Anda di halaman 1dari 4

TOPIK I

I. Pancasila sebagai pandangan hidup.


A. Sumber Referensi.
Sudjito. 2015. “PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP”KORANSINDO, 3 Juni 2015.Jakarta
B. Substansi.
1. Pancasila sebagai pandangan hidup sejak awal kehidupan. Esksitensi dan kebenaran nilai-nilai pancasila,
sampai antropologis.
2. Kehidupan manusia indonesia, beerproses melalui empat saf - imperialis.
3. Fase awal era industrialisasi. Nilai pancasila, ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan,
sampai keadilan sosial yang konsisten sebagai p[andangan hidup.
4. Sistem pandangan hidup nilai-nilai secara sistematis hierarkis, nilai value filsafat, tolak ukur dan
memutuskan benar atau salah.
5. Akhir-akhir ini muncul polemik tentang hari lahir Pancasila. Polemik itu berpotensi untuk memecah
belah bangsa.
6. Pancasila sebagai pandangan hidup sudah ada sejak awal kehidupan dan bukan lahir 1 Juni 1945
ataupun tanggal-tanggal lain. Eksistensi dan kebenaran nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup
dapat dikenali sebagai pandangan hidup dapat dikenali secara sosiologis dan antropologis.
7. Kehidupan manusia Indonesia menurut Bung Karni berproses melalui empat saf. Bung Karno berhasil
menggali nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia yang diperoleh oleh 5 hal menonjol yakni, Ketuhanan,
Kebangsaan, Perikemanusiaan, Kedaulatan rakyat dan Keadilan sosial.
8. Korupsi itu negatif. Manusia beradab pantang korupsi. Justru berusaah taat pada hukum sebagai tatanan
kehidupan secara utuh dan total sehingga dari padanya muncul keadilan.
9. Pancasila sebagai pandangan hidup sudah ada sebelum ada Bung Karno, sebelum ada Republik
Indonesia. Dari dahulu, bangsa Indonesia telah cinta tanah air dan bangsa.
10. Nilai-nilai Pancasila telah mengakar pada adat istiadat, kebudayaan, dan agama-agama di Indonesia
sejak ratusan tahun silam. Pengamalan Pancasila sebagai pandangan hidup berpadu dengan pengamalan
adat-istiadat dan kebudayaan.
11. Pancasila sebagai pandangan hidup memberi arah, motivasi, dan energi untuk pencapaian keberkahan
hidup.

C. Pesan Penulis
1. Pandangan untuk menepis keracunan pemikiran tidak sehat itu. Menanamkan pancasila pada
tatakan lebih mendasar yakni sebagai pandangan hidup.

D. Komentar
1. Judul topik dan pembahasan yang ada di dalam artikel ini sangat sesuai karena kita sebagai bangsa
indonesia harus menggunakan pancasila sebagai pandangan hidup yang luhur. Dengan ini rakyat
indonesia dapat mencerminkan sikap dan melakukan norma-norma yang berlaku agar lebih baik ke
depannya.
2. Terkadang kita sudah menegakan nilai pancasila namun banyak diantaranya tidak dapat
mengimplementasikan, banyak sekali terjadinya kontra yang sangat melenceng dari nilai pancasila.
Sehingga terjadinya penyelewengan nilai pancasila sebagai pandangan hidup.

E. Saran Dan Rekomendasi


1. Sebagai bangsa indonesia yang baik, kita harus terus berusaha memperbaiki tata cara bersosialisasi
dengan mempraktikan nilai-nilai pancasila yang ada di dalamnya. Dengan ini kita harus berusaha
mengembangkan semnagat nasionalisme sebagai warga negara indonesia.
TOPIK II

II. Pancasila dan Nasionalisme Religius


A. Sumber Referensi
Nasih, Mohammad. 2012.”PANCASILA DAN NASIONALISME RELIGIUS”.KORANSONDO.31 Mei
2012:Jakarta.
B. Substansi
1. Kelahiran Pancasila sebagai dasar bagi negara Indonesia merdeka tidak bisa dilepaskan dari gagasan
tentang kontruksi negara-bangsa.
2. Tanggal 1 juni merupakan hari lahirnya pancasila.
3. 1 juni 1945 bangsa indonesia mengemukakan pendapat tentang gagasan mengenai rumusan ilmu sila
dasar negara yang dinamakan pancasila.
4. Pancasila lebih banyak dipahami serbaformal, tekstual, dan sedikit sekali upaya untuk menghadirkan
pancasila secara kontekstual apalagi membunyikan di tengah masyarakat.
5. Alur berpikir kalangan nasionals tersebut belum bisa ditangkap secara komprehensif oleh kalangan
Islamis sehingga menyebabkan kalangan islamis menolak habis-habisan konsep negara bangsa.
6. Keislaman Soeharto dan keislaman Hatta keduanya berpandangan bahwa dengan mengontruksi
Indonesia sebagai negara bangsa tidak lantas akan menyebabkan agama Islam terpinggirkan.
7. Di Indonesia perasaan sebagai satu bangsa lebih disebabkan oleh perasaan senasib yang disebabkan oleh
faktor penjajahan walaupun mereka berbeda suku, adat, ras, agama.
8. Nasionalisme Indonesia dengan dasar Pncasila adalah nasionalisme religius, yakni nasionalisme yang
tetap menjadikan agama sebagai dasar. Agama hyang dimaksud bukanlah satu agama, melainkan
seluruh agama yang diakui oleh negara.
9. Sebuah regulasi yang di insirasi oleh ajaran agama harus dianggap sebagai salah satu bentuk interpretasi
terhadap ajaran agama. Sebabb itu, regulasi tersebut bersifat tak ubahnya sebagai konsensus belaka yang
sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi. Dengan demikian
agama akan tetap berfungsi kontributif dalam memberikan rasa, bukan warna.

