. Cukup gunakan kata-kata netral seperti kebiasaan
BAB sehari-hari.

7. TRANSECT WALK atau “WALK OF SHAME” (PENELUSURAN JALAN)


Ø Berdasarkan peta tadi, ajak semua peserta untuk berjalan-jalan mengelilingi kampung
mereka. Tujuan perjalanan adalah melihat apakah kondisi itu benar-benar terjadi dan
apakah masih ada bukti di lokasi-lokasi dimana orang biasa BAB tersebut termasuk apakah
fasilitas BAB juga digunakan atau tidak.
Ø Jika menemukan tai, bisa tandai bendera warna kuning atau dengan sesuatu dan ajukan
pertanyaan: Tai siapa ini ? Siapa saja yang tadi malam atau tadi pagi BAB disini?
Bagaimana perasaan kita kalau melihat tai yang berserakan di jalan atau di daerah itu?
Ø Berikan pertanyaan-pertanyaan lain untuk menggali kondisi dan dampak yang terjadi
akibatnya. Kaitkan dengan pemicuan rasa jijik, malu dan factor pendorong lainnya.
Ø Diakhir diskusi-diskusi tersebut, minta salah satu masyarakat mengambil barang bukti tai
tersebut untuk di bawa ke pertemuan.
Ø Ketika peserta sudah kembali, minta satu atau dua perwakilan yang ikut transect walk
menceritakan pengalaman mereka ketika jalan-jalan ke lokasi BAB tadi.
Catatan: - Ketika menemukan Tai, jangan menunjukkan kita jijik dengan menutup hidung atau
mulut kita. - Mungkin tidak semua peserta mau ikut dalam kegiatan transect walk ini, dan
hanya beberapa orang saja. Oleh karena itu, perlu dibuat kegiatan FGD bagi para peserta
yang tidak ikut. FGD bisa kaitkan dengan dampak dari kebiasaan BAB tersebut dikaitkan
dengan FGD terkait Rasa malu, Rasa Jijik, ataupun faktor pendorong lainnya. Jadi focus diskusi
ke dampak dari perilaku yang terjadi, jangan dulu masuk ke solusi.
8. ORAL FECAL (ALUR KONTAMINASI) dan FGD TERKAIT SAKIT
Ø Sampaikan pertanyaan: dari hasil pemetaan tadi maupun yang dilihat masyarakat sehari-
hari, Mungkinkah tai yang tersebar di kampung kita tadi bisa masuk masuk mulut? Jika
mungkin lewat mana dan apa saja? Berikan gambar-gambar bantu yang sudah disiapkan
untuk di susun oleh perwakilan peserta. Catatan: Berikan waktu kepada mereka untuk
menyusun gambar-gambar tersebut menjadi sebuah alur dari tai hingga mulut. Jangan
lupa menaruh gambar tai disebelah kanan dan mulut disebelah kiri. Sedangkan sisa
gambar lainnya biarkan mereka menyusunnya.
Ø Minta masyarakat menjelaskan dan membuat kesimpulan dari gambaran yang dijelaskan.
Ø Jika ada peserta yang sudah menyampaikan bahwa “mereka telah makan tai “, maka
ambil kalimat-kalimat itu untuk ditegaskan kembali ke peserta yang lain.
Ø Lanjutkan diskusinya dengan pertanyaan: Apa yang terjadi/apa akibatnya kalau kita
“makan tai?” Apa akibatnya buat anak kita? Bagaimana pengalamannya jika menderita
penyakit-penyakit itu? Adakah anak atau keluarganya yang sakit karena hal ini? Ada kah
yang sampai meninggal? Bagaimana perasaan Bapak/ibu yang anak atau keluarganya
meninggal? Minta mereka menceritakan pengalaman dan pengamatannya.
9. DAMPAK BAGI KESEHATAN IBU HAMIL DAN ANAK BALITA (TERKAIT STUNTING)
Ø Tanyakan ke peserta: Apakah ada dampak kesehatan akibat dari perilaku BAB yang terjadi
di kampung tersebut yang mempengaruhi tingkat kesehatan ibu hamil dan anak-anak yang
diidentifikasi “Stunting” atau “Istilah yang disepakati sebelumnya”. Dengarkan penjelasan
mereka atau minta relawan STBM desa yang telah di latih memberikan penjelasan.
Ø Lanjutkan ajukan pertanyaan: Bagaimana dengan kondisi anak-anak tersebut, apakah
anak-anak tersebut di berikan ASI saja hingga 6 bulan? Apakah setelah itu balita itu
