Anda di halaman 1dari 28

SOP PENGAWASAN PELAKSANAAN

PEKERJAAN BIDANG PEMUKIMAN

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN


DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PEMUKIMAN
2015

Laporan Pendahuluan

KATA PENGANTAR

Sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan SOP Pengawasan Pelaksanaan


Pekerjaan Bidang Pemukiman. maka dengan ini kami sampaikan:
Laporan Pendahuluan
Demikian laporan ini disampaikan, untuk mendapatkan tanggapan, saran dan
masukan, agar pelaksanaan pekerjaan selanjutnya berjalan lancar dan berhasil baik sesuai
tujuannya.
Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kepercayaan yang diberikan
untuk melaksanakan pekerjaan ini.

Serang,

SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

2015

Laporan Pendahuluan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii

DAFTAR GAMBAR

iv

DAFTAR TABEL

BAB 1 PENDAHULUAN

I-1

1.1. Latar Belakang

I-1

1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran

I-2

1.2.1 Maksud

I-2

1.2.2 Tujuan

I-2

1.2.3 Sasaran

I-2

1.3. Fungsi Pengawasan

I-2

1.3.1 Fungsi Administratif

I-3

1.3.2 Fungsi Teknis

I-3

1.4. Landasan Hukum

I-4

1.5. Pihak yang Terkait

I-5

1.5.1 Pemberi Tugas

I-5

1.5.2 Konsultan Perencana

I-6

1.5.3 Kontraktor Pelaksana

I-7

1.5.4 Konsultan Pengawas

I-8

BAB II STRUKTUR ORGANISASI

II-1

2.1. Visi dan Misi

II-1

2.2. Tugas Pokok dan Fungsi

II-1

2.3. Struktur Organisasi

II-2

BAB III METODOLOGI PENGAWASAN KONSTRUKSI


BIDANG PEMUKIMAN

III-1

3.1. Deskripsi

III-1

3.2. Metodologi Pengawasan Kkonstruksi Bid. Pemukiman

III-1

3.3. Penggunaan Simbol dan Definisi

III-3

3.4. Contoh Flow Chart Pada Bidang Pemukiman

III-4

SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

ii

Laporan Pendahuluan

BAB IV SOP PENGAWASAN KONSTRUKSI BID. PEMUKIMAN

IV-1

4.1. Rapat Persiapan Pelaksanaan

IV-1

4.2. Pemeriksaan Bersama MC-0

IV-2

4.3. Pelaporan

IV-3

4.4. Serah Terima Pekerjaan (PHO)

IV-5

4.5. Pemeliharaan

IV-5

4.6. Serah Terima Pekerjaan Akhir (FHO)

IV-5

SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

iii

Laporan Pendahuluan

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Hubungan Unsur Pengelola Proyek

I-8

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas SDA dan PERKIM Provinsi Banten

II-4

SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

iv

Laporan Pendahuluan

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penggunaan Simbol dan Definisi

III-3

Tabel 3.2 Penggunaan Flow Chart

III-4

SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

Laporan Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan

tertentu dalam batasan waktu, biaya dan mutu tertentu. Dalam prospektif Pemukiman, proyek dapat
didefinisikan sebagai proses kegiatan pembangunan infrastruktur untuk mengendalikan

dan

mengolah sumber daya air agar memberikan manfaat bagi masyarakat maupun lingkungan.
Cakupan dari pekerjaan proyek Pemukiman yaitu sarana dan prasarana rumah, jalan, fasilitas sosial,
fasilitas umum dan lain-lain.
Pelaksanaan proyek di bidang Pemukiman sangatlah kompleks karena melibatkan banyak
pihak dengan rangkaian kegiatan yang panjang dan saling terkait, ditambah dengan tingkat resiko
yang tinggi dikarenakan adanya ketidakpastian faktor-faktor baik internal maupun eksternal.
Banyak pelaksanaan pembangunan bidang Pemukiman mengalami gangguan terutama pada tahap
pelaksanaannya, sehingga berakibat pada keterlambatan, kerugian dan mutu yang rendah. Faktorfaktor ini dapat disebabkan oleh semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan konstruksi, baik itu
pemilik, konsultan, dan kontraktor.
Oleh karena itu, dalam pengendalian dan pelaksanaan proyek diperlukan adanya berbagai
pihak yang bekerjasama secara harmonis dalam suatu kelompok-kelompok kerja yang saling terkait
dan bertanggung jawab guna menunjang keberhasilan proyek. Setiap unsur pengelola proyek sudah
seyogyanya memahami ruang hak, kewajiban dan tanggung jawabnya masing-masing, sehingga
dapat dilakukan pengawasan dan kontrol terhadap segala penyimpangan yang mungkin terjadi di
dalam tahapan pelaksanaan proyek.
Untuk mencapai sasaran tersebut, maka perlu membuat suatu prosedur operasional yang
jelas dan standar dalam pelaksanaan proyek konstruksi sumber daya air. Standar Operasi Prosedur
ini dapat menjadi pedoman atau acuan unsur-unsur pengelola proyek untuk melaksanakan tugas
pekerjaan sesuai dengan tahapan-tahapan kegiatan baik terkait proses administratif dan prosedural
teknis. Praktik-praktik baku yang telah berlangsung selama ini selanjutnya akan distandarisasi dan
didokumentasikan agar akuntabilitas kinerja pihak-pihak yang terlibat dapat dievaluasi dan terukur.

SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

I- 1

Laporan Pendahuluan

1.2.

