Spesifikasi Teknis RKS Drainase Talud
Spesifikasi Teknis RKS Drainase Talud
1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor adalah Pembangunan Saluran Drainase Kabupaten
Pati sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Gambar Kerja, dengan rincian secara garis
besar sebagai berikut:
a. PEKERJAAN PERSIAPAN
b. PEKERJAAN TANAH
c. PEKERJAAN PASANGAN DAN BETONAN
2. Sarana Pekerjaan :
Untuk kelancaran pekerjaan pelaksanaan di lapangan, Kontraktor menyediakan :
a. Tenaga Pelaksana yang selalu ada di lapangan, tenaga kerja yang terampil dan cukup
jumlahnya dengan kapasitas yang memadai dengan pengalaman untuk prasarana gedung.
b. Bahan-bahan bangunan harus tersedia di lapangan dengan jumlah yang cukup dan kualitas
sesuai dengan spesifikasi teknis.
c. Melaksanakan tepat sesuai dengan time schedule.
3. Cara Pelaksanaan :
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, dan sesuai dengan syarat-syarat (RKS),
gambar rencana, Berita Acara Penjelasan serta mengikuti petunjuk dan keputusan Pengawas
lapangan dan Direksi Teknis.
2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam pasal 1 ayat 1 tersebut di atas berlaku dan mengikat pula.
a. Gambar Kerja yang dibuat Perencana, termasuk juga gambar-gambar detail yang diselesaikan
oleh Kontraktor dan sudah disahkan / disetujui Direksi.
2. Pekerjaan Urugan
a. Pekerjaan untuk urugan mencapai titik peil yang dikehendaki digunakan tanah urug pilihan lapis
demi lapis.
b. Urugan pasir pada bawah pondasi 10 cm
c. Urugan kembali lubang pondasi dilakukan setelah dilakukan pemeriksanaan pondasi.
2. Pekerjaan Plesteran
a. Pada dasarnya spesi untuk plesteran sama dengan campuran spesi untuk pekerjaan
pasangannya.
b. Sebelum pekerjaan plesteran dilakukan, bidang-bidang yang akan diplester harus dibersihkan
terlebih dahulu, kemudian dibasahi dengan air agar plesteran tidak cepat kering dan tidak retak-
retak.
c. Semua permukaan beton yang diplester permukaanya harus dikasarkan terlebih dahulu.
d. Adukan untuk plesteran harus benar-benar halus sehingga plesteran tidak terlihat pecah-pecah.
e. Tebal plesteran 1,5 cm.
f. Plesteran supaya digosok berulang-ulang sampai mantap dengan acian PC sehingga tidak
terjadi retak-retak dan pecah dengan hasil halus dan rata.
g. Pekerjaan plesteran terakhir harus lurus, rata, vertikal dan tegak lurus dengan bidang lainnya.
h. Semua pekerjaan plesteran harus menghasilkan bidang yang tegak lurus, halus, tidak
bergelombang. Sedang sponeng/tali air harus lurus dan baik.
i. Susunan adukan untuk plesteran Beraben harus terdiri dari campuran 1 pc : 2 ps dalam volume
dan airnya cukup untuk menghasilkan kekentalan untuk keperluan yang diinginkan.
j. Sebelum pekerjaan plesteran beraben dimulai, celah-celah diantara batu harus dikorek
sebelum adukan dipasang (atau dicungkil untuk pasangan batu yang sudah lama) dan
permukaannya harus dibersihkan dengan sikat kawat dan dibasahi.
Kawat pengikat
Harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang disyaratkan dalam NI-2 bab 3.7.
Air
Air harus bersih dan jernih sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 bab 3.6.
Sebelum air untuk pengecoran digunakan harus terlebih dahulu diperiksakan pada laboratorium
PAM / PDAM setempat yang disetujui pengawas dan biaya sepenuhnya ditanggung oleh
Kontraktor.