mendapat makanan pendamping ASI yang seimbang? Serta di timbang secara teratur di
posyandu? Dengarkan dua hingga tiga cerita anak-anak yang “stunting” atau “istilah yang
disepakati sebelumnya.”
Ø Lakukan perbandingan, tanyakan: Bagaimana dengan anak-anak balita yang sehat di
kampung ini? Apa saja yang diberikan anak-anak ini, ASI saja pada 6 bulan pertama?
Makanan pendamping ASI yang cukup setelah 6 bulan, imunisasi kah, di timbang di
posyandu rutin? Dengarkan cerita dari dua-tiga peserta yang anaknya lebih sehat.
Ø Diskusikan lanjut tentang ibu-ibu hamil di kampung ini, tanyakan pertanyaan: Bagaimana
kondisi ibu hamil disini, apakah rutin meminum Tablet Tambah Darah dan memeriksakan
kehamilannya? Apakah ibu-ibu hamil ini memakan makanan yang cukup dan seimbang?
Bagaiamana dampak ibu yang kurang gizi terhadap bayinya yang dilahirkan (bisa minta
pertanyaan ini di jawab oleh relawan STBM desa).
10. SIMULASI AIR YANG TERKONTAMINASI
Ø Kembali ke diskusi kaitan dengan BAB”, sampaikan: Tadi kita sudah dijelaskan tentang
kejadian “tai” atau “ istilah yang disepakati” bisa masuk kembali ke mulut kita, MARI KITA
simulasikan kejadian tersebut .
Ø Siapkan 1 gelas air mineral yang masih disegel
Ø Minta salah seorang peserta untuk minum air tersebut dengan terlebih dahulu
menunjukkan bahwa air masih tersegel.
Ø Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta,
Ø Katakan: Tadi berdasarkan cerita di kampung ini, bahwa “tai” atau “istilah yang
disepakati” ada yang dihinggapi lalat. Tanyakan: Kaki lalat ada berapa? Lalu sepakati
bersama jumlah kaki lalat dan katakan klo sehelai rambut itu merupakan perandaian kaki
lalat.
Ø kemudian tempelkan rambut tersebut ke tai yang sudah diambil saat transect walk
sebelumnya, celupkan rambut tersebut ke air mineral yang tadi diminum oleh peserta
Ø Tanyakan: Apakah air masih terlihat bersih? Kemudian minta peserta yang minum air tadi
untuk meminum kembali air yang telah diberi tai. Minta juga peserta yang lain untuk
meminumnya.
Ø Ajukan pertanyaan: Kenapa tidak yang ada berani minum? Bukankah masih terlihat
bersih? Apakah hal ini terjadi setiap hari? Apakah kita mau hal ini terus terjadi?
11. PUNCAK PEMICUAN
Ø Sampaikan: Bapak dan ibu sekalian, apa saja yang bisa kita simpulkan dari diskusi kita
hingga saat ini terkait dampak dari perilaku buang air besar di pinggir rumah, di kebun, di
lapangan, di alu/kali/sungai, di hutan, dll terhadapkehidupan sehari-hari kita? Sebutkan
kembali hal-hal penting terkait dampak yang di sampaikan peserta pada diskusi-diskusi
sebelumnya.
Ø Apakah berak di sembarang tempat itu lebih banyak mendatangkan manfaat atau lebih
banyak kerugiannya?
Ø Apakah kita mau begini terus? Kalau tidak harus bagaimana?
Ø Adakah atau siapa yang mau berubah? Siapa yang mau membuat perubahan?
Ø Bagaimana anda berubah? ( Jika dijawab dengan membikin jamban, beri motivasi dan
tanyakan kapan mau memulai?)
12. PENANDA TANGANAN KONTAK SOSIAL (JADWAL PEMBUATAN JAMBAN), TARGET ODF
SERTA PERILAKU YANG MAU DIUBAH AGAR IBU HAMIL SEHAT DAN ANAK BALITA TIDAK
TERGANGGU PERTUMBUHANNYA NANTI (STUNTING).
Ø Tanyakan: Apakah bisa kita buat kesepakat/komitmen perubahan ini tertulis? Jika iya
minta tuliskan nama peserta yang mau berubah di kertas komitmen tertulis yang sudah
disiapkan.
Ø BERIKAN APRESIASI (TEPUK TANGAN) UNTUK ORANG YANG MAU BERUBAH
Ø Ajukan pertanyaan lanjutan terkait stunting: Bagaimana dengan anak-anak kita yang
terganggu pertumbuhannya (atau gunakan istilah yang disepakati), perilaku apa saja yang