Maksud, Tujuan dan Sasaran

1.2.1. Maksud
Sebagai upaya meningkatkan kualitas bangunan-bangunan pemerintah pada kegiatan
perencanaan, pengawasan dan pelaksanaan konstruksi di bidang Pemukiman.
1.2.2. Tujuan
Standard Operating Procedure (SOP) ini bertujuan untuk memberikan pedoman tentang
sistem kerja dan aliran kerja pelaksanaan penyelenggaraan proyek konstruksi bidang Pemukiman.
Melalui pemberlakuan sistem manual terstandar ini, maka diharapkan unsur-unsur pengelola proyek
dapat mengetahui bagaimana hubungan kerja dan aliran kerja pada proses pelaksanaan kegiatan
proyek konstruksi, mengetahui mengenai tugas pokok dan fungsinya masing-masing, bagaimana
proses penyelenggaraan administrasi dan prosedur pelaporan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
serta menjamin konsistensi dan proses kerja yang sistematik dari tiap-tiap unsur pengelola proyek.
1.2.3. Sasaran
Sasaran yang diharapkan dapat dicapai melalui petunjuk teknis ini adalah:
1. Setiap instansi pemerintah sampai dengan unit yang terkecil memiliki SOP-nya masing-masing.
2. Penyempurnaan proses penyelenggaraan anggaran pemerintahan yang lebih baik (Good

Goverment).
3. Ketertiban dalam penyelenggaraan anggaran pemerintahan di bidang pengawasan pelaksanaan

konstruksi pada bidang Pemukiman.


4. Peningkatan kualitas pengawasan dan pelaksanaan pada bangunan-bangunan pemerintahan.

1.3.

Fungsi Pengawasan
Pekerjaan yang termuat dalam Standard Operating Procedure (SOP) ini meliputi kegiatan

pada tahap pelaksanaan konstruksi bidang Pemukiman, yaitu penerapan dari perencanaan yang telah
ditetapkan, dengan melakukan tahapan pekerjaan yang sesungguhnnya secara fisik atau non-fisik.
Cakupan kegiatan pelaksanaan terdiri dari proses penyiapan sebelum konstruksi, tahapan
penyelesaian konstruksi, dan pra-operasi.
Penerima Jasa konsultan pengawasan akan dikepalai Ketua Tim dibantu oleh Ahli Bangunan
Air, Manajemen Konstruksi, dan lain-lain. Keseluruhan tim kerja ini akan berada di bawah satu
koordinasi manajemen proyek.
Fungsi pengawasan pada dasarnya dibagi dalam 2 fungsi, yaitu fungsi administratif dan
teknis dengan rincian sebagai berikuti:
SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

I- 2

Laporan Pendahuluan

1.3.1. Fungsi Administratif


1. Membantu Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten untuk bidang pekerjaan
konstruksi Pemukiman dalam menginterprestasikan dan menerapkan berbagai ketetapan yang
ada dalam dokumen kontrak, khususnya mengenai jawaban atas klaim dari pihak Kontraktor
yang berpegang pada ketentuan-ketentuan yang ada dalam kontrak;
2. Membuat laporan kemajuan mingguan, bulanan menyangkut semua kegiatan konstruksi untuk
dilaporkan kepada Dinas Sumber Daya Air dan Permukim Provinsi Banten;
3. Pihak konsultan akan membantu pihak kontraktor dengan memberitahu instansi-instansi yang
terkait sejauh hal tersebut menyangkut masalah kekurangan, baik kualitas maupun kuantitas
dari suatu material. Tembusan surat menyurat menyangkut hal-hal seperti ini sebaiknya
disimpan untuk diajukan sebagai bukti dari alasan suatu masalah kepada Dinas Sumber Daya
Air dan Permukim Provinsi Banten;
4. Melaporkan kepada Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten akan masalahmasalah konstruksi serta memberikan teguran jika pekerjaan tidak sesuai dengan rencana.
1.3.2. Fungsi Teknis
1. Membantu pekerjaan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten untuk bidang
konstruksi Pemukiman dalam mengawasi pekerjaan konstruksi agar pada pelaksanaannya
benar-benar sesuai dengan desain, spesifikasi teknis dan dokumen kontrak;
2. Menyiapkan rekomendasi menyangkut penggantian isi kontrak dan masalah perpanjangan
waktu, hal ini diperlukan agar mencapai hasil yang terbaik dari dana yang tersedia, kecuali
pada kasus khusus. Pada kasus seperti ini keputusan review design diajukan ke Dinas Sumber
Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten untuk disetujui dan setelah itu kepatuhan pihak
Kontraktor dalam melaksanakan perubahan, penggantian isi kontrak maupun perpanjangan
waktu;
3. Membawa semua detail lapangan yang dibutuhkan untuk menetapkan lokasi dan besar serta
macam pekerjaan yang tercakup didalamnya termasuk pengumpulan data lapangan yang
diperlukan, perhitungan desain serta detail gambar konstruksi, di samping pengawasan terhadap
kepatuhan atas instruksi pada pelaksanaan konstruksi dari detail engineering;
4. Memeriksa metoda pelaksanaan konstruksi (construction method), serta memeriksa hasil
pekerjaan sesuai metoda pelaksanaan konstruksi yang sudah disepakati;
5. Memonitor dan memeriksa setiap hari pekerjaan "quality control" dan mengukur kuantitas
pekerjaan kontruksi untuk dijadikan dasar pembuatan berita acara kemajuan pekerjaan. Di

SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

I- 3

Laporan Pendahuluan
samping itu, kualitas kerja harus benar-benar sesuai spesifikasi dan catatan-catatan kemajuan
pekerjaan adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan;
6. Memeriksa dan memberi persetujuan gambar kerja (shop drawing) dan gambar terlaksana (as
built drawing) ini yang dibuat oleh pihak Kontraktor;
7. Pertimbangan yang diambil, dan setiap pertimbangan/ keputusan yang diambil tersebut
bertujuan agar pada pelaksanaan sesuai dengan spesifikasi teknis.
1.4.

Landasan Hukum
Dasar hukum penyususunan dan penyelenggarana SOP ini adalah sebagai berikut:

1. Undang Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;


2. Undang Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
3. Undang Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Undang Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Bersih dan
Bebas KKN;
5. Undang Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
6. Undang Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
7. Undang Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
8. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 1985 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat
Dalam Penyelenggaraan Negara;
10. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa
Konstruksi;
11. Peraturan Pemerintah No.59 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.
29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
12. Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa
Konstruksi;
13. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2004 Tentang Rencana Kerja Pemerintah;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan Dan Kinerja
Instansi Pemerintah;
16. Peraturan Pemerintah No 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara atau Daerah;
17. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa
Pemerintah;

SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

I- 4

Laporan Pendahuluan
18. Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi;
19. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/ M.PAN/7/2003 tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
20. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/ 15/M.PAN/7/2008
tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi;
21. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum nomor 13 Tahun 2005 tentang Tata Cara
Mempersiapkan Naskah Produk Hukum di Lingkungan Dep. PU.

1.5.

Pihak yang Terkait


Pelaksanaan pekerjaan konstruksi Pemukiman melibatkan beberapa pihak yang akan

bekerjasama baik secara kontraktual maupun fungsional untuk menghasilkan pekerjaan konstruksi
yang berkualitas. Pihak-pihak yang terlibat dalam pekerjaan konstruksi harus memiliki kompetensi
dan kemampuan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan konstruksi tersebut, agar hasil konstruksi dapat
berkualitas karena pihak yang terlibat berkualitas
Secara garis besar unsur-unsur pengelola proyek yang terlibat di dalam sebuah proyek
adalah sebagai berikut:
1.5.1

Pemberi Tugas
Pemberi tugas atau lebih dikenal dengan istilah pemilik adalah badan hukum/ instansi atau

perseorangan yang berkeinginan mewujudkan suatu pekerjaan dan memberikan pekerjaan bangunan
serta membayar biaya pekerjaan bangunan dalam hal ini adalah Pemukiman Provinsi Banten.
Adapun tugas dan wewenang dari owner/ pemilik proyek adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai ide/ gagasan sesuai dengan rencana-rencananya.
2. Menyediakan dana dan lahannya.
3. Mengambil keputusan yang mengikat mengenai pembangunan proyek.
4. Mempunyai wewenang mutlak dalam menentukan dan mengangkat, perencana, pengawasan
dan pelaksana proyek.
5. Menangani dan menandatangani surat perintah kerja dan surat perjanjian dengan pelaksana
proyek.
6. Bersama-sama konsultan pengawas ikut mengawasi pelaksanaan pekerjaan, berhak memberi
instruksi-instruksi kepada pelaksana proyek secara langsung maupun tidak langsung.

SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

I- 5

Laporan Pendahuluan
7. Mengesahkan semua dokumen pembayaran atas pembayaran yang harus diberikan kepada
pelaksana proyek.
8. Mempunyai wewenang penuh terhadap proyek sehingga berhak menerima/ menolak
perubahan-perubahan pekerjaan serta pekerjaan tambah dan pekerjaan kurang.
9. Berhak menolak pekerjaan-pekerjaan bila tidak sesuai dengan gambar rencana, bilamana perlu
mencabut tugas pelaksana proyek tersebut jika dianggap tidak mampu melaksanakan pekerjaan.
10. Meminta pertanggung jawaban pada semua unsur terkait sebelum masa pemeliharaan habis bila
terjadi kerusakan, sebagaimana ditetapkan bersama. Di samping itu, tanggung jawab pemilik
proyek adalah sebagai berikut:
a. Memelihara hubungan kerja secara professional.
b. Membuat keputusan yang tepat sesuai dengan waktunya.
c. Memberikan dana yang dibutuhkan proyek.

1.5.2 Konsultan Perencana


Konsultan perencana adalah perseroan atau badan hukum yang bergerak pada jasa
konstruksi bidang perencanaan pekerjaan pelaksanaan bangunan air. Konsultan perencana
menerima penyerahan pekerjaan dari pemilik proyek dengan dua tahapan, yaitu:
1.Rekayasa dan desain awal
Rekayasa dan desain meletakkan penekanan pada:
a. Konsep gambar arsitektur.
b. Pengevaluasian alternatif desain.
c. Keputusan mengenai ukuran serta kapasitas.
d. Tahapan konsep dan kelayakan.
e. Aspek fungsional.
f.

Aspek teknis.

g. Aspek kinerja bangunan (building performance).


h. Aspek ekonomis.

2.Rekayasa dan detail desain


Melibatkan suatu proses analisa dan perencanaan struktur serta komponennya secara berurutan
sehingga sesuai dengan standar konstruksi, keamanan maupun peraturan-peraturannya.
Kegiatan-kegiatan konsultan perencana meliputi:

SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

I- 6

Laporan Pendahuluan
a. Perencanaan anggaran dan biaya pekerjaan.
b. Gambar-gambar detail, maket desain.
c. Rencana kerja dan spesifikasi pelaksanaan pekerjaan.

