Anda di halaman 1dari 12

RENCANA KERJA

DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS


(RKS TEKNIS)

PEKERJAAN PEMBANGUNAN DRAINASE


KABUPATEN PATI

TAHUN ANGGARAN 2013

Spesifikasi Teknis Pekerjaan Drainase


APBD II KAB. PATI 2013
Page 1
SYARAT – SYARAT TEKNIS

Pasal VI.01. URAIAN PEKERJAAN

1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor adalah Pembangunan Saluran Drainase Kabupaten
Pati sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Gambar Kerja, dengan rincian secara garis
besar sebagai berikut:
a. PEKERJAAN PERSIAPAN
b. PEKERJAAN TANAH
c. PEKERJAAN PASANGAN DAN BETONAN

2. Sarana Pekerjaan :
Untuk kelancaran pekerjaan pelaksanaan di lapangan, Kontraktor menyediakan :
a. Tenaga Pelaksana yang selalu ada di lapangan, tenaga kerja yang terampil dan cukup
jumlahnya dengan kapasitas yang memadai dengan pengalaman untuk prasarana gedung.
b. Bahan-bahan bangunan harus tersedia di lapangan dengan jumlah yang cukup dan kualitas
sesuai dengan spesifikasi teknis.
c. Melaksanakan tepat sesuai dengan time schedule.

3. Cara Pelaksanaan :
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, dan sesuai dengan syarat-syarat (RKS),
gambar rencana, Berita Acara Penjelasan serta mengikuti petunjuk dan keputusan Pengawas
lapangan dan Direksi Teknis.

Pasal VI.02. JENIS DAN MUTU BAHAN


Jenis dan mutu bahan yang dipakai diutamakan produksi dalam negeri sesuai dengan Keputusan
bersama Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri Perindustrian dan Menpen. No.: 472/Kop/XII/80,
No.: 813/Menpen/1980, No.: 64/Menpen/1980, Tanggal 23 Desember 1980

Pasal VI.03. GAMBAR – GAMBAR


RKS ini dilampiri :
1. Gambar kerja arsitektur/Sipil
2. Gambar Pelengkap dan Detail Khusus

Pasal VI.04. PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN


1. Dalam melaksanakan Pekerjaan, kecuali bila ada ketentuan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah ini termasuk segala
perubahan dan tambahannya :
a. Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 jo. Perpres 70 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan perubahannya;
b. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1982;
c. Peraturan umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja;
d. Spesifikasi bahan bangunan bagian A : SK SNI S-04-1989-F;

2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam pasal 1 ayat 1 tersebut di atas berlaku dan mengikat pula.
a. Gambar Kerja yang dibuat Perencana, termasuk juga gambar-gambar detail yang diselesaikan
oleh Kontraktor dan sudah disahkan / disetujui Direksi.

Spesifikasi Teknis Pekerjaan Drainase


APBD II KAB. PATI 2013
Page 2
b. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS).
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
d. Berita Acara Penetapan Pemenang Penyedia Barang/Jasa.
e. Surat Keputusan Penetapan Penyedia Barang/Jasa.
f. Surat Penawaran dan lampiran-lampirannya.
g. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui Direksi.

Pasal VI.05. PENJELASAN RKS DAN GAMBAR


1. Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) termasuk
tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
(Aanwijzing).
2. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang
mengikat/berlaku adalah RKS. Bila suatu gambar tidak sesuai dengan gambar yang lain, maka
gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang berlaku, begitu pula apabila dalam RKS tidak
dicantumkan sedangkan gambar ada, maka gambarlah yang mengikat.
3. Bila perbedaan-perbedaan ini menimbulkan keraguan-keraguan sehingga dalam pelaksanaan
menimbulkan kesalahan, Kontraktor wajib menanyakan kepada Direksi/Pengawas Lapangan dan
Kontraktor mengikuti keputusan dalam rapat.

Pasal VI.06. JADWAL PELAKSANAAN


1. Sebelum mulai pekerjaan nyata di lapangan Kontraktor wajib membuat Rencana Kerja
Pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bar-chart dan curve bahan/tenaga.
2. Rencana kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi/Pengawas
Lapangan, paling lambat dalam waktu 15 (lima belas) hari kalender setelah SPPBJ diterima
Kontraktor. Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan, akan disahkan
oleh Pemberi Tugas.
3. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada Direksi/Pengawas
Lapangan, satu salinan Rencana Kerja harus ditempel pada dinding di bangsal Kontraktor di
lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan (prestasi kerja).
4. Direksi/Pengawas Lapangan akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan Rencana
Kerja tersebut.

Pasal VI.07. KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN


1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasa Kontraktor atau biasa disebut
Pelaksana yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa
penuh dari Kontraktor, berpendidikan minimal STM atau sederajat dengan pengalaman minimum 3
(tiga) tahun.
2. Dengan adanya Pelaksana, tidak berarti bahwa Kontraktor lepas tanggung jawab sebagian maupun
keseluruhan terhadap kewajibannya.
3. Kontraktor wajib memberi tahu secara tertulis kepada Direksi/Pengawas Lapangan, nama dan
jabatan Pelaksana untuk mendapatkan persetujuan.
4. Bila kemudian hari menurut pendapat Direksi/Pengawas Lapangan, Pelaksana kurang mampu atau
tidak cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahu kepada Kontraktor secara tertulis untuk
menggantinya dengan personil yang memenuhi syarat.
5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, Kontraktor harus sudah
menunjuk Pelaksana baru atau Kontraktor sendiri (penanggung jawab/Direktur Perusahaan) yang
akan memimpin pelaksanaan.

Pasal VI.08. TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR DAN PELAKSANA


1. Untuk menjaga kemungkinan diperlukannya jam kerja apabila terjadi hal-hal mendesak, kontraktor
dan pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis, alamat dan nomor telepon di lokasi kepada
Direksi/Pengawas Lapangan.
2. Alamat Kontraktor dan pelaksana diharapkan tidak berubah-ubah selama pekerjaan. Bila terjadi
perubahan alamat, Kontraktor dan pelaksana wajib memberitahukan secar tertulis.

Spesifikasi Teknis Pekerjaan Drainase


APBD II KAB. PATI 2013
Page 3
Pasal VI.09. PENJAGAAN KEAMANAN DI LAPANGAN PEKERJAAN
1. Kontraktor wajib menjaga keamanan lapangan terhadap barang-barang milik Proyek,
Direksi/Pengawas Lapangan dan milik pihak ketiga yang ada di lapangan.
2. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui Direksi/Pengawas Lapangan,
baik yang telah dipasang maupun yang belum, menjadi tanggung jawab kontraktor dan tidak akan
diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.
3. Apabila terjadi kebakaran, kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya baik yang berupa barang-
barang maupun keselamatan jiwa. Untuk itu kontraktor diwajibkan menyediakan alat-alat pemadam
kebakaran yang siap dipakai yang ditempatkan di tempat-tempat yang akan ditetapkan oleh
Direksi/Pengawas Lapangan.

Pasal VI.10. JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA


1. Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap pakai di lapangan, untuk mengatasi segala
kemungkinan musibah bagi semua petugas dan pekerja lapangan.
2. Kontraktor wajib menyediakan air minum yang bersih dan memenuhi syarat-syarat bagi semua
petugas dan pekerja yang ada di bawah kekuasaan kontraktor.
3. Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan bersih bagi semua
petugas dan pekerja. Membuat tempat penginapan di dalam lapangan pekerjaan untuk para
pekerja tidak diperkenankan, kecuali untuk penjaga keamanan.
4. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan sesuai dengan peraturan perundang
undangan yang berlaku.

Pasal VI.11. ALAT-ALAT PELAKSANAAN


Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan harus disediakan olek Kontraktor, sebelum pekerjaan
secara fisik dimulai dalam keadaan baik dan siap dipakai, antara lain :
1. Perlengkapan penerangan untuk pekerjaan lembur.
2. Alat-alat lainnya yang sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan.

Pasal VI.12. SITUASI DAN UKURAN


1. Pekerjaan tersebut dalam pasal VI.01 adalah pekerjaan lanjutan, sesuai dengan gambar.
2. Ukuran – ukuran dalam gambar ataupun dalam RKS merupakan garis besar pelaksanaan.
3. Kontraktor wajib meneliti situasi tapak, terutama keadaan bangunan, sifat dan luas pekerjaan,
dan hal – hal yang dapat mempengaruhi harga penawaran.
4. Kelalaian atau kekurang telitian kontraktor dalam hal ini tidak dijadikan alasan untuk
menggagalkan tuntutan.

Pasal VI.13. SYARAT – SYARAT CARA PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN


1. Semua bahan bangunan yang didatangkan harus memenuhi syarat – syarat yang ditentukan pasal
VI.02.
2. Semua bahan bangunan yang akan dipergunakan harus diperiksakan dahulu kepada
Direksi/Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
3. Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh Kontraktor di lapangan pekerjaan, tetapi ditolak
pemakaiannya oleh Direksi/Pengawas Lapangan, harus segera dikeluarkan dari lapangan
pekerjaan selambat - lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam terhitung dari jam penolakan.
4. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan kontraktor tetapi ternyata ditolak
Direksi/Pengawas Lapangan, harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya
kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh Direksi/Pengawas Lapangan.

Pasal VI.14. PEMERIKSAAN PEKERJAAN


1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang apabila bagian pekerjaan ini telah selesai, akan tetapi
belum diperiksa oleh Direksi/Pengawas Lapangan, Kontraktor diwajibkan meminta kepada
Direksi/Pengawas Lapangan.
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Drainase
APBD II KAB. PATI 2013
Page 4
2. Kemudian jika Direksi/Pengawas Lapangan telah menyetujui bagian pekerjaan tersebut, Kontraktor
dapat meneruskan pekerjaannya.
3. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari jam diterimanya
permohonan pemeriksaan , tidak terhitung hari libur/hari raya), tidak dipenuhi oleh
Direksi/Pengawas Lapangan, Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang
sebenarnya diperiksakan dianggap telah disetujui Direksi/Pengawas Lapangan. Hal ini dikecualikan
bila Direksi/Pengawas Lapangan meminta perpanjangan waktu.
4. Bila Kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini, Direksi/Pengawas Lapangan berhak memerintahkan
membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk memperbaiki, biaya pembongkaran
dan pemasangan menjadi tanggungan Kontraktor.

Pasal VI.15. KENAIKAN HARGA/FORCE MAJEURE


1. Kenaikan harga yang bersifat biasa tidak dapat mengajukan klaim.
2. Kenaikan harga yang diakibatkan kebijaksanaan moneter oleh Pemerintah dan bersifat nasional
dapat mengajukan klaim sesuai petunjuk yang dikeluarkan oleh Pemerintah RI.
3. Semua kerugian akibat Force Majeure yang dikarenakan gempa bumi, angin puyuh, badai topan,
kerusuhan, peperangan dan semua kejadian karena faktor alam serta kejadian tersebut dibenarkan
oleh Pemerintah bukan menjadi tanggungan Kontraktor.

Pasal VI.16. PEKERJAAN TAMBAH/KURANG


1. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan dengan tertulis dalam buku harian oleh
Direksi/Pengawas Lapangan serta persetujuan Pemberi Tugas.
2. Pekerjaan tambah / kurang hanya berlaku bila memang nyata-nyata ada perintah tertulis dari
Direksi/Pengawas Lapangan atas persetujuan Pemberi Tugas.
3. Biaya pekerjaan tambah / kurang akan diperhitungkan menurut daftar harga satuan pekerjaan, yang
dimaksudkan oleh Kontraktor yang pembayarannya diperhitungkan bersama-sama angsuran
terakhir.
4. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan yang
dimasukkan dalam penawaran, harga satuannya akan ditentukan lebih lanjut oleh
Direksi/Pengawas Lapangan bersama-sama Kontraktor dengan persetujuan Pemberi Tugas.
5. Adanya Pekerjaan Tambah tidak dapat dijadikan alasan sebagai penyebab kelambatan penyerahan
pekerjaan, tetapi Direksi/Pengawas Lapangan dapat mempertimbangkan perpanjangan waktu
karena adanya pekerjaan tambah tersebut.

Pasal VI.17. PEKERJAAN PERSIAPAN


a. Uitzet/Bouwplank
a. Semua papan bouwplank menggunakan kayu kuat kelas II dengan ketebalan 2 cm dipasang
terentang pada patok kayu ukuran 5/7 dan diserut rata pada permukaan atas dan terpasang
water pass dengan peil + 0.00.
b. Bouwplank dipasang memanjang keliling bangunan, pada as kolom dan dinding penyekat
supaya diberi tanda dengan cat warna merah / meni.
c. Bouwplank dipasang di luar garis bangunan dengan jarak minimal 2 m untuk mencegah
kelongsoran terhadap galian tanah pondasi.
d. Setelah pemasangan bouwplank selesai, Kontraktor wajib melapor kepada Direksi/Pengawas
Lapangan untuk mendapatkan persetujuan pekerjaan selanjutnya.
b. Pembersihan dan Perapihan
Setelah pekerjaan selesai semua, permukaan harus bersih dari segala macam kotoran dan dalam
keadaan baik sempurna, serta sisa dari bahan-bahan yang sudah digunakan yang berupa apapun
harus dibersihkan atau dibuang.