C. Pesan Penulis
1. kita harus menghilangkan alur berpikir secara komprehnesif terhadap perbedaan agama yang ada di
indonesia.
2. kita harus meningkatkan kualitas penduduk kaum muslim agar tidak terpinggirkan, walaupun
mayoritas warga negara indonesia adalah kaum muslim.

D. Komentar
1. Indonesia masih menjadikan agama islam merupakan agama mayoritas, tanpa melihat agama lain
yang merupakan minoritas.
2. Masih banyak orang yang mengerdilkan agama, padahal seharusnya kita membedakan agama
sesuai dengan agama yang dipeluk oleh setiap individunya.

E. Saran dan Rekomendasi


1. Agama harus tetap berkonstribusi dalam memberikan rasa, pada setiap pembuatan kebijakan
politik. Sehingga, hal yang sangat penting ini tidak akan mengacaukan keberagaman yang ada.
2. Kita sebagai bangsa indonesia harus mengerti bahwa setiap agama memiliki kesempatan untuk
memperjuangkan agama yang diyakininya untuk regulasi negara.
TOPIK III

III. Urgensi Radikalisasi Pancasila


A. Sumber Referensi
Al-Barbasy, Murod, Ma’mun. 2012. “URGENSI RADIKALISASI PANCASILA”. 1 Juni 2012.:Jakarta.
B. Substansi
1. Sejak kemerdekaan Indonesia sampai saat ini, Pancasila lebih banyak dipahami serbaformal, tekstual,
dan sedikit upaya secara kontekstual dan membumikannya ditengah masyarakat.
2. Melihat problem yang terjadi menjadikan keharusan untuk melakukan radikalisasi pancasila sebagai
bentuk transformasi dari sikap pasif, apatis,atau aktivisme yang lebih radikal, dalam memposisikan,
memahami dan mengaplikasikan nilai-nilai pancasila.
3. Tdak adanya Pendidikan Moral Pancasila (PMP) disekolah-sekolah menjadi penyebab terjadinya
kesengsaraan moral dan menipisnya rasa nasionalisme.
4. Secara das sollen maupun das sein Pancasila harus bisa berjalan beriringan. Pancasila sebagai ideologi
negara harus diletakkan secara benar dalam praktik bernegara.
5. Radikalisme pancasila yang dianggap sikap pasif pada aktivisme yang lebih radikal.
6. Telah terjadi kegersangan dan dangkalan moral, menipisnya rasa nasionalisme dan rasa rasa memiliki
indonesia dikalangan anak bangsa.

C. Pesan Penulis
1. Penulis para pembacanya mengetahui bahwa kita sebagai bangsa indonesia harus melakukan upaya
melakukan radikalisasi denga keteladana dari elite pimpinan negara, karena tanpa adanya itu tidak
akan pernah berhasil.
2. Kita harus bisa menghadirkan nilai-nilai pancasila dalam realitas kehidupan di tengah masyarakat.

D. Komentar
1. Urgensi radikalisasi pancasila, nilai-nilai pancasila yang mulai dihilangkan karena adanya era orde
baru yang membuat pimpinan negara akhirnya mulai menghilangan fungsi dasar pancasila, sehingga
banyak menjadikan generasi mulai apatis dan masa bodo dengan tatanan ideologi negara serta dasar
negara.

E. Saran dan Rekomendasi


1. Pembenahan atau pergerakan agen perubahan adalah hal yang penting, contoh agen perubahan
adalah mahasiswa. Sebagai wadah atau perwakilan dari segala aspek bidang, diharapkan dapat
menunjang pengurangan terhadap urgensi radikalisme pancasila. Dengan cara pembelajaran
mengenai nilai pancasila yang aspeknya di sesuaikan dengan masa orde baru. Agar terciptanya
pancasila sebagai pandangan hidup di orde baru.

Anda mungkin juga menyukai