Kontraktor harus menyediakan air atas biaya sendiri.
Additive
Untuk mencapai slump yang disyaratkan dengan mutu yang tinggi bila diperlukan campuran
beton dapat menggunakan bahan additive POZZOLITH 300 R atau yang setaraf.
Bahan tersebut harus disetujui oleh Pengawas. Additive yang mengandung Chloride atau Nitrat
tidak boleh digunakan
4. Pelaksanaan
Sebelum dilaksanakan, Kontraktor harus mengadakan Trial test atau mixed design yang dapat
membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan dapat tercapai. Dari hasil test tersebut
ditentukan oleh Direksi/Pengawas Lapangan “deviasi standar” yang akan dipergunakan untuk
menilai mutu beton selama pelaksanaan.
a. Pengecoran beton
Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Kontraktor mendapat ijin secara tertulis dari
Direksi/Pengawas Lapangan. Permohonan ijin rencana pengecoran harus diserahkan paling
lambat 2 (dua) hari sebelumnya.
Sebelum pengecoran dimulai Kontraktor harus sudah menyiapkan seluruh stek-stek maupun
anker-anker dan sparing-sparing yang diperlukan, pada kolom-kolom, balok-balok beton untuk
bagian yang akan berhubungan dengan bata maupun pekerjaan instalasi.
Kecuali dinyatakan lain pada gambar, maka stek-stek dan anker-anker dipasang dengan jarak
setiap 1 meter.
b. Persetujuan Direksi untuk mengecor beton berkaitan dengan pelaksaan pekerjaan
stekan dan pemasangan besi serta bukti bahwa Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran
tanpa gangguan. Persetujuan tersebut di atas tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor
atas pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh.
c. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan
agregat atau semen pada agregat telah melampaui 1 jam dan waktu ini dapat berkurang lagi
jika Direksi menganggap perlu didasarkan pada kondisi tertentu.
d. Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan terjadinya pemisahan
material (segregation) dan perubahan letak tulangan.
e. Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan sebaganya,
harus mendapat persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan.
f. Alat-alat penuang seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus selalu bersih dan
bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras.
g. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 2 meter.
h. Selama dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan
dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.
i. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami “Initialset”
atau yang telah mengeras dalam batas dimana akan terjadi plastis karena getaran.
l. Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang lekat pada tulangan
dan cetakan harus dibersihkan.
5. Pemadatan beton
a. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan
untuk mengangkat dan menuang beton dengan kekentalan secukupnya agar beton padat tanpa
menggetarkan secara berlebihan.
b. Selama proses pengecoran berlangsung, maka beton harus
dipadatkan dengan alat mekanis (internal / eksternal vibrator), kecuali jika Direksi/Pengawas
Lapangan mengijinkan pemadatan dengan tenaga manusia, maka dapat dilakukan denan cara
memukul – mukul acuan dari luar, mencocol atau menusuk – nusuk adukan beton secara
kontinyu.
c. Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton adalah sangat
penting. Beton digetarkan dengan vibrator secukupnya dan dijaga agar tidak berlebihan
(overvibrate). Hasil beton yang berongga-rongga / pemisahan bahan - bahan dan terjadi
pengantongan beton-beton tidak akan diterima.
d. Penggetaran tidak boleh dengan maksud mengalirkan beton.
e. Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan dengan
penggetar frekuensi tinggi 0,2 cm agar dijamin pengisian beton dan pemadatan yang baik.
f. Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang
mengerti dan terlatih dan pelaksanaan pemadatan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
Direksi/Pengawas Lapangan.
6. Slump (kekentalan beton)
Kekentalan beton untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian dengan PBI-1971 adalah sebagai
berikut :
Slump/Max Min
Jenis Konstruksi
(mm) (mm)
Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi nilai tersebut di atas dapat
dinaikkan sebesar 50 %, tetapi dalam hal apapun tidak boleh melebihi 150 mm.