Spesifikasi Teknis Pekerjaan Drainase


APBD II KAB. PATI 2013
Page 5
Pasal VI.18. PEKERJAAN TANAH
1. Pekerjaan Galian
a. Pekerjaan galian untuk semua lubang, baru boleh dilaksanakan setelah papan patok
(bouwplank) dengan penandaan sumbu ke sumbu selesai diperiksa dan disetujui oleh
Direksi/Pengawas Lapangan.
b. Dalamnya galian untuk lubang pondasi harus sesuai dengan gambar kerja. Untuk hal tersebut
diadakan pemeriksaan setempat oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
c. Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti sesuai dengan ukuran gambar kerja dan dibersihkan
dari segala kotoran.
d. Semua galian harus dilaksanakan sesuai dengan gambar dan syarat - syarat yang ditentukan
dalam Spesifikasi Teknis dan atau petunjuk Direksi Pengawas.
e. Dasar dari semua galian harus waterpas. Bilamana pada dasar setiap galian masih terdapat
akar-akar tanaman atau bagian-bagian gembur, maka ini harus digali keluar sedang lubang-
lubang tadi diisi kembali dengan pasir, disiram dan dipadatkan sehingga mendapatkan kembali
dasar yang waterpas.
f. Terhadap kemungkinan adanya air di dasar galian, baik pada waktu penggalian maupun pada
waktu pekerjaan pondasi harus disediakan pompa air atau pompa lumpur yang jika diperlukan
dapat bekerja terus menerus untuk menghindari tergenangnya air pada dasar galian.
g. Kontraktor harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding tepi galian agar tidak
longsor dengan memberikan suatu dinding penahan atau penunjang sementara atau lereng
yang cukup.
h. Juga kepada Kontraktor diwajibkan mengambil langkah-langkah pengamanan terhadap
bangunan lain yang berada dekat sekali dengan lubang galian yaitu dengan memberikan
penunjang sementara pada bangunan tersebut sehingga dapat dijamin bangunan tersebut tidak
akan mengalami kerusakan.
i. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah mencapai jumlah tertentu
harus segera disingkirkan dari halaman pekerjaan pada setiap saat yang dianggap perlu dan
atas petunjuk Direksi Pengawas.
j. Bagian-bagian yang akan diurug kembali harus diurug dengan tanah yang bersih, bebas dari
segala kotoran dan memenuhi syarat-syarat sebagai tanah urug.
k. Pelaksanaannya secara berlapis-lapis dengan. penimbrisan lubang-lubang galian yang terletak
di dalam garis bangunan harus diisi kembali dengan pasir urug yang diratakan dan diairi serta
dipadatkan sampai mencapai 100 % kepadatan kering maksimum yang dibuktikan dengan test
laboratorium.
l. Perlindungan terhadap benda-benda berfaedah. Kecuali ditunjukkan untuk dipindahkan,
seluruh barang-barang berharga yang mungkin ditemui di lapangan harus dilindungi dari
kerusakan, dan apabila sampai menderita kerusakan harusdireparasi/diganti oleh Kontraktor
atas tanggungannya sendiri.

2. Pekerjaan Urugan
a. Pekerjaan untuk urugan mencapai titik peil yang dikehendaki digunakan tanah urug pilihan lapis
demi lapis.
b. Urugan pasir pada bawah pondasi 10 cm
c. Urugan kembali lubang pondasi dilakukan setelah dilakukan pemeriksanaan pondasi.

Pasal VI.19. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN


1. Pekerjaan Pondasi Batu Kali .
a. Lingkup Pekerjaan
Ini meliputi penyediaan bahan dan perekatnya, menyiapkan tempat yang akan dipasang batu
kali, serta pelaksanaan pekerjaan pasang batu kali itu sendiri, sesuai gambar dan spesifikasi ini.

Spesifikasi Teknis Pekerjaan Drainase


APBD II KAB. PATI 2013
Page 6
b. Bahan
Batu yang digunakan harus berkualitas terbaik dan merupakan bahan setempat, padat, bersih,
tanpa retak-retak dan kekurangan - kekurangan lain yang mempengaruhi kualitas. Baik batu
gunung maupun batu kali dapat digunakan.
c. Adukan
Semua pasangan batu kali untuk dinding penahan tanah, pondasi dan pekerjaan batu kali lainya
dilaksanakan dengan adukan1 Pc : 5 Ps
d. Pelaksanaan
 Pasangan batu kali harus diukur dilapangan dan dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan
ketinggian seperti tercantum pada gambar - gambar.
 Batu kali digunakan untuk pondasi harus batu pecah, sudut runcing, berwarna abu-abu hitam,
keras, tidak berpori (porous).
 Permukaan dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug setebal minimal 10cm atau sesuai
gambar kerja, disiram dan diratakan dan di atasnya diberi batu kali pecah yang dipasang
sesuai dengan gambar.
 Pondasi batu kali menggunakan adukan dengan campuran 1Pc : 5Ps. Adukan harus
membungkus batu kali pada bagian tengah pondasi sedemikian rupa sehingga tidak ada
bagian pondasi yang berongga atau tidak padat.
e. Perlindungan
Pada tahap pelaksanaan pekerjaan batu kali yang tidak terlindung, bila hujan maka bagian atas
harus dilindungi.

