SKRIPSI
Oleh
SKRIPSI
Oleh
ii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
LEMBAR PENGESAHAN
Ketua Penguji;
iii
SURAT PERNYATAAN
iv
PERNYATAAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Saya bersedia menanggung pribadi tanpa melibatkan pihak Politeknik Negeri Jember
atas segala bentuk tuntutan hukum yang timbul karena Pelanggaran Hak Cipta dalam
Karya ilmiah ini.
Dibuat di : Jember
Pada Tanggal : 15 Juni 2021
Yang menyatakan,
v
MOTTO
“Jangan pergi mengikuti kemana jalan akan berujung. Buat jalanmu dan
tinggalkanlah jejak”
(Ralp Waldo Emerson)
vi
PERSEMBAHAN
vii
KINERJA JARINGAN DISTRIBUSI LISTRIK TEGANGAN RENDAH DI
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO GUNUNG SAWUR 2
LUMAJANG
Dedy Eko Rahmanto, S.TP, M.Si (Pembimbing Skripsi)
ABSTRAK
Energi listrik merupakan kebutuhan penting bagi kehidupan masyarakat. Salah satu
penghasil listrik adalah pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH), seperti
PLTMH Gunung Sawur 2. Listrik yang dihasilkan PLTMH disalurkan ke konsumen
melalui jaringan distribusi listrik. Jumlah energi listrik yang sampai ke konsumen
tidak sama dengan jumlah energi listrik yang dibangkitkan oleh PLTMH karena
terjadi rugi-rugi energi listrik. Penelitian mengenai kehilangan energi listrik di
PLTMH Gunung Sawur 2 perlu dilakukan sehingga dapat ditentukan upaya untuk
meminimalisirnya. Penelitian dilakukan pada jaringan distribusi dengan cara
mengukur arus dan tegangan di konsumen serta panjang kabel kemudian dikaji secara
teori untuk menemukan kemungkinan rugi-rugi energi listrik yang terjadi pada
jaringan distribusi listrik. Hasil penelitian yang dilakukan di PLTMH Gunung Sawur
2 Lumajang menunjukkan nilai rugi-rugi tegangan yang terjadi masih dalam standart
SPLN kecuali pada rumah 29 dan rumah 30 sebesar 11,471 Volt atau 5,501 %, rugi
daya 16,8906 watt dan 16,812 Volt atau 8,274 %, rugi daya 36,2785 watt. Jarak yang
jauh dan luas penampang saluran yang kecil menyebabkan penurunan tegangan di
tempat konsumen terhubung. Hal tersebut dikarenakan semakin panjang suatu
penghantar dan semakin kecil ukuran luas penampangnya, maka akan semakin besar
jatuh tegangan pada penghantar. Perbaikan ukuran kabel distribusi rumah 29 dan 30
perlu dilakukan dari 10 mm2 diganti dengan minimal 25 mm2 agar tegangan yang
diterima masih dalam standart SPLN.
viii
PERFORMANCE OF LOW VOLTAGE ELECTRIC
DISTRIBUTION NETWORK AT THE MICROHYDRO POWER
PLANT OF MOUNT SAWUR 2 LUMAJANG
Dedy Eko Rahmanto, S.TP, M.Si (Thesis Supervisor)
ABSTRACT
Electrical energy is an important need for people's lives. One of the producers of
electricity is a micro hydro power plant (PLTMH), such as the Gunung Sawur 2
PLTMH. The electricity produced by the PLTMH is distributed to consumers through
the electricity distribution network. The amount of electrical energy that reaches
consumers is not the same as the amount of electrical energy generated by the
PLTMH due to electrical energy losses. Research on the loss of electrical energy in
PLTMH Gunung Sawur 2 needs to be done so that efforts can be determined to
minimize it. The research was conducted on the distribution network by measuring
the current and voltage at the consumer as well as the length of the cable and then
studied theoretically to find the possibility of electrical energy losses that occur in the
electricity distribution network. The results of research conducted at PLTMH Gunung
Sawur 2 Lumajang showed that the value of voltage losses was still within the SPLN
standard except for houses 29 and 30 which were 11.471 Volts or 5.501%, power
losses were 16.8906 watts and 16.812 Volts or 8.274%, power losses 36.2785 watts.
The long distance and the small cross-sectional area of the line cause a voltage drop
at the point where the consumer is connected. This is because the longer the
conductor and the smaller the cross-sectional area, the greater the voltage drop
across the conductor. Repair of house distribution cable sizes 29 and 30 need to be
carried out from 10 mm2 replaced with a minimum of 25 mm2so that the voltage
received is still within the SPLN standard.
ix
RINGKASAN
Proses peyaluran energi listrik dengan PLTMH yang berada jauh dari pusat
beban akan mengalami kerugian yang cukup besar. Tegangan pada jaringan distribusi
berdasarkan rekomendasi National Electrical Code (NEC) batas yang diperbolehkan
adalah 5% dari nilai tegangan nominalnya. Jatuh tegangan pada saluran tenaga listrik
secara umum berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban serta berbanding
terbalik dengan luas penampang penghantar. Permasalahan yang ada pada PLTMH
Gunung sawur 2 adalah pada proses pendistribusian energi listrik menuju beban
konsumen terdapat rugi-rugi pada sistem distribusinya. Jarak yang jauh dan luas
penampang saluran yang kecil akan menyebabkan penurunan tegangan pada ujung
x
penerimaan di tempat konsumen terhubung. Apabila penurunan tegangan yang terjadi
melebihi batas toleransi yang diijinkan, maka secara teknis akan mengakibatkan
terganggunya kinerja peralatan listrik konsumen. Kehilangan energi listrik perlu
dikurangi agar kinerja pada saluran jaringan distribusi listrik di PLTMH Gunung
Sawur 2 Lumajang lebih optimal. Penelitian dilakukan pada jaringan distribusi
dengan cara mengukur arus dan tegangan di konsumen serta panjang kabel kemudian
dikaji secara teori untuk menemukan kemungkinan rugi-rugi energi listrik yang
terjadi pada jaringan distribusi listrik. Hasil penelitian yang dilakukan di PLTMH
Gunung Sawur 2 Lumajang menunjukkan nilai rugi-rugi tegangan yang terjadi masih
dalam standart SPLN kecuali pada rumah 29 dan rumah 30 sebesar 11,471 Volt atau
5,501 %, rugi daya 16,8906 watt dan 16,812 Volt atau 8,274 %, rugi daya 36,2785
watt. Jarak yang jauh dan luas penampang saluran yang kecil menyebabkan
penurunan tegangan di tempat konsumen terhubung. Hal tersebut dikarenakan
semakin panjang suatu penghantar dan semakin kecil ukuran luas penampangnya,
maka akan semakin besar jatuh tegangan pada penghantar. Perbaikan ukuran kabel
distribusi rumah 29 dan 30 perlu dilakukan dari 10 mm2 diganti dengan minimal 25
mm2 agar tegangan yang diterima masih dalam standart SPLN.
xi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi berjudul “Kinerja Jaringan Distribusi Listrik
Tegangan Rendah Di Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Gunung Sawur 2
Lumajang” dapat diselesaikan dengan baik.
Tulisan ini adalah laporan hasil penelitian yang dilaksanakan mulai bulan
Agustus 2020 sampai Juni 2021 bertempat di Politeknik Negeri Jember sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Teknik (S.Tr.T) di Progam Studi
Teknik Energi Terbarukan Jurusan Teknik Politeknik Negeri Jember.
Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya sebagai berikut:
1. Kedua orang tua Bapak Waras Sugiyono dan Ibu Prasetyawati serta keluarga yang
telah memberikan restu, do’a, motivasi, semangat moral dan materi sehingga saya
dapat melaksanakan penelitian dengan lancar.
2. Saiful Anwar, S.Tp., MP selaku direktur Politeknik Negeri Jember.
3. Mokhammad Nuruddin, ST., M.Si selaku ketua Jurusan Teknik.
4. Yuli Hananto, S.TP., M.Si selaku Ketua Program Studi Teknik Energi Terbarukan.
5. Dedy Eko Rahmanto, S.TP., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi.
6. Ahmad Fahriannur, ST., MT selaku Dosen penguji.
7. Rekan-rekanku dan semua pihak yang telah ikut membantu dalam pelaksanaan
penelitian dan penulisan laporan ini.
Laporan ini masih kurang sempurna, mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna perbaikan di masa mendatang. Semoga tulisan ini
bermanfaat
Jember, Juli 2021
Penulis
xii
DAFTAR ISI
xiii
2.1.1 Jaringan Distribusi Tegangan Rendah Langsung ................... 5
2.1.2 Jaringan Distribusi Tegangan Rendah Tak Langsung ........... 6
2.4 Permasalahan Pada Jaringan Distribusi Tegangan Rendah ..... 7
2.4.1 Susut Energi Listrik ............................................................... 7
2.4.2 Drop Tegangan ...................................................................... 10
2.4.3 Faktor Penyebab Kerugian Tegangan (Drop Voltage) .......... 11
2.4.4 Rugi-rugi Pada Penghantar .................................................... 13
2.5 Daya Listrik.................................................................................... 13
2.5.1 Penghantar Listrik ................................................................. 16
2.6 Impedensi ....................................................................................... 18
2.7 Rugi-rugi Tegangan Dalam Jaringan .......................................... 21
2.8 Resistansi ........................................................................................ 21
2.9 Kualitas Daya ................................................................................. 22
2.10 Saluran Kabel Penghantar .......................................................... 22
xiv
4.1.1 Data Kabel Saluran Distribusi di PLTMH Gunung Sawur 2
Lumajang ............................................................................... 32
4.1.2 Data Pengukuran di Beban Konsumen Saat Beban Puncak .. 33
4.1.3 Sumber Energi Listrik PLTMH Gunung Sawur 2
Lumajang ............................................................................... 35
4.2 Jatuh Tegangan (Drop Voltage) ................................................... 36
4.2.1 Regulasi Tegangan ................................................................ 41
4.2.3 Perhitungan Rekomendasi Perbaikan Tegangan ................... 43
4.3 Perhitungan Jatuh Tegangan Sesuai Dengan Data Sheet
Kabel ............................................................................................... 46
4.4 Perhitungan Rugi-rugi Daya Pada Saluran Penghantar ........... 48
4.5 Kinerja Jaringan Distribusi di PLTMH Gunung Sawur 2
Lumajang ....................................................................................... 52
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR TABEL
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
2
Permasalahan yang ada pada PLTMH Gunung sawur 2 adalah pada proses
pendistribusian energi listrik yang terletak pada penyaluran energi listrik menuju
beban konsumen terdapat rugi-rugi pada sistem transmisinya. Berdasarkan hal
tersebut pemanfaatan energi yang dihasilkan dari pembangkit harus dilakukan secara
optimal agar rugi daya dari jaringan distribusi akan menjadi lebih sedikit.
Ketersediaan energi listrik pada PLTMH Gunung Sawur 2 yang terletak di Sumber
Wuluh, Dusun Gunung Sawur di lereng Gunung Semeru, Lumajang diharapkan cukup
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Gunung Sawur. Jaringan Distribusi listrik
tegangan rendah yang terhubung ke beban konsumen perlu dilakukan analisis untuk
mengetahui kinerjanya sehingga penggunaan energi listrik akan dapat diupayakan
menjadi lebih maksimal.
1.2 Rumusan Masalah
a. Berapa jatuh tegangan dan rugi daya pada jaringan distribusi tegangan rendah
di PLTMH Gunung Sawur 2 Lumajang?
b. Berapa rugi daya pada jaringan distribusi tegangan rendah di PLTMH Gunung
Sawur 2 Lumajang?
c. Bagaimana ukuran kabel penghantar pada sistem jaringan distribusi listrik
tegangan rendah di PLTMH Gunung Sawur 2 Lumajang apakah sesuai
dengan jatuh tegangan pada saluran penghantar?
1.3 Tujuan Penelitian
a. Mengetahui jatuh tegangan pada jaringan distribusi tegangan rendah di
PLTMH Gunung Sawur 2 Lumajang.
b. Mengetahui rugi daya pada jaringan distribusi tegangan rendah di PLTMH
Gunung Sawur 2 Lumajang.
c. Mengevaluasi kesesuaian kabel penghantar pada sistem jaringan distribusi
tegangan rendah di PLTMH Gunung Sawur 2 Lumajang.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Penggunaan energi lebih optimal.
b. Akan lebih menghemat energi.
3
4
5
2.2 Beban
Beban adalah segala sesuatu yang ditanggung oleh pembangkit listrik untuk
keperluan konsumen. Pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) biasanya
terdapat beban yang terpakai maupun tidak terpakai oleh konsumen. Beban tak
terpakai atau beban ballast (Ballast Load) merupakan beban resistif yang digunakan
untuk membuang kelebihan beban dalam menjaga kestabilan tegangan dan frekuensi
yang dihasilkan oleh generator (Nugroho dan Sallata, 2015).
2.3 Tegangan Rendah
Tegangan rendah adalah tegangan dengan nilai di bawah 1 kV yang
digunakan untuk penyaluran daya dari gardu distribusi menuju pelanggan tegangan
rendah. Penyaluran dilakukan dengan menggunakan sistem tiga fasa empat kawat
yang dilengkapi netral. Indonesia sendiri menggunakan tegangan rendah 380/220 V.
tegangan 380 V merupakan besar tegangan antar fasa dan tegangan 220 V merupakan
tegangan fasa-netral (Suprijono, 2014).
2.3.1 Jaringan Distribusi Tegangan Rendah Langsung
Jaringan distribusi tegangan rendah langsung yaitu Jaringan distribusi
tegangan rendah yang ditarik dan diisi tegangan langsung dari pembangkit tenaga
listrik tanpa melalui transformator. Tegangan Jaringan tersebut biasanya hanya
menghasilkan kapasitas kecil dan digunakan untuk keperluan lokal (Sulistiono,
2009). Cara pemasangan sistem jaringan distribusi tegangan rendah langsung
disajikan pada Gambar 2.2.
Keterangan:
A : Pemutus dan Pengaman Tegangan 220/380 V
B : Kabel Tanah Tegangan Rendah
C : Tiang Jaringan
D : Kawat Jaringan Konsumen
E : Pemakai / Konsumen
2.3.2 Jaringan Distribusi Tegangan Rendah Tak Langsung
Jaringan distribusi tegangan rendah tak langsung adalah jaringan distribusi
tegangan rendah yang ditarik dan diisi dengan tegangan setelah melalui suatu
transformator penaik tegangan (step up). Generator yang ada dipembangkit tenaga
listrik biasanya menghasilkan tenaga listrik dengan tegangan antara 6 - 20 KV yang
kemudian dengan transformator tegangan tersebut dinaikkan menjadi 150 - 500 KV.
Saluran tegangan tinggi (STT) menyalurkan tenaga listrik menuju pusat
penerima selanjutnya tegangan tersebut diturunkan kembali menjadi tegangan
subtransmisi 70 KV pada gardu induk (GI) tenaga listrik yang diterima kemudian
disalurkan menuju transformator distribusi (TD) dalam bentuk tegangan menengah
20 KV. Transformator distribusi yang tersebar di berbagai pusat-pusat beban,
tegangan primer ini kemudian diturunkan menjadi tegangan rendah 220/380 V yang
akhirnya diterima pihak pemakai/konsumen. Bentuk secara diagram blok jaringan
distribusi tegangan rendah tak langsung disajikan pada Gambar 2.3.
Keterangan :
A. Pembangkit tenaga listrik (Generator, Transformator Step Up)
B. Saluran Tegangan Tinggi (STT), yaitu Tegangan 150 - 500 KV
C. Gardu Induk (GI)
D. Saluran Sutransmisi (SST) yaitu 70 KV
E. Saluran Distribusi Primer (SDP) yaitu Tegangan Menengah 20 KV
F. Beban
G. Generator
(Suhadi dkk, 2008)
2.4 Permasalahan Pada Jaringan Distribusi Tegangan Rendah
Jaringan distribusi tegangan rendah bisa saja mengalami permasalahan yang
dapat menyebabkan penyaluran daya listrik terganggu sehingga kinerjanya kurang
optimal. Perancangan jaringan distribusi tegangan rendah dan pengukuran nilai
tahanan isolasi perlu diperhatikan sehingga akan meningkatkan keandalan dan juga
dapat memperpanjang masa pakai dari jaringan tegangan rendah tersebut.
Permasalahan yang sering terjadi pada jaringan distribusi tegangan rendah adalah
gangguan hubung singkat, switching kegagalan isolasi dan kerusakan pada sistem
pembangkit. Jaringan distribusi tegangan rendah juga dapat mengalami kelebihan
beban sehingga arusnya tinggi yang mengakibatkan sistem menjadi tidak normal
(Sulistiono, 2009).
2.4.1 Susut Energi Listrik
Susut energi adalah bekurangnya pasokan energi listrik yang dikirim oleh
sumber pengirim kepada konsumen/beban. Pihak penyedia tenaga listrik dapat
mengalami kerugian karena hal tersebut. Susut daya listrik yang biasanya terjadi
dalam sistem distribusi dinyatakan dalam persamaan berikut ini.
PL = 3 I2RL .......................................................................................... (2.1)
Keterangan :
PL = hilang daya (watt)
8
- Adanya pemakaian bahan alat listrik yang kurang baik atau tidak
memenuhi standar sehingga menjadikan alat yang dipergunakan cepat
rusak atau dapat menimbulkan impedansi yang lebih tinggi.
penghantar terlalu jauh, maka jumlah ketiga arus phasa tidak lagi sama dengan nol,
karena beban tidak setimbang sehingga pada kawat netral akan timbul arus yang
mengalir dari penghantar netral ke elektronda bumi (grounding rod), sehingga timbul
drop tegangan pada saluran penghantar dan rugi-rugi daya pada penghantar tersebut
(Suswanto, 2009).
2.4.3 Faktor penyebab Kerugian Tegangan (Drop Voltage)
Besarnya kerugian tegangan atau tegangan jatuh (Drop Voltage) yang terjadi
pada suatu instalasi listrik, dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
- Panjang kabel Penghantar, Semakin panjang kabel penghantar yang
digunakan, maka semakin besar kerugian tegangan atau tegangan jatuh
yang terjadi.
- Besar Arus, Semakin besar arus listrik yang mengalir pada penghantar,
maka semakin besar kerugian tegangan atau tegangan jatuh yang terjadi.
- Tahanan Jenis (Rho), Semakin besar tahanan jenis dari bahan penghantar
yang digunakan, maka besar kerugian tegangan atau tegangan jatuh yang
terjadi, besar kecilnya tahanan jenis penghantar tergantung pada jenis
penghantar yang dipakai, berikut tahanan jenis beberapa jenis bahan
penghantar ;
Aluminium memiliki nilai hambatan jenis ( ρ ) sebesar : 0,0000000265
Ohm / meter.
Keterangan :
Keterangan :
ΔV = drop tegangan (Volt)
I = Arus (ampere)
L = panjang saluran (m)
Ρ = tahanan jenis (rho)
cos phi = faktor daya
A = luas penampang (m2)
Jaringan distribusi tegangan rendah nilai reaktansinya kecil sehingga
diabaikan. Kabel Twisted Insulate Cable resistansi penghantarnya mengacu pada
SPLN 42-10:1993. Efisiensi regulasi tegangan pada beban sistem turbin air PLTMH
dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut ini.
...............................................................................(2.5)
.......................................................................................(2.6)
13
Keterangan:
Pc = I2 x R x l ....................................................................................... (2.7)
Kerugian energi listrik dengan lama waktu tertentu dapat dihitung dengan persamaan
berikut ini.
Pc = I2 x R x L x H (Watt hours) .......................................................... (2.8)
Keterangan :
Keterangan :
P = Daya listrik (Watt)
V = Tegangan listrik (Volt)
I = Arus listrik (Ampere)
Terdapat tiga macam daya listrik yang digunakan untuk menggambarkan
penggunaan energi listrik, yaitu daya nyata atau daya aktif, daya reaktif serta daya
semu atau daya kompleks. Daya nyata atau daya aktif adalah daya listrik yang
digunakan secara nyata, misalnya untuk menghasilkan panas, cahaya atau putaran
pada motor listrik. Daya nyata dihasilkan oleh beban beban listrik yang bersifat
resistif murni. Besarnya daya aktif dinyatakan dalam satuan Watt, rumusnya adalah
P = V x I .................................................................................................. (2.10)
R = ......................................................................................................... (2.11)
Keterangan :
P = Daya (Watt)
I = Arus Listrik (Ampere)
R = Tahanan (Ohm)
V = Tegangan (volt)
Daya reaktif dinyatakan dengan satuan VAR (Volt Ampere Reaktan) adalah
daya listrik yang dihasilkan oleh beban-beban yang bersifat reaktansi. Terdapat dua
jenis beban reaktansi, yaitu reaktansi induktif dan reaktansi kapasitif. Beban yang
bersifat induktif akan menyerap daya reaktif untuk menghasilkan medan magnet.
Contoh beban listrik yang bersifat induktif antara lain transformator, motor induksi
satu fasa maupun tiga fasa yang biasa digunakan untuk menggerakkan kipas angin,
pompa air, lift, eskalator, kompresor, konveyor dan lain-lain. Beban–beban yang
bersifat kapasitif akan menyerap daya reaktif untuk menghasilkan medan listrik.
Contoh beban yang bersifat kapasitif adalah kapasitor. Besarnya daya reaktif
sebanding dengan kuadrat arus listrik yang mengalir pada beban reaktansi di :
15
Q = I2 . X .................................................................................................. (2.12)
X = XL – XC ............................................................................................ (2.13)
Keterangan :
Q = daya (VAR)
X = reaktansi total (Ohm)
XL = reaktansi induktif (Ohm)
XC = reaktansi kapasitif (Ohm)
Daya kompleks atau lebih sering dikenal sebagai daya semu adalah
penjumlahan secara vektor antara daya aktif dan daya reaktif, di mana :
Daya kompleks dinyatakan dengan satuan VA (Volt Ampere) adalah hasil kali
antara besarnya tegangan dan arus listrik yang mengalir pada beban dengan rumus :
Keterangan :
Beberapa beban yang dihubungkan pararel maka P total adalah jumlah daya
rata-rata dari semua beban, yang harus digambarkan pada sumbu mendatar untuk
analisis grafis. Q digambarkan vertikal ke atas karena bertanda positif untuk beban
induktif. Suatu beban kapasitif akan mempunyai daya reaktif negatif dan Q
digambarkan vertikal ke bawah. Berdasarkan gambar segitiga daya tersebut,
hubungan antara ketiga daya listrik dapat dinyatakan sebagai berikut ini.
𝑺= 𝑷𝟐+ 𝑸𝟐................................................................................................(2.16)
𝑸=𝑺 𝐬𝐢𝐧𝝓..................................................................................................(2.19)
1. Konduktor
Konduktor adalah zat yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik.
Konduktor dapat berupa zat padat, zat cair, gas terion, dielektrik tak sempurna dan
bahkan ruang hampa udara di sekitar katoda yang memancarkan ion akibat panas.
Karena sifatnya yang konduktif maka zat penghantar ini disebut konduktor.
Konduktor yang baik adalah yang memiliki tahanan jenis yang kecil, pada umumnya
logam bersifat konduktif. Emas, perak, tembaga, alumunium, zink, besi berturut-turut
memiliki tahanan jenis semakin besar. Emas adalah penghantar yang sangat baik,
tetapi karena harganya sangat mahal, maka secara ekonomis tembaga dan alumunium
paling banyak digunakan sebagai penghantar. Jenis bahan yang digunakan sebagai
konduktor harus memenuhi persyaratan berikut :
A. Konduktifitasnya cukup baik
B. Koefisien muai panjangnya kecil
C. Modulus kenyalnya (modulus elastisitas) cukup besar
Setiap bahan penghantar mempunyai nilai – nilai tahanan yang berbeda-beda.
Nlai – nilai tahanan dari beberapa penghantar listrik disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Nilai tahanan dari beberapa penghantar listrik
2. Isolator
Isolator adalah bahan yang tidak bisa atau sulit melakukan perpindahan
muatan listrik. Elektron-elektron pada setiap atom dalam bahan isolator diikat dengan
kuat sehingga pada keadaan normal tidak akan bergerak bebas dan tidak mudah
berpindah. Oleh sebab itu elektron sulit untuk mengalirkan arus listrik. Bahan-bahan
tersebut dipergunakan dalam alat-alat elektronika sebagai isolator, atau penghambat
mengalirnya arus listrik. Isolator berguna pula sebagai penopang beban atau pemisah
antara konduktor tanpa membuat adanya arus mengalir ke luar atau atara konduktor.
Istilah tersebut juga dipergunakan untuk menamai alat yang digunakan untuk
menyangga kabel transmisi listrik pada tiang listrik.
Beberapa bahan, seperti kaca, kertas, atau Teflon merupakan bahan isolator yang
sangat bagus. Beberapa bahan sintetis masih "cukup bagus" dipergunakan sebagai
isolator kabel. Contohnya adalah plastik atau karet. Bahan-bahan tersebut dipilih
sebagai isolator kabel karena lebih mudah dibentuk atau diproses sementara masih
bisa menyumbat aliran listrik pada voltase menengah (ratusan, mungkin ribuan volt).
Resistifitas Listrik adalah kemampuan suatu bahan dalam menahan arus listrik.
Resistifitas listrik dinyatakan sebagai berikut ini.
……........................................................................................(2.21)
Keterangan :
2.6 Impedansi
Impedansi listrik atau secara singkat sering disebut dengan impedansi adalah
ukuran hambatan listrik pada sumber arus bolak-balik (AC atau Alternating Current).
Impedansi listrik juga sering disebutkan sebagai jumlah hambatan listrik sebuah
komponen elektronik terhadap aliran arus dalam rangkaian pada frekuensi tertentu.
Impedansi atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Impedance ini biasanya
dilambangkan dengan huruf Z.
1. Komponen Reaktif
Komponen Reaktif adalah komponen yang nilai hambatan listriknya
dapat berubah apabila frekuensi sinyal yang masuk ke dalamnya berubah.
Dua Komponen Reaktif utama tersebut adalah kapasitor dan induktor.
Kapasitor adalah komponen reaktif yang memiliki impedansi tinggi pada
frekuensi rendah dan impedansi rendah pada frekuensi yang lebih tinggi.
Reaktansi pada Kapasitor akan berkurang seiring dengan meningkatnya
frekuensi. Induktor adalah komponen reaktif yang memiliki impedansi
rendah pada frekuensi rendah dan impedansi berubah menjadi lebih tinggi
pada frekuensi yang lebih tinggi. Hal itu disebut sebagai Reaktansi
Kapasitif dan Reaktansi Induktif.
2. Komponen tidak reaktif
Komponen tidak reaktif adalah komponen elekronika yang tidak akan
terpengaruh dengan frekuensi sinyal yang melaluinya, nilai hambatan atau
nilai resistansinya tidak akan berubah meskipun terjadi perubahan
frekuensi. Salah satu komponen eletronika yang tidak reaktif tersebut
adalah resistor. Nilai Resistansi pada Resistor tidak akan berubah apabila
dilalui listrik AC maupun DC.
Menghitung impedansi harus diketahui nilai dari seluruh hambatan serta
impedansi dari seluruh induktor dan kapasitor sehingga dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
20
Z = R, Xl , Xc .......................................................................... (2.22)
Pada persamaan diatas digunakan apabila hanya diketahui satu dari komponen
pasif yang lain.
Z= ................................................................... (2.23)
Z= ................................................... (2.24)
Z = impedansi (ohm)
R = resistansi (ohm)
XL = reaktansi induktif (henri)
Xc = reaktansi kapasitif (farad)
= = tan θ .........................................................................................(2.27)
tan θ = ....................................................................................................(2.28)
(Waluyo, 2007)
Keterangan :
V (%) = Rugi tegangan dalam % (Volt)
V = Tegangan kerja (Volt)
(Latupeirissa dkk, 2018)
22
2.8 Resistansi
Resistansi adalah tahanan pada suatu penghantar pada saluran distribusi yang
menyebabkan kerugian daya. Menurut Mangera & Hardiantono (2019) besarnya
kerugian daya yang terjadi pada saluran tersebut tergantung pada besarnya tahanan
dari panjang saluran, luas penampang kawat serta jenis kawat yang digunakan. Jika
tahanan searah suatu penghantar diketahui pada temperatur tertentu, maka tahanan
searah dapat ditentukan dengan persamaan berikut ini.
………………………………………………………………….. (2.32)
Keterangan :
R1 = Tahanan searah penghantar pada temperatur t1
R2 = Tahanan searah penghantar pada temperatur t2
T = Konstanta untuk suatu penghantar tertentu yang nilainya ditentukan dalam
konstanta t tersebut sebagai berikut ini.
• 234,5 untuk tembaga 100%
• 241 untuk tembaga 97,3 %
• 228 untuk tembaga 61 %
2.9 Kualitas Daya
Baik atau buruknya sistem penyaluran dan distribusi tenaga listrik adalah
dapat ditinjau dari kualitas daya yang diterima oleh konsumen. Kualitas daya yang
baik, antara lain meliputi: kapasitas daya yang memenuhi, tegangan yang selalu
konstan sesuai dan nominal. Tegangan harus selalu dijaga konstan, terutama rugi
tegangan yang terjadi di ujung saluran. Tegangan yang tidak stabil dapat berakibat
merusak alat- alat yang peka terhadap perubahan tegangan (khususnya alat-alat
elektronik). Tegangan yang terlalu rendah akan mengakibatkan alat-alat listrik tidak
dapat beroperasi sebagaimana mestinya. Salah satu syarat penyambungan alat-alat
listrik, yaitu tegangan sumber harus sama dengan tegangan yang dibutuhkan oleh
peralatan listrik tersebut. Tegangan terlalu tinggi akan dapat merusak alat-alat listrik.
Rugi tegangan yang terjadi diberikan standar ≤ 5 % (Suhadi dkk, 2008).
23
24
25
Mulai
Studi Literatur
Observasi
Kesimpulan
Selesai
b. Observasi
Peneliti melakukan observasi untuk mengamati dan mencari informasi di
tempat penelitian.
c. Pengamatan dan Pengambilan Data di lokasi Penelitian
Peneliti melakukan pengambilan data di tempat lokasi penelitian yang
kemudian data tersebut akan dilakukan analisa data.
d. Analisis dan Evaluasi
Data dari hasil pengukuran dianalisis ke dalam bab 4 pembahasan.
e. Kesimpulan
Tujuan penelitian terjawab atau tercapai dalam akhir penelitian.
3.4 Parameter Pengukuran
Parameter data yang diambil untuk menunjang jalannya pengamatan sebagai
berikut :
a. Tegangan (V)
Pengukuran tegangan dilakukan menggunakan multimeter digital.
b. Arus (I)
Pengukuran arus dilakukan menggunakan clamp meter digital.
c. Frekuensi (F)
Instalasi jaringan distribusi tegangan rendah memiliki nilai frekuensi sebesar
50 Hz. Frekuensi direkam dengan menggunakan power logger.
d. Panjang Penghantar (A)
Panjang penghantar merupakan panjang kabel yang terdapat pada jaringan
distribusi yang disalurkan ke konsumen. Panjang kabel diukur menggunakan
roll meter.
e. Cos Phi
Instalasi jaringan distribusi tegangan rendah memiliki nilai cos phi mendekati
1. Nilai cos phi direkam menggunakan power logger.
28
f. Daya (P)
Daya listrik diukur menggunakan Power logger dari daya yang dibangkitkan
PLTMH untuk konsumen.
Skema diagram titik pengukuran yang dilakukan pada PLTMH Gunung
Sawur 2 Lumajang disajikan pada Gambar 3.3. Pegukuran tegangan dilakukan pada
tegangan kirim (pusat) dan tegangan terima pada beban konsumen dengan
menggunakan Clamp meter. Pengukuran arus dilakukan pada saluran kabel
penghantar setiap titik dari beban konsumen.
A B C D E F
K6
Sistem G H I J K
Pembangkit
K1 K2 K3 K4 K5
Keterangan :
A-K : Panjang saluran kabel penghantar (meter)
K1 : Konsumen (beban)
Gambar 4.1 Grafik pengujian karakteristik beban konsumen selama 3 hari di PLTMH Gunung Sawur 2
Lumajang.
31
32
Keterangan :
Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 menjadi landasan analisis untuk menetukan besarnya
nilai drop tegangan ,rugi daya dan kesesuaian ukuran kabel penghantar. Data variabel
tersebut akan dihitung sesuai dengan persamaan (2.21) dan (2.7).
4.1.3 Sumber Energi Listrik PLTMH Gunung Sawur 2 Lumajang
Sumber energi listrik di Gunung Sawur 2 Lumajang tidak hanya
menggunakan PLTMH saja melainkan menggunakan sistem hybrid yaitu
menggunakan PLN dan PLTMH dari setiap rumah-rumah pelanggan. Peralatan listrik
yang digunakan oleh sumber PLN dan PLTMH juga berbeda. Setiap peralatan listrik
memiliki beban berbeda yang meliputi beban resistif, induktif, kapasitif. Beban
resistif hanya mengkonsumsi daya aktif dan tidak menyebabkan faktor daya berubah,
sehingga nilai faktor daya tetap yaitu sama dengan satu. Beban induktif
mengkonsumsi atau menyerap daya aktif dan reaktif yang menghasilkan daya
harmonik yang dapat mengakibatkan penurunan nilai cos phi menjadi lebih kecil dari
satu. Beban induktif juga membutuhkan daya listrik berupa kumparan atau lilitan
kawat penghantar yang dililit pada inti kumparan. Beban kapasitif mengkonsumsi
atau menyerap daya aktif dan mengeluarkan daya reaktif sehingga dapat memperbaiki
faktor daya. Beban kapasitif membutuhkan daya listrik dan memiliki kemampuan
kapasitansi yaitu menyerap dan menyimpan energi listrik dalam waktu sesaat.
Adapun peralatan elektronik yang digunakan berdasarkan sumber energi listriknya
ditunjukkan pada Tabel 4.3.
36
Ωmm2 dan nilai spesifikasi kabel 3 x 70 + 1 x 50 mm2 untuk kabel jenis NFA 2X-T,
4 x 35 mm2 untuk jenis kabel AAC serta kabel jenis NFA2X dengan ukuran 2 x 10
mm2. Drop tegangan yang terjadi dalam saluran distribusi tiap beban konsumen
dihitung menggunakan persamaan (2.4) dengan data Tabel (4.4) sebagai berikut.
37
Jatuh tegangan atau kerugian tegangan pada setiap konsumen dapat diketahui
besarnya dengan persamaan 2.4. Hasil perhitungan jatuh tegangan pada rumah-rumah
selanjutnya disajikan pada Tabel 4.4.
38
Hubungan antara panjang kabel dan drop tegangan disajikan dalam bentuk
grafik. Grafik dari hasil perhitungan drop tegangan ditunjukkan pada Gambar 4.2.
39
tegangan. Hal itu dikarenakan kehilangan energi listrik tidak hanya terjadi di kabel
penghantar saluran distribusi tetapi juga di sambungan. Kehilangan energi listrik
terjadi pada sambungan kabel penghantar pada jaringan distribusi dimana pada
jaringan distribusi PLTMH Gunung Sawur 2 lumajang terdapat 3 sambungan yaitu
kabel ukuran 70 mm2, 35 mm2 dan 10 mm2. Menurut Utomo (2011) pemasangan
sambungan dan kondisi sambungan yang jelek semisal karat atau sambungan kurang
kuat sehingga menyebabkan nilai tahanan yang terjadi semakin besar. Tahanan yang
semakin besar juga menyebabkan drop tegangan yang terjadi juga semakin besar.
4.2.2 Regulasi Tegangan
Regulasi tegangan atau presentasi rugi tegangan pada setiap konsumen dapat
dihitung menggunakan persamaan 2.6. Contoh perhitungannya adalah sebagai berikut
ini.
Dimana :
V = 0,005 Volt
Vr = Vs - V
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa hasil analisis terhadap kualitas
tegangan pada jaringan tegangan rendah di PLTMH Gunung Sawur 2 Lumajang perlu
adanya perbaikan tegangan. Niai regulasi tegangan pada rumah 29 adalah 5,501 %
43
dan rumah (30) adalah 8,274 %. Persentase Jatuh tegangan pada rumah tersebut
melebihi batas yang sudah ditetapkan oleh SPLN yaitu sebesar 5 % dari tegangan
nominalnya. Nilai regulasi tegangan minimal terdapat pada rumah (1) dikarenakan
pada rumah tersebut dekat dengan tegangan sumbernya sehingga tidak memerlukan
ukuran kabel yang besar. Hal tersebut membuktikan bahwa ukuran panjang dan luas
penampang suatu penghantar sangat mempengaruhi besar kecilnya presentasi jatuh
tegangan atau regulasi tegangan pada saluran penghantar tersebut. Hal tersebut
dikarenakan semakin panjang suatu penghantar dan semakin kecil ukuran luas
penampangnya, maka akan semakin besar jatuh tegangan pada penghantar tersebut
(Sampeallo dkk, 2019).
Menurut Latupeirissa dkk (2018) Jarak yang jauh dan luas penampang saluran
yang kecil akan menyebabkan penurunan tegangan pada ujung penerimaan di tempat
konsumen terhubung. Apabila penurunan tegangan yang terjadi melebihi batas
toleransi yang diijinkan, maka secara teknis akan mengakibatkan terganggunya
kinerja peralatan listrik konsumen. PLTMH Gunung sawur 2 Lumajang perlu
melakukan perbaikan tegangan listrik konsumen dengan mengganti ukuran luas
penampang pada kabel penghantar untuk meningkatkan kinerja distribusi PLTMH.
4.2.3 Perhitungan Rekomendasi Perbaikan Tegangan
Dimana :
3 = 1,732
= 0,0000000265 Ωmm2/m
L = 2500 m
I = 1,48 Ampere
Chos Phi = 0,99
A = 0,000025 m2
V = 3 x 0,0000000265 x 2500 x 1,48 x 0,99
0,000025 m2
V = 6,724 Volt
45
Vr = Vs - V
• Rumah 30
VR = V x 100%
Vr
Dimana :
V = 6,724 Volt
Vr = Vs - V
yang diterima pada konsumen semakin baik. Hal tersebut akan mempengaruhi kinerja
sistem jaringan distribusi sehingga menjadi lebih optimal.
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Jatuh Tegangan Sesuai Data Sheet Kabel
Konsumen 3 L I Cos A V
(Ωmm2/m) (m) (Ampere) Phi (m2) (Volt)
Rumah 1 1,732 4,43E-08 17 0,42 0,99 0,00007 0,008
Rumah 2 1,732 4,43E-08 53 0,57 0,99 0,00007 0,033
Rumah 3 1,732 4,43E-08 36 0,57 0,99 0,00007 0,022
Rumah 4 1,732 4,43E-08 45 0,55 0,99 0,00007 0,027
Rumah 5 1,732 4,43E-08 55 0,62 0,99 0,00007 0,037
Rumah 6 1,732 4,43E-08 96 0,47 0,99 0,00007 0,049
Rumah 7 1,732 4,43E-08 147 0,51 0,99 0,00007 0,081
Rumah 8 1,732 4,43E-08 196 0,52 0,99 0,00007 0,111
Rumah 9 1,732 4,43E-08 241 0,48 0,99 0,00007 0,126
Rumah 10 1,732 4,43E-08 67 0,5 0,99 0,00007 0,036
Rumah 11 1,732 4,43E-08 92 0,43 0,99 0,00007 0,043
Rumah 12 1,732 8,33E-08 35 0,42 0,99 0,000035 0,060
Rumah 13 1,732 8,33E-08 105 0,49 0,99 0,000035 0,210
Rumah 14 1,732 8,33E-08 250 0,55 0,99 0,000035 0,561
Rumah 15 1,732 8,33E-08 350 0,7 0,99 0,000035 1,000
Rumah 16 1,732 8,33E-08 115 0,43 0,99 0,000035 0,202
Rumah 17 1,732 8,33E-08 127 0,43 0,99 0,000035 0,223
Rumah 18 1,732 8,33E-08 95 0,45 0,99 0,000035 0,174
Rumah 19 1,732 8,33E-08 105 0,63 0,99 0,000035 0,270
Rumah 20 1,732 8,33E-08 208 0,47 0,99 0,000035 0,399
Rumah 21 1,732 8,33E-08 315 0,63 0,99 0,000035 0,810
Rumah 22 1,732 8,33E-08 440 0,44 0,99 0,000035 0,790
Rumah 23 1,732 8,33E-08 525 1,2 0,99 0,000035 2,571
Rumah 24 1,732 8,33E-08 355 0,98 0,99 0,000035 1,420
Rumah 25 1,732 3,08E-08 460 0,66 0,99 0,00001 1,603
Rumah 26 1,732 3,08E-08 350 0,58 0,99 0,00001 1,072
Rumah 27 1,732 3,08E-08 860 0,52 0,99 0,00001 2,362
Rumah 28 1,732 3,08E-08 750 1,07 0,99 0,00001 4,238
Rumah 29 1,732 3,08E-08 1650 1,53 0,99 0,00001 13,332
Rumah 30 1,732 3,08E-08 2500 1,48 0,99 0,00001 19,540
48
Panjang kabel jalur distribusi pada tiap rumah di PLTMH Gunung Sawur 2
terdapat pada Tabel 3. Masing-masing rumah menggunakan kabel dengan penampang
yang berbeda. Rumah 1 s/d 11 menggunakan kabel NFA 2X-T dengan penampang 70
mm2, rumah 12 s/d 24 menggunakan kabel AAC dengan penampang 35 mm2 dan
rumah 25 s/d 30 menggunakan kabel NFA2X dengan penampang 10 mm2. Jenis
kabel pengantar pada masing-masing rumah menggunakan kabel berbahan
alumunium dengan nilai () = 2,65 x 10-8 Ωmm2/m. Berdasarkan data kabel tersebut
dilakukan analisis besar tahanan pada kabel saluran distribusi dengan menggunakan
persamaan (2.21) sebagai berikut.
