Anda di halaman 1dari 31

STBM

Penyelenggaraan STBM
bertujuan untuk
PERMEKES mewujudkan perilaku
NO. 3 Th. 2014 masyarakat yang higienis
Pasal 2 dan saniter secara
mandiri dalam rangka
meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya
LANDASAN HUKUM

UU No. 26 Th. 2007 tentang UU NO. 25 TAHUN 2004


UU NO. 36 TAHUN 2009
PENATAAN RUANG TTG SISTM. PERENC.
TENTANG
PEMB. NAS
KESEHATAN

UU NO. 23 TAHUN OTONOMI DAERAH RENSTRA


2014 2020 - 2024
TENTANG PEMERIN-
TAHAN DAERAH
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
YANG BERTANGGUNG JAWAB &
MENCIPTAKAN TEMPAT HIDUP YG AMAN,
NYAMAN, BERSIH & SEHAT

Dukungan kualitas lingkungan fisik, sosial, per-


ubahan perilaku masy. Melalui peranserta aktif
Masy, swasta, Per. Tinggi serta pemerintah pusat
& pemerintah daerah (stake holders) secara terarah,
terpadu terkoordinasi & berkesinambungan 2
Gambaran
Kondisi Sanitasi
Pelaksanaan Pendekatan STBM … Pilar 1..

CLTS Training to Village Facilitator (5


days)
Triggering to Villages (2 Hour)

Commitment to have latrine (0.5 hour)

100% Open Defecation Free Village’s


Declaration
Process building latrine by community (no
Latrine constructed & used subsidy)
1 week – 24 weeks
STBM
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
adalah pendekatan untuk mengubah
perilaku higienis dan saniter melalui
pemberdayaan masyarakat dengan cara
pemicuan.(Permenkes No. 3 Tahun 2014)
Mengapa STBM Penting?

• Intervensi modifikasi lingkungan dapat


menurunkan angka penyakit diare
sebesar 94% (Studi WHO 2007)
MENGAPA MEMILIH
PENDEKATAN STBM ?

 Perubahan sikap dan perilaku lebih


memungkinkan untuk mendorong terjadinya
perkembangan jumlah sarana dibandingkan
sebaliknya.

 Program yang dirancang sendiri oleh


masyarakat, akan meningkatkan rasa percaya
diri dan tanggung jawab dari masyarakat.
Pilar STBM

Outcome: Menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan


yang berkaitan dgn sanitasi dan perilaku melalui penciptaan kondisi sanitasi total

Output: Meningkatnya pembangunan sanitasi higiene melalui pening-


katan demand & supply

Pilar 3:
Pilar 1: PAM-RT Pilar 4: Pilar 5:
Pilar 2: CTPS
Stop BABS (Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan
(Buang Air Besar
(Cuci Tangan
Air Minum Sampah Limbah Cair
Sembarangan) Pakai Sabun)
Rumah Rumah Tangga Rumah Tangga
Tangga)

Komponen Dasar STBM:


1. Perubahan Perilaku
2. Peningkatan akses sanitasi yang berkelanjutan
3. Pengelolaan berbasis masyarakat yang berkelanjutan
4. Dukungan institusi kepada masyarakat (enabling environment)
Pendekatan STBM
melalui Pelembagaan 3 Sub Komponen

Peningkatan Lingkungan
yag Kondusif (Enabling
Environment)
 Regulasi (Permenkes RI No.3 Tahun 2014 tentang STBM,
Pergub NTT No. 10 Tahun 2012 tentan Pembangunan
AMPL-BM di Provinsi NTT, Perda/Perbup/Instruksi Bupati
 Kemitraan
 Monev (Monitoring STBM Berbasis Website dan SMS)
 Pembiayaan (APBD, APBN, Donor, CSR, Sumber lain yang
tidak mengikat.
 Optimalisasi Pokja AMPL/STBM Daerah
Pendekatan STBM
melalui Pelembagaan 3 Sub Komponen

Peningkatan Penyediaan
Akses Sanitasi (Supply  Wirausaha Sanitasi
 Pengembangan Teknologi Tepat Guna
Sarana Sanitasi
Pendekatan STBM
melalui Pelembagaan 3 Sub Komponen

Peningkatan Kebutuhan
Sanitasi (Demand)
 Pengembangan Media KIE
 Pemicuan (Metode CLTS/STBM)
Peningkatan Kebutuhan Sanitasi
Melalui Pemicuan

Visi
STBM

SANITASI
PERILAKU
HIGIENIS
TOTAL
SBS

BABS
Upaya
Memutus Mata Rantai
Penularan Penyakit
Melalui
STBM
Impact STUNTING
Out
com
e

BUMIL KEK BADUTA BUMIL &


&/ANEMIA KURUS Penyebab
BADUTA DGN Langsung
Out INFEKSI
put
ASUPAN MAKAN
BUMIL : PMT, TTD
BADUTA : ASI EKSKLUSIF,
MPASI