2. Pekerjaan Plesteran
a. Pada dasarnya spesi untuk plesteran sama dengan campuran spesi untuk pekerjaan
pasangannya.
b. Sebelum pekerjaan plesteran dilakukan, bidang-bidang yang akan diplester harus dibersihkan
terlebih dahulu, kemudian dibasahi dengan air agar plesteran tidak cepat kering dan tidak retak-
retak.
c. Semua permukaan beton yang diplester permukaanya harus dikasarkan terlebih dahulu.
d. Adukan untuk plesteran harus benar-benar halus sehingga plesteran tidak terlihat pecah-pecah.
e. Tebal plesteran 1,5 cm.
f. Plesteran supaya digosok berulang-ulang sampai mantap dengan acian PC sehingga tidak
terjadi retak-retak dan pecah dengan hasil halus dan rata.
g. Pekerjaan plesteran terakhir harus lurus, rata, vertikal dan tegak lurus dengan bidang lainnya.
h. Semua pekerjaan plesteran harus menghasilkan bidang yang tegak lurus, halus, tidak
bergelombang. Sedang sponeng/tali air harus lurus dan baik.
i. Susunan adukan untuk plesteran Beraben harus terdiri dari campuran 1 pc : 2 ps dalam volume
dan airnya cukup untuk menghasilkan kekentalan untuk keperluan yang diinginkan.
j. Sebelum pekerjaan plesteran beraben dimulai, celah-celah diantara batu harus dikorek
sebelum adukan dipasang (atau dicungkil untuk pasangan batu yang sudah lama) dan
permukaannya harus dibersihkan dengan sikat kawat dan dibasahi.

Pasal VI.20. PEKERJAAN BETON BERTULANG


1. Pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah :
a. Beton bertulang plat penutup saluran dan Beton bertulang plat gorong-gorong
b. Sesuai dengan gambar perencanaan.
2. Persyaratan Umum :
a. Beton bertulang spesi 1Pc : 2Ps : 3Split atau mutu K.225 (Struktur)
b. Pembuatan cetakan beton.
c. Konstruksi harus menggunakan peralatan-peralatan/normalisasi yang berlaku di Indonesia
seperti PBI, SKSNI, PMI, PKKI dan lain-lain.

Spesifikasi Teknis Pekerjaan Drainase


APBD II KAB. PATI 2013
Page 7
3. Bahan-bahan
 Bahan menggunakan adukan beton siap pakai ( ready mixed concrete) atau
dengan beton adukan ditempat dengan memakai molen, kontrol mutu sesuai dengan spesifikasi
di bawah ini
 Agregat beton
1) Agregat beton berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan Wet
Sistem Stone Crusher.
2) Agregat beton harus sesuai dengan spesifikasi agregat beton menurut ASTM-C 33.
3) Ukuran terbesar agregat beton adalah 2,5 cm.
4) Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan pekerjaan dan menjaga
agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak dinginkan.
5) Agregat harus bersih dari segala kotoran, tidak melebihi 5 %.
 Agregat kasar
1) Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang
kasar, tidak berpori dan berbentuk kubus.
2) Bila ada butir-butir yang pipih jumlahnya tidak boleh
melampaui 20 % dari jumlah berat seluruhnya.
3) Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga
melebihi 50 % kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles ASTM-C 131-55.
4) Agregat kasar harus bersih dari zat-zat organis , zat-zat reaktif
alkali atau subtansi yang merusak beton.
 Agregat halus
1) Agregat halus dapat digunakan pasir alam yang berasal dari
pasir lokal.
2) Pasir harus bersih dari bahan organis, zat-zat alkali dan
substansi-substansi yang merusak beton.
3) Pasir tidak boleh mengandung segala jenis substansi tersebut
lebih dari 5 %.
4) Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.
5) Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras.
6) Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa agar menjamin
kemudahan pelaksanaan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi yang tidak
dinginkan.
 PC (Portland Cement)
1) Semen yang dipakai harus dari mutu yang disyaratkan NI-8 bab
3.2 . PC type I.
2) Kontraktor harus mengusahakan agar 1 merk semen saja yang
dipakai untuk seluruh pekerjaan beton.
3) Semen ini harus dibawa ketempat pekerjaan dalam zak yang
tertutup oleh pabrik dan terlindung serta harus dalam jumlah sesuai urutan pengirimannya.
4) Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam tempat-tempat rapat
air dengan lantai terangkat dan ditumpuk dalam urutan pengirimannya. Semen yang rusak
atau tercampur apapun tidak boleh dipakai dan harus dikeluarkan dari lapangan.
 Pembesian
1) Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian
rupa, sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab maupun basah.
2) Besi penulangan harus disimpan berkelompok berdasarkan ukuran-
ukuran masing-masing besi penulangan rangka maupun besi-besi penulangan
bergelombang (Deformed bar) harus sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 bab 3.7.
3) Besi penulangan yang akan digunakan harus bebas dari karat dan
kotoran lain, apabila harus dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi

Spesifikasi Teknis Pekerjaan Drainase


APBD II KAB. PATI 2013
Page 8
diameter penampang besi atau dengan bahan cairan sejenis “ Vikaoxy off” yang disetujui
Pengawas.
4) Direksi atau Pengawas berhak untuk memerintahkan untuk menambah
besi tulangan di tempat yang dianggap perlu sampai maksimum 5 % dari tulangan yang
ada di tempat tersebut, meski tidak tertera dalam gambar struktur, tanpa biaya tambahan.
5) Penulangan harus terdiri dari baja keras dengan mutu U – 39 dan Baja
lunak U – 24 sesuai PBI 1971 dan PBI 1989.

 Kawat pengikat
Harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang disyaratkan dalam NI-2 bab 3.7.
 Air
Air harus bersih dan jernih sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 bab 3.6.
Sebelum air untuk pengecoran digunakan harus terlebih dahulu diperiksakan pada laboratorium
PAM / PDAM setempat yang disetujui pengawas dan biaya sepenuhnya ditanggung oleh
Kontraktor.
Kontraktor harus menyediakan air atas biaya sendiri.
 Additive
Untuk mencapai slump yang disyaratkan dengan mutu yang tinggi bila diperlukan campuran
beton dapat menggunakan bahan additive POZZOLITH 300 R atau yang setaraf.
Bahan tersebut harus disetujui oleh Pengawas. Additive yang mengandung Chloride atau Nitrat
tidak boleh digunakan
4. Pelaksanaan
Sebelum dilaksanakan, Kontraktor harus mengadakan Trial test atau mixed design yang dapat
membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan dapat tercapai. Dari hasil test tersebut
ditentukan oleh Direksi/Pengawas Lapangan “deviasi standar” yang akan dipergunakan untuk
menilai mutu beton selama pelaksanaan.
a. Pengecoran beton
Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Kontraktor mendapat ijin secara tertulis dari
Direksi/Pengawas Lapangan. Permohonan ijin rencana pengecoran harus diserahkan paling
lambat 2 (dua) hari sebelumnya.
Sebelum pengecoran dimulai Kontraktor harus sudah menyiapkan seluruh stek-stek maupun
anker-anker dan sparing-sparing yang diperlukan, pada kolom-kolom, balok-balok beton untuk
bagian yang akan berhubungan dengan bata maupun pekerjaan instalasi.
Kecuali dinyatakan lain pada gambar, maka stek-stek dan anker-anker dipasang dengan jarak
setiap 1 meter.
b. Persetujuan Direksi untuk mengecor beton berkaitan dengan pelaksaan pekerjaan
stekan dan pemasangan besi serta bukti bahwa Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran
tanpa gangguan. Persetujuan tersebut di atas tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor
atas pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh.
c. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan
agregat atau semen pada agregat telah melampaui 1 jam dan waktu ini dapat berkurang lagi
jika Direksi menganggap perlu didasarkan pada kondisi tertentu.
d. Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan terjadinya pemisahan
material (segregation) dan perubahan letak tulangan.
e. Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan sebaganya,
harus mendapat persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan.
f. Alat-alat penuang seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus selalu bersih dan
bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras.
g. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 2 meter.
h. Selama dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan
dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.
i. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami “Initialset”
atau yang telah mengeras dalam batas dimana akan terjadi plastis karena getaran.

Spesifikasi Teknis Pekerjaan Drainase


APBD II KAB. PATI 2013
Page 9
j. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi
lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan penyerapan air
semen dengan tanah.
k. Bila pengecoran harus berhenti sementara beton sudah menjadi keras dan tidak
berubah bentuk, harus dibersihkan dari lapisan air semen ( laitances) dan partikel-pertikel yang
terlepas samapi suatau kedalaman yang cukup sampai tercapai beton yang padat.

l. Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang lekat pada tulangan
dan cetakan harus dibersihkan.

5. Pemadatan beton
a. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan
untuk mengangkat dan menuang beton dengan kekentalan secukupnya agar beton padat tanpa
menggetarkan secara berlebihan.
b. Selama proses pengecoran berlangsung, maka beton harus
dipadatkan dengan alat mekanis (internal / eksternal vibrator), kecuali jika Direksi/Pengawas
Lapangan mengijinkan pemadatan dengan tenaga manusia, maka dapat dilakukan denan cara
memukul – mukul acuan dari luar, mencocol atau menusuk – nusuk adukan beton secara
kontinyu.
c. Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton adalah sangat
penting. Beton digetarkan dengan vibrator secukupnya dan dijaga agar tidak berlebihan
(overvibrate). Hasil beton yang berongga-rongga / pemisahan bahan - bahan dan terjadi
pengantongan beton-beton tidak akan diterima.
d. Penggetaran tidak boleh dengan maksud mengalirkan beton.
e. Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan dengan
penggetar frekuensi tinggi 0,2 cm agar dijamin pengisian beton dan pemadatan yang baik.
f. Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang
mengerti dan terlatih dan pelaksanaan pemadatan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
Direksi/Pengawas Lapangan.
6. Slump (kekentalan beton)
Kekentalan beton untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian dengan PBI-1971 adalah sebagai
berikut :

Slump/Max Min
Jenis Konstruksi
(mm) (mm)

a. Kaki dan dinding pondasi 125 50


b. Pelat, balok dan dinding 150 75
c. Kolom 150 75
d. Pelat di atas tanah 125 50

Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi nilai tersebut di atas dapat
dinaikkan sebesar 50 %, tetapi dalam hal apapun tidak boleh melebihi 150 mm.

7. Penyambungan beton dan Water Stop


a. Setiap penyambungan beton, permukaan harus dibersihkan /
dikasarkan dan diberi bahan bonding agent seperti : EMAGG atau sejenis yang dapat menjamin
kontinuitas adukan beton lama dengan yang baru.
b. Tempat-tempat penyambungan pengecoran yang terletak di bawah
permukaan tanah atau tempat-tempat yang berhubungan dengan genangan air hujan/air kotor
harus diberi PVC water stop LWG (9”) dan dipasang sesuai dengan petunjuk Direksi/Pengawas
Lapangan.
Spesifikasi Teknis Pekerjaan Drainase
APBD II KAB. PATI 2013
Page 10
8. Sambungan beton (Construction joint)
a. Rencana atau schedule pengecoran harus dipersiapkan
untuk penyelesaian satu struktur secara menyeluruh. Dalam schedule tersebut
Direksi/Pengawas Lapangan akan memberikan persetujuan di mana letak construction joint
tersebut.
b. Dalam keadaan mendesak Direksi dapat merubah letak
construction joint.
c. Permukaan construction joint harus bersih dan dibuat
kasar dengan mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton, sesudah 2 jam
tapi kurang dari 4 jam sejak beton dituang.
d. Bila pada sambungan beton/coran timbul retak atau bocor,
perbaikan dilakukan dengan CONCRESIVE SGB Procces.

9. Pengujian kekuatan beton


a. Selama masa pelaksanaan, mutu beton harus diperiksa secara
kontinyu dari hasil pemeriksaan benda uji. Paling sedikit setiap 5 m 3 beton harus dibuat 1
sampel benda uji, atau untuk seluruh bangunan dibuat minimal sampai 20 benda uji.
b. Benda uji harus diperiksa kekuatan tekannya di laboratorium yang
disetujui Direksi/Pengawas Lapangan dengan biaya menjadi tanggungan kontraktor dan hasil
kuat tekan harus sesuai dengan ketentuan PBI-1971 pasal 3.5.
c. Mutu beton yang disyaratkan K 225