Hasil dari perhitungan nilai tahanan rumah 1 diketahui sebesar 0,0064 Ohm.
Hasil perhitungan nilai tahanan kabel penghantar pada konsumen selanjutnya (2 s/d
30) disajikan pada Tabel 4.8.
49
Pc = I2 x R x L
= 0,0000179 watt
Berdasarkan hasil perhitungan rugi daya pada setiap konsumen yang terdapat
pada Tabel 4.9 terlihat bahwa pendistribusian listrik ke rumah 30 mengalami
kerugian daya yang paling besar yaitu sebesar 36,2785 Watt dan pendistribusian ke
rumah 29 mengalami kerugian yang cukup besar yaitu 16,8906 Watt. Rugi-rugi daya
dipengaruhi oleh besarnya nilai (R) resistansi pada suatu kabel penghantar dan juga
panjang kabel. Hal tersebut dikarenakan semakin besar nilai (R) dan (L) pada suatu
penghantar maka semakin besar juga kerugian daya yang dialami oleh suatu kabel
penghantar (Sampeallo, 2019).
5.1 Kesimpulan
1. Regulasi tegangan yang terjadi pada distribusi listrik PLTMH Gunung Sawur
2 masih dibawah SPLN kecuali untuk rumah 29 adalah sebesar 11,471 Volt
atau 5,501 % dan rumah 30 adalah sebesar 16,812 Volt atau 8,274 %.
2. Besarnya rugi-rugi daya yang terjadi pada distribusi listrik PLTMH Gunung
sawur 2 masih rendah kecuali rumah 29 adalah sebesar 16,8906 Watt dan
rumah 30 adalah 36,2785 Watt.
3. Ukuran kabel distribusi Listrik PLTMH Gunung Sawur 2 sudah sesuai kecuali
untuk rumah 29 dan 30.
5.2 Saran
53
DAFTAR PUSTAKA
Bini, T. (2019). Analisis Jatuh Tegangan Pada Jaringan Tegangan Rendah PT. PLN
(Persero) Rayon Takalar. Jurnal Teknologi Elekterika, 12(1), 10-25.
Dalam, H. D. (2015, July). Analisis susut energi pada sistem jaringan distribusi di
PT. PLN APJ Yogyakarta UPJ Wonosari Unit Semanu. In Seminar
Nasional Informatika (SEMNASIF) (Vol. 1, No. 3).
Dwiyanto, V., Kusumastuti, D. I., & Tugiono, S. (2016). Analisis Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Studi Kasus: Sungai Air Anak (Hulu
Sungai Way Besai). Jurnal Rekayasa Sipil dan Desain, 4(3), 407-422.
Hontong, N. J., Tuegeh, M., & Patras, L. S. (2015). Analisa Rugi–Rugi Daya Pada
Jaringan Distribusi Di PT. PLN Palu. Jurnal Teknik Elektro dan
Komputer, 4(1), 64-71.
Latupeirissa, H. L., Muskita, H., & Leihitu, C. (2018). Analisis Kerugian Tegangan
Pada Jaringan Tegangan Rendah (JTR) 380/220 Volt Gardu Distribusi
Politeknik Negeri Ambon. Jurnal Simetrik, 8(1).
54
55
Mangera, P., & Hardiantono, D. (2019). Analisis Rugi Tegangan Jaringan Distribusi
20 kV pada PT. PLN (Persero) Cabang Merauke. Musamus of Journal
Electro and Machine Engineering (MJEME), 1(2), 61-69.
Muhammad, A., Tumaliang, H., & Silimang, S. (2019). Analisa Rugi-Rugi Energi
Listrik Pada Jaringan Distribusi (JTM) Di PT. PLN (Persero) Area
Gorontalo. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, 7(3), 295-302.
Sampeallo, A. S., Galla, W. F., & Sare, R. M. (2019). Analisis Rugi Daya Instalasi
Jaringan Tegangan Rendah Laboratorium Riset Terpadu Lahan Kering
Kepulauan Undana. Jurnal Media Elektro, 67-74.
Shidiq, M. (2012). Penurunan Jatuh Tegangan Dan Rugi Daya Pada Sistem Tenaga
Listrik Mikrohidro. Jurnal EECCIS, 4(1), 35-38.
Suyono, H., Hasanah, R. N., Utomo, T., & Letik, M. D. (2012). Analisis Stabilitas
Sistem Daya pada Interkoneksi PLTMH Ampel gading di Gardu Induk
Turen. Jurnal EECCIS, 6(2), 194-200.
Utomo, M.K, (2011). Jurnal Optimasi Pecah Beban dan Peletakan Gardu Sisipan
Untuk Mengurangi Jatuh Tegangan dan Losses Pada Jaringan
Tegangan Rendah. Jakarta.
Waluyo, W., Soenarjo, S., & Akbar, A. A. (2007). Perhitungan Susut Daya Pada
Sistem Distribusi Tegangan Menengah Saluran Udara Dan Kabel.
EMAS Jurnal Sains dan Teknologi, 17(3), 169-182.
LAMPIRAN
(Sumber : https://sutrakabel.com)
57
58
2. Kabel AAC
AAC
3. Kabel NFA2X
PHYSICAL PROPERTIES ELECTRICAL PROPERTIES
(Sumber : https://sutrakabel.com)
60