Selain itu mempunyai tugas dan wewenang adalah sebagai berikut:


a. Perencana

berkewajiban untuk berkonsultasi dengan pihak proyek, pada tahap perencanaan

dan menyusun dokumen proyek.


b.Membuat

gambar perencanaan proyek secara keseluruhan yang meliputi gambar struktur,

arsitektur serta mekanikal dan elektrikal sesuai dengan permintaan pemberi tugas denagn
mempertimbangkan segi kekuatan, keindahan dan ekonomis serta peraturan daerah
setempat.
c. Perencana

berkewajiban untuk mengadakan pengawasan berkala dalam bidang arsitektur

dan struktur.
d.Membuat

estimasi/ perhitungan biaya pembangunan secara garis besar yang akan menjadi

acuan dalam penentuan biaya selama pelaksanaan pekerjaan (bila terjadi perubahan
rencana).
e. Bertanggung

jawab penuh terhadap hasil perencanaan sehingga perencanaan tersebut

terlaksana.
f.

Jika dibutuhkan memberikan penjelasan/ konsultasi dalam bidang arsitektur, struktur


konstruksi serta mekanikal dan elektrikal.

g.Merencanakan

setiap perubahan dari rencana semula

h.Mempertanggungjawabkan
i.

hasil perencanaan kepada pemilik proyek.

Mengadakan pengawasan secara berkala untuk melihat kemajuan pekerjaan maupun


membantu mengatasi permasalahan di lapangan yang terkait dengan perencanaan.

j.

Berperan pula sebagai konsultan pengawas dan berhak menegur kontraktor/pelaksana


proyek secara langsung maupun tertulis apabila ternyata pelaksanaan tidak sesuai dengan
spesfikasi teknik.

k.Meminta

pemeriksaan pekerjaan secara khusus apabila diperlukan untuk menjamin

pelaksanaan sesuai dengan isi dokumen kontrak.


l.

Menghadiri maupun menyelenggarakan rapat-rapat koordinasi pengelolaan proyek.

1.5.3 Kontraktor Pelaksana


Kontraktor Pelaksana adalah perseroan atau badan hukum yang mewujudkan ide pemberi
tugas ke dalam bentuk tiga dimensi yaitu sesuai dengan gambar kerja rencana.
SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

I- 7

Laporan Pendahuluan
Adapun tugas dan wewenang dari pelaksana proyek adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugas yang diberikan dengan mematuhi peraturan dalam dokumen yang
berkaitan dengan penyelenggaraan bangunan.
2. Mengadakan konsultasi dengan perencana serta mendapatkan bimbingan maupun pengarahan
dari divisi pengawas mengenai pelaksanaan pekerjaan.
3. Menyusun rencana kerja proyek.
4. Menyediakan tenaga kerja, barang peralatan dan prasarana kerja kerja yang memadai.
5. Membuat detail pelaksanaan (shop drawing) dan membuat gambar akhir pekerjaan (as built
drawing).
6. Menjamin keamanan dan keselamatan kerja.
7. Membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan.
8. Mengadakan pengujian terhadap hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan.
9. Mengadakan perbaikan, perubahan, rekonstruksi dan pembetulan terhadap segala kesalahan
selama masa pemeliharaan.

1.5.4 Konsultan Pengawas


Unsur-unsur pengelola proyek di atas terikat dalam suatu hubungan kerja berdasarkan
pembagian tugas, kewajiban, wewenang hak dan tanggung jawab dalam pengelolaan proyek.
Hubungan kerja antara unsur-unsur pengelola proyek ditunjukkan pada diagram di bawah:

Keterangan :
Garis Perintah
Garis Koordinasi

Gambar 1.1 Hubungan unsur pengelola proyek.

SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

I- 8

Laporan Pendahuluan

BAB II
STRUKTUR ORGANISASI

2.1

Visi dan Misi


Pembangunan infrastruktur Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten

diselenggarakan dalam rangka mencapai visi jangka panjang berdasarkan Rencana Strategis Dinas
Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten Tahun 2012 2017:
Tersedianya Insfrastruktur Sumber Daya Air Dan Pemukiman Yang Andal Untuk Mendukung
Banten Sejahtera
Visi tersebut merupakan gambaran yang akan diwujudkan oleh Dinas Sumber Daya Air dan
Pemukiman Provinsi Banten pada tahun 2017, dimana infrastruktur Sumber Daya Air dan
Pemukiman yang terbangun telah memenuhi kualifikasi teknis sesuai perkembangan dan kemajuan
teknologi serta beroperasi secara optimal seiring dengan tuntutan kualitas kehidupan masyarakat.
Untuk mencapai Visi Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten
Tersedianya Infrastruktur Sumber Daya Air dan Pemukiman yang Andal untuk Mendukung
Banten Sejahtera, ditetapkan Misi Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten, yaitu:
1. Menyelenggarakan pengelolaan SDA secara efektif dan optimal untuk meningkatkan
kelestarian fungsi dan keberlanjutan pemanfaatan SDA serta mengurangi resiko daya rusak
air;
2. Meningkatkan kualitas lingkungan Pemukiman yang layak huni dan produktif melalui
pembinaan dan fasilitasi pengembangan infrastruktur Pemukiman yang terpadu, andal dan
berkelanjutan;
3. Menyelenggarakan dukungan manajemen fungsional dan sumber daya yang akuntabel dan
kompete, terintegrasi serta inovasi dengan menetapkan prinsip-prinsip good government.
2.2

Tugas Pokok dan Fungsi


Tugas dan Fungsi Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten sesuai dengan

Uraian Tugas dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Banten adalah sebagai berikut:

SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

II-1

Laporan Pendahuluan
1. Tugas Pokok
Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang
mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi
daerah dan tugas pembantuan di bidang sumber daya air dan permuiman.
2. Fungsi
Fungsi Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan rencana strategis dinas berdasarkan rencana strategis pemerintah daerah;
b. Perumusan kebijakan teknis dibidang sumber daya air dan Pemukiman sesuai rencana
strategis dinas;
c. Pelaksaaan dan koordinasi kegiatan dinas;
d. Pembinaan, penyelenggaraan dan koordinasi bidang Bina Teknik;
e. Pembinaan, penyelenggaraan dan koordinasi bidang Sungai;
f. Pembinaan, penyelenggaraan dan koordinasi bidang Irigasi ;
g. Pembinaan, penyelenggaraan dan koordinasi bidang Perumahan dan Pemukiman;
h. Pembinaan, pengembangan dan penyelenggaraan administrasi ketatausahaan Dinas;
i. Pembinaan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Dinas Lingkup Dinas;
j. Pembinaan terhadap Jabatan Fungsional;
k. Pelaksanaan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.
2.3

Struktur Organisasi
Struktur organisasi Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten dibentuk

dengan Peraturan Daerah No. 03 Tahun 2012 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah
Provinsi Banten.
Susunan Organisasi Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman terdiri atas:
1. Kepala Dinas;
2. Sekretaris;
3. Bidang Bina Teknik;
4. Bidang Sungai;
5. Bidang Irigasi;
6. Bidang Perumahan dan Pemukiman;
7. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas;
8. Jabatan Fungsional.

SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

II-2

Laporan Pendahuluan
Bidang sekretaris membawahi 3 (tiga) unit organisasi, yaitu:
1. Sub-bagian Keuangan;
2. Sub-bagian Umum dan Kepegawaian;
3. Sub-Bagian Penyusunan Program, Evaluasi dan Pelaporan.
Bidang Bina Teknik membawahi 3 (tiga) seksi, yaitu:
1. Seksi Data dan Informasi;
2. Seksi Perencanaan Teknis;
3. Seksi Pengawasan Teknis.
Bidang Sungai membawahi 3 (tiga) seksi, yaitu:
1. Seksi Sungai, Danau dan Waduk;
2. Seksi Rawa dan Pantai;
3. Seksi Penanggulangan Bencana.
Bidang Irigasi membawahi 3 (tiga) seksi, yaitu:
1. Seksi Pengembangan Irigasi;
2. Seksi Pengujian Air;
3. Seksi Rehabilitasi Irigasi.
Bidang Perumahan dan Pemukiman membawahi 3 (tiga) seksi, yaitu:
1. Seksi Perumahan dan Pemukiman;
2. Seksi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan;
3. Seksi Tata Bangunan.
UPT PSDA Wilayah Sungai Ciliman-Cisawarna, membawahi 3 (tiga) unit yaitu:
1. Sub Bagian Tata Usaha;
2. Seksi Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air;
3. Seksi Pemanfaatan Air.
UPT PSDA Wilayah Sungai Cidurian-Cisadane, membawahi 3 (tiga) unit yaitu:
1. Sub Bagian Tata Usaha;
2. Seksi Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air;
3. Seksi Pemanfaatan Air.

SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

II-3

Laporan Pendahuluan

UPT PSDA Wilayah Sungai Ciujung-Cidanau, membawahi 3 (tiga) unit yaitu:


1. Sub Bagian Tata Usaha;
2. Seksi Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air;
3. Seksi Pemanfaatan Air.

Selanjutnya Struktur organisasi Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten dapat
diilustrasikan dalam skema sebagai berikut:

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas SDA dan PERKIM Provinsi Banten.

SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

II-4

Laporan Pendahuluan

BAB III
METODOLOGI PENGAWASAN KONSTRUKSI
BIDANG PEMUKIMAN

3.1. Deskripsi
Penyusunan SOP Pengawasan pada Bidang Pemukiman yang dilakukan di Dinas Sumber Daya Air
dan Pemukiman mencakup tata tertib, pelaksanaan kerja, dan pencatatan data-data yang diperlukan.
Pada Penyusunan Standar Operasi Prosedur Pengawasan meliputi:
1. Pola pikir dan kebiasaan yang dilakukan oleh Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman.
2. Dasar hukum yang dipegang dan berlaku.
3. Kajian terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan hingga akhir penyelesaian pekerjaan.
4. Data dan format yang digunakan dalam pelaksanaan pengawasan pekerjaan di Bidang
Pemukiman.

3.2. Metodologi Pengawasan Konstruksi Bidang Pemukiman


Dalam penyusunan Standar Operasional ada beberapa tahapan yang dilakukan terkait dengan
pengawasan di bidang Pemukiman yaitu:
TAHAP I
1. Kebijakan /Peraturan terkait dengan pengawasan pelaksanaan konstruksi di Bidang
Pemukiman;
2. Pengumpulan data yang terkait dengan paradigma dan format yang digunakan;
3. Pengumpulan data terkait dengan kendala dan hambatan pengawasan pelaksanaan konstruksi
di Bidang Pemukiman;
4. Pengumpulan data terkait dengan kegiatan siklus pekerjaan pengawasan konstruksi di
Bidang Pemukiman;
5. Kajian teori yang terkait dengan Standar Operasi Prosedur pengawasan pelaksanan
konstruksi pada Bidang Pemukiman;
6. Data sekunder keterkaitan dengan pengawasan pelaksanaan konstruksi di Bidang
Pemukiman.

SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

III-1

Laporan Pendahuluan

TAHAP II
1. Pentabulasian dan Kompilasi data pengawasan pelaksana pekerjaan konstruksi di Bidang
Pemukiman;
2. Tinjauan terhadap Peraturan dan kebijakan terkait dengan pengawasan pelaksanaan
konstruksi di Bidang Pemukiman;
3. Meninjau tugas dan fungsi Direksi PPK, PPTK, Konsultan Pengawas, dan Kontraktor
Pelaksana Konstruksi yang terkait dengan pengawasan pelaksanaan konstruksi;
4. Meninjau praktek pengawasan konstruksi yang dilakukan pada kegiatan sebelumnya;
5. Meninjau permasalah dan kendala pada saat pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
sebelumnya;
6. Mengkaji teori yang terkait dengan pengawasan pelaksanan konstruksi Bidang Pemukiman;
7. Mengkaji siklus prosedur yang digunakan sebelumnya pada pengawasan konstruksi di
Bidang Pemukiman;
8. Pengumpulan data pada pengaturan pada organisasi pengawasan pelaksanaan yaitu: para
Direksi, PPK, PPTK, Konsultan Pengawas dan Kontraktor pelaksana konstruksi;
9. Dialog /wawancara dengan

Direksi, PPK, PPTK, Konsultan Pengawas dan Kontraktor

pelaksana konstruksi sebelumnya;


10. Pengumpulan data terkait dengan Aspirasi stakeholder dalam pengembangan SOP
pengawasan Pelaksanaan konstruksi.
TAHAP III
1. Menganalisis keterkaitan tugas pokok dan fungsi masing-masing Direksi, PPK, PPTK,
Konsultan Pengawas dan Kontraktor pelaksana konstruksi;
2. Menganalisis penentuan Standar Operasional Prosedur pada tiap tahapan siklus;
3. Menganalisis permasalahan dan harapan dalam pengawasan pelaksaan konstruksi;
4. Analisis task pada standar operasi prosedur;
5. Analisis waktu dalam task standar operasi prosedur;
6. Teknik dan metode dalam task standar operasi prosedur;
7. Analisis dengan 6W+1H (what, where, when, which, why, who, dan how) lainnya yang
terlihat kritis dalam task pada tiap kegiatan konstruksi.

SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

III-2

Laporan Pendahuluan

TAHAP IV
1. Perumusan konsep Standar Operasi Prosedur pelaksanaan konstruksi Bidang Pemukiman;
2. Singkronisasi pengawasan pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman;
3. Menyusun Standar Operasi Prosedur pengawasan pelaksanaan konstruksi Bidang
Pemukiman;
TAHAP V
1. Penyempurnaan konsep Standar Operasi Prosedur pada pengawasan Konstruksi Bidang
Pemukiman;
2. Selesai.

3.3. Penggunaan Simbol dan Definisi


Tabel 3.1 Penggunaan Simbol dan Definisi
No.

Simbol

Sebutan
Terminator

Definisi
Simbol ini digunakan untuk
menggambarkan awal/mulai
dan akhir suatu bagan alir.

Proses
2

Simbol ini digunakan untuk


menggambarkan proses
pelaksanaan kegiatan.

Pengambilan

Simbol ini digunakan untuk

Keputusan

menggambarkan keputusan

yang harus dibuat dalam


proses pelaksanaan
kegiatan.
Dokumen

Simbol ini digunakan untuk


menggambarkan semua jenis

dokumen sebagai bukti


pelaksanaan kegiatan.
Penggandaan

Dokumen

Simbol ini digunakan untuk


menggambarkan
penggandaan dari semua
jenis dokumen.

SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

III-3

Laporan Pendahuluan
No.

Simbol

Sebutan
Arsip Manual

Definisi
Simbol ini digunakan untuk
menggambarkan semua jenis

pengarsipan dokumen dalam


bentuk kertas/manual.
File

Simbol ini digunakan untuk


menggambarkan semua jenis

penyimpanan dalam bentuk


data/file.
Konektor

Simbol ini digunakan untuk


menggambarkan

perpindahan aktivitas dalam


satu halaman.
Konektor

Simbol ini digunakan untuk


menggambarkan
perpindahan aktivitas dalam

halaman yang berbeda.

Garis alir
10

Simbol ini digunakan untuk


menggambarkan arah proses
pelaksanaan kegiatan.

3.4. Contoh Flow Chart Pada Bidang Pemukiman


Tabel 3.2. Penggunaan Flow Chart
Kode SOP (contoh: SOP.01)
Nama Kegiatan (contoh: Pre Construction Meeting (PCM))

SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

III-4

Laporan Pendahuluan

BAB IV
SOP PENGAWASAN KONSTRUKSI BIDANG PEMUKIMAN

4.1. Rapat Persiapan Pelaksanaan ( Pre- Construction Meeting )


Rapat Persiapan Pelaksanaan ( Pre- Construction Meeting ) adalah pertemuan yang
diselenggarakan oleh unsur-unsur yang terkait dengan pelaksanaan proyek seperti unsur pengguna
Barang/Jasa dan atau PPK sebagai unsur pengendalian, Konsultan pengawas teknik dan kontraktor
sebagai pelaksana pekerjaan serta unsur perencana untuk menyatukan pengertian terhadap seluruh
dokumen kontrak dan membuat kesepakatan terhadap hal-hal penting yang belum terdapat dalam
dokumen kontrak maupun kemungkinan-kemungkinan kendala yang akan terjadi dalam
pelaksanaan pekerjaan. PCM dilaksanakan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak tanggal
diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
Pre-Construction Meeting (PCM) ini sendiri dilaksanakan menurut beberapa acuan yang telah
dikeluarkan oleh negara yaitu:
1. Perpres No 4 Tahun 2015
2. Keppres Republik Indonesia No. 80 Tahun 2003
3. Kepmen PU Nomor. 257/ 2004
4. Dokument Kontrak
Pada Pre-Construction Meeting ada beberapa pembahasan yang perlu disepakati yakni:
1. Organisasi Kerja
2. Tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan
3. Review dan penyempurnaan terhadap schedule kerja yang harus sesuai dengan target volume,
waktu dan mutu.
4. Jadwal pengadaan bahan, mobilisasi peralatan dan personil serta penggunaan peralatan
5. Menyusun rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lapangan (mutual check) dan justifikasi
teknik atau kaji ulang desain ( review design) terhadap desain atau siplified design
6. Penyusun program mutu atau rencana Mutu kontrak ( RMK)
Berikut merupakan Hal-hal yang patut kita ketahui bersama yaitu mulai dari Penanggung jawab
pekerjaan dan Pihak yang berwenang dalam PCM yaitu :
1. PPK
Kegiatan :

Membuat Undangan PCM

SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

IV-1

Laporan Pendahuluan

Menginstruksikan Kontraktor menyiapkan materi PCM termasuk rencana Mutu Kontrak


(RMK)

Memerintahkan Konsultan menyiapkan konsep pengawasan dan tata laksananya.