Penyebab
REMAJA REMAJA POLA AIR YANKES
KESLING Tidak
KEK ANEMIA KONSUMSI BERSIH (ANC) Langsung
POLA
ASUH

15
Diagram F : Alur Kontaminasi Diare
Alur Kontaminasi Diare dan Stunting
Upaya mencegah penyakit diare yang dapat
menyebabkan stunting ?
1. Pembuatan jamban sehat, sehingga lalat tidak dapat
menyentuh kotoran manusia
2. Pengelolaan air minum dengan benar mulai dari sumber
sampai siap untuk diminum.
3. Mengolah makanan dengan benar serta menutup makanan.
4. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih mengalir
pada waktu-waktu penting.
5. Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dan mengkonsumsi
makanan bergizi serta Vitamin yang dibutuhkan oleh ibu hamil.
6. Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang pada balita dan
anak.
7. Melakukan pemantauan pertumbuhan balita dan anak
dengan datang ke posyandu secara rutin .
Tangga Perubahan Perilaku
Sanitasi - Gizi
Untuk Pencegahan Stunting
 Seluruh balita rutin melakukan pemantauan
Menjadi pertumbuhan di Posyandu
Kebiasaan  Seluruh masyarakat/RT sudah  Seluruh bayi mendapat IMD; ASI eksklusif; dan
utk melaksanakan 5 Pilar STBM setelah 6 bln mendapat MP-ASI berkualitas
Mencegah  Seluruh bumil memeriksakan kehamilan, minum
Stunting TTD selama kehamilan; bersalin di Fasyankes
 Adanya aturan lokal dan mekanisme untuk menjaga dan meningkatkan upaya perilaku total
sanitasi dan gizi (misalnya Peraturan Desa)
 Adanya tim tingkat Desa atau Posyandu yg memfasilitasi kegiatan tersebut diatas/
 Tidak BAB Sembarangan  Pergi ke Posyandu
Menjadi  Cuci Tangan Pakai Sabun  Melaksanakan IMD; memberikan ASI eksklusif;
Perilaku baru  Menutup makanan; memasak air minum memberikan MP-ASI berkualitas
utk Mencegah  Membuang sampah pada tempatnya  Memeriksakan kehamilan; minum TTD;
Stunting  Membuang limbah cair RT pada tempatnya mengonsumsi makanan bergizi seimbang; bersalin
di Fasyankes
 Adanya upaya pemasaran dan promosi sanitasi dan gizi
 Pemantauan, Evaluasi dan Pendampingan
 Kunjungan keluarga oleh Puskesmas
• Tahu manfaat tdk BAB Sembarangan  Tahu manfaat ke Posyandu
• Tahu manfaat CTPS  Tahu manfaat IND; Tahu manfaat memberikan
• Tahu manfaat menutup makanan dan ASI ekslusif; tahu manfaat memeberi MP-ASI
Tahu, Sadar, memasak air minum berkualitas
• Tahu manfaat buang sampah pd tempatnya  Tahu manfaat memeriksakan kehamilan, minum
Mencoba • Tahu manfaat hrs membuang air limbah TTD, mengkonsusmsi makanan bergizi seimbang
pada tempatnya dan manfaat bersalin di Fasyankes.
 Pemantauan terus menerus
 Terbentuknya komite di masyarakat
 Pemicuan lanjutan dan kunjungan kelurga
 Tersusunnya renc kerja oleh masyarakat
 Tersedianya suplai
 BAB Sembarangan  Tdk ke Posyandu
Tidak tahu Perilaku yang  Tidak CTPS  Tdk IMD; tdk memberikan ASI; tdk memberikan
Dapat Mencegah  Tdk menutup makanan; tdk memasak air MP-ASI berkualitas
Stunting minum  Tdk memeriksa kehamilan; tdk minum TTD; tdk
 Membuang sampah sembarangan mengonsumsi makanan bergizi seimbang; tdk
 Membuang limbah cair RT sembarangan bersalin di Fasyankes.

TANGGA PERUBAHAN PERILAKU STBM - STUNTING


PERMASALAHAN......?

