EKSPANSI 2x135 MW
FAKULTAS TEKNIK
2020
i
HALAMAN JUDUL
Skripsi
Fakultas Teknik
FAKULTAS TEKNIK
2020
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
HALAMAN PENGESAHAN
iv
KATA PENGANTAR
اارحِ يم
َّ الرحْ َم ِن
َّ ــــــــــــــــــم ِاﷲ
ِ سْ ِب
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
Strata Satu (S-1) pada Fakultas Teknik, jurusan Teknik Elektro Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Pada proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa hormat dan
terimakasih kepada
1. Bapak Ir. Hamzah Al Imran, S.T., M.T. Selaku Dekan Fakultas Teknik
2. Ibu Adriani, S.T., M.T. Selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas
3. Bapak Dr. Umar Katu, S.T., M.T. Selaku Pembimbing I dan Ibu Adriani,
4. Para Staff dan Dosen yang membantu penulis selama melakukan studi di
Makassar.
v
5. Bapak Muchammad Muslich, selaku General Manager PT Bosowa
Muhammadiyah Makassar.
7. Terakhir dan special kepada kedua orang tua kami yang tercinta
Wabarakatuh.
Penyusun
vi
Muhammad Irfan S1, Nurul Utamy2
1,2
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Makassar
1
e-mail: irfansmuhammad@yahoo.com
2
e-mail: nurulutamy32@gmail.com
ABSTRAK
vii
Muhammad Irfan S1, Nurul Utamy2
1, 2
Department of Electrical Engineering, Faculty of Engineering, University of
Muhammadiyah Makassar
1
e-mail: irfansmuhammad@yahoo.com
2
e-mail: nurulutamy32@gmail.com
ABSTRACT
Along with the increasing population and technological advancement, the need for
electricity energy has also increased to demand the availability of continuous
electricity energy. One of the problems faced PLTU Jeneponto 2x135 MW as an
electricity energy supplier is the decrease in the performance of the power plants
caused by equipment of Coal Feeder that has been impaired. From that issue, an
analysis is needed to know how the Coal Feeder equipment affects the performance
of the plant. Research conducted by observing Coal Feeder work on the load, data
processing operations generator based on Formula of plant Performance index PT
PLN 2007. From the results of analysis obtained the conclusion of the operation of
Coal Feeder is instrumental in the reliability and efficiency of electrical energy
generation process of PLTU Jeneponto Ekspansi 2x135 MW, so that if the Coal
Feeder suffered interference it will affect the performance of plants such as the low
Equivalent Avalaibility Factor (EAF) and high for Equivalent Forced Outage Rate
(EFOR).
viii
DAFTAR ISI
D. Batasan Masalah............................................................................................. 4
F. Sistematika Penulisan..................................................................................... 4
1. Boiler ........................................................................................................... 7
ix
1. Batubara .................................................................................................... 12
C. Coal Feeder.................................................................................................. 14
1. Outage ....................................................................................................... 20
2. Derating ..................................................................................................... 20
x
8. Plant Factor (PF) [%] ............................................................................... 26
1. Lokasi ........................................................................................................ 27
2. Waktu ........................................................................................................ 27
1. Data ........................................................................................................... 27
C. Metode Penelitian......................................................................................... 28
A. Kesimpulan .................................................................................................. 49
B. Saran............................................................................................................. 50
LAMPIRAN ......................................................................................................... 52
xi
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.7 Coal Feeder Unit 3 PLTU Jeneponto Ekspansi 2x135 Mw ......... 15
GAMBAR 4.1 Sistem Coal Feeder PLTU Jeneponto Ekspansi 2x135 Mw ........ 31
Batubara ........................................................................................... 33
GAMBAR 4.4 Grafik Operasi Coal Feeder Dan Beban Unit 3 Terhadap Waktu 35
GAMBAR 4.5 Grafik Operasi Coal Feeder Dan Beban Unit 4 Terhadap Waktu 38
xii
DAFTAR TABEL
TABEL 2.4 Spesifikasi Bahan bakar PLTU Jeneponto Ekspansi 2x135 MW ..... 13
TABEL 2.5 Spesifikasi Coal Feeder PLTU Jeneponto Ekspansi 2x135 MW ..... 15
TABEL 4.1 Data Operasi Pembangkit unit 3 periode 15 Januari s/d 16 Januari
2019 .................................................................................................. 32
TABEL 4.2 Data Operasi Pembangkit unit 4 periode 15 Januari s/d 16 Januari
2019 .................................................................................................. 36
TABEL 4.3 Skema Operasi Coal Feeder PLTU Jeneponto 2x135 MW .............. 39
TABEL 4.4 Data Perhitungan Indeks Kinerja Pembangkit PLTU Jeneponto 2x135
MW .................................................................................................. 41
TABEL 4.5 Hasil Analisa Indeks Kinerja Pembangkit PLTU Jeneponto 2x135
MW .................................................................................................. 47
xiii
DAFTAR SINGKATAN
MW = Mega Watt
t/h = ton/hours
RS = Reserve Shutdown
AF = Availability Factor
CF = Capacity Factor
xiv
PF = Plant Factor
AH = Availability Hours
PH = Period Hours
SH = Service Hours
PO = Planned Outage
FO = Force Outage
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kebutuhan manusia yang harus dipenuhi juga meningkat termasuk kebutuhan akan
Oleh karena itu, produksi energi listrik oleh suatu pusat pembangkit listrik tidak
boleh terputus selama 24 jam karena dapat mengakibatkan kerugian bagi manusia
sebagai pemakai dan PLN atau perusahaan pembangkitan sebagai pemasok energi
listrik tersebut.
pelanggan.
pertumbuhan kebutuhan akan energi listrik adalah sebesar 6,86% pertahun, dengan
energi pembangkit pada akhir tahun 2025 ialah Batubara sebesar 54,4%, Energi
Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23,0%, Gas sebanyak 22,2%, dan Bahan Bakar
Minyak sebesar 0,4%. Dimana Batubara sebagai salah satu bahan bakar utama
tersebut.
1
Salah satu PLTU yang ada di Indonesia adalah PLTU Jeneponto Ekspansi
2x135 MW, Sebuah PLTU Independent Power Producer (IPP) milik PT.
BOSOWA ENERGI ini menyediakan dan memenuhi sebagian besar energi listrik
maka diperlukan kinerja unit yang handal dan efisien yang bergantung pada
pemasokan batubara dari stock yard maupun tongkang ke ruang bakar boiler
dengan rincian 4 buah coal feeder pada masing - masing unit pembangkit yang
digunakan untuk mengatur dan mencatat jumlah aliran bahan bakar batubara yang
menurunnya kinerja unit pembangkit yang disebabkan karena peralatan coal feeder
mengalami outage yakni Forced Outage dimana unit keluar karena adanya
gangguan (tiba-tiba), dan Planned Outage dimana unit keluar karena adanya
pemeliharaan periodic.
kinerja unit selama gangguan maupun tidak ada gangguan sehingga dapat diketahui
2
meminimalisir gangguan-gangguan yang terjadi yang dapat mengurangi kinerja
unit.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pola pengoperasian Coal Feeder terhadap kinerja unit Pada PT.
2. Apa saja parameter kinerja unit pembangkit pada PT. Bosowa Energi PLTU
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari
1. Mengetahui pola pengoperasian Coal Feeder terhadap kinerja unit pada PT.
2. Mengetahui parameter kinerja unit pembangkit pada PT. Bosowa Energi PLTU
3
D. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dari penelitian ini agar sesuai dengan yang
2. Data pada PT. Bosowa Energi PLTU Jeneponto diambil berdasarkan logsheet
manual.
3. Pengambilan data dilakukan pada kondisi beban minim yakni luar waktu beban
puncak (LWBP) dan kondisi beban maksimum yakni Waktu Beban Puncak
(WBP).
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini di harapkan, dapat dijadikan acuan dalam operasi
F. Sistematika Penulisan
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
pengoperasian coal feeder terhadap kinerja unit pada PT Bosowa Energi PLTU
4
Bab ini membahas tentang cara penelitian, waktu dan tempat dilakukannya
BAB V: PENUTUP
Bab ini merupakan penutup yang berisi tentang Kesimpulan dan Saran
terkait penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
listrik termis yang umum digunakan dalam pemenuhan energi listrik di indonesia,
hal ini dikarenakan pasokan bahan bakarnya yang melimpah dan tingkat
listrik. PLTU bekerja berdasarkan prinsip konversi energi, dimana energi kimia
yang terkandung dalam bahan bakar di ubah menjadi energi mekanik kemudian
menjadi energi listrik. Adapun skema PLTU secara umum dapat dilihat pada
gambar berikut.
Adapun perubahan bentuk energi pada PLTU dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
6
Gambar 2.2 Skema perubahan energi pada PLTU
1. Boiler
Boiler adalah suatu bejana tertutup yang berfungsi untuk mengubah air
menjadi uap dengan pemanfaatan energi panas yang di hasilkan dari pembakaran
bahan bakar seperti batu bara dan High Speed Diesel (HSD). Berikut ada beberapa
jenis boiler:
Stoker Firing Fluidized Bed Firing Pulverized Firing
(Fixed Bed) BFB CFB (Entrained Bed)
Gas
Gas
Gas
Gas
Average Bed
6,000 m 1,000 m 100 - 300 m 50 m
Particle Size
pembakaran. Udara panas ditiupkan dari bawah rantai sehingga batu bara terbakar.
Boiler jenis ini dapat membakar batu bara, limbah kayu, kulit kayu, bahkan sampah
anorganik.
7
b. Boiler Pulverized
Jenis boiler ini yang paling lazim digunakan pada PLTU saat ini, dimana
boiler ini menggunakan pulverized mill untuk menggiling batu bara menjadi serbuk
Prinsip kerjanya hampir sama dengan boiler stoker mekanik, dimana udara
dihembuskan dengan tekanan dan kecepatan tinggi dari dasar furnace sehingga batu
sebuah boiler berbahan bakar batubara bubuk yang menghasilkan energi panas
bubuk batubara atau dikenal dengan debu batubara karena sehalus tepung yang
ditiupkan ke tungku.
8
Tabel 2.1 Spesifikasi Boiler PLTU Jeneponto Ekspansi 2x135 MW.
Parameter Design
preheater
9
Manufacturer China Western Power Industrial
Co., Ltd.
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Turbin uap berfungsi untuk mengubah
energi panas dari uap menjadi energi mekanik (putaran) sebagai penggerak
generator yang langsung terkopel dengan turbin dalam menghasilkan energi listrik
Tabel 2.2 Spesifikasi Turbin Uap pada PLTU Jeneponto Ekspansi 2x135 MW.
Parameter Design
10
The maximum continuous capacity 137 MW
(TMCR)
11
Tabel 2.3 Spesifikasi Generator pada PLTU Jeneponto Ekspansi 2x135 MW.
Parameter Design
Type QF-135-2-13.8
Rated frequency 50 Hz
Efficiency ≥ 98.50%
Insulation class B
1. Batubara
Batu bara atau coal adalah salah satu sumber daya alam tidak terbarukan
berupa bahan bakar fossil mudah terbakar yang terbentuk dari endapan organic
seperti sisa-sisa tumbuhan dan hewan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon,
hidrogen dan oksigen. Batubara akan menjadi bahan bakar utama PLTU ketika suhu
12
2. High Speed Diesel (HSD)
High Speed Diesel (HSD) merupakan bahan bakar minyak (BBM) jenis
solar yang memiliki angka performa cetana number 45. Fungsi minyak HSD pada
PLTU Batubara maupun PLTU minyak adalah sebagai bahan bakar penyala awal
dan pembakaran awal hingga beban unit mencapai 45% dari kapasitasnya.
Tabel 2.4 Spesifikasi Bahan Bakar PLTU Jeneponto Ekspansi 2x135 MW.
Ultimate Analysis
13
- SiO2 45 52.4
- Fe2O3 16 11
- TiO2 1 0.5
C. Coal Feeder
kalori yang terkandung dalam bahan bakar batubara dapat diserap semaksimal
mungkin sehingga batubara dapat terbakar sempurna. Salah satu peralatan yang
diperlukan pada PLTU berbahan bakar batu bara adalah Coal Feeder.
Fungsi Coal feeder adalah mengatur jumlah batu bara yang masuk ke
pulverizer (penggiling batubara) sebelum diumpan ke boiler. Jumlah batu bara yang
masuk ke coal feeder berubah-ubah sesuai dengan beban unit pembangkit. Pada
14
coal feeder terdapat Coal flow yang memberikan informasi pada operator mengenai
Jenis coal feder yang terdapat pada PLTU Jeneponto Ekspansi unit 3 dan
unit 4 merupakan jenis weighing yang beroperasi dengan cara mengukur bulk
Model CJG40
Maximum Coal Feed Rate 40 T/H
Minimum Coal Feed Rate 5 T/H
Calculated Capacity ̴̴̴ 31 T/H
Weighing Accuracy ±0.25%
Belt Broadband 650mm
Main Motor Model Y2, 2-4P
Power 2.2 KW
Cleaning Chain Motor Y0.37KW
Power 0.37 KW
Voltage 380 V
Sumber: Standart Operational Procedure boiler PLTU Jeneponto 2X135 MW
15
1. Komponen peralatan Coal Feeder
a. Coal inlet
Merupakan saluran masuk batu bara dari coal bunker atau silo
penampungan batubara.