Mencatat dan membukukan hasil pembahasan dan kesepakatan pada PCM

Membuat berita acara PCM dan menjadikannya sebagai bagian dari Dokumen Kontrak

2. Kontraktor
Kegiatan :

Menyiapkan materi PCM yang meliputi:


-

Daftar Personil

Jadwal Pelaksanaan

Project quality plan

Jadwal mobilisasi

Hal-hal utama lain yang belum jelas atau perlu ditambahkan dalam perjanjian kontrak
-

Menyerahkan materi PCM kepada PPK

Menghadiri dan mengikuti pembahasan materi PCM

3. Konsultan Pengawas
Kegiatan:
Memeriksa perbaikan sesuai hasil PCM dan menyerahkannya kepada PPK
Berita Acara Pre Construction Meeting
Berita Acara Pre Construction Meeting merupakan Hasil-hasil kesepakatan dari beberapa materi
yang dapat menimbulkan dimana hal ini dimaksudkan untuk menghindari masalah dalam
pelaksanaan pekerjaan. Acuan dari pada Berita acara PCM ini sendiri yaitu Keputusan Menteri No.
257/KPTS/M/2004 Tanggal 29 April 2004 dan Surat Dirjen No. UM.02.05-Db/514 Tanggal 19
Maret 1990.
4.2 Pemeriksaan Bersama Mutual Check (MC 0)
Pada tahap awal pelaksanaan kontrak, setelah diterbitkannya SPMK, direksi teknis bersama
dengan konsultan pengawas dan kontraktor melaksanakan pemeriksaan lapangan bersama yang
meliputi :

Pemeriksaan personil dan peralatan kontraktor

Pemeriksaan gambar kerja (Shop Drawing)

Peninjauan dan pengukuran lapangan

SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

IV-2

Laporan Pendahuluan
Hasil pemeriksaan bersama dituangkan dalam berita acara pemeriksaan, apabila dalam
pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi kontrak maka harus dituangkan dalam
amandemen kontrak. Berikut merupakan hal-hal khusus apabila terdapat ketidaksesuaian antar
rencana kerja dan kondisi di lapangan

Apabila dalam pelaksanaan pemeriksaan bersama terdapat perbedaan antara gambar kerja
dengan kondisi lapangan yang sebenarnya, maka direksi memerintahkan kepada konsultan
pengawas untuk melakukan review desain / penyesuaian gambar disesuaikan dengan kondisi
lapangan

Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan
dengan spesikasi teknis dan gambar yang ditentukan dalam dokumen kontrak, PPK bersama
kontraktor dapat melakukan perubahan kontrak antara lain :
- Menambah atau mengurangi kuantitas pekerjaan yang tercantuk dalam kontrak
- Menambah atau mengurangi jenis pekerjaan / mata pembayaran Pekerjaan tambah tidak boleh melebihi 10% (sepuluh persen) dari nilai harga yang
tercantum dalam kontrak awal

Addendum / Amademen Kontrak


Addendum atau amandemen kontrak dibuat apabila terjadi perubahan kontrak, perubahan
kontrak dapat terjadi apabila:
Perubahan pekerjaan disebabkan oleh sesuatu hal yang dilakukan oleh para pihak dalam
kontrak sehingga mengubah lingkup pekerjaan dalam kontrak
- Perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan akibat adanya perubahan pekerjaan - Perubahan harga kontrak akibat adanya perubahan pekerjaan dan perubahan pelaksanaan
pekerjaan. Yang nilainya tidak melebihi 10% dari nilai kontrak awal

4.3

Pelaporan
Pelaporan adalah konsolidasi dari rencana pekerjaan dan tindak lanjut pemantauan. Laporan

ini dibuat oleh kontraktor atau konsultan pengawas untuk diberikan kepada owner atau pemilik
proyek. dengan adanya laporan ini maka proses pelaksanaan pekerjaan dapat diarsipkan.
Jenis laporan yang harus disampaikan meliputi:
1. Laporan Pendahuluan
Laporan ini berisi informasi rencana kerja, jadwal dan metode pelaksanaan untuk
pengawasan. Laporan Pendahuluan dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar.
2. Laporan Mingguan
a. Laporan Umum
SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

