Anda di halaman 1dari 22

1.

Peserta didik menyajikan hasil analisis pengetahuan prosedural pelaksanaan nilai-nilai pancasila
dalam penyelenggaraan pemerintahan negara RI.
a. Nilai Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
1.) Pengakuan adanya kausa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
2.) Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agamanya.
3.) Tidak memaksa warga negara untuk beragama, tetapi diwajibkan memeluk agama
sesuai hukum yang berlaku.
4.) Atheisme dilarang hidup dan berkembang di Indonesia.
5.) Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama, toleransi
antarumat dan dalam beragama.
6.) Negara memfasilitasi bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga negara dan
menjadi mediator ketika terjadi konflik antar agama.
b. Nilai Sila Kemanusian yang Adil dan Beradab
1.) Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makluk Tuhan. Karena
manusia mempunyai sifat universal.
2.) Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, hal ini juga bersifat
universal.
3.) Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah. Hal ini berarti bahwa yang
dituju masyarakat Indonesia adalah keadilan dan peradaban yang tidak pasif, yaitu
perlu pelurusan dan penegakan hukum yang kuat jika terjadi penyimpangan-
penyimpangan, karena Keadilan harus direalisasikan dalam kehidupan
bermasyarakat.
c. Nilai Sila Persatuan Indonesia.
1.) Nasionalisme
2.) Cinta bangsa dan tanah air
3.) Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa
4.) Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan, keturunan dan perbedaan
warna kulit.
5.) Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggulangan.
d. Nilai Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
1.) Hakikat Sila ini adalah demokrasi. Demokrasi dalam arti umum, yaitu pemerintah
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
2.) Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru
sesudah itu diadakan tindakan bersama. Di sini terjadi simpul yang penting yaitu
mengusahakan putusan bersama secara bulat.
3.) Dalam melakukan putusan diperlukan kejujuran bersama. Hal yang perlu diingat
bahwa keputusan bersama dilakukan secara bulat sebagai konsekuensi adanya
kejujuran bersama.
4.) Perbedaan secara umum demokrasi di negara barat dan di negara Indonesia, yaitu
terletak pada permusyawaratan rakyat.
e. Nilai Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
1.) Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan berkelanjutan.
2.) Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan bersama
menurut potensi masing-masing.
3.) Melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat bekerja sesuai
dengan bidangnya.
2. Peserta didik dapat menjelaskan makna dari rakyat/penduduk/warga negara.
 Rakyat kumpulan manusia yang dipersatukan oleh rasa persamaan dan bersama-
sama mendiami suatu wilayah negara. Rakyat sebagai penghuni negara, mempunyai
peranan penting dalam merencanakan, mengelola dan mewujudkan tujuan negara.
 Penduduk adalah orang yang bertempat tinggal atau menetap dalam suatu negara,
Penduduk ialah Warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.
 Warga negara ialah orang yang secara hukum merupakan anggota dari suatu negara,
orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai warga negara.
3. Peserta didik memverifikasi kesimpulan data dan informasi status kewarganegaraan
seseorang berdasarkan kasus tersebut.
 Status Warga Negara Indonesia (UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia)
a. Setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI.
b. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI.
c. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga
negara asing (WNA), atau sebaliknya.
d. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang
tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak
memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.
e. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal
dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI.
f. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI.
g. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh
seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak
tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin.
h. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir
tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
i. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia
selama ayah dan ibunya tidak diketahui.
j. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya
tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.
k. Anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI,
yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan
memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
l. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
 Asas-Asas Kewarganegaraan Indonesia
a. Asas ius sanguinis (asas keturunan), yaitu kewarganegaraan seseorang
ditentukan berdasarkan pada keturunan orang yang bersangkutan. Misalnya,
seseorang dilahirkan di negara A, sedangkan orang tuanya berkewarganegaraan
negara B, maka ia adalah warga negara B. Jadi berdasarkan asas ini,
kewarganegaraan anak selalu mengikuti kewarganegaraan orang tuanya tanpa
memperhatikan di mana anak itu lahir.
b. b. Asas ius soli (asas kedaerahan/tempat kelahiran), yaitu kewarganegaraan
seseorang ditentukan berdasarkan tempat kelahirannya. Misalnya, seseorang
dilahirkan di negara B, sedangkan orang tuanya berkewarganegaraan negara A,
maka ia adalah warganegara B. Jadi menurut asas ini kewarganegaraan
seseorang tidak terpengaruh oleh kewarganegaraan orang tuanya, karena yang
menjadi patokan adalah tempat kelahirannya.
 Dua kemungkinan status kewarganegaraan seorang penduduk
a. Apatride, yaitu adanya seorang penduduk yang sama sekali tidak mempunyai
kewarganegaraan. Misalnya, seorang keturunan bangsa A yang menganut asas
ius soli lahir di negara B yang menganut asas ius sanguinis. Orang tersebut
tidaklah menjadi warga negara A dan juga tidak dapat menjadi warga negara B.
Orang tersebut tidak mempunyai kewarganegaraan.
b. Bipatride, yaitu adanya seorang penduduk yang mempunyai dua macam
kewarganegaraan sekaligus (kewarganegaraan rangkap). Misalnya, seseorang
keturunan bangsa B yang menganut asas ius sanguinis lahir di negara A yang
menganut asas ius soli. Karena ia keturunan bangsa B, maka ia dianggap sebagai
warga negara B. Akan tetapi, negara A juga mengganggap dia warga negaranya
berdasarkan tempat kelahirannya.
 Dalam menentukan status kewarganegaraan seseorang, pemerintah suatu negara
lazim menggunakan dua stelsel sebagai berikut.
a. Stelsel aktif, yaitu seseorang harus melakukan tindakan hukum tertentu secara
aktif untuk menjadi warga negara (naturalisasi biasa)
b. Stelsel pasif, yaitu seseorang dengan sendirinya dianggap menjadi warga negara
tanpa melakukan sutu tindakan hukum tertentu (naturalisasi Istimewa).
 Berkaitan dengan kedua stelsel tadi, seorang warga negara dalam suatu negara pada
dasarnya mempunyai hal-hal sebagai berikut.
a. Hak opsi, yaitu hak untuk memilih suatu kewarganegaraan (dalam stelsel aktif)
b. Hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak suatu kewarganegaraan (stelsel pasif).
 Menurut penjelasan Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia dinyatakan bahwa Indonesia dalam penentuan
kewarganegaraan menganut asas-asas sebagai berikut.
a. Asas ius sanguinis, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
berdasarkan keturunan, bukan bersasarkan negara tempat dilahirkan.
b. Asas ius soli secara terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diberlakukan terbatas
bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur undangundang.
c. Asas kewarganegaraan tunggal, yaitu asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang.
d. Asas kewarganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam undang-undang.
4. Peserta didik menunjukan salah satu ciri negara demokrasi sesuai dengan ilustrasi yang
disajikan.
Suatu komunitas masyarakat dapat disebut masyarakat politik jika masyarakat tersebut
telah memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.) Selalu ada kelompok yang memerintah dan diperintah.
2.) Memiliki sistem pemerintahan tertentu yang mengatur kehidupan masyarakat.
3.) Memiliki lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pemerintahan.
4.) Memilki tujuan tertentu yang mengikat seluruh masyarakat.
5.) Memahami informasi dasar tentang siapa yang memegang kekuasaan dan bagaimana
sebuah institusi bekerja.
6.) Dapat menerima perbedaan pendapat.
7.) Memiliki kepedulian dan kepekaan terhadap masalah-masalah yang dihadapi bangsa.
8.) Memiliki rasa tanggung jawab terhadap perkembangan dan keadaan negara dan
bangsanya.
9.) Memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam kegiatan perumusan penentuan
kebijakan negara, mengawasi dan mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut dalam
berbagai bidang kehidupan.
10.) Menyadari akan pentingnya pembelaan terhadap negara, kedaulatan, keberadaan dan
keutuhan negara memahami, menyadari dan melaksanakan sikap dan perilaku yang
seseuai dengan hak dan kewajibannya sebagai warga masyarakat dan warga negara.
11.) Patuh terhadap hukum dan menegakkan supremasi hukum.
12.) Membangun budaya politik yang demokratis.
13.) Menjunjung tinggi demokrasi, hak asasi manusia, keadilan dan persamaan.
14.) Mengawasi jalannya pemerintahan agar tertata dengan baik.
15.) Memiliki wawasan kebangsaan, sikap dan perilaku yang mencerminkan cinta tanah air.
5. Peserta didik menganalisis nilai dasar yang dikembangkan dalam pelaksanaan desentralisasi
dan otonomi daerah.
a. Nilai Unitaris, yang diwujudkan dalam pandangan bahwa Indonesia tidak mempunyai
kesatuan pemerintahan lain di dalamnya yang bersifat negara (Eenheidstaat), yang
berarti kedaulatan yang melekat pada rakyat, bangsa, dan negara Republik Indonesia
tidak akan terbagi di antara kesatuan-kesatuan pemerintahan.
b. Nilai Dasar Desentralisasi Teritorial, yang bersumber dari isi dan jiwa Pasal 18 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berdasarkan nilai ini pemerintah
diwajibkan untuk melaksanakan politik desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang
ketatanegaraan.
6. Peserta didik memverifikasi kesimpulan data dan informasi tentang faktor-faktor pembentuk
integrasi nasional berdasarkan bacaan yang disajikan.
a. Faktor pembentuk integrasi nasional
1.) Adanya rasa senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor sejarah.
2.) Adanya ideologi nasional yang tercermin dalam simbol negara yaitu Garuda
Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
3.) Adanya tekad serta keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa indonesia seperti
yang dinyatakan dalam Sumpah Pemuda.
4.) Adanya ancaman dari luar yang menyebabkan munculnya semangat nasionalisme di
kalangan bangsa Indonesia.
5.) Penggunaan bahasa Indonesia.
6.) Adanya semangat persatuan dan kesatuan dalam bangsa, bahasa, dan tanah air
Indonesia.
7.) Adanya kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama, yaitu Pancasila.
8.) Adanya jiwa dan semangat gotong royong, solidaritas, dan toleransi keagamaan
yang kuat.
9.) Adanya rasa senasib sepenanggungan akibat penderitaan penjajahan.
10.) Adanya rasa cinta tanah air dan mencintai produk dalam negeri.
b. Faktor penghambat integrasi nasional
1.) Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang bersifat heterogen.
2.) Kurangnya toleransi antargolongan.
3.) Kurangnya kesadaran dari masyarakat Indonesia terhadap ancaman dan gangguan
dari luar.
4.) Adanya ketidakpuasan terhadap ketimpangan dan ketidakmerataan hasil-hasil
pembangunan.
7. Peserta didik dapat menentukan UU yang menjadi landasan dalam membangun peran serta
masyarakat dalam mengatasi berbagai macam ancaman negara.
a. UUD NRI Tahun 1945 Pasal 27 Ayat 3 mengamanatkan bahwa “Setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara”.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang
Pertahanan Negara, upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.
c. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan
Nasional.
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok
Perlawanan Rakyat.
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok
Hankam Negara RI, diubah oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
1988. 158 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
f. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
g. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
h. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30
Ayat (1) dan (2) menyatakan “bahwa tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara yang dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan kepolisian sebagai komponen
utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung”. Ada pula pada Pasal 27 Ayat (3):
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaaan negara”.
i. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara,
Ayat 1: “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam Penyelenggaraan Pertahanan Negara”; Ayat 2: “Keikutsertaan warga
negara dalam upaya bela negara dimaksud Ayat 1 diselenggarakan melalui kegiatan-
kegiatan sebagai berikut. 1) Pendidikan Kewarganegaraan, 2) Pelatihan dasar
kemiliteran, 3) Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib, dan 4)
Pengabdian sesuai dengan profesi.
8. Peserta didik dapat menyimpulkan sikap yang sesuai dengan tujuan wawasan nusantara
seperti yang tertuang dalam tujuan nasional bangsa berdasarkan ilustrasi yang disajikan.
Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek
kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada
kepentingan individu, kelompok golongan, suku bangsa atau daerah. Kepentingan-
kepentingan tersebut tetap dihormati, diakui, dan dipenuhi selama tidak bertentangan
dengan kepentingan nasional atau kepentingan masyarakat. Nasionalisme yang tinggi di
segala bidang demi tercapainya tujuan nasional tersebut merupakan pancaran dari makin
meningkatnya rasa, paham, dan semangat kebangsaan dalam jiwa bangsa Indonesia sebagai
hasil pemahaman dan penghayatan Wawasan Nusantara.
9. Peserta didik diminta menjelaskan makna sistem pemerintahan berdasarkan konstitusi.
a. Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 Alinea IV
menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu disusun dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945,
Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Berdasarkan hal itu
dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk
pemerintahannya adalah republik.
b. Dalam arti luas : Pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh
badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di suatu negara dalam mencapai tujuan negara.
c. Dalam arti sempit : Pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh
badan eksekutif beserta jajarannya dalam mencapai tujuan negara.
d. Menurut Utrecht ada 3 pengertian :
1.) Pemerintahan adalah gabunagan dari semua badan kenegaraan yang memiliki
kekuasaan untuk memerintah (legislatif,Eksekutif, Yudikatif).
2.) Pemerintahan adalah gabungan badan-badan kenegaraan tertinggi yang memiliki
kekuasaan memerintah (Presiden, Raja, Yang dipertuan Agung).
3.) Pemerintahan dalam arti kepala pemerintahan (Presiden/Perdana Menteri) bersama
kabinetnya.
e. Menurut Offe Pemerintahan adalah hasil dari tindakan administratif dalam berbagai
bidang, bukan hanya hasil dari pelaksanaan tugas pemerintah dalam melaksanakan
undang-undang melainkan hasil dari kegiatan bersama antara lembaga pemerintahan
dengan klien masing-masing.
f. Menurut Kooiman Pemerintahan adalah proses interaksi antara berbagai aktor dalam
pemerintahan dengan kelompok sasaran atau berbagai individu masyarakat.
g. Menurut Austin Ranney pemerintahan adalah proses kegiatan pemerintah dalam
membuat dan menegakkan hukum dalam suatu negara.
h. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia pemerintahan berarti :
1.) Proses, cara, perbuatan memerintah.
2.) Segala urusan yang dilakukan negara dalammenyelenggarakan kesejahteraan rakyat
dan kepentingan negara.
10. Peserta didik akan diberikan diagram polybios dan diminta menyajikan berdasarkan realitas
sejarah diemerintahan Indonesia.
11. Peserta didik diminta mengdentifikasi prinsip demokrasi di Indonesia mengacu pada 10 pilar
demokrasi yang dikemukakan oleh Ahmad Sanusi.
12. Peserta didik diminta mendeskripsikan peran lembaga peradilan sesuai dengan UUD NRI
Tahun 1945.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/28/194500869/peran-lembaga-peradilan-
dalam-penegakan-hukum-dan-ham?page=all
13. Peserta didik diminta menelaah permasalahan tenaga kerja dan diminta menentukan
penanggulangan atas masalah tersebut.
14. Peserta didik diminta menyusun pola analisis kontrak kerja berdasarkan jenis kontrak kerja.

15. Peserta didik diminta menjelaskan subjek hukum Internasional berdasarkan latar
belakangnya.
16. Peserta didik diminta mengurutkan prosedur yang ditempuh berdasarkan kasus yang
ditelaah.

17. Peserta diminta menjelaskan pentingnya politik internasional berdasarkan UUD NRI tahun
1945.
18. Peserta didik diminta untuk mengidentifikasi kasus ancaman berdasarkan kategori ancaman.

19. Peserta didik diminta untuk menjelaskan konsep NKRI berdasarkan UUD NRI 1945.

Konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut UUD 1945 adalah


 Pasal 1 ayat 1 : " Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik".
Republik Indonesia berada dibawah kepala negara dan kepala pemerintahan yaitu
presiden.
 Pembukaan UUD alinea IV : "... untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Maksudnya negara Indonesia harus memiliki pemerintahan yang kuat dan mampu
melindungi negara dari berbagai ancaman baik dalam maupun luar negeri. Kemudian
juga mampu menyejahterakan rakyatnya.
20. Peserta didik diminta mengamati faktor yang menghambat persatuan dan kesatuan
Indonesia berdasarkan contoh kasus yang disajikan.
21. Peserta didik diminta menganalisis kasus pelanggaran hak yang dikaitkan dengan UUD NRI
tahun 1945.
a. Hak atas Kewarganegaraan
Pasal 26 ayat (1) dan (2) dengan tegas menjawab pertanyaan tersebut. Berdasarkan
ketentuan pasal tersebut, yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang- undang
sebagai warga negara. Adapun yang menjadi penduduk Indonesia ialah warga negara
Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Pasal 26 merupakan
jaminan atas hak setiap orang untuk mendapatkan status kewarganegaraannya yang
tidak dapat dicabut secara semena-mena.
b. Kesamaan Kedudukan dalam Hukum dan Pemerintahan
Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya”. Hal ini menunjukkan adanya keseimbangan antara hak
dan kewajiban dan tidak adanya diskriminasi di antara warga negara mengenai kedua
hal ini. Pasal 27 ayat (1) merupakan jaminan hak warga negara atas kedudukan sama
dalam hukum dan pemerintahan, serta merupakan kewajiban warga negara untuk
menjunjung hukum dan pemerintahan.
c. Hak atas Pekerjaan dan Penghidupan yang Layak Bagi Kemanusiaan
Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Berbagai peraturan perundang-undangan
yang mengatur hal ini, seperti yang terdapat dalam undang-undang agraria,
perkoperasian, penanaman modal, sistem pendidikan nasional, tenaga kerja, perbankan,
dan sebagainya yang bertujuan menciptakan lapangan kerja agar warga negara
memperoleh penghidupan layak.
d. Hak dan kewajiban bela negara
Pasal 27 ayat (3) menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara”. Ketentuan tersebut menegaskan hak dan kewajiban
warga negara menjadi sebuah kesatuan. Dengan kata lain, upaya pembelaan negara
merupakan hak sekaligus menjadi kewajiban dari setiap warga negara Indonesia.
e. Kemerdekaan Berserikat dan Berkumpul
Pasal 28 menetapkan hak warga negara untuk berserikat dan berkumpul, serta
mengeluarkan pikiran secara lisan maupun tulisan, dan sebagainya. Dalam ketentuan ini,
terdapat tiga hak warga negara, yaitu hak kebebasan berserikat, hak kebebasan
berkumpul, serta hak kebebasan untuk berpendapat. Dalam melaksanakan ketiga hak
tersebut, setiap warga negara berkewajiban mematuhi berbagai ketentuan yang
mengaturnya.
f. Kemerdekan Memeluk Agama
Pasal 29 ayat (1) menyatakan bahwa “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Ketentuan ayat ini menyatakan kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Kemudian Pasal 29 ayat (2) menyatakan “Negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Hal ini merupakan hak warga negara atas
kebebasan beragama. Dalam konteks kehidupan bangsa Indonesia, kebebasan beragama
ini tidak diartikan bebas tidak beragama, tetapi bebas untuk memeluk satu agama sesuai
dengan keyakinan masing-masing, serta bukan berarti pula bebas untuk
mencampuradukkan ajaran agama.
g. Pertahanan dan Keamanan Negara
Pertahanan dan keamanan negara dalam UUD NRI Tahun 1945 dinyatakan dalam bentuk
hak dan kewajiban yang dirumuskan dalam Pasal 30 ayat (1) dan (2). Ketentuan tersebut
menyatakan hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara.
h. Hak Mendapat Pendidikan
Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia tecermin dalam alinea keempat
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, yaitu pemerintah negara Indonesia antara lain
berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa. Pasal 31 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945
menetapkan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Ketentuan ini
merupakan penegasan hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan. Selanjutnya,
Pasal 31 ayat (2) ditegaskan bahwa “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Pasal ini merupakan penegasan atas
kewajiban warga negara untuk mengikuti pendidikan dasar. Untuk maksud tersebut,
Pasal 31 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 mewajibkan pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
i. Kebudayaan Nasional Indonesia
Pasal 32 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 menetapkan bahwa “Negara memajukan
kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan mengembang- kan nilai-nilai budayanya”. Hal ini
merupakan penegasan atas jaminan hak warga negara untuk mengembangkan nilai-nilai
budayanya. Kemudian, dalam Pasal 32 ayat (2), disebutkan “Negara menghormati dan
memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional”. Ketentuan ini
merupakan jaminan atas hak warga negara untuk mengembangkan dan menggunakan
bahasa daerah sebagai bahasa pergaulan.
j. Perekonomian Nasional
Pasal 33 UUD NRI Tahun 1945 mengatur tentang perekonomian nasional. Pasal 33 terdiri
atas lima ayat, yaitu sebagai berikut.
1.) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
2.) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara.
3.) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
4.) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efi siensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
5.) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
Ketentuan Pasal 33 ini merupakan jaminan hak warga negara atas usaha
perekonomian dan hak warga negara untuk mendapatkan kemakmuran.
k. Kesejahteraan Sosial Masalah
Kesejahteraan sosial dalam UUD RI Tahun 1945 diatur dalam Pasal 34. Pasal ini terdiri
atas empat ayat, yaitu sebagai berikut.
1.) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
2.) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruah rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan.
3.) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
4.) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
Pasal 34 UUD NRI Tahun 1945 memancarkan semangat untuk mewujudkan keadilan
sosial. Ketentuan dalam pasal ini memberikan jaminan atas hak warga negara untuk
mendapatkan kesejahteraan sosial yang terdiri atas hak mendapatkan jaminan
sosial, hak mendapatkan jaminan kesehatan, dan hak mendapatkan fasilitas umum
yang layak.
Pelanggaran terhadap hak warga negara bisa kita lihat dari kondisi yang saat ini terjadi misalnya
sebagai berikut.

a. Proses penegakan hukum masih belum optimal dilakukan, misalnya masih terjadi kasus salah
tangkap, perbedaan perlakuan oknum aparat penegak hukum terhadap para pelanggar
hukum dengan dasar kekayaan atau jabatan masih terjadi, dan sebagainya. Hal itu
merupakan bukti bahwa amanat Pasal 27 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang menyatakan
“Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya” belum
sepenuhnya dilaksanakan.
b. Saat ini, tingkat kemiskinan dan angka pengangguran di negara kita masih cukup tinggi,
padahal Pasal 27 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 mengamanatkan bahwa “Tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
c. Makin merebaknya kasus pelanggaran hak asasi manusia seperti pembunuhan,
pemerkosaan, kekerasan dalam rumah tangga, dan sebagainya. Padahal, Pasal 28A–28J UUD
NRI Tahun 1945 menjamin keberadaan Hak Asasi Manusia.
d. Masih terjadinya tindak kekerasan mengatasnamakan agama, misalnya penyerangan tempat
peribadatan, padahal Pasal 29 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 menegaskan bahwa “negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.
e. Angka putus sekolah yang cukup tinggi mengindikasikan belum terlaksana secara
sepenuhnya amanat Pasal 31 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “setiap
warga negara berhak mendapat pendidikan”.
f. Pelanggaran hak cipta, misalnya peredaran VCD/DVD bajakan, perilaku plagiat dalam
membuat sebuah karya dan sebagainya.

22. Peserta didik diminta menunjukan sila pancasila yang dilanggar berdasarkan kasus yang
disajikan.
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjamin hak warga negara untuk bebas memeluk
agama sesuai dengan kepercayaannya serta melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran
agamanya masing-masing. Sila pertama ini juga menggariskan beberapa kewajiban
warga negara untuk:
1.) membina kerja sama dan tolong-menolong dengan pemeluk agama lain sesuai
dengan situasi dan kondisi di lingkungan masing-masing;
2.) mengembangkan toleransi antarumat beragama menuju terwujudnya kehidupan
yang serasi, selaras, dan seimbang; serta
3.) tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menempatkan hak setiap warga negara pada
kedudukan yang sama dalam hukum serta memiliki hak-hak yang sama untuk mendapat
jaminan dan perlindungan hukum. Adapun kewajiban warga negara yang tersirat dalam
sila kedua ini di antaranya kewajiban untuk:
1.) memperlakukan orang lain sesuai harkat dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa;
2.) mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban setiap manusia tanpa membeda-
bedakan suku, keturunan, agama, jenis kelamin, dan sebagainya;
3.) mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tenggang rasa, dan tidak
semena-mena kepada orang lain; serta
4.) melakukan berbagai kegiatan kemanusiaan.
c. Sila Persatuan Indonesia menjamin hak-hak setiap warga negara dalam keberagaman
yang terjadi kepada masyarakat Indonesia seperti hak mengembangkan budaya daerah
untuk memperkaya budaya nasional. Sila ketiga mengamanatkan kewajiban setiap
warga negara untuk:
1.) menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau
golongan;
2.) sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara;
3.) mencintai tanah air dan bangsa Indonesia;
4.) mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika; serta
5.) memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
/Perwakilan dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan, bernegara, dan
bermasyarakat yang demokratis. Sila keempat menjamin partisipasi politik warga negara
yang diwujudkan dalam bentuk kebebasan berpendapat dan berorganisasi serta hak
berpartisipasi dalam pemilihan umum. Sila keempat mengamanatkan setiap warga
negara untuk:
1.) mengutamakan musyawarah mufakat dalam setiap pengambilan keputusan;
2.) tidak memaksakan kehendak kepada orang lain; dan
3.) memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil rakyat yang telah terpilih untuk
melaksanakan musyawarah dan menjalankan tugas sebaik-baiknya.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengakui hak milik perorangan dan
dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta memberi kesempatan sebesar-besarnya
kepada masyarakat. Sila kelima mengamanatkan setiap warga negara untuk:
1.) mengembangkan sikap gotong royong dan kekeluargaan dengan masyarakat di
lingkungan sekitar;
2.) tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum; dan
3.) suka bekerja keras.
23. Peserta didik menganalisis hak secara universal.
Hak asasi manusia dalam arti universal adalah hak asasi yang dianggap berlaku
bagi semua bangsa, penerapannya tidak mengenali batasan-batasan, baik itu
bersifat kewarganegaraan, kewilayahan, atau yang lainnya, selama ia dipandang
memiliki kualitas sebagai manusia dianggap memiliki HAM.

24. Mencontohkan kasus pelanggaran HAM di Indonesia dalam perspektif pancasila.


Pelanggaran HAM yang sering muncul biasanya terjadi dalam dua bentuk, yaitu :
1.) Diskriminasi, yaitu suatu pembatasan, pelecehan atau pengucilan yang langsung
maupun tidak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku,
ras, etnik, kelompok, golongan, jenis kelamin, bahasa, keyakinan dan politik yang
berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan hak asasi manusia dan
kebebasan dasar dalam kehidupan baik secara individual maupun kolektif dalam semua
aspek kehidupan.
2.) Penyiksaan, adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan sengaja sehingga
menimbulkan rasa sakit atau penderitaan baik jasmani maupun rohani.

Berdasarkan sifatnya pelanggaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1.) Pelanggaran HAM Biasa Merupakan sebuah kasus pelanggaran HAM yang ringan dimana
tidak sampai mengancam keselamatan jiwa orang. Akan tetapi, ini tetap saja termasuk
dalam kategori berbahaya apabila dalam jangka waktu yang lama. Sehingga sangat
penting untuk segera diatasi supaya tidak ada pelanggaran yang lainnya. Beberapa
contoh pelanggaran HAM ringan yakni pencemaran lingkungan secara sengaja,
penggunaan bahan berbahaya pada makanan yang disengaja.
2.) Pelanggaran HAM Berat. Yaitu pelanggaran HAM yang mengancam nyawa manusia
seperti pembunuhan, penganiayaan, perampokan, perbudakan, penyanderaan. Menurut
UU. RI Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, Pelanggaran HAM Berat dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
a. Kejahatan genosida, yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara :
membunuh anggota kelompok;
mengakibatkan penderitaan fisik dan mental yang berat terhadap anggota
Kelompok.
menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya;
tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok;
memindahkan paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.
b. Kejahatan kemanusiaan, yaitu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari
serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut
ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa :
Pembunuhan, pemusnahan, perbudakan;
Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
sewenang-wenang yang melanggar (asasasas) ketentuan pokok hukum
internasional;
c. Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia
Contoh kasus pelanggaran HAM yang berkaitan dengan lingkungan :
a) Kasus Pencemaran Laut Timor
b) Pembakaran Hutan di jambi dan riau
Contoh kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia:
a) Kerusuhan Tanjung Priok tanggal 12 September 1984. Dalam kasus
ini 24 orang tewas, 36 orang luka berat, dan 19 orang luka ringan.
Keputusan majelis hakim terhadap kasus ini menetapkan 14
terdakwa seluruhnya dinyatakan bebas.
b) Penyerbuan kantor Partai Demokrasi Indonesia tanggal 27 Juli 1996.
Dalam kasus ini lima orang tewas, 149 orang luka-luka, dan 23 orang
hilang. Keputusan majelis hakim terhadap kasus ini menetapkan
empat terdakwa dinyatakan bebas dan satu orang terdakwa divonis
2 (dua) bulan 10 hari.
c) Penembakan mahasiswa Universitas Trisakti pada tanggal 12 Mei
1998. Dalam kasus ini 4 (empat) orang mahasiswa tewas.
Mahkamah Militer yang menyidangkan kasus ini memvonis dua
terdakwa dengan hukuman 4 (empat) bulan penjara, empat
terdakwa divonis 2 – 5 bulan penjara dan sembilan orang terdakwa
divonis penjara 3 – 6 tahun.
d) Tragedi Semanggi I pada tanggal 13 November 1998. Dalam kasus ini
enam orang mahasiswa tewas. Kemudian terjadi lagi tragedi
Semanggi II pada tanggal 24 September 1999 yang mengakibatkan
seorang mahasiswa tewas. 5. Penculikan aktivis pada 1997/1998.
Dalam kasus ini 23 orang dinyatakan hilang (9 orang di antaranya
telah dibebaskan, dan 13 orang belum ditemukan sampai saat ini.
25. Mengidentifikasi upaya yang telah dilakukan pemerintah indonesia dalam usaha
perlindungan HAM
1.) Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) Komnas HAM
dibentuk pada tanggal 7 Juli 1993 melalui Kepres Nomor 50 tahun 1993. Keberadaan
Komnas HAM selanjutnya diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia pasal 75 sampai dengan pasal 99.
a. Melakukan perdamaian pada kedua belah pihak yang bermasalah
b. Menyelesaikan masalah secara konsultasi maupun negosiasi
c. Menyampaian rekomendasi pada suatu kasus pelanggaran HAM kepada pemerintah
dan DPR untuk ditindaklanjuti
d. Memberi saran kepada pihak yang bermasalah untuk menyelesaikan sengkketa di
pengadilan.
2.) Pembentukan Instrumen HAM Instrumen HAM merupakan alat untuk menjamin proses
perlindungan dan penegakkan hak asasi manusia. Instrumen HAM biasanya berupa
peraturan perundang-undangan dan lembaga-lembaga penegak HAM, seperti KOMNAS
HAM dan Pengadilan HAM. Instrumen HAM yang berbentuk peraturan perundang-
undangan dibentuk untuk menjamin kepastian hukum serta memberikan arahan dalam
proses penegakkan HAM.
3.) Pembentukan Pengadilan HAM Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2000. Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus
terhadap pelanggaran HAM berat yang diharapkan dapat melindungi hak asasi manusia
baik perseorangan maupun masyarakat dan menjadi dasar dalam penegakan, kepastian
hukum, keadilan dan perasaan aman, baik perseorangan maupun
masyarakat.Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan memutuskan
perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Disamping itu, berwenang
memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM yang dilakukan oleh warga negara
Indonesia dan terjadi di luar batas teritorial wilayah Indonesia.
26. Peserta didik menentukan bagaimana cara penanganan dan peradilan pelaku kejahatan
HAM berskala internasional.
Berikut adalah sebuah proses apabila terjadinya pelanggaran HAM berat dan berskala
internasonal :
1) Apabila sebuah negara sedang dalam melakukan sebuah tindakan penyelidikan, maka
penyidikan maupun tuntutan yang dimana beradasrkan atas kejahatan yang terjadi, maka
kemudian tindakan dari pengadilan pidana internasional tersebut kemudian akan berada
didalam sebuah posisi yang dimana inadmissible atau yang berarti ditolak untuk melakukan
sebuah penanganan atas perkara dan kejahatan tersebut.
Kemudian, dalam sebuah posisi inadmissible tersebut maka akan dapat berubah menjadi
admissible yang dimana kemudian apabila sebuah negara yang terdapat kasus tersebut tidak
ingin, maupun tidak dapat mengerjakan sebuah tugas investigasi maupun penuntutan.
2) Sebuah perkara yang dimana telah dilakukan sebuah investigasi terhadap sebuah negara,
kemudian negara yang dimana bersangkutan tersebut kemudian telah memberikan sebuah
keputusan untuk tidak melakukan sebuah proses penuntutan untuk lebih lanjut terhadap
sebuah kejahatan yang dimana telah dilakuka oleh pelaku tersebut, maka dalam hal ini
pengadilan dari pidana internasional kemudian dapat berubah menjadi posisi inadmissible.
Kemudian, dalam sebuah posisi inadmissible tersebut maka akan dapat berubah menjadi
admissible yang dimana kemudian apabila sebuah negara yang terdapat kasus tersebut tidak
ingin, maupun tidak dapat mengerjakan sebuah tugas investigasi maupun penuntutan.
3) Terakir, apabila para pelaku dari kejahatan HAM yang dimana telah dilakukan pengadilan
dan maupun kemudian mendapatkan sebuah kekuatan hukum yang dimana tetap. Hal
tersebut kemudian akan melekatkan sebuah asa nebus in idem pada pelaku.

Anda mungkin juga menyukai