b. Feeder body
Feeder body adalah bagian utama dari coal feeder yang didalamnya terdapat
belt coal feeder, Pintu tahan debu (dust‐tight doors) pada kedua ujungnya sebagai
akses serta dilengkapi kaca intip (viewing port) pada kedua pintu untuk melihat
interior feeder selama pengoperasian dan sebuah lampu penerang interior terpasang
c. Cleanout conveyor
pada bagian bawah coal feeder. Pembersihan ini bertujuan untuk menghindari
Material atau batubara yang terjebak dalam feeder dapat disebabkan hal-hal
sebagai berikut:
3. Batubara yang bawa oleh seal air akibat setting yang kurang tepat
d. Feeder Belt
Pada Coal feeder terdapat vulcanized endless style belt. Feeder Belt
berfungsi menerima batu bara dari coal inlet dan mengarahkanya ke coal
16
discharge menuju mill pulverizer. belt ini didukung oleh machined drive pulley
pada sisi luarnya dan rubber blade untuk membersihkan permukaan belt secara
Seal air connection adalah sebuah system udara penyekat dibutuhkan coal
feeder ketika beroperasi yang berguna untuk mencegah gas atau udara panas masuk
ke dalam feeder. Jumlah udara penyekat yang dibutuhkan sebanding dengan udara
yang hilang ke dalam bunker, ditambah dengan sejumlah udara dengan tekanan 6‐
25 mmWC sebagai perbedaan tekanan antara feeder dan pulverizer inlet. Aliran
udara penyekat yang kurang akan mengakibatkan masuknya udara panas dan debu
2. Coal feeder outlet plugging, sebagai pengaman adanya pluged di outlet Coal
Feeder.
17
2. Pengaturan Flow Batubara
Pada coal feeder, Pengaturan flow batu bara dapat dilakukan dengan dua
buah metode. Metode yang pertama adalah volumetrik dan yang kedua adalah
ton per jam (t/h) batu bara yang harus dibakar pada boiler.
Dalam pengaturan seberapa banyak batu bara yang diperlukan, Beban unit
menjadi salah satu factor yang berpengaruh. ketika beban tinggi, maka dibutuhkan
pula steam yang tinggi. Sehingga untuk mendapatkan steam yang tinggi, maka
proses perubahan air dari cair hingga menghasilkan uap haruslah lebih cepat.
a. Metode Volumetric
1. Setting density
18
3. RPM tacho drive pulley
b. Metode Gravimetric
Dalam penggunaan metode yang digunakan, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan. Pada penggunaan metode volumetric, set density batu bara yang
yang perlu diperhatikan adalah, kondisi belt feeder (tingkat kerataan dan koefisien
dideteksi oleh Load Cell tidak menunjukkan nilai yang mewakili jumlah batubara
yang ditimbang.
Kinerja Pembangkit PLN Tahun 2007 (Protap DKP-IKP 2007), Terdapat beberapa
19
1. Outage
Kinerja Pembangkit PLN Tahun 2007 (Protap DKP-IKP 2007), Outage adalah
kondisi dimana suatu unit tidak terhubung ke jaringan dan tidak sedang dalam
keadaan shutdown karena kondisi beban system yang minim atau reserve shutdown
rekomendasi pabrikan.
Yaitu sebuah kondisi dimana pembangkit keluar dari system akibat adanya
gangguan yang tidak diantisipasi sebelumnya atau kondisi emergency serta adanya
2. Derating
pada system pembangkit. Derating terjadi ketika kondisi daya keluaran (MW) unit
kurang dari daya mampu netto (DMN) pembangkit atau tidak sesuai dengan
permintaan beban (request load) dispatcher PLN yang dimulai ketika unit tidak
mampu mencapai 98% DMN atau request load dan dengan rentang waktu lebih
20
tersebut kembali normal, terlepas dari apakah pada saat itu unit di perlukan sistem
3. Reserve Shutdown
Reserve Shutdown merupakan suatu kondisi apabila unit siap operasi namun
tidak disinkronkan ke sistem karena beban yang rendah. Kondisi ini dikenal juga
sebagai economy outage atau economy shutdown. Jika suatu unit keluar karena
adanya permasalahan peralatan, baik unit diperlukan atau tidak diperlukan oleh
sistem, maka kondisi ini dianggap sebagai FO atau PO bukan sebagai reserve
Menurut PROTAP DKP-IKP 2007, durasi kejadian adalah lama suatu event
atau kejadian pada suatu unit pembangkit, yang terbagi menjadi beberapa kelompok
yaitu:
Yaitu jumlah jam unit pembangkit siap dioperasikan yaitu Service Hours
Yaitu jumlah jam unit tidak dapat beroperasi sebagai akibat dari Planned
21
4. Forced Outage Hours (FOH)
Yaitu jumlah jam unit keluar paksa sebagai akibat dari gangguan Forced
Outages (FO).
Yaitu total jumlah jam dalam suatu periode tertentu yang sedang diamati
selama unit dalam status aktif. Jika 1 bulan terdapat 30 hari, maka PH = 30 hari x
Yaitu perkalian antara jumlah jam unit pembangkit derating secara paksa
saat ini menghendaki pengertian yang sama tentang formulasi indeks kinerja
indeks kinerja pembangkit disusun panduan sesuai ketetapan yang berlaku Menurut
22
Berikut Indeks Kinerja Pembangkit berdasarkan Protap DKP-IKP 2007
yaitu:
pembangkit siap beroperasi terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu.
Dimana:
𝐴𝐻−(𝐸𝑃𝐷𝐻+𝐸𝐹𝐷𝐻)
EAF = 𝑥100% (4)
(𝑃𝐻)
Dimana:
23
3. Forced Outage Rate (FOR) [%]
pembangkit dikeluarkan dari sistem (keluar paksa) dibagi jumlah jam unit
Dimana:
Dimana:
Net Capacity Factor adalah perbandingan antara total produksi netto listrik
dengan daya mampu netto unit pembangkit dikali dengan jam periode tertentu.
24
Dimana:
Net Output Factor adalah rasio antara total produksi netto dengan daya
mampu netto unit pembangkit dikali dengan jumlah jam unit pembangkit
beroperasi.
Dimana:
unit pembangkit dalam menghasilkan energi listrik sesuai dengan kemampuan yang
Dimana:
25
PH = Period Hours [Jam]
perkalian antara DMN (Nett Capacity) dan jumlah jam unit pembangkit siap
dikurangi jumlah jam ekivalen unit pembangkit derating akibat forced derating,
Dimana:
26
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Lokasi
Generator building serta area Coal Feeder PLTU Jeneponto Ekspansi 2x135 MW,
2. Waktu
dimulai pada bulan Oktober 2019 sampai dengan bulan Desember 2019.
1. Data
2. Formula penelitian
Adapun formula pengelolaan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
Pembangkit dan Indeks Kinerja Pembangkit (Protap DKP-IKP) PLN tahun 2007.
27
C. Metode Penelitian
1. Metode kualitatif
pengoperasian coal feeder bersumber dari operator, laporan operasi unit terkait
2. Metode kuantitatif
lapangan, catatan pribadi dan dokumen resmi lainnya sehingga menjadi parameter
Data yang didapatkan dalam penelitian ini akan diolah dan dievaluasi sesuai
Prosedur Tetap Deklarasi Kondisi Pembangkit dan Indeks Kinerja Pembangkit PT.
28
5. Net Capacity Factor (NCF)
29
D. Alur Penelitian
30
BAB IV
Independent Produce Power (IPP) untuk membangun Pusat Listrik Tenaga Uap
Netto 2x125 MW) yang terletak di Desa Punagaya Kecamatan Bangkala Kabupaten
pembangkit dengan type boiler pulverizer mill dengan masing-masing 4 buah coal
feeder yang siap menyuplai batubara ke boiler, keberadaan coal feeder tersebut
sangat penting dalam mengatur jumlah bahan bakar batubara yang akan dipakai
31
Untuk dapat mengetahui kaitan antara pengoperasian coal feeder terhadap
kinerja pembangkit, maka perlu terlebih dahulu mengetahui pola operasi coal
unitnya.
Tabel 4.1 Data Operasi Pembangkit unit 3 periode 15 Januari s/d 16 Januari 2019.
Coal Coal Coal Coal
Daya Daya Konsumsi
Waktu Feeder Feeder Feeder Feeder
Tanggal Gross Netto Batubara
A B C D
WITA MW MW T/H T/H T/H T/H T/H
00:00 72.68 64.50 18.55 17.48 0.00 0.00 36.03
02:00 65.79 57.74 16.47 17.72 0.00 0.00 34.19
04:00 65.64 57.78 18.34 18.37 0.00 0.00 36.71
06:00 65.89 58.06 18.82 18.18 0.00 0.00 37.00
08:00 99.78 90.53 20.46 18.85 16.34 0.00 55.65
10:00 126.45 115.97 24.11 26.07 23.73 0.00 73.91
15/01/2019
12:00 120.99 110.46 22.22 23.12 21.31 0.00 66.65
14:00 115.37 105.38 22.07 19.27 20.80 0.00 62.14
16:00 125.18 114.74 24.15 24.61 22.47 0.00 71.23
18:00 115.20 104.96 22.30 23.24 20.26 0.00 65.80
20:00 135.88 124.95 25.41 23.74 22.84 0.00 71.99
22:00 104.89 95.32 18.99 20.24 18.82 0.00 58.05
00:00 64.12 56.18 19.68 16.59 0.00 0.00 36.27
02:00 64.27 56.27 20.05 18.62 0.00 0.00 38.67
04:00 64.92 56.85 19.48 21.41 0.00 0.00 40.89
06:00 65.18 57.22 20.49 19.78 0.00 0.00 40.27
08:00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
10:00 0.00 0.00 18.33 0.00 0.00 0.00 18.33
16/01/2019
12:00 55.19 46.75 17.85 17.87 0.00 0.00 35.72
14:00 80.61 71.91 22.57 24.21 0.00 0.00 46.78
16:00 66.87 58.71 17.59 19.36 0.00 0.00 36.95
18:00 68.46 60.04 21.92 21.04 0.00 0.00 42.96
20:00 100.83 91.15 20.30 23.02 17.29 0.00 60.61
22:00 100.02 90.48 18.22 18.87 17.44 0.00 54.53
32
Dari Tabel 4.1 dapat dicermati, ketika beban (Daya Gross) naik (permintaan
beban naik pukul 06:00 s/d pukul 08:00) maka konsumsi batubara naik sebagai
akibat dari flow rate tiap coal feeder yang operasi dimaksimalkan atau dinaikkan
sebaliknya ketika beban (Daya Gross) turun yakni permintaan beban turun pukul
22:00 s/d pukul 00:00 maka konsumsi batubara turun diakibatkan flow rate tiap
coal feeder diminimalkan atau dikurangi, bahkan salah satu coal feeder dimatikan.
terbaca nol dikarenaka Unit mengalami trip atau losses, dimana sesuai informasi
laporan operasi pada pukul 07:31 WITA, Unit 3 Trip diawali dengan plugging
batubara pada peralatan coal feeder B sehingga mengakibatkan Unit 3 trip atau
outage hours).
Gambar 4.2 Kondisi coal feeder B unit 3 yang mengalami plugging batubara
33
Untuk dapat mengoperasikan kembali coal feeder yang mengalami
gangguan maka perlu terlebih ditangani plugging coal dengan cara membersihkan
batubara pada bagian dalam coal feeder tentunya dengan membuka Pintu tahan
34
35
Tabel 4.2 Data Operasi Pembangkit unit 4 periode 15 Januari s/d 16 Januari 2019
Coal Coal Coal Coal
Daya Daya Konsumsi
Waktu Feeder Feeder Feeder Feeder
Tanggal Gross Netto Batubara
A B C D
WITA MW MW T/H T/H T/H T/H T/H
00:00 69.56 62.10 18.48 18.37 0.00 0.00 36.85
02:00 65.31 58.29 19.58 19.40 0.00 0.00 38.98
04:00 66.04 58.84 18.79 18.53 0.00 0.00 37.32
06:00 65.47 58.91 18.41 18.89 0.00 0.00 37.30
08:00 100.26 91.93 20.47 20.05 17.63 0.00 58.15
10:00 126.31 116.74 24.31 24.18 24.59 0.00 73.08
15/01/2019
12:00 120.65 110.98 22.99 23.10 21.08 0.00 67.17
14:00 115.25 106.23 21.61 21.65 19.51 0.00 62.77
16:00 123.15 113.45 26.47 25.96 23.18 0.00 75.61
18:00 116.64 107.47 22.10 21.84 18.97 0.00 62.91
20:00 136.92 126.37 23.54 23.88 22.06 0.00 69.48
22:00 103.94 95.47 20.36 20.80 16.05 0.00 57.21
00:00 65.55 57.81 19.08 18.28 0.00 0.00 37.36
02:00 65.61 57.81 19.68 20.17 0.00 0.00 39.85
04:00 66.08 58.59 20.78 22.42 0.00 0.00 43.20
06:00 65.96 58.47 0.00 23.40 23.03 0.00 46.43
08:00 65.41 58.04 0.00 0.00 17.26 16.39 33.65
10:00 65.40 58.36 0.00 0.00 15.13 14.41 29.54
16/01/2019
12:00 91.79 83.59 0.00 15.75 20.39 18.49 54.63
14:00 81.33 73.06 0.00 14.76 17.09 17.26 49.11
16:00 65.37 58.32 0.00 19.96 21.25 0.00 41.21
18:00 66.66 58.99 0.00 23.80 22.17 0.00 45.97
20:00 102.10 94.07 0.00 22.46 22.35 13.33 58.14
22:00 101.53 93.96 0.00 22.24 22.00 13.72 57.96
Dari Tabel 4.2 dapat dicermati, pola pengoperasian coal feeder unit 4 sama
seperti pola pengoperasian coal feeder unit 3 dimana ketika beban (daya gross) naik
(permintaan beban naik pukul 06:00 s/d pukul 08:00) maka konsumsi batubara naik
sebagai akibat dari coal flow tiap coal feeder yang operasi dimaksimalkan atau
dioperasikan, sebaliknya ketika beban (daya gross) turun yakni permintaan beban
turun pukul 22:00 s/d pukul 00:00 maka konsumsi batubara turun diakibatkan flow
rate tiap coal feeder diminimalkan atau dikurangi, bahkan salah satu coal feeder
dimatikan.
36
Untuk unit 4 ini dapat dikategorikan sebagai pengoperasian Coal Feeder
yang normal dimana tidak adanya gangguan plugging batubara yang dapat
menghambat kinerja Coal Feeder dalam proses penyaluran batubara ke boiler unit
4.
37
38
Berdasarkan logsheet data operasi pembangkit per periode 15 Januari s/d 16
Januari 2019 pada tabel 4.1 dan tabel 4.2, terlihat bahwa, jika beban unit diminta
naik oleh Dispatcher PT. PLN UP2B Makassar dengan range beban 65 MW – 90
MW maka coal feeder yang beroperasi hanya dua dengan memaksimalkan flow rate
coal feeder terkait konsumsi batubara yang disuplai ke pulverizer mill boiler.
Namun jika beban dinaikkan dari 90 MW – 135 MW, maka salah satu coal feeder
beban unit diturunkan dari 135 MW – 90 MW maka, Coal Flow diminimalkan, dan
jika memungkinkan maka salah satu dimatikan untuk mengurangi resiko coal
DAYA GROSS COAL FEEDER A** COAL FEEDER B** COAL FEEDER C** COAL FEEDER D**
65 MW - 90
IN SERVICE IN SERVICE STANDBY * STANDBY *
MW
90 MW -135 IN SERVICE (FLOW IN SERVICE (FLOW
IN SERVICE STANDBY *
MW DIMAKSIMALKAN) DIMAKSIMALKAN)
135 MW - 90 IN SERVICE (FLOW IN SERVICE (FLOW IN SERVICE (FLOW
STANDBY *
MW DIMINIMALKAN) DIMINIMALKAN) DIMINIMALKAN)
90 MW - 65
IN SERVICE IN SERVICE STANDBY * STANDBY *
MW
*) Coal Feeder yang Standby, in service Ketika Salah Satu Coal Feeder Bermasalah
**) tiap coal feeder berkapasitas 10-30 t/h (range aman)
39
Berikut alasan sebuah coal feeder dioperasikan ataupun dimatikan:
1. Untuk memenuhi permintaan beban unit baik beban diminta naik ataupun
diminta turun diluar dari range beban yang mampu dilayani masing masing coal
feeder, dimana
- jika beban yang diminta mengakibatkan flow coal bernilai maksimal maka
salah satu coal feeder akan dioperasikan sehingga sebaran coal flow masing
masing coal feeder sama, hal ini untuk menjamin unit lebih aman dalam
operasinya mengingat coal feeder memiliki nilai flow rate yang aman dalam
operasinya.
- jika beban yang diminta mengakibatkan flow rate bernilai minimal, maka
salah satu coal feeder akan dmatikan atau distandby kan, hal ini juga untuk
menghindari salah satu coal feeder trip akibat nilai muatan (flow rate)
terlalu sedikit.
2. Nilai coal value batubara yang disuplai yang tidak sesuai dengan standar nilai
kalori (design coal) boiler unit yakni 4200 Kcal/kg – 3840 Kcal/kg, dimana jika
batubara yang berkualitas dibawah design coal maka, perlu dioptimalkan flow
dapat memenuhi permintaan beban. Jika sesuai dengan design coal, maka 3 coal
40
B. Indeks Kinerja Pembangkit
Tabel 4.4 Data perhitungan indeks kinerja pembangkit PLTU Jeneponto 2x135
MW
Nett Daya Daya Netto PH AH SH RSH FOH POH EPDH EFDH
UNIT Capacity Bruto (MWh) (Jam) (Jam) (Jam) (Jam) (Jam) (Jam) (Jam) (Jam)
(MW) (MWh)
#3 125 68089.55 61494,80 744 741 741 0 3 3 0.48 1.092
#4 125 69096.64 62685,03 744 744 744 0 0 0 0 0
41
1. Avalaibility Factor (AF) [%]
Sehingga:
741 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠
AF = 𝑥100%
744 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠
AF = 99,60 %
𝐴𝐻−(𝐸𝑃𝐷𝐻+𝐸𝐹𝐷𝐻)
EAF = 𝑥100%
(𝑃𝐻)
Sehingga:
EAF = 99,38%
Sehingga:
3 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠
FOR =744 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑥100%
FOR = 0,40%
42
Maka:
3ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠+1,092 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠
EFOR= 𝑥100%
744 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠
EFOR= 0.55%
Maka:
61494,80 𝑀𝑊ℎ
NCF = 744 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑋 125 𝑀𝑊 𝑥100%
NCF = 66,12%
Maka:
61494,80 𝑀𝑊ℎ
NOF = 741 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑋 125 𝑀𝑊 𝑥100%
NOF = 66,39%
Maka:
68089.55 𝑀𝑊ℎ
CF = 𝑥100%
744 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑋 125 𝑀𝑊
CF = 73,21%
43
Dengan menggunakan persamaan,
𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝑃𝑅𝑂𝐷𝑈𝐾𝑆𝐼 𝐷𝐴𝑌𝐴 𝑁𝐸𝑇𝑇𝑂
PF = 𝑥100%
(𝐴𝐻−(𝐸𝑃𝐷𝐻+𝐸𝐹𝐷𝐻)) 𝑋 𝑁𝐸𝑇𝑇 𝐶𝐴𝑃𝐴𝐶𝐼𝑇𝑌
Maka
61494,80 𝑀𝑊ℎ
PF = (741ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠−(0,48+1.092))𝑋 125𝑀𝑊 𝑥100%
PF = 66,53 %
Sehingga:
44
744 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠
AF = 𝑥100%
744 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠
AF = 100 %
𝐴𝐻−(𝐸𝑃𝐷𝐻+𝐸𝐹𝐷𝐻)
EAF = 𝑥100%
(𝑃𝐻)
Sehingga:
EAF = 100%
Sehingga:
0 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠
FOR =744 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑥100%
FOR = 0%
𝐹𝑂𝐻+𝐸𝐹𝐷𝐻
EFOR = 𝑥100%
𝑃𝐻
Maka:
0 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠+0 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠
EFOR = 𝑥100%
744 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠
EFOR = 0%
45
Dengan menggunakan persamaan,
𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝑃𝑅𝑂𝐷𝑈𝐾𝑆𝐼 𝐷𝐴𝑌𝐴 𝑁𝐸𝑇𝑇𝑂
NCF = 𝑥100%
𝑃𝐻 𝑋 𝑁𝐸𝑇𝑇 𝐶𝐴𝑃𝐴𝐶𝐼𝑇𝑌
Maka:
62685,03 𝑀𝑊ℎ
NCF = 744 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑋 125 𝑀𝑊 𝑥100%
NCF = 67,40%
Maka:
62685,03 𝑀𝑊ℎ
NOF = 744 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑋 125 𝑀𝑊 𝑥100%
NOF = 67,40%
Maka:
69096,64 𝑀𝑊ℎ
CF = 744 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑋 125 𝑀𝑊 𝑥100%
CF = 74,29%
Maka
46
62685,03 𝑀𝑊ℎ
PF = (744 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠−(0+0))𝑋 125𝑀𝑊 𝑥100%
PF = 67,40 %
unit 3 dan unit 4 (perhitungan terlampir) maka, didapatkan data kinerja pembangkit
Tabel 4.5 Hasil Analisa indeks kinerja pembangkit PLTU Jeneponto 2x135 MW.
% % % % % % % %
#3 99,60% 99,38% 0,40% 0,55% 66,12% 66,39% 73,21% 66,53%
#4 100,00% 100,00% 0% 0% 67.40% 67.40% 74.29% 67.40%
C. Perbandingan Hasil
2x135 MW yang hasilnya terdapat pada tabel 4.5, diperoleh kinerja sebagai berikut
- AF sebesar 99,60% dan EAF sebesar 99,38% akibat unit pernah mengalami
outage (forced outage) yakni gangguan yang disebabkan oleh plugging coal
feeder B
- FOR sebesar 0.40% dan EFOR sebesar 0,55% yang disebabkan karena unit
- AF sebesar 100% dan EAF sebesar 100%, yang berarti unit selalu tersedia
47
- FOR sebesar 0,00% dan EFOR sebesar 0,00%, yang berarti bahwa unit tidak
3. Untuk indeks kinerja seperti Capacity Factor (CF), Nett Capacity Factor
(NCF), Nett Output Factor (NOF) dan Plant Factor (PF) selain dipengaruhi
oleh faktor kinerja Coal Feeder, juga terkait dengan permintaan beban dari PLN
48
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
PLTU Jeneponto Ekspansi 2x135 MW, dapat disimpulkan beberapa hal, yakni:
dengan cara coal flow rate nya diminimalkan sehingga pengoperasian coal
- Serta faktor produksi energi listrik yang ditunjukkan oleh nilai Capacity
Factor (CF), Nett Capacity Factor (NCF), Nett Output Factor (NOF) dan
49
B. Saran
terhadap kinerja pembangkit pada PLTU Jeneponto Ekspansi 2x135 MW, maka
peralatan coal feeder secara maksimal agar gangguan dapat diminimalisir sehingga
disarankan agar dilaksanakan pada saat permintaan beban minim dan luar waktu
beban puncak dan mesin coal feeder dalam keadaan standby sehingga tidak
50
DAFTAR PUSTAKA
PT Indonesia Power. 2015. Coal Feeder, Pulverizer dan Coal Burner. Suralaya
Jawa-Bali
PT.PLN (Persero). Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT. PLN
51
LAMPIRAN
52
Panel Kontrol Lokal Coal Feeder Pltu Jeneponto 2x135 MW
53
LAMPIRAN 2 Tampilan Coal Feeder pada monitor
54
LAMPIRAN 3 Laporan Log Operasi
55
LAMPIRAN 4 Grafik Trend Operasi
Grafik Trend Operasi Pembangkit unit 3 Tanggal 15 Januari S/D 16 Januari 2019
56