• Koordinasi.....
• Sinergi........... UNIVERSAL AKSES
GAP STBM - STUNTING
• Komunikasi....
Gambaran Aktifitas di Tk. Desa
Pleno Imas
Identifikasi Penyusunan
Masalah RKM
Peta Sosial

 Pelatihan Pemicuan
dan Monev Natural
Leader
 Monev pasca
pemicuan Upgrade
 Pelatihan tukang
Pemicuan Peta
Peta dusun  Lokakarya desa
antara dusun
Natural leader  Verifikasi
 Deklarasi

Implementasi
RKM
Meningkatkan Akses Masyarakat terhadap Layanan
Sanitasi yang Layak
Pemicuan STBM Tindak lanjut
Dusun Pasca Pemicuan

Sosialisasi STBM Pendanaan Capacity Monitoring STBM


Desa Building Dusun/Desa

Advokasi Implementasi

Sosialisasi STBM Verifikasi STBM


Kecamatan Desa
Kelembagaan Monev

Pelatihan Deklarasi STBM


Fasilitator STBM Strategi Sanitasi Desa

Roadmap STBM
Kab/Kota
Verifikasi
Serangkaian kegiatan penilaian yang dilakukan
oleh Tim Verifikasi terhadap pernyataan bahwa
telah terjadi perubahan perilaku

Verifikasi menuju deklarasi :


• Deklarasi STBM adalah Deklarasi 5 Pilar STBM
• Deklarasi SBS adalah Deklarasi Pilar 1 STBM
Mengapa Perlu Dilakukan Proses Verifikasi??
• Memastikan terjadinya perubahan perilaku masyarakat di
desa/kelurahan (Kecamatan dan Kab/ Kota)

Kapan Dilakukan Proses Verifikasi??


• Sebelum dilakukan Deklarasi Desa STBM / Deklarasi Desa Stop Buang
Air Besar Sembarangan (SBS)
• Setelah dilakukannya monitoring berkala dengan dipastikannya status
desa STBM/ SBS
• Setelah ada pernyataan dari Pemerintah : Desa / Kecamatan/
Kabupaten

Catatan:
• Status Deklarasi bisa dicabut jika hasil monitoring berkala ditemukan
masih ada masyarakat yang terbukti BAB Sembarangan
TIM VERIFIKASI STBM:

• Tim Verifikasi, yang anggotanya berjumlah 3-5 orang atau


lebih, sesuai kebutuhan. Tim verifikasi Desa ditunjuk
dan ditetapkan oleh Pemerintah Tingkat Kecamatan.
Tim verifikasi Kecamatan ditunjuk/ditetapkan oleh
Pemerintah Tingkat Kabupaten/Kota.

• Bersifat ad-hoc, kerja tim, dinamis ,fleksibel, serta


sebagai pemegang mandat verifikasi 5 Pilar STBM sesuai
dengan tingkatannya.

• Memperoleh status hukum yang tegas, dan memperoleh


dukungan publik secara baik
Keanggotaan Tim Verifikasi
Keanggotan Tim Inti Verifikasi (berdasarkan tingkatan)
RT/RW (Dusun) Dusun (Desa)
Ketua: Ketua:
Petugas kesehatan Lingkungan (Posyandu) Petugas Kesehatan Lingkungan
Anggota: Desa (Bides)
Kader Kesehatan / Tim Penggerak PKK , dan Anggota:
anggota masyarakat dari RT/RW lain Petugas kesehatan Puskesmas, petug as kecamatan,
Tim Penggerak PKK , dan anggota masyarakat
Dusun lain.

Desa/ kelurahan Kecamatan Kabupaten/Kota


Ketua: Ketua: Ketua:
Petugas kesehatan Lingkungan Petugas Kesehatan Lingkungan Petugas Kesehatan Lingkungan
Puskesmas/Petugas K ecamatan Kabupaten /Kota Propinsi
Anggota: Anggota: Anggota:
Petugas Kesehatan Desa/Petugas Petugas kesehatan Puskesmas, Petugas Kesehatan Kabupaten
Kecamatan/ Tim Penggerak PKK , petug as kecamatan, Tim /Kota lain. Pengurus PKK
dan anggota masyarakat dari Penggerak PKK , dan anggota Kabupat en / Ko ta lain.
desa lain masyarakat kecamatan lain.
Catatan :
Keanggotaan Tim Verifikasi dianjurkan untuk memperhatikan keseimbangan jumlah antara laki-laki dan perempuan
Peran dan Fungsi Tim Verifikasi

• Melakukan Sosialisasi dan Advokasi pembentukan


Tim Verifikasi STBM (sesuai dengan tingkatannya).
• Melakukan Verifikasi yang akan deklarasi STBM / SBS.
• Melakukan Monitoring berkala (min 2 Tahun).
• Menyiapkan Mekanisme monitoring untuk
mempertahankan status STBM/ SBS.
• Memberikan rekomendasi Status STBM/ SBS untuk
pengajuan sertifikat (desa/Kecamatan/Kab/kota)
STBM/SBS dan pencabutan status STBM/SBS.
Legalitas Tim Verifikasi STBM

• Untuk memperkuat kedudukan Tim


Verifikasi STBM pada Pokja AMPL,
diperlukan status hukum yang jelas
(legalitas), melalui Surat Keputusan Ketua
Pokja AMPL.
Selamat
Berpartisipasi …

Kunci perubahan perilaku


masyarakat ada ditangan anda
semua...
Sebagai ...Agen Perubahan...
Semoga Berhasil !!!
BERSAMA KITA BISA

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai