Anda di halaman 1dari 79

KINERJA JARINGAN DISTRIBUSI LISTRIK TEGANGAN

RENDAH DI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO


GUNUNG SAWUR 2 LUMAJANG

SKRIPSI

Oleh

Muhammad Arif Nurhidayattullah


NIM H41172123

PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI TERBARUKAN


JURUSAN TEKNIK
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2021
KINERJA JARINGAN DISTRIBUSI LISTRIK TEGANGAN
RENDAH DI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO
GUNUNG SAWUR 2 LUMAJANG

SKRIPSI

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Teknik


(S.Tr.T)
Di Program Studi Teknik Energi Terbarukan
Jurusan Teknik

Oleh

Muhammad Arif Nurhidayattullah


NIM H41172123

PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI TERBARUKAN


JURUSAN TEKNIK
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2021

ii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER

LEMBAR PENGESAHAN

KINERJA JARINGAN DISTRIBUSI LISTRIK TEGANGAN


RENDAH DI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO
GUNUNG SAWUR 2 LUMAJANG

Nama : Muhammad Arif Nurhidayattullah


NIM : H41172123

Diuji pada tanggal : Senin, 05 Juli 2021


Dan dinyatakan : LULUS

Ketua Penguji;

Dedy Eko Rahmanto, S.TP, M.Si


NIDN. 0019077807

Sekertaris Penguji, Anggota Penguji,

Ahmad Fahriannur, ST, MT Yuli Hananto, S.TP, M.Si


NIP. 198908252019031008 NIP. 197707222002121001

iii
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Muhammad Arif Nurhidayattullah
NIM : H41172123
Jurusan : Teknik
Prodi : Teknik Energi Terbarukan
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam
laporan skripsi saya yang berjudul “KINERJA JARINGAN DISTRIBUSI
LISTRIK TEGANGAN RENDAH DI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
MIKROHIDRO GUNUNG SAWUR 2 LUMAJANG” merupakan gagasan dan
hasil karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah
diajukan dalam bentuk apapun perguruan tinggi manapun.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya. Sumber informasi yang berasal dari di kutip dari karya
yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan
dalam daftar pustaka dibagian akhir laporan skripsi ini.

Jember, 15 Juni 2021

Muhammad Arif Nurhidayattullah


NIM H41172123

iv
PERNYATAAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Muhammad Arif Nurhidayattullah
Nim : H41172123
Program Studi : Teknik Energi Terbarukan
Jurusan : Teknik

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada


UPT. Perpustakaan Politeknik Negeri Jember, Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif
(Non-Exclusive Roayalty Free Right) atas karya ilmiah laporan skripsi saya yang
berjudul:
“KINERJA JARINGAN DISTRIBUSI LISTRIK TEGANGAN RENDAH DI
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO GUNUNG SAWUR 2
LUMAJANG”
Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini UPT. Perpustakaan Politeknik Negeri
Jember berhak menyimpan, mengalih media atau format, mengola dalam bentuk
Pangkalan Data (Database), mendistribusikan karya dan menampilkan atau
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau
pencipta.

Saya bersedia menanggung pribadi tanpa melibatkan pihak Politeknik Negeri Jember
atas segala bentuk tuntutan hukum yang timbul karena Pelanggaran Hak Cipta dalam
Karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat sebenarnya.

Dibuat di : Jember
Pada Tanggal : 15 Juni 2021
Yang menyatakan,

Nama : Muhammad Arif Nurhidayattullah


NIM : H41172123

v
MOTTO

“Allah SWT tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan


kesanggupannya”
(Al Qur’an Surat Al-Baqarah 286)

“Jangan pergi mengikuti kemana jalan akan berujung. Buat jalanmu dan
tinggalkanlah jejak”
(Ralp Waldo Emerson)

vi
PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan kepada:


1. Kedua orang tua saya tercinta Bapak Waras Sugiyono dan Ibu Prasetyawati, terima
kasih atas dukungan yang selama ini telah engkau berikan serta doa yang tak henti
engkau panjatkan, sehingga putramu bisa sampai pada titik perjuangan ini. Hanya
ini yang putramu persembahkan;
2. Adik-adikku tersayang Fajar Efendi dan Nita Andini yang telah memberikanku
semangat berjuang hingga saat ini;
3. Skripsi ini kupersembahkan untuk orang paling istimewa dalam hidupku yaitu
istriku Reni Eka Cahyani, S.Ak yang telah memberikan semangat dan
dukungannya hingga saat ini. Kamu adalah sosok terbaik, yang ikut membantu
dalam setiap keadaan sulit. Betapa beruntungnya aku bertemu denganmu di jalan
hidupku;
4. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada para dosen pembimbing yaitu
Bapak Dedy Eko Rahmanto, S.TP, M.Si selaku dosen pembimbing utama, Bapak
Ahmad Fahriannur, ST, MT dan Bapak Yuli Hananto, S.TP, M.Si selaku dosen
penguji;
5. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Sucipto selaku pemilik
PLTMH Gunung Sawur 2 Lumajang;
6. Keluarga Teknik Energi Terbarukan 2017 yang telah berjuang bersama dalam
keadaan manis dan pahitnya perkuliahan selama 4 tahun ini. Semoga menjadi
awal kesuksesan untuk kedepannya;
7. Almamater tercinta Politeknik Negeri Jember.

vii
KINERJA JARINGAN DISTRIBUSI LISTRIK TEGANGAN RENDAH DI
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO GUNUNG SAWUR 2
LUMAJANG
Dedy Eko Rahmanto, S.TP, M.Si (Pembimbing Skripsi)

Muhammad Arif Nurhidayattullah


Program Studi Teknik Energi Terbarukan
Jurusan Teknik

ABSTRAK

Energi listrik merupakan kebutuhan penting bagi kehidupan masyarakat. Salah satu
penghasil listrik adalah pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH), seperti
PLTMH Gunung Sawur 2. Listrik yang dihasilkan PLTMH disalurkan ke konsumen
melalui jaringan distribusi listrik. Jumlah energi listrik yang sampai ke konsumen
tidak sama dengan jumlah energi listrik yang dibangkitkan oleh PLTMH karena
terjadi rugi-rugi energi listrik. Penelitian mengenai kehilangan energi listrik di
PLTMH Gunung Sawur 2 perlu dilakukan sehingga dapat ditentukan upaya untuk
meminimalisirnya. Penelitian dilakukan pada jaringan distribusi dengan cara
mengukur arus dan tegangan di konsumen serta panjang kabel kemudian dikaji secara
teori untuk menemukan kemungkinan rugi-rugi energi listrik yang terjadi pada
jaringan distribusi listrik. Hasil penelitian yang dilakukan di PLTMH Gunung Sawur
2 Lumajang menunjukkan nilai rugi-rugi tegangan yang terjadi masih dalam standart
SPLN kecuali pada rumah 29 dan rumah 30 sebesar 11,471 Volt atau 5,501 %, rugi
daya 16,8906 watt dan 16,812 Volt atau 8,274 %, rugi daya 36,2785 watt. Jarak yang
jauh dan luas penampang saluran yang kecil menyebabkan penurunan tegangan di
tempat konsumen terhubung. Hal tersebut dikarenakan semakin panjang suatu
penghantar dan semakin kecil ukuran luas penampangnya, maka akan semakin besar
jatuh tegangan pada penghantar. Perbaikan ukuran kabel distribusi rumah 29 dan 30
perlu dilakukan dari 10 mm2 diganti dengan minimal 25 mm2 agar tegangan yang
diterima masih dalam standart SPLN.

Kata Kunci: distribusi, energi listrik, PLTMH, rugi-rugi

viii
PERFORMANCE OF LOW VOLTAGE ELECTRIC
DISTRIBUTION NETWORK AT THE MICROHYDRO POWER
PLANT OF MOUNT SAWUR 2 LUMAJANG
Dedy Eko Rahmanto, S.TP, M.Si (Thesis Supervisor)

Muhammad Arif Nurhidayattullah


Study Program of Renewable Energy
Engineering Department of Engineering

ABSTRACT

Electrical energy is an important need for people's lives. One of the producers of
electricity is a micro hydro power plant (PLTMH), such as the Gunung Sawur 2
PLTMH. The electricity produced by the PLTMH is distributed to consumers through
the electricity distribution network. The amount of electrical energy that reaches
consumers is not the same as the amount of electrical energy generated by the
PLTMH due to electrical energy losses. Research on the loss of electrical energy in
PLTMH Gunung Sawur 2 needs to be done so that efforts can be determined to
minimize it. The research was conducted on the distribution network by measuring
the current and voltage at the consumer as well as the length of the cable and then
studied theoretically to find the possibility of electrical energy losses that occur in the
electricity distribution network. The results of research conducted at PLTMH Gunung
Sawur 2 Lumajang showed that the value of voltage losses was still within the SPLN
standard except for houses 29 and 30 which were 11.471 Volts or 5.501%, power
losses were 16.8906 watts and 16.812 Volts or 8.274%, power losses 36.2785 watts.
The long distance and the small cross-sectional area of the line cause a voltage drop
at the point where the consumer is connected. This is because the longer the
conductor and the smaller the cross-sectional area, the greater the voltage drop
across the conductor. Repair of house distribution cable sizes 29 and 30 need to be
carried out from 10 mm2 replaced with a minimum of 25 mm2so that the voltage
received is still within the SPLN standard.

Keywords: distribution, electrical energy, PLTMH, losses

ix
RINGKASAN

Kinerja Jaringan Distribusi Listrik Tegangan Rendah Di Pembangkit Listrik


Tenaga Mikrohidro Gunung Sawur 2 Lumajang. Muhammad Arif
Nurhidayattullah NIM H41172123, Tahun 2021, 61 Halaman, Teknik, Politeknik
Negeri Jember, Dedy Eko Rahmanto, S.TP, M.Si (Pembimbing Skripsi).
Energi listrik merupakan kebutuhan penting bagi kehidupan masyarakat.
Aktifitas dalam kehidupan sehari – hari banyak yang membutuhkan asupan energi
listrik. Kebutuhuan energi listrik tersebut salah satunya dipenuhi oleh pembangkit
listrik tenaga mikrohidro (PLTMH). PLTMH adalah teknologi yang memanfaatkan
energi air untuk diubah menjadi energi listrik dengan cara memanfaatkan debit air dan
tinggi jatuh untuk menggerakkan turbin yang akan menghasilkan energi mekanik.
Energi mekanik tersebut digunakan untuk memutar generator sehingga akan
menghasilkan energi listrik. Energi listrik tersebut akan disalurkan ke konsumen
melalui jaringan distribusi listrik. Proses distribusi tenaga listrik yang dihasilkan dari
PLTMH Gunung Sawur 2 disalurkan melalui saluran distribusi tegangan rendah ke
beban konsumen. Jumlah energi listrik yang sampai ke beban tidak sama dengan
jumlah energi listrik yang dibangkitkan oleh PLTMH karena terjadi susut atau rugi-
rugi (losses) energi listrik.

Proses peyaluran energi listrik dengan PLTMH yang berada jauh dari pusat
beban akan mengalami kerugian yang cukup besar. Tegangan pada jaringan distribusi
berdasarkan rekomendasi National Electrical Code (NEC) batas yang diperbolehkan
adalah 5% dari nilai tegangan nominalnya. Jatuh tegangan pada saluran tenaga listrik
secara umum berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban serta berbanding
terbalik dengan luas penampang penghantar. Permasalahan yang ada pada PLTMH
Gunung sawur 2 adalah pada proses pendistribusian energi listrik menuju beban
konsumen terdapat rugi-rugi pada sistem distribusinya. Jarak yang jauh dan luas
penampang saluran yang kecil akan menyebabkan penurunan tegangan pada ujung

x
penerimaan di tempat konsumen terhubung. Apabila penurunan tegangan yang terjadi
melebihi batas toleransi yang diijinkan, maka secara teknis akan mengakibatkan
terganggunya kinerja peralatan listrik konsumen. Kehilangan energi listrik perlu
dikurangi agar kinerja pada saluran jaringan distribusi listrik di PLTMH Gunung
Sawur 2 Lumajang lebih optimal. Penelitian dilakukan pada jaringan distribusi
dengan cara mengukur arus dan tegangan di konsumen serta panjang kabel kemudian
dikaji secara teori untuk menemukan kemungkinan rugi-rugi energi listrik yang
terjadi pada jaringan distribusi listrik. Hasil penelitian yang dilakukan di PLTMH
Gunung Sawur 2 Lumajang menunjukkan nilai rugi-rugi tegangan yang terjadi masih
dalam standart SPLN kecuali pada rumah 29 dan rumah 30 sebesar 11,471 Volt atau
5,501 %, rugi daya 16,8906 watt dan 16,812 Volt atau 8,274 %, rugi daya 36,2785
watt. Jarak yang jauh dan luas penampang saluran yang kecil menyebabkan
penurunan tegangan di tempat konsumen terhubung. Hal tersebut dikarenakan
semakin panjang suatu penghantar dan semakin kecil ukuran luas penampangnya,
maka akan semakin besar jatuh tegangan pada penghantar. Perbaikan ukuran kabel
distribusi rumah 29 dan 30 perlu dilakukan dari 10 mm2 diganti dengan minimal 25
mm2 agar tegangan yang diterima masih dalam standart SPLN.

xi
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi berjudul “Kinerja Jaringan Distribusi Listrik
Tegangan Rendah Di Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Gunung Sawur 2
Lumajang” dapat diselesaikan dengan baik.
Tulisan ini adalah laporan hasil penelitian yang dilaksanakan mulai bulan
Agustus 2020 sampai Juni 2021 bertempat di Politeknik Negeri Jember sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Teknik (S.Tr.T) di Progam Studi
Teknik Energi Terbarukan Jurusan Teknik Politeknik Negeri Jember.
Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya sebagai berikut:
1. Kedua orang tua Bapak Waras Sugiyono dan Ibu Prasetyawati serta keluarga yang
telah memberikan restu, do’a, motivasi, semangat moral dan materi sehingga saya
dapat melaksanakan penelitian dengan lancar.
2. Saiful Anwar, S.Tp., MP selaku direktur Politeknik Negeri Jember.
3. Mokhammad Nuruddin, ST., M.Si selaku ketua Jurusan Teknik.
4. Yuli Hananto, S.TP., M.Si selaku Ketua Program Studi Teknik Energi Terbarukan.
5. Dedy Eko Rahmanto, S.TP., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi.
6. Ahmad Fahriannur, ST., MT selaku Dosen penguji.
7. Rekan-rekanku dan semua pihak yang telah ikut membantu dalam pelaksanaan
penelitian dan penulisan laporan ini.
Laporan ini masih kurang sempurna, mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna perbaikan di masa mendatang. Semoga tulisan ini
bermanfaat
Jember, Juli 2021

Penulis
xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN MAHASISWA..................................................... iv
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI ........................................................ v
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
RINGKASAN ................................................................................................. x
PRAKATA ...................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 2
1.5 Batasan Masalah ............................................................................ 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4
2.1 Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro ........................ 4
2.2 Beban .............................................................................................. 5
2.3 Tegangan Rendah .......................................................................... 5

xiii
2.1.1 Jaringan Distribusi Tegangan Rendah Langsung ................... 5
2.1.2 Jaringan Distribusi Tegangan Rendah Tak Langsung ........... 6
2.4 Permasalahan Pada Jaringan Distribusi Tegangan Rendah ..... 7
2.4.1 Susut Energi Listrik ............................................................... 7
2.4.2 Drop Tegangan ...................................................................... 10
2.4.3 Faktor Penyebab Kerugian Tegangan (Drop Voltage) .......... 11
2.4.4 Rugi-rugi Pada Penghantar .................................................... 13
2.5 Daya Listrik.................................................................................... 13
2.5.1 Penghantar Listrik ................................................................. 16
2.6 Impedensi ....................................................................................... 18
2.7 Rugi-rugi Tegangan Dalam Jaringan .......................................... 21
2.8 Resistansi ........................................................................................ 21
2.9 Kualitas Daya ................................................................................. 22
2.10 Saluran Kabel Penghantar .......................................................... 22

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 24


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 24
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 25
3.3 Metode Penelitian .......................................................................... 25
3.4 Parameter Pengukuran ................................................................. 27
3.5 Proses Pengambilan Data ............................................................. 28
3.6 Analisa Data ................................................................................... 30

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 31


4.1 Hasil Pengujian Karakteristik Beban 3 Phasa di PLTMH
Gunung Sawur 2 Lumajang ......................................................... 31

xiv
4.1.1 Data Kabel Saluran Distribusi di PLTMH Gunung Sawur 2
Lumajang ............................................................................... 32
4.1.2 Data Pengukuran di Beban Konsumen Saat Beban Puncak .. 33
4.1.3 Sumber Energi Listrik PLTMH Gunung Sawur 2
Lumajang ............................................................................... 35
4.2 Jatuh Tegangan (Drop Voltage) ................................................... 36
4.2.1 Regulasi Tegangan ................................................................ 41
4.2.3 Perhitungan Rekomendasi Perbaikan Tegangan ................... 43
4.3 Perhitungan Jatuh Tegangan Sesuai Dengan Data Sheet
Kabel ............................................................................................... 46
4.4 Perhitungan Rugi-rugi Daya Pada Saluran Penghantar ........... 48
4.5 Kinerja Jaringan Distribusi di PLTMH Gunung Sawur 2
Lumajang ....................................................................................... 52

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 53


5.1 Kesimpulan .................................................................................... 53
5.2 Saran ............................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 54


LAMPIRAN .................................................................................................... 57

xv
DAFTAR GAMBAR

2.1 Sistem Pembangkit di Gunung Sawur 2 Lumajang .................................. 4


2.2 Jaringan Distribusi Tegangan Rendah Langsung ...................................... 5
2.3 Jaringan Distribusi Tegangan Rendah Tak Langsung .............................. 6
2.4 Segitiga Daya ............................................................................................ 15
3.1 Peta Lokasi PLTMH Gunung Sawur Lumajang ....................................... 24
3.2 Diagram Alur Penelitian ........................................................................... 26
3.3 Skema Diagram Titik-titik Pengukuran .................................................... 28
3.4 Pengukuran Beban Puncak ........................................................................ 29
3.5 Pengukuran Arus dan Tegangan Konsumen ............................................. 29
4.1 Grafik Pengujian karakteristik Beban konsumen Selama 3 Hari
di PLTMH Gunung Sawur 2 Lumajang ................................................... 31
4.2 Grafik Hubungan Panjang Kabel Terhadap Drop Tegangan .................... 39

xvi
DAFTAR TABEL

2.1 Nilai Tahanan Dari Beberapa Penghantar Listrik ..................................... 17


2.2 Kemampuan Hantar Arus .......................................................................... 23
4.1 Data Kabel Distribusi ................................................................................ 33
4.2 Data Pengukuran Beban Konsumen ......................................................... 34
4.3 Daftar Peralatan Elektronik Sesuai Sumber Listrik .................................. 36
4.4 Hasil Perhitungan Jatuh Tegangan ............................................................ 38
4.5 Hasil Pengukuran Drop Tegangan ............................................................ 40
4.6 Hasil Perhitungan Regulasi Tegangan ...................................................... 42
4.7 Hasil Perhitungan Jatuh Tegangan Sesuai Data Sheet Kabel ................... 47
4.8 Hasil Perhitungan Nilai Tahanan Kabel Penghantar ................................. 49
4.9 Hasil Perhitungan Rugi-rugi Daya Pada Kabel Penghantar...................... 51

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Sheet Kabel ......................................................................................... 57


2. Dokumentasi Penelitian .............................................................................. 60

xviii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi listrik merupakan kebutuhan penting bagi kehidupan masyarakat.
Aktifitas dalam kehidupan sehari – hari banyak yang membutuhkan asupan energi
listrik. Kebutuhuan energi listrik tersebut salah satunya dipenuhi oleh pembangkit
listrik tenaga mikrohidro (PLTMH). PLTMH adalah teknologi yang memanfaatkan
energi air untuk diubah menjadi energi listrik dengan cara memanfaatkan debit air
dan tinggi jatuh untuk menggerakkan turbin yang akan menghasilkan energi
mekanik. Energi mekanik tersebut digunakan untuk memutar generator sehingga akan
menghasilkan energi listrik. Energi listrik tersebut akan disalurkan ke konsumen
melalui jaringan distribusi listrik.
Jaringan distribusi listrik merupakan bagian terakhir penyaluran energi listrik
dari seluruh sistem tenaga listrik. Jaringan distribusi merupakan bagian jaringan
listrik yang paling dekat dengan masyarakat (konsumen). Proses distribusi tenaga
listrik yang dihasilkan dari PLTMH Gunung Sawur 2 disalurkan melalui saluran
distribusi tegangan rendah ke beban konsumen. Jumlah energi listrik yang sampai ke
beban tidak sama dengan jumlah energi listrik yang dibangkitkan oleh PLTMH
karena terjadi susut atau rugi-rugi (losses) energi listrik (Muhammad dkk, 2019).
Menurut Bini (2019) Proses peyaluran energi listrik dengan PLTMH yang
berada jauh dari pusat beban akan mengalami kerugian yang cukup besar dalam
penyaluran daya listrik. Tegangan pada jaringan distribusi berdasarkan rekomendasi
National Electrical Code (NEC) batas yang diperbolehkan adalah 5% dari nilai
tegangan nominalnya. Jatuh tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang
pada suatu penghantar. Jatuh tegangan pada saluran tenaga listrik secara umum
berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban serta berbanding terbalik dengan
luas penampang penghantar (Dalam, 2015)

1
2

Permasalahan yang ada pada PLTMH Gunung sawur 2 adalah pada proses
pendistribusian energi listrik yang terletak pada penyaluran energi listrik menuju
beban konsumen terdapat rugi-rugi pada sistem transmisinya. Berdasarkan hal
tersebut pemanfaatan energi yang dihasilkan dari pembangkit harus dilakukan secara
optimal agar rugi daya dari jaringan distribusi akan menjadi lebih sedikit.
Ketersediaan energi listrik pada PLTMH Gunung Sawur 2 yang terletak di Sumber
Wuluh, Dusun Gunung Sawur di lereng Gunung Semeru, Lumajang diharapkan cukup
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Gunung Sawur. Jaringan Distribusi listrik
tegangan rendah yang terhubung ke beban konsumen perlu dilakukan analisis untuk
mengetahui kinerjanya sehingga penggunaan energi listrik akan dapat diupayakan
menjadi lebih maksimal.
1.2 Rumusan Masalah
a. Berapa jatuh tegangan dan rugi daya pada jaringan distribusi tegangan rendah
di PLTMH Gunung Sawur 2 Lumajang?
b. Berapa rugi daya pada jaringan distribusi tegangan rendah di PLTMH Gunung
Sawur 2 Lumajang?
c. Bagaimana ukuran kabel penghantar pada sistem jaringan distribusi listrik
tegangan rendah di PLTMH Gunung Sawur 2 Lumajang apakah sesuai
dengan jatuh tegangan pada saluran penghantar?
1.3 Tujuan Penelitian
a. Mengetahui jatuh tegangan pada jaringan distribusi tegangan rendah di
PLTMH Gunung Sawur 2 Lumajang.
b. Mengetahui rugi daya pada jaringan distribusi tegangan rendah di PLTMH
Gunung Sawur 2 Lumajang.
c. Mengevaluasi kesesuaian kabel penghantar pada sistem jaringan distribusi
tegangan rendah di PLTMH Gunung Sawur 2 Lumajang.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Penggunaan energi lebih optimal.
b. Akan lebih menghemat energi.
3

c. Menghemat biaya dalam perancangan jaringan distribusi.


d. Nilai kehilangan tegangan dan daya akan lebih sedikit.
e. Bagi dunia pendidikan merupakan suatu pengalaman yang sangat
menguntungkan karena sebagai pengembangan ilmu di bidang
ketenagalistrikan.
f. Bagi perusahaan akan lebih memperhatikan lagi pemasangan kabel yang
sesuai dengan Kemampuan Hantar Arus (KHA).
1.5 Batasan Masalah
a. Penelitian yang di ukur pada jaringan distribusi saja.
b. Tidak membahas tentang sistem pembangkit seperti generator maupun turbin.
c. Penelitian dilakukan pada sistem jaringan distribusi tegangan rendah di
PLTMH Gunung Sawur 2 Lumajang.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) adalah pembangkit listrik


berskala kecil (kurang dari 100 kW), yang memanfaatkan tenaga (aliran) air sebagai
sumber penghasil energi. PLTMH termasuk sumber energi terbarukan dan layak
disebut clean energy karena ramah lingkungan. Tenaga air berasal dari aliran sungai
kecil atau danau yang dibendung dan kemudian dari ketinggian tertentu dan memiliki
debit yang sesuai akan menggerakkan turbin yang dihubungkan dengan generator
listrik. Semakin tinggi jatuhan air maka semakin besar energi potensial air yang dapat
diubah menjadi energi listrik (Nugroho dan Sallata, 2015). Pembangkit tenaga air
merupakan suatu bentuk perubahan tenaga dari tenaga air dengan ketinggian dan
debit tertentu menjadi tenaga listrik, dengan menggunakan turbin air dan generator
(Primaditya,2012).

Gambar 2.1 Sistem Pembangkit di Gunung Sawur 2 Lumajang.

4
5

2.2 Beban
Beban adalah segala sesuatu yang ditanggung oleh pembangkit listrik untuk
keperluan konsumen. Pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) biasanya
terdapat beban yang terpakai maupun tidak terpakai oleh konsumen. Beban tak
terpakai atau beban ballast (Ballast Load) merupakan beban resistif yang digunakan
untuk membuang kelebihan beban dalam menjaga kestabilan tegangan dan frekuensi
yang dihasilkan oleh generator (Nugroho dan Sallata, 2015).
2.3 Tegangan Rendah
Tegangan rendah adalah tegangan dengan nilai di bawah 1 kV yang
digunakan untuk penyaluran daya dari gardu distribusi menuju pelanggan tegangan
rendah. Penyaluran dilakukan dengan menggunakan sistem tiga fasa empat kawat
yang dilengkapi netral. Indonesia sendiri menggunakan tegangan rendah 380/220 V.
tegangan 380 V merupakan besar tegangan antar fasa dan tegangan 220 V merupakan
tegangan fasa-netral (Suprijono, 2014).
2.3.1 Jaringan Distribusi Tegangan Rendah Langsung
Jaringan distribusi tegangan rendah langsung yaitu Jaringan distribusi
tegangan rendah yang ditarik dan diisi tegangan langsung dari pembangkit tenaga
listrik tanpa melalui transformator. Tegangan Jaringan tersebut biasanya hanya
menghasilkan kapasitas kecil dan digunakan untuk keperluan lokal (Sulistiono,
2009). Cara pemasangan sistem jaringan distribusi tegangan rendah langsung
disajikan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Jaringan Distribusi Tegangan Rendah Langsung


6

Keterangan:
A : Pemutus dan Pengaman Tegangan 220/380 V
B : Kabel Tanah Tegangan Rendah
C : Tiang Jaringan
D : Kawat Jaringan Konsumen
E : Pemakai / Konsumen
2.3.2 Jaringan Distribusi Tegangan Rendah Tak Langsung
Jaringan distribusi tegangan rendah tak langsung adalah jaringan distribusi
tegangan rendah yang ditarik dan diisi dengan tegangan setelah melalui suatu
transformator penaik tegangan (step up). Generator yang ada dipembangkit tenaga
listrik biasanya menghasilkan tenaga listrik dengan tegangan antara 6 - 20 KV yang
kemudian dengan transformator tegangan tersebut dinaikkan menjadi 150 - 500 KV.
Saluran tegangan tinggi (STT) menyalurkan tenaga listrik menuju pusat
penerima selanjutnya tegangan tersebut diturunkan kembali menjadi tegangan
subtransmisi 70 KV pada gardu induk (GI) tenaga listrik yang diterima kemudian
disalurkan menuju transformator distribusi (TD) dalam bentuk tegangan menengah
20 KV. Transformator distribusi yang tersebar di berbagai pusat-pusat beban,
tegangan primer ini kemudian diturunkan menjadi tegangan rendah 220/380 V yang
akhirnya diterima pihak pemakai/konsumen. Bentuk secara diagram blok jaringan
distribusi tegangan rendah tak langsung disajikan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Jaringan Distribusi Tegangan Rendah Tidak Langsung


7

Keterangan :
A. Pembangkit tenaga listrik (Generator, Transformator Step Up)
B. Saluran Tegangan Tinggi (STT), yaitu Tegangan 150 - 500 KV
C. Gardu Induk (GI)
D. Saluran Sutransmisi (SST) yaitu 70 KV
E. Saluran Distribusi Primer (SDP) yaitu Tegangan Menengah 20 KV
F. Beban
G. Generator
(Suhadi dkk, 2008)
2.4 Permasalahan Pada Jaringan Distribusi Tegangan Rendah
Jaringan distribusi tegangan rendah bisa saja mengalami permasalahan yang
dapat menyebabkan penyaluran daya listrik terganggu sehingga kinerjanya kurang
optimal. Perancangan jaringan distribusi tegangan rendah dan pengukuran nilai
tahanan isolasi perlu diperhatikan sehingga akan meningkatkan keandalan dan juga
dapat memperpanjang masa pakai dari jaringan tegangan rendah tersebut.
Permasalahan yang sering terjadi pada jaringan distribusi tegangan rendah adalah
gangguan hubung singkat, switching kegagalan isolasi dan kerusakan pada sistem
pembangkit. Jaringan distribusi tegangan rendah juga dapat mengalami kelebihan
beban sehingga arusnya tinggi yang mengakibatkan sistem menjadi tidak normal
(Sulistiono, 2009).
2.4.1 Susut Energi Listrik
Susut energi adalah bekurangnya pasokan energi listrik yang dikirim oleh
sumber pengirim kepada konsumen/beban. Pihak penyedia tenaga listrik dapat
mengalami kerugian karena hal tersebut. Susut daya listrik yang biasanya terjadi
dalam sistem distribusi dinyatakan dalam persamaan berikut ini.
PL = 3 I2RL .......................................................................................... (2.1)
Keterangan :
PL = hilang daya (watt)
8

R = tahanan kawat per fasa (Ω/Km)


L = panjang saluran (Km)
I = Arus yang mengalir (Ampere)
Besarnya nilai susut daya listrik secara umum dinyatakan dalam persamaan
berikut ini.
PL = Ps – PR ......................................................................................... (2.2)
Keterangan :
PL = daya yang hilang (KW)
Ps = daya yang dikirim (KW)
PR = daya yang diterima ( KW)
Susut daya listrik merupakan persoalan krusial yang dihadapi oleh PLN
maupun PLTMH dan belum dapat sepenuhnya terpecahkan. Persoalan kualitas daya
merupakan persoalan lain yang diantaranya disebabkan oleh kekurangan pasokan
daya listrik. Permasalahan itu meliputi kondisi tegangan yang buruk, frekuensi
tegangan yang tidak stabil serta beban yang berlebihan. Hal yang berkaitan dengan
persoalan kualitas daya dapat ”diabaikan”. Akan tetapi, yang dikawatirkan adalah
ketika data di lapangan menunjukkan bahwa kapasitas pembangkit yang tersedia
lebih dari cukup untuk menampung beban yang ada. Kerugian finansial akibat susut
daya tersebut merupakan hal yang tidak bisa dihindarkan. Ada beberapa persoalan
yang menyebabkan terjadinya penyusutan daya antara lain penyusutan daya listrik
secara teknis dan penyusutan daya listrik secara non teknis (Syahputra, 2016).
A. Penyusutan Daya Secara Teknis.
Penyusutan secara teknis biasanya disebabkan adanya kesalahan pada sistem
kelistrikannya antara lain :
a) Adanya kerusakan pada peralatan mekanik listrik yang berada di
Pembangkit ataupun distribusi antara lain :

- Kerusakan yang terjadi pada peralatan mekanik yang berada di pusat


pembangkit seperti: kerusakan pada generator, turbin air dan sebagainya.
9

- Kerusakan yang terjadi pada jaringan distribusi seperti terlalu jauhnya


jarak pembangkit dari konsumen dan terjadi kerusakan pada saluran
kabel.

- Adanya pemakaian peralatan dan konstruksi jaringan (komponen) yang


tidak memenuhi syarat atau sudah berumur sehingga menimbulkan
kerusakan pada peralatan.

- Kerusakan pada peralatan komponen pendukung jaringan seperti


kerusakan pada alat ukur.
b) Kesalahan manusia atau human error.
- Kesalahan dalam pembacaan alat ukur.

- Kurangnya perhatian terhadap hasil pekerjaan penyambungan kawat


penghantar atau penyadapan dan pemasangan sepatu kabel yang kurang
baik, dimana nilai tahanan (R) pada titik sambungan atau penyadapan dan
sepatu kabel menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya.

- Kurangnya perhatian terhadap hasil pekerjaan pemasangan atau


pemeliharaan jaringan yang kurang baik. Kondisi penghantar, isolator,
tiang listrik, jarak aman dan sebagainya tidak sesuai dengan standar yang
ditetapkan sehingga kemungkinan terjadinya kebocoran arus, sampai
terhentinya pasokan tenaga listrik akan menjadi persoalan yang cukup
besar.

- Adanya pemakaian bahan alat listrik yang kurang baik atau tidak
memenuhi standar sehingga menjadikan alat yang dipergunakan cepat
rusak atau dapat menimbulkan impedansi yang lebih tinggi.

- Adanya pemakaian konstruksi jaringan dan peralatannya (komponen)


yang tidak memenuhi syarat sehingga dapat menimbulkan kerugian.
10

B. Penyusutan Daya Secara Non Teknis


Penyusutan daya secara non teknis disebabkan oleh adanya kesalahan di luar
sistim kelistrikannya antara lain :
- Bencana alam seperti : Banjir, gempa, angin topan dll.
- Kondisi fisik, psikis dan religi SDM.
- Kondisi sarana dan prasarana pekerjaan.
- Kondisi pengetahuan dan ketrampilan.
- Adanya kesalahan yang dilakukan oleh konsumen seperti pencurian
daya dan penggunaan energi listrik secara sembarangan.
2.4.2 Drop Tegangan
Menurut Suhadi dkk (2009) terjadinya jatuh tegangan pada saluran di suatu
lokasi adalah disebabkan oleh bagian yang berbeda tegangan di dalam suatu sistem
daya tersebut dan juga dipengaruhi oleh resistansi, reaktansi dan impedansi pada
saluran. Jaringan tegangan rendah yang terlalu panjang akan menimbulkan drop
tegangan, dimana terjadi selisih tegangan pada sisi kirim dengan tegangan pada sisi
terima. Masyarakat yang berada di daerah yang jauh dari kabel utama distribusi
cenderung menerima tegangan yang nilainya lebih kecil dari pada di daerah yang
dekat dengan kabel utama distribusi. Menurut SPLN 1:1995, toleransi tegangan
Saluran Pelayanan (SP) adalah +5%. dari tegangan standar tegangan rendah pada sisi
pangkal dan -10% pada sisi ujung. Hal itu terjadi akibat besarnya arus yang mengalir
di sepanjang kabel pilin tegangan rendah (Low Voltage Tweested Cable = LVTC)
tidaklah sama, karena beban hanya mengalir pada titik-titik penghubung kabel
distribusinya saja (Suswanto, 2009). Besar arus pada titik yang mengalir pertama
lebih besar dari besar arus di tiang kedua dan seterusnya semakin kecil hingga tiang
terakhir, sementara besarnya rugi-rugi yang terjadi di sepanjang jaringan adalah
kuadrat arus dikali tahanan total kabel jaringan. Besar arus yang berbeda-beda di
sepanjang jaringan, maka sangat sulit menghitung drop tegangan keseluruhan dari
kawat tersebut. Akibat dari beban terdistribusi tidak merata, panjang saluran
11

penghantar terlalu jauh, maka jumlah ketiga arus phasa tidak lagi sama dengan nol,
karena beban tidak setimbang sehingga pada kawat netral akan timbul arus yang
mengalir dari penghantar netral ke elektronda bumi (grounding rod), sehingga timbul
drop tegangan pada saluran penghantar dan rugi-rugi daya pada penghantar tersebut
(Suswanto, 2009).
2.4.3 Faktor penyebab Kerugian Tegangan (Drop Voltage)
Besarnya kerugian tegangan atau tegangan jatuh (Drop Voltage) yang terjadi
pada suatu instalasi listrik, dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
- Panjang kabel Penghantar, Semakin panjang kabel penghantar yang
digunakan, maka semakin besar kerugian tegangan atau tegangan jatuh
yang terjadi.
- Besar Arus, Semakin besar arus listrik yang mengalir pada penghantar,
maka semakin besar kerugian tegangan atau tegangan jatuh yang terjadi.
- Tahanan Jenis (Rho), Semakin besar tahanan jenis dari bahan penghantar
yang digunakan, maka besar kerugian tegangan atau tegangan jatuh yang
terjadi, besar kecilnya tahanan jenis penghantar tergantung pada jenis
penghantar yang dipakai, berikut tahanan jenis beberapa jenis bahan
penghantar ;
Aluminium memiliki nilai hambatan jenis ( ρ ) sebesar : 0,0000000265
Ohm / meter.

Tembaga memiliki nilai hambatan jenis ( ρ ) sebesar : 0,0000000172 Ohm


/ meter.

Perak memiliki nilai hambatan jenis ( ρ ) sebesar : 0,0000000159 Ohm /


meter.

Besi memiliki nilai hambatan jenis ( ρ ) sebesar : 0,0000000971 Ohm /


meter.
12

- Luas Penampang, Semakin besar ukuran luas penampang penghantar yang


digunakan, maka semakin kecil kerugian tegangan atau tegangan jatuh
yang terjadi.
Vd = Vs – Vr .............................................................................................(2.3)

Keterangan :

Vd = jatuh tegangan (volt)


Vs = tegangan penerima dari sumber (Volt)
Vr = tegangan penerima di sisi sumber ( volt)
Drop tegangan terjadi pada saluran adalah

ΔV = 3 x ρx L x I x Cos Phi .................................................................(2.4)

Keterangan :
ΔV = drop tegangan (Volt)
I = Arus (ampere)
L = panjang saluran (m)
Ρ = tahanan jenis (rho)
cos phi = faktor daya
A = luas penampang (m2)
Jaringan distribusi tegangan rendah nilai reaktansinya kecil sehingga
diabaikan. Kabel Twisted Insulate Cable resistansi penghantarnya mengacu pada
SPLN 42-10:1993. Efisiensi regulasi tegangan pada beban sistem turbin air PLTMH
dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut ini.

...............................................................................(2.5)

Regulasi tegangan dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan:

.......................................................................................(2.6)
13

Keterangan:

Vs = Tegangan ujung pengirim (volt)

Vr = Tegangan ujung penerima (volt)

(Suhadi dkk, 2009)

2.4.4 Rugi-rugi pada penghantar

Rugi-rugi pada penghantar tidak dapat dihilangkan karena setiap penghantar


mempunyai nilai tahanan jenis yang menyebabkan adanya daya terserap pada
penghantar (Sulistiono, 2009). Besarnya rugi-rugi energi pada pengahantar tersebut
ditentukan dengan rumus berikut ini.

Pc = I2 x R x l ....................................................................................... (2.7)
Kerugian energi listrik dengan lama waktu tertentu dapat dihitung dengan persamaan
berikut ini.
Pc = I2 x R x L x H (Watt hours) .......................................................... (2.8)

Keterangan :

Pc = rugi-rugi pada energi (Watt)


PcH = rugi energi listrik (kWh)
I = arus yang mengalir pada penghantar (ampere)
R = tahanan murni pada penghantar (ohm)/Km
L = panjang penghantar (Km)
H = waktu/jumlah jam
2.5 Daya Listrik
Daya adalah laju hantaran energi listrik dalam rangkaian listrik. Daya atau
power listrik dapat dikatakan sebagai laju transfer energi listrik atau besarnya energi
listrik yang berubah per detik. Daya atau power dapat dituliskan sebagai berikut ini.
P = V x I ................................................................................................... (2.9)
14

Keterangan :
P = Daya listrik (Watt)
V = Tegangan listrik (Volt)
I = Arus listrik (Ampere)
Terdapat tiga macam daya listrik yang digunakan untuk menggambarkan
penggunaan energi listrik, yaitu daya nyata atau daya aktif, daya reaktif serta daya
semu atau daya kompleks. Daya nyata atau daya aktif adalah daya listrik yang
digunakan secara nyata, misalnya untuk menghasilkan panas, cahaya atau putaran
pada motor listrik. Daya nyata dihasilkan oleh beban beban listrik yang bersifat
resistif murni. Besarnya daya aktif dinyatakan dalam satuan Watt, rumusnya adalah

P = V x I .................................................................................................. (2.10)

R = ......................................................................................................... (2.11)

Keterangan :

P = Daya (Watt)
I = Arus Listrik (Ampere)
R = Tahanan (Ohm)
V = Tegangan (volt)
Daya reaktif dinyatakan dengan satuan VAR (Volt Ampere Reaktan) adalah
daya listrik yang dihasilkan oleh beban-beban yang bersifat reaktansi. Terdapat dua
jenis beban reaktansi, yaitu reaktansi induktif dan reaktansi kapasitif. Beban yang
bersifat induktif akan menyerap daya reaktif untuk menghasilkan medan magnet.
Contoh beban listrik yang bersifat induktif antara lain transformator, motor induksi
satu fasa maupun tiga fasa yang biasa digunakan untuk menggerakkan kipas angin,
pompa air, lift, eskalator, kompresor, konveyor dan lain-lain. Beban–beban yang
bersifat kapasitif akan menyerap daya reaktif untuk menghasilkan medan listrik.
Contoh beban yang bersifat kapasitif adalah kapasitor. Besarnya daya reaktif
sebanding dengan kuadrat arus listrik yang mengalir pada beban reaktansi di :
15

Q = I2 . X .................................................................................................. (2.12)

X = XL – XC ............................................................................................ (2.13)

Keterangan :

Q = daya (VAR)
X = reaktansi total (Ohm)
XL = reaktansi induktif (Ohm)
XC = reaktansi kapasitif (Ohm)
Daya kompleks atau lebih sering dikenal sebagai daya semu adalah
penjumlahan secara vektor antara daya aktif dan daya reaktif, di mana :

𝑺=𝑷+𝑸 ..................................................................................................... (2.14)

Daya kompleks dinyatakan dengan satuan VA (Volt Ampere) adalah hasil kali
antara besarnya tegangan dan arus listrik yang mengalir pada beban dengan rumus :

𝑺=𝑽 . 𝑰 ..................................................................................................... (2.15)

Keterangan :

S = Daya kompleks (VA)


V = Tegangan (Volt)
I = Arus listrik (A)
Hubungan ketiga buah daya listrik yaitu daya aktif P, daya reaktif Q serta
daya kompleks S, dinyatakan dengan sebuah segitiga, yang disebut segitiga daya
disajikan pada Gambar 2.4.
16

Gambar 2.4 Segitiga Daya

Beberapa beban yang dihubungkan pararel maka P total adalah jumlah daya
rata-rata dari semua beban, yang harus digambarkan pada sumbu mendatar untuk
analisis grafis. Q digambarkan vertikal ke atas karena bertanda positif untuk beban
induktif. Suatu beban kapasitif akan mempunyai daya reaktif negatif dan Q
digambarkan vertikal ke bawah. Berdasarkan gambar segitiga daya tersebut,
hubungan antara ketiga daya listrik dapat dinyatakan sebagai berikut ini.

𝑺= 𝑷𝟐+ 𝑸𝟐................................................................................................(2.16)

𝑷=𝑺 𝐜𝐨𝐬𝝓 .................................................................................................(2.17)

𝑷=𝑽𝑰 𝐜𝐨𝐬𝝓 ...............................................................................................(2.18)

𝑸=𝑺 𝐬𝐢𝐧𝝓..................................................................................................(2.19)

𝑸=𝑽𝑰 𝐬𝐢𝐧𝝓 ..............................................................................................(2.20)


(Sitorus, 2018)
2.5.1 Penghantar Listrik
Definisi Penghantar ialah suatu benda yang berbentuk logam ataupun non
logam yang dapat mengalirkan arus listrik dari satu titik ke titik lain. Penghantar
dapat berupa kabel (penghantar dengan selubung isolasi) atau kawat (penghantar
tanpa isolasi). Menurut Syahputra, (2009) sebuah tahanan penghantar tergantung pada
material, temperatur dan frekuensi. Keadaan fisik penghantar menetukan besar
tahanan arus searah (DC) dari penghantar yang berbanding lurus dengan tahanan jenis
dan panjang penghantar dan berbanding terbalik dengan luas penampang.
17

1. Konduktor
Konduktor adalah zat yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik.
Konduktor dapat berupa zat padat, zat cair, gas terion, dielektrik tak sempurna dan
bahkan ruang hampa udara di sekitar katoda yang memancarkan ion akibat panas.
Karena sifatnya yang konduktif maka zat penghantar ini disebut konduktor.
Konduktor yang baik adalah yang memiliki tahanan jenis yang kecil, pada umumnya
logam bersifat konduktif. Emas, perak, tembaga, alumunium, zink, besi berturut-turut
memiliki tahanan jenis semakin besar. Emas adalah penghantar yang sangat baik,
tetapi karena harganya sangat mahal, maka secara ekonomis tembaga dan alumunium
paling banyak digunakan sebagai penghantar. Jenis bahan yang digunakan sebagai
konduktor harus memenuhi persyaratan berikut :
A. Konduktifitasnya cukup baik
B. Koefisien muai panjangnya kecil
C. Modulus kenyalnya (modulus elastisitas) cukup besar
Setiap bahan penghantar mempunyai nilai – nilai tahanan yang berbeda-beda.
Nlai – nilai tahanan dari beberapa penghantar listrik disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Nilai tahanan dari beberapa penghantar listrik

Bahan penghantar Hambatan Jenis ρ


(Konduktor) (Ohm/m)
Perak 1,59 x 10-8
Tembaga 1,68 x 10-8
Emas 2,44 x 10-8
Alumunium 2,65 x 10-8
Besi 9,71 x 10-8
Platina 10,6 x 10-8
Air Raksa 98 x 10-8
Nikrom 100 x 10-8
(Sumber : Suswanto, 2018)
18

2. Isolator
Isolator adalah bahan yang tidak bisa atau sulit melakukan perpindahan
muatan listrik. Elektron-elektron pada setiap atom dalam bahan isolator diikat dengan
kuat sehingga pada keadaan normal tidak akan bergerak bebas dan tidak mudah
berpindah. Oleh sebab itu elektron sulit untuk mengalirkan arus listrik. Bahan-bahan
tersebut dipergunakan dalam alat-alat elektronika sebagai isolator, atau penghambat
mengalirnya arus listrik. Isolator berguna pula sebagai penopang beban atau pemisah
antara konduktor tanpa membuat adanya arus mengalir ke luar atau atara konduktor.
Istilah tersebut juga dipergunakan untuk menamai alat yang digunakan untuk
menyangga kabel transmisi listrik pada tiang listrik.
Beberapa bahan, seperti kaca, kertas, atau Teflon merupakan bahan isolator yang
sangat bagus. Beberapa bahan sintetis masih "cukup bagus" dipergunakan sebagai
isolator kabel. Contohnya adalah plastik atau karet. Bahan-bahan tersebut dipilih
sebagai isolator kabel karena lebih mudah dibentuk atau diproses sementara masih
bisa menyumbat aliran listrik pada voltase menengah (ratusan, mungkin ribuan volt).
Resistifitas Listrik adalah kemampuan suatu bahan dalam menahan arus listrik.
Resistifitas listrik dinyatakan sebagai berikut ini.

……........................................................................................(2.21)

Keterangan :

Rdc = Tahanan jenis bahan (Ω.mm2/m)


ρ = Tahanan jenis pada suhu 20 °C
= 0,0175 ohm mm2/m untuk tembaga
= 0,0287 ohm mm2/m untuk alumunium
l = Panjang bahan (m)
A = luas penampang (mm2)
19

2.6 Impedansi
Impedansi listrik atau secara singkat sering disebut dengan impedansi adalah
ukuran hambatan listrik pada sumber arus bolak-balik (AC atau Alternating Current).
Impedansi listrik juga sering disebutkan sebagai jumlah hambatan listrik sebuah
komponen elektronik terhadap aliran arus dalam rangkaian pada frekuensi tertentu.
Impedansi atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Impedance ini biasanya
dilambangkan dengan huruf Z.
1. Komponen Reaktif
Komponen Reaktif adalah komponen yang nilai hambatan listriknya
dapat berubah apabila frekuensi sinyal yang masuk ke dalamnya berubah.
Dua Komponen Reaktif utama tersebut adalah kapasitor dan induktor.
Kapasitor adalah komponen reaktif yang memiliki impedansi tinggi pada
frekuensi rendah dan impedansi rendah pada frekuensi yang lebih tinggi.
Reaktansi pada Kapasitor akan berkurang seiring dengan meningkatnya
frekuensi. Induktor adalah komponen reaktif yang memiliki impedansi
rendah pada frekuensi rendah dan impedansi berubah menjadi lebih tinggi
pada frekuensi yang lebih tinggi. Hal itu disebut sebagai Reaktansi
Kapasitif dan Reaktansi Induktif.
2. Komponen tidak reaktif
Komponen tidak reaktif adalah komponen elekronika yang tidak akan
terpengaruh dengan frekuensi sinyal yang melaluinya, nilai hambatan atau
nilai resistansinya tidak akan berubah meskipun terjadi perubahan
frekuensi. Salah satu komponen eletronika yang tidak reaktif tersebut
adalah resistor. Nilai Resistansi pada Resistor tidak akan berubah apabila
dilalui listrik AC maupun DC.
Menghitung impedansi harus diketahui nilai dari seluruh hambatan serta
impedansi dari seluruh induktor dan kapasitor sehingga dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
20

Z = R, Xl , Xc .......................................................................... (2.22)

Pada persamaan diatas digunakan apabila hanya diketahui satu dari komponen
pasif yang lain.

Z= ................................................................... (2.23)

Persamaan diatas apabila diketahui anatara R dan X.

Z= ................................................... (2.24)

Persamaan diatas apabila seluruh komponen aktif diketahui.


Keterangan :

Z = impedansi (ohm)
R = resistansi (ohm)
XL = reaktansi induktif (henri)
Xc = reaktansi kapasitif (farad)

Saluran yang digunakan untuk mendistribusikan daya listrik memiliki besaran


resistansi dan impedansi yang mempengaruhi aliran arus listrik. Impedansi saluran
tersebut memiliki nilai yang diperlukan untuk perhitungan drop tegangan,aliran daya,
hubung singkat, serta rugi rugi saluran. Menghitung nilai impedansi pada penghantar
berdasarkan panjang penghantar tersebut menggunakan rumus sebagai berikut.
Z = (R + jX)L............................................................................................(2.25)
Keterangan :
L = Panjang Penghantar (Km)
R = Resistansi (ohm/Km)
X = Reaktansi
Rumus diatas juga dapat ditulis sebagai berikut :
Z = (R cos θ + X sin θ)..............................................................................(2.26)
Dari rumusan tersebut dapat diperoleh nilai sudut (θ) maksimum sebagai berikut :
21

= = tan θ .........................................................................................(2.27)

tan θ = ....................................................................................................(2.28)

θmaks = tan-1 .............................................................................................(2.29)

(Waluyo, 2007)

2.7 Rugi-rugi tegangan dalam jaringan

Setiap penyaluran energi listrik dari sumber tenaga listrik ke konsumen


yang letaknya berjauhan selalu terjadi kerugian. Salah satu kerugian tersebut
adalah rugi tegangan. Hal tersebut disebabkan setiap saluran distribusi
mempunyai hambatan, induktansi dan kapasitansi. Nilai kapasitansi saluran
distribusi biasanya kecil sehingga diabaikan. Berdasarkan hal tersebut rumus
yang digunakan untuk menghitung rugi tegangan adalah sebagai berikut ini.

ΔV= (Is.Rs.Cosφ) + (Is.Xs.Sinⱷ) …………………………………………… (2.30)


Keterangan :

ΔV = Rugi tegangan (V, KV, MV)

Rs = Nilai resistansi pada saluran (Ω)

Xs = Nilai reaktansi pada saluran (Ω)

Cos Φ = Besar faktor daya


Maka besar nilai persentase (%) rugi tegangan adalah

V (%) = x 100 % …………………………………………………….. (2.31)

Keterangan :
V (%) = Rugi tegangan dalam % (Volt)
V = Tegangan kerja (Volt)
(Latupeirissa dkk, 2018)
22

2.8 Resistansi
Resistansi adalah tahanan pada suatu penghantar pada saluran distribusi yang
menyebabkan kerugian daya. Menurut Mangera & Hardiantono (2019) besarnya
kerugian daya yang terjadi pada saluran tersebut tergantung pada besarnya tahanan
dari panjang saluran, luas penampang kawat serta jenis kawat yang digunakan. Jika
tahanan searah suatu penghantar diketahui pada temperatur tertentu, maka tahanan
searah dapat ditentukan dengan persamaan berikut ini.

………………………………………………………………….. (2.32)

Keterangan :
R1 = Tahanan searah penghantar pada temperatur t1
R2 = Tahanan searah penghantar pada temperatur t2
T = Konstanta untuk suatu penghantar tertentu yang nilainya ditentukan dalam
konstanta t tersebut sebagai berikut ini.
• 234,5 untuk tembaga 100%
• 241 untuk tembaga 97,3 %
• 228 untuk tembaga 61 %
2.9 Kualitas Daya
Baik atau buruknya sistem penyaluran dan distribusi tenaga listrik adalah
dapat ditinjau dari kualitas daya yang diterima oleh konsumen. Kualitas daya yang
baik, antara lain meliputi: kapasitas daya yang memenuhi, tegangan yang selalu
konstan sesuai dan nominal. Tegangan harus selalu dijaga konstan, terutama rugi
tegangan yang terjadi di ujung saluran. Tegangan yang tidak stabil dapat berakibat
merusak alat- alat yang peka terhadap perubahan tegangan (khususnya alat-alat
elektronik). Tegangan yang terlalu rendah akan mengakibatkan alat-alat listrik tidak
dapat beroperasi sebagaimana mestinya. Salah satu syarat penyambungan alat-alat
listrik, yaitu tegangan sumber harus sama dengan tegangan yang dibutuhkan oleh
peralatan listrik tersebut. Tegangan terlalu tinggi akan dapat merusak alat-alat listrik.
Rugi tegangan yang terjadi diberikan standar ≤ 5 % (Suhadi dkk, 2008).
23

2.10 Saluran Kabel Penghantar


Sistem jaringan distribusi tegangan rendah energi listrik akan di salurkan
menuju beban konsumen menggunakan kabel penghantar. Untuk menentukan ukuran
kabel yang diperlukan, baik itu untuk kabel Fasa maupun kabel Netral harus
mengetahui besar arus yang mengalir pada setiap fasanya. Mengetahui besar arus
yang mengalir pada suatu kabel, maka kebutuhan kabel akan ditentukan dengan
mempertimbangkan tabel Kemampuan Hantar Arus (KHA). Selain itu ukuran kabel
yang terlalu kecil juga dapat menyebabkan kerugian tegangan yang lebih besar (drop
tegangan). Kemampuan Hantar Arus disajikan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kemampuan Hantar Arus


No Penampang Kabel Kemampuan Hantar Arus (Ampere)
(mm2)
1 0.75 12
2 1 15
3 1.5 18
4 2.5 26
5 4 34
6 6 44
7 10 61
8 16 82
9 25 108
10 35 135
11 50 168
12 70 207
13 95 250
14 120 292
(Sumber : Suhadi dkk, 2008)
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN.

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada jaringan distribusi Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Sumber Wuluh Dusun Gunung Sawur di lereng
Gunung Semeru, Lumajang. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai
Mei 2021. Peta lokasi PLTMH Gunung Sawur disajikan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Peta Lokasi PLTMH Gunung Sawur Lumajang

24
25

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Power Logger,
Multimeter Digital, Clamp Meter Digital dan Roll Meter. Power logger adalah alat
yang digunakan untuk melakukan studi beban dan energi 3 fase untuk menemukan
kemungkinan penghematan daya. Clamp Meter Digital adalah alat yang digunakan
untuk mengukur besarnya arus listrik pada saluran kabel penghantar pembangkit
listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) Gunung Sawur, Lumajang. Multimeter Digital
adalah alat yang digunakan untuk mengukur tegangan DC dan AC, arus AC,
resistansi dan uji isolasi dari suatu bahan isolator. Roll Meter adalah alat yang
digunakan untuk mengukur panjang saluran kabel jaringan distribusi tegangan rendah
pada beban konsumen. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan
isolator kabel maupun konduktor penghantar listrik dari kabel.
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan penelitian ini adalah metode kuantitatif yaitu dalam
pengumpulan data dilakukan dengan memanfaatkan instrumen penelitian yang
dipakai. Data primer adalah sebagai data pokok yang diambil saat penelitian dan data
sekunder sebagai data pendukung dalam penelitian. Diagram alur kegiatan penelitian
disajikan pada Gambar 3.2. Data yang dihasilkan dari pengamatan dan pengukuran
akan dianalisis dalam perhitungan sesuai dengan landasan teori.
26

Mulai

Studi Literatur

Observasi

Pengamatan dan Pengambilan Data di Lokasi


- Data Primer
- Data Sekunder

Analisis dan Evaluasi

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian


Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
a. Studi Literatur
Studi literatur yang dilakukan dalam penelitian bertujuan untuk mencari
referensi tentang kinerja jaringan distribusi listrik tegangan rendah terhadap
pembangkit listrik tenaga mikrohidro. Referensi yang dibutuhkan dalam
penelitian didapatkan dari buku, jurnal, artikel dan skripsi. Studi literatur
dapat membantu mengetahui metode dan cara yang efektif sebagai pedoman
dalam melakukan penelitian.
27

b. Observasi
Peneliti melakukan observasi untuk mengamati dan mencari informasi di
tempat penelitian.
c. Pengamatan dan Pengambilan Data di lokasi Penelitian
Peneliti melakukan pengambilan data di tempat lokasi penelitian yang
kemudian data tersebut akan dilakukan analisa data.
d. Analisis dan Evaluasi
Data dari hasil pengukuran dianalisis ke dalam bab 4 pembahasan.
e. Kesimpulan
Tujuan penelitian terjawab atau tercapai dalam akhir penelitian.
3.4 Parameter Pengukuran
Parameter data yang diambil untuk menunjang jalannya pengamatan sebagai
berikut :
a. Tegangan (V)
Pengukuran tegangan dilakukan menggunakan multimeter digital.
b. Arus (I)
Pengukuran arus dilakukan menggunakan clamp meter digital.
c. Frekuensi (F)
Instalasi jaringan distribusi tegangan rendah memiliki nilai frekuensi sebesar
50 Hz. Frekuensi direkam dengan menggunakan power logger.
d. Panjang Penghantar (A)
Panjang penghantar merupakan panjang kabel yang terdapat pada jaringan
distribusi yang disalurkan ke konsumen. Panjang kabel diukur menggunakan
roll meter.
e. Cos Phi
Instalasi jaringan distribusi tegangan rendah memiliki nilai cos phi mendekati
1. Nilai cos phi direkam menggunakan power logger.
28

f. Daya (P)
Daya listrik diukur menggunakan Power logger dari daya yang dibangkitkan
PLTMH untuk konsumen.
Skema diagram titik pengukuran yang dilakukan pada PLTMH Gunung
Sawur 2 Lumajang disajikan pada Gambar 3.3. Pegukuran tegangan dilakukan pada
tegangan kirim (pusat) dan tegangan terima pada beban konsumen dengan
menggunakan Clamp meter. Pengukuran arus dilakukan pada saluran kabel
penghantar setiap titik dari beban konsumen.

A B C D E F
K6

Sistem G H I J K
Pembangkit

K1 K2 K3 K4 K5

Gambar 3.3 Skema diagram titik-titik pengukuran

Keterangan :
A-K : Panjang saluran kabel penghantar (meter)
K1 : Konsumen (beban)

3.5 Proses Pengambilan Data


Proses pengambilan data yang berlokasi di PLTMH Gunung Sawur 2 Lumajang
diawali dengan pengambilan data pada jaringan distribusi listrik tegangan rendah
yang menuju ke beban konsumen. Pengukuran data dilakukan dengan menggunakan
alat power logger untuk menentukan beban puncak. Pengambilan data dilakukan
selama 3 hari berturut-turut dengan memasangkan kabel tegangan dan arus yang
terdapat pada power logger kemudian dihubungkan dengan rangkaian 3 phasa pada
beban konsumen di pembangkit sehingga oleh alat power logger akan terbaca
parameter arus, tegangan, frekuensi, cos phi dan daya yang terbangkitkan.
29

Gambar 3.4 Pengukuran Beban Puncak

Pengukuran beban puncak selesai langkah selanjutnya yaitu pengambilan


data sebanyak 2 kali pengambilan yang dilakukan selama 2 hari. Selanjutnya,
pengukuran panjang saluran kabel distribusi yang berada di PLTMH Gunung Sawur
2 Lumajang. Saluran kabel pengantar diukur dari tiang ke tiang dengan menggunakan
roll meter. Langkah selanjutnya yaitu mengukur parameter tegangan dan arus pada
setiap rumah warga desa Sumber Wuluh di dusun Poncosumo. Pengambilan data ini
dilakukan menggunakan alat clamp meter digital dan multimeter digital.

Gambar 3.5 Pengukuran Arus dan Tegangan konsumen


30

3.6 Analisis Data


Berdasarkan hasil data dilapangan akan dilakukan analisis drop tegangan pada
saluran dengan menggunakan persamaan (2.4). Perhitungan daya dan besarnya
resistansi pada beban dapat dihitung menggunakan persamaan (2.9) dan (2.11).
Selanjutnya menghitung rugi daya pada penghantar (2.7). Perhitungan analisis
regulasi drop tegangan dapat dihitung menggunakan persamaan (2.6). Perhitungan
rugi daya dapat dihitung menggunakan persamaan (2.10) dan perhitungan analisis
ukuran kabel menggunakan persamaan (2.33). Data yang sudah dihitung akan dikaji
secara teori sehingga dapat memecahkan masalah yang terjadi pada penelitian ini.
Selanjutnya, data hasil dan pemecahan masalah akan dituangkan dalam kesimpulan
dan saran.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengujian Karakteristik Beban 3 Phasa di PLTMH Gunung Sawur 2


Lumajang.
Pengujian karakteristik beban 3 phasa di PLTMH Gunung Sawur 2 Lumajang
dilakukan untuk menemukan titik-titik dimana terjadinya beban puncak pada
konsumen. Pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan alat power logger
selama 3 hari pada tanggal 26 – 28 Mei 2021. Beban puncak di PLTMH Gunung
Sawur 2 terjadi pada tanggal 27-28 Mei 2021 pukul 15:00 sampai dengan 20:00 yang
ditunjukkan dalam garis lingkaran hitam dikarenakan pada waktu tersebut
penggunaan beban pada peralatan elektronik cukup besar yang mana masyarakat
menggunakannya untuk memasak pada sore hari dan pada malam hari masyarakat
menggunakannya untuk keperluan penerangan rumah maupun alat elektronik lain.
Grafik pengujian karakteristik beban konsumen selama 3 hari di PLTMH Gunung
Sawur 2 Lumajang disajikan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Grafik pengujian karakteristik beban konsumen selama 3 hari di PLTMH Gunung Sawur 2
Lumajang.

31
32

Keterangan :

Lingkaran Hitam : Beban Puncak

Lingkarang Putus-putus : Beban Turun (Drop)

Berdasarkan Gambar 4.1 pada garis lingkaran putus-putus terlihat adanya


penurunan beban yang terjadi pada tanggal 27 malam hari sekitar pukul 01.00 – 05.00
pagi hari. Hal tersebut dikarenakan terjadi hujan lebat sehingga membuat bendungan
tersumbat oleh ranting atau dedaunan yang mempengaruhi besarnya daya yang
dibangkitkan oleh PLTMH Gunung Sawur 2 Lumajang saat itu terjadi pemadaman
listrik di rumah-rumah penduduk.

4.1.1 Data Kabel Saluran Distribusi di PLTMH Gunung Sawur 2 Lumajang


Listrik dari PLTMH Gunung Sawur 2 didistribusikan menggunakan kabel
aluminium. Data pengukuran dan jenis kabel yang terdapat pada jaringan distribusi
listrik di PLTMH Gunung Sawur Lumajang Disajikan pada Tabel 4.1.
33

Tabel 4.1 Data Kabel Distribusi


Konsumen Panjang Kabel Jenis Kabel Luas Penampang
(m) (mm2)
Rumah 1 17 NFA 2X-T 70
Rumah 2 53 NFA 2X-T 70
Rumah 3 36 NFA 2X-T 70
Rumah 4 45 NFA 2X-T 70
Rumah 5 55 NFA 2X-T 70
Rumah 6 96 NFA 2X-T 70
Rumah 7 147 NFA 2X-T 70
Rumah 8 196 NFA 2X-T 70
Rumah 9 241 NFA 2X-T 70
Rumah 10 67 NFA 2X-T 70
Rumah 11 92 NFA 2X-T 70
Rumah 12 35 AAC 35
Rumah 13 105 AAC 35
Rumah 14 250 AAC 35
Rumah 15 350 AAC 35
Rumah 16 115 AAC 35
Rumah 17 127 AAC 35
Rumah 18 95 AAC 35
Rumah 19 105 AAC 35
Rumah 20 208 AAC 35
Rumah 21 315 AAC 35
Rumah 22 440 AAC 35
Rumah 23 525 AAC 35
Rumah 24 355 AAC 35
Rumah 25 460 NFA2X 10
Rumah 26 350 NFA2X 10
Rumah 27 860 NFA2X 10
Rumah 28 750 NFA2X 10
Rumah 29 1650 NFA2X 10
Rumah 30 2500 NFA2X 10

4.1.2 Data Pengukuran di Beban Konsumen Saat Beban Puncak


Data pengukuran beban puncak dilakukan pada beban konsumen dengan
menggunakan alat clamp meter di ujung tegangan penerima dan power logger di
pusat pembangkit. Tegangan dan arus yang di distribusikan pada masing-masing
beban konsumen disajikan pada Tabel 4.2.
34

Tabel 4.2 Data Pengukuran Beban konsumen.


Tegangan Arus Frekuensi Jarak (m) Cos Phi
(V) (I)
Power House 220 27,83 49 - 0,99
Rumah 1 219,994 0,42 49 17 0,99
Rumah 2 219,982 0,57 49 53 0,99
Rumah 3 219,985 0,57 49 36 0,99
Rumah 4 219,984 0,55 49 45 0,99
Rumah 5 219,977 0,62 49 55 0,99
Rumah 6 219,974 0,47 49 96 0,99
Rumah 7 219,951 0,51 49 147 0,99
Rumah 8 219,834 0,52 49 196 0,99
Rumah 9 219,925 0,48 49 241 0,99
Rumah 10 219,878 0,50 49 67 0,99
Rumah 11 219,974 0,43 49 92 0,99
Rumah 12 219,981 0,42 49 35 0,99
Rumah 13 219,93 0,49 49 105 0,99
Rumah 14 219,818 0,55 49 250 0,99
Rumah 15 219,682 0,70 49 350 0,99
Rumah 16 219,936 0,43 49 115 0,99
Rumah 17 219,929 0,43 49 127 0,99
Rumah 18 219,924 0,45 49 95 0,99
Rumah 19 219,914 0,63 49 105 0,99
Rumah 20 219,873 0,47 49 208 0,99
Rumah 21 219,642 0,63 49 315 0,99
Rumah 22 219,749 0,44 49 440 0,99
Rumah 23 219,182 1,20 49 525 0,99
Rumah 24 219,538 0,98 49 355 0,99
Rumah 25 218,623 0,66 49 460 0,99
Rumah 26 219,221 0,58 49 350 0,99
Rumah 27 217,965 0,52 49 860 0,99
Rumah 28 216,454 1,07 49 750 0,99
Rumah 29 208,526 1,53 49 1650 0,99
Rumah 30 203,119 1,48 49 2500 0,99
35

Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 menjadi landasan analisis untuk menetukan besarnya
nilai drop tegangan ,rugi daya dan kesesuaian ukuran kabel penghantar. Data variabel
tersebut akan dihitung sesuai dengan persamaan (2.21) dan (2.7).
4.1.3 Sumber Energi Listrik PLTMH Gunung Sawur 2 Lumajang
Sumber energi listrik di Gunung Sawur 2 Lumajang tidak hanya
menggunakan PLTMH saja melainkan menggunakan sistem hybrid yaitu
menggunakan PLN dan PLTMH dari setiap rumah-rumah pelanggan. Peralatan listrik
yang digunakan oleh sumber PLN dan PLTMH juga berbeda. Setiap peralatan listrik
memiliki beban berbeda yang meliputi beban resistif, induktif, kapasitif. Beban
resistif hanya mengkonsumsi daya aktif dan tidak menyebabkan faktor daya berubah,
sehingga nilai faktor daya tetap yaitu sama dengan satu. Beban induktif
mengkonsumsi atau menyerap daya aktif dan reaktif yang menghasilkan daya
harmonik yang dapat mengakibatkan penurunan nilai cos phi menjadi lebih kecil dari
satu. Beban induktif juga membutuhkan daya listrik berupa kumparan atau lilitan
kawat penghantar yang dililit pada inti kumparan. Beban kapasitif mengkonsumsi
atau menyerap daya aktif dan mengeluarkan daya reaktif sehingga dapat memperbaiki
faktor daya. Beban kapasitif membutuhkan daya listrik dan memiliki kemampuan
kapasitansi yaitu menyerap dan menyimpan energi listrik dalam waktu sesaat.
Adapun peralatan elektronik yang digunakan berdasarkan sumber energi listriknya
ditunjukkan pada Tabel 4.3.
36

Tabel 4.3 Daftar Peralatan Elektronik Sesuai Sumber Listrik.


PLN • Kulkas ➢ Beban
Induktif
• Mesin Cuci ➢ Beban Induktif
• Kipas Angin ➢ Beban Induktif
• Pompa Air ➢ Beban Induktif
• Setrika ➢ Beban Resistif
• Heater ➢ Beban Resistif
• Mesin ➢ Beban Induktif
Gerinda
• Bor Listrik ➢ Beban Induktif
• Travo ➢ Beban Induktif
PLTMH Gunung Sawur 2 • Lampu Pijar ➢ Beban Resistif
Lumajang
• Rice Cooker ➢ Beban Resistif

4.2 Jatuh Tegangan (Drop Voltage)


Panjangnya saluran kabel distribusi dan luas penampang akan mempengaruhi
nilai dari jatuh tegangan pada pendistribusian tenaga listrik di PLTMH Gunung
Sawur 2 Lumajang. Saluran distribusi di PLTMH Gunung Sawur 2 Lumajang
menggunakan 3 jenis kabel yaitu kabel NFA 2X-T, AAC dan NFA2X. Masing-
masing dari kabel tersebut berbahan alumunium dengan nilai rho (p) = 2,65 x 10-8

Ωmm2 dan nilai spesifikasi kabel 3 x 70 + 1 x 50 mm2 untuk kabel jenis NFA 2X-T,

4 x 35 mm2 untuk jenis kabel AAC serta kabel jenis NFA2X dengan ukuran 2 x 10
mm2. Drop tegangan yang terjadi dalam saluran distribusi tiap beban konsumen
dihitung menggunakan persamaan (2.4) dengan data Tabel (4.4) sebagai berikut.
37

• Perhitungan jatuh tegangan (drop tegangan) pada rumah 1


V = 3 x  x L x I x Cos Phi
A

Dimana :  : Tahanan Jenis (Ωmm2/m)


L : Panjang Kabel (m)
I : Arus (Ampere)
Chos Phi : Faktor Daya
A : Luas Penampang (m2)
V = 3 x 0,0000000265 x 17 x 0,42 x 0,99
0,000070 m2
V = 0,0046 Volt
V = 0,005 Volt

Jatuh tegangan atau kerugian tegangan pada setiap konsumen dapat diketahui
besarnya dengan persamaan 2.4. Hasil perhitungan jatuh tegangan pada rumah-rumah
selanjutnya disajikan pada Tabel 4.4.
38

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Jatuh Tegangan


Konsumen 3  L I (Ampere) Chos A (m2) V
(Ωmm2/m) (m) Phi (Volt)
Rumah 1 1,732 2,65E-08 17 0,42 0,99 0,00007 0,005
Rumah 2 1,732 2,65E-08 53 0,57 0,99 0,00007 0,020
Rumah 3 1,732 2,65E-08 36 0,57 0,99 0,00007 0,013
Rumah 4 1,732 2,65E-08 45 0,55 0,99 0,00007 0,016
Rumah 5 1,732 2,65E-08 55 0,62 0,99 0,00007 0,022
Rumah 6 1,732 2,65E-08 96 0,47 0,99 0,00007 0,029
Rumah 7 1,732 2,65E-08 147 0,51 0,99 0,00007 0,049
Rumah 8 1,732 2,65E-08 196 0,52 0,99 0,00007 0,066
Rumah 9 1,732 2,65E-08 241 0,48 0,99 0,00007 0,075
Rumah 10 1,732 2,65E-08 67 0,5 0,99 0,00007 0,022
Rumah 11 1,732 2,65E-08 92 0,43 0,99 0,00007 0,026
Rumah 12 1,732 2,65E-08 35 0,42 0,99 0,000035 0,019
Rumah 13 1,732 2,65E-08 105 0,49 0,99 0,000035 0,067
Rumah 14 1,732 2,65E-08 250 0,55 0,99 0,000035 0,179
Rumah 15 1,732 2,65E-08 350 0,7 0,99 0,000035 0,318
Rumah 16 1,732 2,65E-08 115 0,43 0,99 0,000035 0,064
Rumah 17 1,732 2,65E-08 127 0,43 0,99 0,000035 0,071
Rumah 18 1,732 2,65E-08 95 0,45 0,99 0,000035 0,056
Rumah 19 1,732 2,65E-08 105 0,63 0,99 0,000035 0,086
Rumah 20 1,732 2,65E-08 208 0,47 0,99 0,000035 0,127
Rumah 21 1,732 2,65E-08 315 0,63 0,99 0,000035 0,258
Rumah 22 1,732 2,65E-08 440 0,44 0,99 0,000035 0,251
Rumah 23 1,732 2,65E-08 525 1,2 0,99 0,000035 0,818
Rumah 24 1,732 2,65E-08 355 0,98 0,99 0,000035 0,452
Rumah 25 1,732 2,65E-08 460 0,66 0,99 0,00001 1,380
Rumah 26 1,732 2,65E-08 350 0,58 0,99 0,00001 0,922
Rumah 27 1,732 2,65E-08 860 0,52 0,99 0,00001 2,032
Rumah 28 1,732 2,65E-08 750 1,07 0,99 0,00001 3,646
Rumah 29 1,732 2,65E-08 1650 1,53 0,99 0,00001 11,471
Rumah 30 1,732 2,65E-08 2500 1,48 0,99 0,00001 16,812

Hubungan antara panjang kabel dan drop tegangan disajikan dalam bentuk
grafik. Grafik dari hasil perhitungan drop tegangan ditunjukkan pada Gambar 4.2.
39

Gambar Grafik 4.2 Hubungan Panjang Kabel Terhadap Drop Tegangan

Berdasarkan Gambar 4.2 terlihat bahwa panjang kabel sangat mempengaruhi


drop tegangan. Panjang kabel saluran penghantar berbanding lurus dengan drop
tegangan. Hal tersebut dikarenakan Semakin panjang saluran kabel penghantar maka
drop tegangannya akan semakin besar. Hasil perhitungan drop tegangan akan
dibandingkan dengan hasil pengukuran drop tegangan di lapangan. Pengukuran drop
tegangan disajikan pada Tabel 4.5.
40

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Drop Tegangan


Konsumen Tegangan Tegangan Drop tegangan
Sumber (Volt) Penerima (Volt) (Volt)
Rumah 1 220 219,994 0,006
Rumah 2 220 219,982 0,018
Rumah 3 220 219,985 0,015
Rumah 4 220 219,984 0,016
Rumah 5 220 219,977 0,023
Rumah 6 220 219,974 0,026
Rumah 7 220 219,951 0,049
Rumah 8 220 219,834 0,166
Rumah 9 220 219,925 0,075
Rumah 10 220 219,878 0,122
Rumah 11 220 219,974 0,026
Rumah 12 220 219,981 0,019
Rumah 13 220 219,93 0,07
Rumah 14 220 219,818 0,182
Rumah 15 220 219,682 0,318
Rumah 16 220 219,936 0,064
Rumah 17 220 219,929 0,071
Rumah 18 220 219,924 0,076
Rumah 19 220 219,914 0,086
Rumah 20 220 219,873 0,127
Rumah 21 220 219,642 0,358
Rumah 22 220 219,749 0,251
Rumah 23 220 219,182 0,818
Rumah 24 220 219,538 0,462
Rumah 25 220 218,623 1,377
Rumah 26 220 219,178 0,822
Rumah 27 220 217,961 2,039
Rumah 28 220 216,454 3,546
Rumah 29 220 208,526 11,474
Rumah 30 220 203,119 16,881

Berdasarkan hasil perbandingan antara perhitungan jatuh tegangan dengan


pengukuran jatuh tegangan di lapangan terdapat beberapa perbedaan nilai drop
41

tegangan. Hal itu dikarenakan kehilangan energi listrik tidak hanya terjadi di kabel
penghantar saluran distribusi tetapi juga di sambungan. Kehilangan energi listrik
terjadi pada sambungan kabel penghantar pada jaringan distribusi dimana pada
jaringan distribusi PLTMH Gunung Sawur 2 lumajang terdapat 3 sambungan yaitu
kabel ukuran 70 mm2, 35 mm2 dan 10 mm2. Menurut Utomo (2011) pemasangan
sambungan dan kondisi sambungan yang jelek semisal karat atau sambungan kurang
kuat sehingga menyebabkan nilai tahanan yang terjadi semakin besar. Tahanan yang
semakin besar juga menyebabkan drop tegangan yang terjadi juga semakin besar.
4.2.2 Regulasi Tegangan
Regulasi tegangan atau presentasi rugi tegangan pada setiap konsumen dapat
dihitung menggunakan persamaan 2.6. Contoh perhitungannya adalah sebagai berikut
ini.

Perhitungan regulasi tegangan rumah 1

VR = Vs– Vr x 100% atau VR = V x 100%


Vr Vr

Dimana :

V = 0,005 Volt

Vr = Vs - V

= 220 – 0,005 = 219,995 Volt

VR = 0,005 x 100 % = 0,002 %


219,995

Hasil dari perhitungan regulasi tegangan rumah 1 diketahui sebesar 0,002 %.


Hasil perhitungan regulasi tegangan pada konsumen selanjutnya (2 s/d 30), disajikan
pada Tabel 4.6.
42

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Regulasi Tegangan

Konsumen V (Volt) Vs (Volt) Vr (Volt) VR (%)


Rumah 1 0,005 220 219,995 0,002
Rumah 2 0,020 220 219,98 0,009
Rumah 3 0,013 220 219,987 0,006
Rumah 4 0,016 220 219,984 0,007
Rumah 5 0,022 220 219,978 0,010
Rumah 6 0,029 220 219,971 0,013
Rumah 7 0,049 220 219,951 0,022
Rumah 8 0,066 220 219,934 0,030
Rumah 9 0,075 220 219,925 0,034
Rumah 10 0,022 220 219,978 0,010
Rumah 11 0,026 220 219,974 0,012
Rumah 12 0,019 220 219,981 0,009
Rumah 13 0,067 220 219,933 0,030
Rumah 14 0,179 220 219,821 0,081
Rumah 15 0,318 220 219,682 0,145
Rumah 16 0,064 220 219,936 0,029
Rumah 17 0,071 220 219,929 0,032
Rumah 18 0,056 220 219,944 0,025
Rumah 19 0,086 220 219,914 0,039
Rumah 20 0,127 220 219,873 0,058
Rumah 21 0,258 220 219,742 0,117
Rumah 22 0,251 220 219,749 0,114
Rumah 23 0,818 220 219,182 0,373
Rumah 24 0,452 220 219,548 0,206
Rumah 25 1,380 220 218,62 0,631
Rumah 26 0,922 220 219,078 0,421
Rumah 27 2,032 220 217,968 0,932
Rumah 28 3,646 220 216,354 1,685
Rumah 29 11,471 220 208,529 5,501
Rumah 30 16,812 220 203,188 8,274

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa hasil analisis terhadap kualitas
tegangan pada jaringan tegangan rendah di PLTMH Gunung Sawur 2 Lumajang perlu
adanya perbaikan tegangan. Niai regulasi tegangan pada rumah 29 adalah 5,501 %
43

dan rumah (30) adalah 8,274 %. Persentase Jatuh tegangan pada rumah tersebut
melebihi batas yang sudah ditetapkan oleh SPLN yaitu sebesar 5 % dari tegangan
nominalnya. Nilai regulasi tegangan minimal terdapat pada rumah (1) dikarenakan
pada rumah tersebut dekat dengan tegangan sumbernya sehingga tidak memerlukan
ukuran kabel yang besar. Hal tersebut membuktikan bahwa ukuran panjang dan luas
penampang suatu penghantar sangat mempengaruhi besar kecilnya presentasi jatuh
tegangan atau regulasi tegangan pada saluran penghantar tersebut. Hal tersebut
dikarenakan semakin panjang suatu penghantar dan semakin kecil ukuran luas
penampangnya, maka akan semakin besar jatuh tegangan pada penghantar tersebut
(Sampeallo dkk, 2019).
Menurut Latupeirissa dkk (2018) Jarak yang jauh dan luas penampang saluran
yang kecil akan menyebabkan penurunan tegangan pada ujung penerimaan di tempat
konsumen terhubung. Apabila penurunan tegangan yang terjadi melebihi batas
toleransi yang diijinkan, maka secara teknis akan mengakibatkan terganggunya
kinerja peralatan listrik konsumen. PLTMH Gunung sawur 2 Lumajang perlu
melakukan perbaikan tegangan listrik konsumen dengan mengganti ukuran luas
penampang pada kabel penghantar untuk meningkatkan kinerja distribusi PLTMH.
4.2.3 Perhitungan Rekomendasi Perbaikan Tegangan

Berdasarkan hasil perhitungan regulasi tegangan (VR) pada point 4.2.2,


terlihat bahwa pada rumah (29) dan rumah (30) terjadi regulasi tegangan yang lebih
besar dari ketentuan 5 % yaitu rumah (29) sebesar 5,501 % dan rumah (30) sebesar
8,274 %. Hal itu diakibatkan dari panjang penghantar dan ukuran luas penampang
yang kecil (10 mm2). Ukuran luas penampang kabel penghantar perlu diganti
menggunakan ukuran yang lebih besar dengan penampang minimal 25 mm2. Ukuran
kabel tersebut akan memberikan regulasi tegangan yang lebih rendah dengan
perhitungan sebagai berikut.
44

a. Jatuh tegangan (V)


• Rumah 29
V = 3 x  x L x I x Cos Phi
A
(Sumber : Sitorus, 2018)
Diamana :
3 = 1,732
 = 0,0000000265 Ωmm2/m
L = 1650 m
I = 1,53 Ampere
Chos Phi = 0,99
A = 0,000025 m2
V = 3 x 0,0000000265 x 1650 x 1,53 x 0,99
0,000025 m2
V = 4,588 Volt
• Rumah 30
V = 3 x  x L x I x Cos Phi
A

Dimana :
3 = 1,732
 = 0,0000000265 Ωmm2/m
L = 2500 m
I = 1,48 Ampere
Chos Phi = 0,99
A = 0,000025 m2
V = 3 x 0,0000000265 x 2500 x 1,48 x 0,99
0,000025 m2
V = 6,724 Volt
45

b. Regulasi Tegangan (VR)


• Rumah 29
VR = V x 100%
Vr
Dimana :
V = 4,588 Volt

Vr = Vs - V

= 220 – 4,588 = 215,412 Volt

VR = 4,588 x 100 % = 2,129 %


215,412

• Rumah 30
VR = V x 100%
Vr

Dimana :
V = 6,724 Volt

Vr = Vs - V

= 220 – 6,724 = 213,276 Volt

VR = 6,724 x 100 % = 3,152 %


213,276

Rekomendasi penggantian ukuran luas penampang penghantar dengan yang


lebih besar (25 mm2), maka akan terlihat adanya perbaikan kualitas tegangan.
Regulasi tegangan pada rumah 29 akan turun menjadi 2,129 % dan pada rumah 30
akan turun menjadi 3,152 %. Menurunnya regulasi tegangan dibawah batas
maksimum yang ditetapkan SPLN sebesar 5 %, akan menjadikan kualitas tegangan
46

yang diterima pada konsumen semakin baik. Hal tersebut akan mempengaruhi kinerja
sistem jaringan distribusi sehingga menjadi lebih optimal.

4.3 Perhitungan Jatuh Tegangan Sesuai dengan Data Sheet Kabel

Jaringan distribusi di PLTMH Gunung Sawur terdapat 3 jenis kabel


penghantar yaitu kabel NFA 2X-T, AAC, dan NFA2X. Masing-masing kabel tersebut
memiliki penampang 70 mm2, 35 mm2, dan 10 mm2. Berdasarkan data sheet dari 3
jenis kabel tersebut akan dihitung jatuh tegangan untuk membuktikan selisih dengan
jatuh tegangan pada saat pengukuran di lapangan. Perhitungan jatuh tegangan sesuai
dengan tahanan jenis (resistansi) data sheet kabel penghantar akan dihitung dengan
persamaan 2.4. Hasil perhitungan disajikan pada Tabel 4.7.
47

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Jatuh Tegangan Sesuai Data Sheet Kabel

Konsumen 3  L I Cos A V
(Ωmm2/m) (m) (Ampere) Phi (m2) (Volt)
Rumah 1 1,732 4,43E-08 17 0,42 0,99 0,00007 0,008
Rumah 2 1,732 4,43E-08 53 0,57 0,99 0,00007 0,033
Rumah 3 1,732 4,43E-08 36 0,57 0,99 0,00007 0,022
Rumah 4 1,732 4,43E-08 45 0,55 0,99 0,00007 0,027
Rumah 5 1,732 4,43E-08 55 0,62 0,99 0,00007 0,037
Rumah 6 1,732 4,43E-08 96 0,47 0,99 0,00007 0,049
Rumah 7 1,732 4,43E-08 147 0,51 0,99 0,00007 0,081
Rumah 8 1,732 4,43E-08 196 0,52 0,99 0,00007 0,111
Rumah 9 1,732 4,43E-08 241 0,48 0,99 0,00007 0,126
Rumah 10 1,732 4,43E-08 67 0,5 0,99 0,00007 0,036
Rumah 11 1,732 4,43E-08 92 0,43 0,99 0,00007 0,043
Rumah 12 1,732 8,33E-08 35 0,42 0,99 0,000035 0,060
Rumah 13 1,732 8,33E-08 105 0,49 0,99 0,000035 0,210
Rumah 14 1,732 8,33E-08 250 0,55 0,99 0,000035 0,561
Rumah 15 1,732 8,33E-08 350 0,7 0,99 0,000035 1,000
Rumah 16 1,732 8,33E-08 115 0,43 0,99 0,000035 0,202
Rumah 17 1,732 8,33E-08 127 0,43 0,99 0,000035 0,223
Rumah 18 1,732 8,33E-08 95 0,45 0,99 0,000035 0,174
Rumah 19 1,732 8,33E-08 105 0,63 0,99 0,000035 0,270
Rumah 20 1,732 8,33E-08 208 0,47 0,99 0,000035 0,399
Rumah 21 1,732 8,33E-08 315 0,63 0,99 0,000035 0,810
Rumah 22 1,732 8,33E-08 440 0,44 0,99 0,000035 0,790
Rumah 23 1,732 8,33E-08 525 1,2 0,99 0,000035 2,571
Rumah 24 1,732 8,33E-08 355 0,98 0,99 0,000035 1,420
Rumah 25 1,732 3,08E-08 460 0,66 0,99 0,00001 1,603
Rumah 26 1,732 3,08E-08 350 0,58 0,99 0,00001 1,072
Rumah 27 1,732 3,08E-08 860 0,52 0,99 0,00001 2,362
Rumah 28 1,732 3,08E-08 750 1,07 0,99 0,00001 4,238
Rumah 29 1,732 3,08E-08 1650 1,53 0,99 0,00001 13,332
Rumah 30 1,732 3,08E-08 2500 1,48 0,99 0,00001 19,540
48

4.4 Perhitungan Rugi-rugi Daya Pada Saluran Penghantar

Panjang kabel jalur distribusi pada tiap rumah di PLTMH Gunung Sawur 2
terdapat pada Tabel 3. Masing-masing rumah menggunakan kabel dengan penampang
yang berbeda. Rumah 1 s/d 11 menggunakan kabel NFA 2X-T dengan penampang 70
mm2, rumah 12 s/d 24 menggunakan kabel AAC dengan penampang 35 mm2 dan
rumah 25 s/d 30 menggunakan kabel NFA2X dengan penampang 10 mm2. Jenis
kabel pengantar pada masing-masing rumah menggunakan kabel berbahan
alumunium dengan nilai () = 2,65 x 10-8 Ωmm2/m. Berdasarkan data kabel tersebut
dilakukan analisis besar tahanan pada kabel saluran distribusi dengan menggunakan
persamaan (2.21) sebagai berikut.

• Besar Tahanan Kabel Penghantar Rumah 1

R = 2,65 x 10-8 x 17 / 0,000070 = 0,0064 Ohm

Hasil dari perhitungan nilai tahanan rumah 1 diketahui sebesar 0,0064 Ohm.
Hasil perhitungan nilai tahanan kabel penghantar pada konsumen selanjutnya (2 s/d
30) disajikan pada Tabel 4.8.
49

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Nilai Tahanan Kabel penghantar


Konsumen  L (m) A (m) R (Ohm)
(Ωmm2/m)
Rumah 1 2,65E-08 17 0,00007 0,006
Rumah 2 2,65E-08 53 0,00007 0,020
Rumah 3 2,65E-08 36 0,00007 0,014
Rumah 4 2,65E-08 45 0,00007 0,017
Rumah 5 2,65E-08 55 0,00007 0,021
Rumah 6 2,65E-08 96 0,00007 0,036
Rumah 7 2,65E-08 147 0,00007 0,056
Rumah 8 2,65E-08 196 0,00007 0,074
Rumah 9 2,65E-08 241 0,00007 0,091
Rumah 10 2,65E-08 67 0,00007 0,025
Rumah 11 2,65E-08 92 0,00007 0,035
Rumah 12 2,65E-08 35 0,000035 0,027
Rumah 13 2,65E-08 105 0,000035 0,080
Rumah 14 2,65E-08 250 0,000035 0,189
Rumah 15 2,65E-08 350 0,000035 0,265
Rumah 16 2,65E-08 115 0,000035 0,087
Rumah 17 2,65E-08 127 0,000035 0,096
Rumah 18 2,65E-08 95 0,000035 0,072
Rumah 19 2,65E-08 105 0,000035 0,080
Rumah 20 2,65E-08 208 0,000035 0,157
Rumah 21 2,65E-08 315 0,000035 0,239
Rumah 22 2,65E-08 440 0,000035 0,333
Rumah 23 2,65E-08 525 0,000035 0,398
Rumah 24 2,65E-08 355 0,000035 0,269
Rumah 25 2,65E-08 460 0,00001 1,219
Rumah 26 2,65E-08 350 0,00001 0,928
Rumah 27 2,65E-08 860 0,00001 2,279
Rumah 28 2,65E-08 750 0,00001 1,988
Rumah 29 2,65E-08 1650 0,00001 4,373
Rumah 30 2,65E-08 2500 0,00001 6,625
50

Berdasarkan hasil perhitungan tahanan kabel digunakan untuk perhitungan


rugi – rugi daya pada penghantar dengan menggunakan persamaan (2.7). Contoh
perhitungannya adalah sebagai berikut ini.

Pc = I2 x R x L

= 0,422 x 0,006 x 0,017

= 1,79 x 10-5 watt

= 0,0000179 watt

Perhitungan hasil dari rumah 1 menunjukkan nilai rugi daya sebesar


0,0000179 watt. Berdasarkan hasil perhitungan rugi-rugi daya tiap rumah pada
penghantar jaringan distribusi di PLTMH Gunung Sawur 2 Lumajang disajikan pada
Tabel 4.9.
51

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Rugi-rugi daya Pada Kabel penghantar


Konsumen I2 (ampere) R (Ohm) L (Km) Pc (Watt)
Rumah 1 0,176 0,006 0,017 0,0000
Rumah 2 0,325 0,02 0,053 0,0003
Rumah 3 0,325 0,014 0,036 0,0002
Rumah 4 0,303 0,017 0,045 0,0002
Rumah 5 0,384 0,021 0,055 0,0004
Rumah 6 0,221 0,036 0,096 0,0008
Rumah 7 0,260 0,056 0,147 0,0021
Rumah 8 0,270 0,074 0,196 0,0039
Rumah 9 0,230 0,091 0,241 0,0051
Rumah 10 0,250 0,025 0,067 0,0004
Rumah 11 0,185 0,035 0,092 0,0006
Rumah 12 0,176 0,027 0,035 0,0002
Rumah 13 0,240 0,08 0,105 0,0020
Rumah 14 0,303 0,157 0,25 0,0119
Rumah 15 0,490 0,239 0,35 0,0410
Rumah 16 0,185 0,087 0,115 0,0018
Rumah 17 0,185 0,096 0,127 0,0023
Rumah 18 0,203 0,072 0,095 0,0014
Rumah 19 0,397 0,08 0,105 0,0033
Rumah 20 0,221 0,157 0,208 0,0072
Rumah 21 0,397 0,239 0,315 0,0299
Rumah 22 0,194 0,333 0,44 0,0284
Rumah 23 1,440 0,398 0,525 0,3009
Rumah 24 0,960 0,269 0,355 0,0917
Rumah 25 0,436 1,219 0,46 0,2443
Rumah 26 0,336 0,928 0,35 0,1093
Rumah 27 0,270 2,279 0,86 0,5300
Rumah 28 1,145 1,988 0,75 1,7070
Rumah 29 2,341 4,373 1,65 16,8906
Rumah 30 2,190 6,625 2,5 36,2785
52

Berdasarkan hasil perhitungan rugi daya pada setiap konsumen yang terdapat
pada Tabel 4.9 terlihat bahwa pendistribusian listrik ke rumah 30 mengalami
kerugian daya yang paling besar yaitu sebesar 36,2785 Watt dan pendistribusian ke
rumah 29 mengalami kerugian yang cukup besar yaitu 16,8906 Watt. Rugi-rugi daya
dipengaruhi oleh besarnya nilai (R) resistansi pada suatu kabel penghantar dan juga
panjang kabel. Hal tersebut dikarenakan semakin besar nilai (R) dan (L) pada suatu
penghantar maka semakin besar juga kerugian daya yang dialami oleh suatu kabel
penghantar (Sampeallo, 2019).

4.5 Kinerja Jaringan Distribusi di PLTMH Gunung Sawur 2 Lumajang


Kinerja sistem jaringan distribusi di PLTMH Gunung Sawur 2 masih
dikatakan kurang optimal. Hal tersebut dikarenakan masih terdapat beberapa
konsumen yang mengalami drop tegangan maupun rugi daya distribusi yang melebihi
batas yang sudah ditetapkan SPLN sebesar 5 %. Rekomendasi perbaikan tegangan
pada sistem jaringan distribusi terutama pada ukuran kabel penghantarnya perlu
dilakukan. Setelah dilakukan analisis drop tegangan dapat diketahui bahwa perlu
adanya perbaikan tegangan dengan mengganti ukuran penampang kabel penghantar
jenis NFA2X pada saluran menuju rumah 29 dan 30 yang semula sebesar 10 mm2
menjadi 25 mm2. Perbaikan tegangan tersebut akan menjadikan sistem jaringan
distribusi di PLTMH Gunung Sawur 2 Lumajang lebih optimal.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik


kesimpulan sebagai berikut ini.

1. Regulasi tegangan yang terjadi pada distribusi listrik PLTMH Gunung Sawur
2 masih dibawah SPLN kecuali untuk rumah 29 adalah sebesar 11,471 Volt
atau 5,501 % dan rumah 30 adalah sebesar 16,812 Volt atau 8,274 %.

2. Besarnya rugi-rugi daya yang terjadi pada distribusi listrik PLTMH Gunung
sawur 2 masih rendah kecuali rumah 29 adalah sebesar 16,8906 Watt dan
rumah 30 adalah 36,2785 Watt.

3. Ukuran kabel distribusi Listrik PLTMH Gunung Sawur 2 sudah sesuai kecuali
untuk rumah 29 dan 30.

5.2 Saran

1. Rekomendasi ukuran kabel distribusi untuk rumah 29 dan 30 sebaiknya


diganti dari 10 mm2 menjadi minimal 25 mm2 agar tegangan listrik yang
diterima masih dalam standar SPLN.

53
DAFTAR PUSTAKA

Bini, T. (2019). Analisis Jatuh Tegangan Pada Jaringan Tegangan Rendah PT. PLN
(Persero) Rayon Takalar. Jurnal Teknologi Elekterika, 12(1), 10-25.

Dalam, H. D. (2015, July). Analisis susut energi pada sistem jaringan distribusi di
PT. PLN APJ Yogyakarta UPJ Wonosari Unit Semanu. In Seminar
Nasional Informatika (SEMNASIF) (Vol. 1, No. 3).

Duyo, R. A. (2020). Analisis Penyebab Gangguan Jaringan Pada Distribusi Listrik


Menggunakan Metode Fault Tree Analysis Di PT. PLN (PERSERO)
Rayon Daya Makasar. Vertex Elektro, 12(2), 1-12.

Dwiyanto, V., Kusumastuti, D. I., & Tugiono, S. (2016). Analisis Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Studi Kasus: Sungai Air Anak (Hulu
Sungai Way Besai). Jurnal Rekayasa Sipil dan Desain, 4(3), 407-422.

Hafid, A. (2021). Simulasi Pengendali Beban Elektronik Berbasis Logika Fuzzy


untuk PLTMH Daya Rendah. Cyclotron, 4(1).

Hontong, N. J., Tuegeh, M., & Patras, L. S. (2015). Analisa Rugi–Rugi Daya Pada
Jaringan Distribusi Di PT. PLN Palu. Jurnal Teknik Elektro dan
Komputer, 4(1), 64-71.

Latupeirissa, H. L., Muskita, H., & Leihitu, C. (2018). Analisis Kerugian Tegangan
Pada Jaringan Tegangan Rendah (JTR) 380/220 Volt Gardu Distribusi
Politeknik Negeri Ambon. Jurnal Simetrik, 8(1).

Malik, M. N. (2009). Analisis Losses Jaringan Distribusi Primer Pada Penyulang


Adhyaksa Makassar.

54
55

Mangera, P., & Hardiantono, D. (2019). Analisis Rugi Tegangan Jaringan Distribusi
20 kV pada PT. PLN (Persero) Cabang Merauke. Musamus of Journal
Electro and Machine Engineering (MJEME), 1(2), 61-69.

Muhammad, A., Tumaliang, H., & Silimang, S. (2019). Analisa Rugi-Rugi Energi
Listrik Pada Jaringan Distribusi (JTM) Di PT. PLN (Persero) Area
Gorontalo. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, 7(3), 295-302.

Nugroho, H. Y. S. H., & Sallata, M. K. (2015). PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga


Mikro Hidro): Panduan Lengkap Membuat Sumber Energi
Terbarukan Secara Swadaya. Penerbit Andi.

Primaditya, L. (2012). Prototype Animasi PLTMH Universitas Muhammadiyah


Malang (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah
Malang).

Sampeallo, A. S., Galla, W. F., & Sare, R. M. (2019). Analisis Rugi Daya Instalasi
Jaringan Tegangan Rendah Laboratorium Riset Terpadu Lahan Kering
Kepulauan Undana. Jurnal Media Elektro, 67-74.

Shidiq, M. (2012). Penurunan Jatuh Tegangan Dan Rugi Daya Pada Sistem Tenaga
Listrik Mikrohidro. Jurnal EECCIS, 4(1), 35-38.

Sitorus, I. R. H. (2018). Analisis Jaringan Distribusi Tegangan Rendah Pada Pltmh


Bintang Asih Setelah Kapasitas Pembangkit Ditingkatkan (Doctoral
dissertation).

Suhadi, dkk , 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik, Jilid 1. Jakarta.

Sulistiono, A. (2009). Pemilihan Penggunaan Pengaman Lebur pada Jaringan


Distribusi 20 Kv di PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.
56

Suprijono, G. (2014). Pemeliharaan Jaringan Tegangan Rendah. Power Elektronik:


Jurnal Orang Elektro, 2(3).

Suswanto, D. (2009). Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Padang: Universitas Negeri


Padang.

Suyono, H., Hasanah, R. N., Utomo, T., & Letik, M. D. (2012). Analisis Stabilitas
Sistem Daya pada Interkoneksi PLTMH Ampel gading di Gardu Induk
Turen. Jurnal EECCIS, 6(2), 194-200.

Syahputra, R. (2016). Transmisi dan Distribusi Tenaga Listrik. LP3M UMY,


Yogyakarta, 249-256.

Tanjung, A. (2015). Rekonfigurasi Sistem Distribusi 20 Kv Gardu Induk Teluk Lembu


Dan PLTMG Langgam Power Untuk Mengurangi Rugi Daya Dan
Drop Tegangan. Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, 11(2), 160-
166.

Utomo, M.K, (2011). Jurnal Optimasi Pecah Beban dan Peletakan Gardu Sisipan
Untuk Mengurangi Jatuh Tegangan dan Losses Pada Jaringan
Tegangan Rendah. Jakarta.

Waluyo, W., Soenarjo, S., & Akbar, A. A. (2007). Perhitungan Susut Daya Pada
Sistem Distribusi Tegangan Menengah Saluran Udara Dan Kabel.
EMAS Jurnal Sains dan Teknologi, 17(3), 169-182.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Sheet Kabel


1. Kabel NFA 2X-T
ELECTRICAL PROPERTIES

Current Carrying Calculated Lay Length


Conductor Resistance at Capacity at Breaking
20°C 35°C Force

Cable Size Phase Neutral/ Public Phase Public Minimum Maximum


Messeng Lighting Lighting
er
mm² ohm/km ohm/km ohm/km A A kg cm cm

2x25+1x25 1.200 1.380 - 103 - 712 32 65


2x35+1+25 0.868 1.380 - 125 - 712 36 73
2x50+x35 0.641 0.986 - 154 - 997 41 82
2x70+1x50 0.443 0.690 - 196 - 1,395 50 100
2x95+1x70 0.320 0.450 - 242 - 1,935 55 110
3x25+1x25 1.200 1.380 - 103 - 712 36 73
3x35+1x25 0.868 1.380 - 125 - 712 41 81
3x50+1x35 0.641 0.956 - 154 - 997 46 91
3x70+1x50 0.443 0.690 - 196 - 1,395 56 112
3x95+1x70 0.320 0.450 - 242 - 1,932 63 125
3x25+25+2x 1.200 1.380 1.91 103 72 712 36 73
16
3x35+25+2x 0.868 1.380 1.91 125 72 712 41 81
16
3x50+35+2x 0.641 0.986 1.91 154 72 997 46 91
16
3x70+50+2x 0.443 0.690 1.91 196 72 1,395 56 112
16
3x95+70+2x 0.320 0.450 1.91 242 72 1,932 63 125
16
3x255+25+1 1.200 1.380 1.91 103 72 712 36 73
6
3x35+25+16 0.868 1.380 1.91 125 72 712 41 81

3x50+35+16 0.641 0.986 1.91 154 72 997 46 91

3x70+50+16 0.443 0.690 1.91 196 72 1,395 56 112

3x95+70+16 0.320 0.450 1.91 242 72 1,932 63 125

(Sumber : https://sutrakabel.com)
57
58

2. Kabel AAC
AAC

PHYSICAL PROPERTIES ELECTRICAL PROPERTIES


Cross Sectional Number Approx.Over Approx Calculated DC. Current Standard
Area and all Diameter . Net Breaking Resistance Carrying Length
Diameter Weight Force at 20°C Capacity
Nomin Actual Wire
al Size Size
mm² mm² pcs/mm mm kg/km kg ohm/km A m

16 16.84 7/1.75 5.25 45 310 1.700 110 500


25 27.83 7/2.25 6.75 76 490 1.029 145 500
35 34.36 7/2.50 7.50 94 590 0.833 180 500
50 49.48 7/3.00 9.00 135 810 0.579 225 500
50 45.70 19/1.75 8.75 126 835 0.630 225 500
55 58.07 7/3.25 9.75 160 935 0.493 235 500
70 75.55 19/2.25 11.25 208 1,04 0.381 270 1000
95 93.27 19/2.50 12.50 257 1,56 0.308 340 1000
100 99.30 7/4.25 12.75 272 1,54 0.288 350 1000
120 112.85 19/2.75 13.75 310 1,89 0.255 390 1000
150 157.62 19/3.25 16.25 434 2,53 0.183 455 1000
150 147.12 37/2.25 15.75 406 2,575 0.196 455 1000
185 111.63 37/2.50 17.50 501 3,11 0.159 520 1000
200 189.85 19/3.75 18.75 557 3,29 0.137 565 1000
240 242.54 61/2.25 20.25 670 4,02 0.119 625 1000
240 238.76 19/4.00 20.00 657 3,7 0.121 625 1000
300 299.44 61/2.50 22.50 827 4,85 0.097 710 1000
400 431.18 61/3.00 27.00 1,191 6,675 0.067 855 1000
500 506.04 61/3.25 29.25 1,398 7,7 0.057 990 1000
630 643.24 91/3.00 33.00 1,782 9,96 0.045 1,14 1000
800 754.92 91/3.25 35.75 2,091 11,48 0.038 1,34 1000
1,000 1,005.0 91/3.75 41.25 2,784 14,925 0.029 1,54 1000
7
(Sumber : https://sutrakabel.com)
59

3. Kabel NFA2X
PHYSICAL PROPERTIES ELECTRICAL PROPERTIES

Cable Insulation Approx. Approx. Current Calculated Standard


Size Thickness Twisted Net. Carrying Breaking Force Length
Diameter Weight Max. Capacity
Conductor at 35°C
Resistance
at 20°C
mm² mm mm kg/km ohm/km A kg m
NF2X (COPPER CONDUCTOR)
2x6 rm 1.2 13.0 136 3.080 54 394 2000
2x10 rm 1.2 14.0 211 1.830 73 656 2000
2x16 rm 1.2 16.0 334 1.150 97 1,051 1000
4x6 rm 1.2 15.7 258 3.080 54 788 1000
4x10 rm 1.2 17.0 422 1.830 73 1,312 1000
4x16 rm 1.2 19.0 664 1.150 97 2,102 1000
4x25 rm 1.4 24.0 1,008 0.727 133 3,284 1000
NFA2X (ALL ALUMINIUM CONDUCTOR)
2x10 rm 1.2 14.0 94 3.080 54 322 2000
2x16 rm 1.2 16.0 138 1.910 72 515 1000
4x10 rm 1.2 17.0 187 3.080 54 644 1000
4x16 rm 1.2 19.0 272 1.910 72 1,03 1000
4x25 rm 1.4 24.0 423 1.200 102 1,61 1000
4x35 rm 1.6 27.0 564 0.868 125 2,25 1000

(Sumber : https://sutrakabel.com)
60

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian


1. Pengukuran beban puncak

2. Pengukuran tegangan dan arus di rumah penduduk (konsumen)


61

Anda mungkin juga menyukai