10. Pemeriksaan lanjutan


a. Apabila hasil pemeriksaan tersebut di atas masih meragukan, maka
pemeriksaaan lanjutan dilakukan dengan menggunakan concrete gun atau kalau perlu dengan
core drilling untuk meyakinkan penilaian terhadap kualitas beton yang sudah ada sesuai
dengan pasal 4.8 PBI 1971.
b. Seluruh biaya pekerjaan pemeriksaan lanjutan ini sepenuhnya menjadi
tanggungan Kontraktor.
c. Cetakan Beton / Bekisting
11. Standard
Seluruh cetakan harus mengikuti persyaratan-persyaratan normalisasi di bawah ini :
a. NI – 2 – 1971
b. NI – 3 – 1979
12. Bahan-bahan
a. Bekisting harus dibuat dari kayu kelas II tebal 3 cm dengan
permukaan yang rata dan diketam halus, sehingga diperoleh permukaan beton yang baik.
b. Agar bekisting kuat, tidak bergoyang dan tidak melendut, harus
dipasang penopang dari kayu ukuran 5 x 7 cm.
c. Bekisting harus bebas dari kotoran-kotoran, potongan-potongan
serta serbuk gergaji, tanah dan lain-lain.
d. Semua bekisting yang dibangun harus teguh, alat-alat dan usaha-
usaha membuka cetakan-cetakan harus sesuai dan cocok tanpa merusak permukaan dari
beton yang telah selesai.
e. Semua bekisting harus betul-betul teliti dan aman pada
kedudukannya sehingga dicegah pengembangan atau lain-lain gerakan selama penuangan
adukan beton.
f. Bekisting harus dibuat dan disangga sedemikian rupa sehingga
dapat dicegah dari kerusakan-kerusakan dan dapat mempermudah penumbukan pada waktu
pemadatan adukan mortar beton tanpa merusak kontruksi.

Spesifikasi Teknis Pekerjaan Drainase


APBD II KAB. PATI 2013
Page 11
g. Sewaktu-waktu Direksi/Pengawas Lapangan dapat menolak
sesuatu bagian dari bentuk yang tidak dapat diterima dan Pemborong harus dengan segera
membongkar bentuk yang ditolak dan untuk menggantinya atas bebannya sendiri.
h. Bekisting dapat dipergunakan maksimal 3 kali. Pembongkaran
bekisting dapat dilakukan minimal 3 (tiga) hari setelah konstruksi dicor atau harus seijin
Direksi/Pengawas Lapangan dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga menjamin keamanan
sepenuhnya.
i. Perancah menggunakan scafolding beserta perlengkapannya.
Pemasangannya harus benar-benar kokoh dan tidak berubah tempat sebelum dan selama
pengecoran.
j. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari
Direksi/Pengawas Lapangan atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
1. Bagian bawah sisi balok 28 hari
2. Balok tanpa beban konstruksi 7 hari
3. Balok dengan beban konstruksi 21 hari
4. Pelat lantai / atap 21 hari
k. Dengan persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan cetakan beton
dapat dibongkar lebih awal asal benda uji yang kondisi perawatannya sama dengan beton
sebenarnya telah mencapai kekuatan 75 % dari kekuatan pada umur 28 hari. Segala ijin yang
diberikan oleh Direksi/Pengawas Lapangan sekali-kali tidak boleh menjadi bahan untuk
mengurangi/membebaskan tanggung jawab Kontraktor dari adanya kerusakan-kerusakan yang
timbul akibat pembongkaran cetakan tersebut.
l. Pembongkaran cetakan beton tersebut harus dilaksanakan
dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton,
tetap dihasilkan sudut-sudut yang tajam dan tidak pecah.
m. Bekas cetakan beton untuk bagian-bagian konstruksi yang
terpendam dalam tanah harus dicabut dan dibersihkan sebelum dilaksanakan pengurugan
tanah kembali.
13. Cacat pada Beton
Meskipun hasil pengujian kubus memuaskan, Direksi/Pengawas Lapangan mempunyai wewenang
untuk menolak konstruksi beton yang cacat, seperti berikut :
a. Konstruksi beton yang keropos.
b. Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau profil –
profil tidak seperti yang ditunjuk pada gambar.
c. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau bahan – bahan lainnya.
d. Jika menurut pendapat Direksi/Pengawas Lapangan, beton tersebut cacat, maka
Kontraktor wajib memperbaikinya atau membongkarnya kembali sesuai petunjuk
Direksi/Pengawas Lapangan.

Pasal VI.21. PEKERJAAN LAIN - LAIN


1. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini yang mana masih termasuk lingkup
dalam pelaksanaan ini kontraktor harus menyelesaikan, sesuai dengan petunjuk, Perintah
Pengawas dan Pemberi Tugas, baik sesudah atau selama berjalannya pekerjaan, serta
perubahan-perubahan di dalam Berita Acara Aanwijzing.
2. Hal-hal yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian di lapangan akan
dibicarakan dan diatur oleh Pengawas, dengan dibuat Berita Acara yang disyahkan oleh
Pemberi Tugas.

Spesifikasi Teknis Pekerjaan Drainase


APBD II KAB. PATI 2013
Page 12

Anda mungkin juga menyukai