IV-3

Laporan Pendahuluan
Yang menerangkan tentang evaluasi pelaksanaan pekerjaan pada minggu
yang bersangkutan, laporan mengenai prestasi yang dapat dicapai pada minggu
bersangkutan aktivitas kegiatan dalam periode I (satu) minggu serta masalahmasalah dan saran-saran Konsultan kepada Kontraktor agar tidak terjadi
kelambatan proyek.
b. Laporan Kemajuan Proyek
Dari laporan mengenai prestasi yang diterangkan dalam Laporan Umum
diatas, kemudian di break down / dirinci lebih lanjut bobot prestasi tiap
uraian pekerjaan, sehingga akan didapat prestasi kumulatif pada minggu
bersangkutan, serta prestasi yang dicapai yaitu prestasi pelaksanaan dikurangi
prestasi perencanaan (Time Schedule).
3. Laporan Bulanan
Dari hasil Laporan Mingguan jika digabungkan akan menjadi suatu Laporan
Bulanan, sehingga dalam Laporan Bulanan ini, tidak berbeda dengan Laporan
Mingguan, yaitu berisi antara lain :
a. Laporan Umum beserta permasalahannya
b. Laporan kemajuan pekerjaan dalam periode 1 (satu) bulan
c. Time Schedule berupa realisasi pelaksanaan rencana
d. Laporan pemakaian Alat dan Bahan
e. Laporan hasil pemeriksaan Laboratorium
f . Laporan hasil rapat (risalah / notulen rapat).
4. Laporan Akhir
Pada akhir proyek Konsultan membuat Laporan Akhir dan keseluruhan pelaksanaan
yang dilengkapi dengan gambar-gambar realisasi pelaksanaan di lapangan (As Built
Drawing).
Adapun Laporan Akhir ini berisikan :
a. Pendahuluan
Gambaran mengenai proyek yang dilaksanakan.
b. Uraian umum proyek.

Lokasi Proyek

Gambar peta situasi, potongan melintang dan memanjang

Administrasi Kontrak

Data Proyek dan Volume Pekerjaan

SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

IV-4

Laporan Pendahuluan

Barchari dan Time Schedule

Lain-lain khususnya yang terjadi selama pelaksanaan

c. Laporan Laboratorium
Kualitas /quality Control
b. liflet / peil pengukuran
c. Keadaan Cuaca
5.

Kurva S
Jadual Pelaksanaan Pekerjaan dapat dituangkan dalam berbagai cara, tapi yang paling
umum digunakan dalam pekerjaan pemerintah adalah Kurva S. Yang dimuat dalam
Kurva S adalah antara lain:
-

Identitas Pekerjaan,

Para Pihak yang bertanggung jawab dalam Pekerjaan; (Kepala Dinas, PPK
(PPTK), Konsultan Supervisi (Pengawas), dan Kontraktor Pelaksana)

Kurva S dipakai untuk melihat progress pekerjaan harian, mingguan, dan bulan. Dengan
melihat deviasinya, dapat diketahui suatu pekerjaan terlambat atau mendahului dari
target. Target yang dimaksud adalah jadual sesuai dengan kurva Rencana Prestasi
Pekerjaan. Direksi pekerjaan, konsultan supervisi, dan kontraktor pelaksana dapat
mengetahui sejak dini tentang prestasi pekerjaan agar dapat dikoordinasikan dengan para
pihak untuk mencegah masalah-masalah.
Ciri suatu pekerjaan mengalami keterlambatan, apabila garis kurva realisasi prestasi
pekerjaan berada di bawah garis rencana. Sebaliknya, suatu pekerjaan mendahului (lebih
cepat), apabila garis realisasi berada di atas kurva S rencana. Deviasi yang
diperbolehkan dalam pekerjaan biasanya < -10%. Kalau keterlambatan (deviasi) sudah
mencapai -10%, konsultan supervisi dan PPK sudah member surat peringatan kepada
Pihak Pelaksana Pekerjaan.
4.4

Serah Terima Pekerjaan (PHO)


Serah terima pekerjaan awal (PHO) adalah serah terima yang dilakukan oleh Kontraktor

Pelaksana ketika sudah selesai mengerjakan 100%. Syarat-syarat yang harus dilakukan adalah
Kontraktor Pelaksana mengajukan surat permohonan pemeriksaan pekerjaan 100% yang sudah
disetujui oleh Konsultan Supervisi dan PPTK (Pejabat Teknis yang ditunjuk oleh PPK) kepada
PPK. PPK akan membuat surat balasan untuk memeriksa pekerjaan baik di lapangan maupun
administrasi (dokumen-dokumen) pendukungnya dengan membentuk Tim Pemeriksa tambahan
atau cukup dengan petugas-petugas yang sudah ada. Setelah pekerjaan diperiksa, PPK membuat
SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

IV-5

Laporan Pendahuluan
surat hasil pemeriksaan pekerjaan yang biasa dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan dan
Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Awal (PHO). Setelah semuanya terpenuhi, Kontraktor
Pelaksana menagihkan pekerjaan 95%, sisanya 5% ditagihkan setelah masa pemeliharaan selesai
atau ditagihkan dengan mengganti jaminan pemeliharaan.
4.5

Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah tahap di mana Kontraktor Pelaksana melaksanakan pemeliharaan

terhadap hasil pekerjaan selama waktu yang ditetapkan dalam Dokumen Kontrak. Pemeliharaan
dimaksudkan untuk menjaga hasil pekerjaan harus sesuai dengan spesifikasi, kualitas, dan kuantitas
selama waktu pemeliharaan khususnya, dan menjamin hingga umur rencana tercapai dengan
memperkirakan hasil deteksi selama masa pemeliharaan.
4.6

Serah Terima Pekerjaan Akhir (FHO)


Tahapan serah terima pekerjaan akhir (FHO) hampir sama dengan PHO, dimulai dari surat

serah terima pemeriksaan pekerjaan dari Kontraktor Pelaksana kepada PPK. Lampiran-lampiran
yang diserahkan antara lain berupa catatan-catatan, analisis, uji lapangan, dan laboratorium paska
pemeliharaan, dan prediksi hasil pekerjaan terhadap umur rencana. Setelah diperiksa oleh para
pihak, PPK membuat Berita Acara Serah Terima Akhir (FHO) guna mengambil Uang Retensi 5%.

SOP Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Bidang Pemukiman

IV-6

Anda mungkin juga menyukai