perlu kita rubah? Apakah disini ada orang tua yang mau merubah perilakunya? MINTA
orang-orang tersebut mencontreng perilaku yang mau diubah pada kertas flipchart yang
sudah disiapkan (Lihat contoh dibawah).
Ø BERIKAN APRESIASI (TEPUK TANGAN) UNTUK ORANG YANG MAU BERUBAH
Ø Ajukan Pertanyaan lanjutan: Apakah cukup perubahan ini dilakukan beberapa orang
saja? Apakah ada pengaruh klo masih ada orang yang BAB selain di WC/Jamban maka
yang lain akan aman? Kapan kampung ini mau buat perubahan total?
13. SEPAKATI JADWAL PERTEMUAN BERIKUTNYA (RENCANA TINDAK LANJUT)
14. PENUTUP
Ø Pada saat penutupan , ucapkan terima kasih karena Bapak/Ibu telah memberi kesempatan
kepada kami belajar dan memahami tentang: (ulangi kembali hal-hal yang penting terkait
dampak BAB selain di WC/Jamban pada diskusi sebelumnya) dan
Ø Kemudian apresiasi orang-orang yang mau membuat perubahan
Ø Sampaikan juga: Hasil pembelajaran ini akan kami laporkan kembali kepada Pak/ibu Camat
serta akan dibagi desa/kampung lain bahwa masyarakat disini MAU/TIDAK MAU*
membuat perubahan dan menyelesaikan masalahnya dengan kemampuan sendiri.
*sesuai pendapat mereka dari hasil diskusi sebelumnya
Ø Ucapkan terima kasih sekali lagi dan salam pamit
Catatan: Jangan memberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Namun jika ada
yang bertanya maka silahkan di tanggapi.
TIPS UMUM:
• Langkah 1 hingga 11 adalah fase untuk menggali kondisi dan dampak BAB sembarangan dan
perilaku yang menyebabkan anak stunting, jadi belum bicara solusi. Jika ada yang sudah terburu-
buru masuk ke solusi, ajak kembali untuk mendiskusikan dampaknya, terkecuali mereka memaksa
untuk berhenti diskusi msalah tapi langsung ke solusi.
• Jangan terjebak untuk memberikan jawaban meskipun ditanya oleh masyarakat, namun berikan
kesempatan pada peserta lain untuk menjawabnya.
• Berikan penghargaan bagi masyarakat yang memberikan pendapat/ menanggapi pertanyaan kita
dengan memberikan tepuk tangan. Lakukan di setiap sesi.
• Jangan lupa memperhatikan upper lower dengan (1) tidak menggunakan pakaian dinas pada saat
pemicuan, (2) menggunakan bahasa local (daerah) dan menghindari penggunaan istilah-istilah
yang dapat menyebabkan kebingungan dan (3) jadilah murid yang baik yang santun memberikan
pertanyaan dan sabar mendengar pendapat peserta.
• Jangan lupa juga menyalin peta desa dengan status sanitasi serta stunting dan juga nama-nama
(dalam kontrak social) yang mau berubah. Hal ini harus dilakukan karena dokumen aslinya
sebaiknya tinggal dimasyarakat.
• Siapkan format kontrak/kesepakatan social yang dipisah antara sanitasi dan stunting.
• Contoh Format Kontrak Sosial Sanitasi:

Kesepakatan Sosial Daftar Orang-orang yang membuat Perubahan Terkait STBM


No Nama Perilaku yang mau dirubah Target TTD
Stop CTPS* PAMMRT PSRT* PLCRT* waktu
BABS/ * selesai
buat & perubahan
pakai
WC
1
2 Nama contoh V V Akhir Sept ttd
2019

*tidak harus semua perilaku (pilar STBM) dibuatkan kolom, misalnya cukup buat Stop BABS saja
disesuaikan dengan diskusi pada saat pemicuan.

• Contoh Format Kontrak Sosial Stunting:

Kesepakatan Sosial Daftar Orang-orang yang membuat Perubahan Terkait Stunting


No Nama Perilaku yang mau dirubah Target TTD
Kasih Beri makan Minum Rutin pantau Beri waktu
ASI pendamping Tablet pertumbuhan Imunisasi mulai
saja ASI Tambah bayi ke dasar perubahan
hingga seimbang Darah posyandu lengkap
6 setelah 6 Rutin atau periksa
bulan bulan kehamilan di
doket/PKM
1
2 contoh V V V V Besok ttd

Berikan contreng bagi perilaku yang mau dirubah.

Anda mungkin juga menyukai