Anda di halaman 1dari 8

Farah Farhanah S

3B D3 Keperawatan
32722001D18040
RESUME

1. ADAPTASI FISIOLOGI KEHAMILAN


 Perubahan Fisiologis Kehamilan
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita
mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam
perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin, estrogen, dan
progesteron yang menyebabkan perubahan pada bagian-bagian tubuh dibawah
ini :
a) System reproduksi
- Uterus
Menurut Prawiroharjo (2014), Pembesaran uterus
merupakan perubahan anatomi yang paling nyata pada ibu
hamil. Peningkatan konsentrasi hormon estrogen dan
progesteron pada awal kehamilan akan menyebabkan hipertrofi
miometrium. Hipertrofi tersebut dibarengi dengan peningkatan
yang nyata dari jaringan elastin dan akumulasi dari jaringan
fibrosa sehingga struktur dinding uterus menjadi lebih kuat
terhadap regangan dan distensi. Hipertrofi miometrium juga
disertai dengan peningkatan vaskularisasi dan pembuluh
limfatik.
Uterus bertambah besar, dari yang beratnya 30 gr.
Menjadi 1000 gr saat akhir kehamilan (40 minggu).
Pembesaran ini di sebabkan oleh peningkatan vaskularisasi dan
dilatasi pembuluh darah, hipertofi dari otot-otot rahim, dan
perkembangan desidua dan pertumbuhan janin.
Pada Trimester III (> 28 minggu) dinding uterus mulai
menipis dan lebih lembut. Pergerakan janin dapat diobservasi
dan badannya dapat diraba untuk mengetahui posisi dan
ukurannya, korpus berkembang menjadi segmen bawah rahim.
Pada minggu ke-36 kehamilan terjadi penurunan janin ke
bagian bawah rahim, hal ini disebabkan melunaknya
jaringanjaringan dasar panggul bersamaan dengan gerakan
yang baik dari otot rahim dan kedudukan bagian bawah rahim.
- Serviks
Perubahan yang penting pada serviks dalam kehamilan
adalah menjadi lunak. Sebab pelunakan ini adalah pembuluh
darah dalam serviks bertambah dan karena timbulnya oedema
dari serviks dan hiperplasia serviks. Pada akhir kehamilan,
serviks menjadi sangat lunak dan portio menjadi pendek (lebih
dari setengahnya mendatar) dan dapat dimasuki dengan mudah
oleh satu jari.
- Vagina
Pada Trimester III, estrogen menyebabkan perubahan
pada lapisan otot dan epitelium. Lapisan otot membesar, vagina
lebih elastis yang memungkinkan turunnya bagian bawah janin
(Indrayani, 2011).
- Ovarium
Tidak terjadi pembentukan folikel baru dan hanya
terlihat perkembangan dari korpus luteum (Hani, 2011).
- Payudara
Konsentrasi tinggi estrogen dan progesteron yang
dihasilkan oleh plasenta menimbulkan perubahan pada
payudara (tegang dan membesar). Adanya chorionic
somatotropin (Human Placental Lactogen/HPL) dengan muatan
laktogenik akan merangsang pertumbuhan kelenjar susu di
dalam payudara dan berbagai perubahan metabolik yang
mengiringinya (Asrinah dkk, 2015).
b) System pencernaan
- Mulut dan Gusi
Peningkatan estrogen dan progesteron meningkatnya
aliran darah ke rongga mulut, hipervaskularisasi pembuluh
darah kapiler gusi sehingga terjadi oedema.
- Lambung
Estrogen dan HCG meningkat, dengan efek sampingg
mual dan muntah-muntah. Perubahan peristaltik dengan gejala
sering kembung, konstipasi, lebih sering lapar/ perasaan ingin
makan terus (mengidam), juga akibat peningkatan asam
lambung.
- Usus Halus dan Usus Besar
Tonus otot- otot saluran pencernaan melemah sehingga
motilitas dan makanan akan lebih lama berada dalam saluran
makanan. Reasorbsi makanan baik, namun akan menimbulkan
obstipasi.
c) System perkemihan
Ureter membesar, tonus otot- otot saluran kemih menurun
akibat pengaruh estrogen dan progesteron. Kencing lebih sering,
laju filtrasi meningkat. Dinding saluran kemih bisa tertekan oleh
perbesaran uterus, menyebabkan hidroureter dan mungkin
hidronefrosis sementara. Kadar kreatinin, urea dan asam urat dalam
darah mungkin menurun, namun ini dianggap normal.
d) System kardiovaskuler
Meningkatnya beban kerja menyebabkan otot jantung
mengalami hipertrrofi, terutama ventrikel kiri sebagai pengatur
pembesaran jantung. Kecepatan darah meningkat (jumlah darah
yang dialirkan oleh jantung dalam setiap denyutnya) sebagai hasil
dari peningkatan curah jantung. Ini meningkatkan volume darah
dan oksigen ke seluruh organ dan jaringan ibu untuk pertumbuhan
janin (Asrinah dkk, 2015).
e) Sistem integument
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan
hiperpigmentasi karena pengaruh Melanophore Stimulating
Hormon lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar
suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum
livide,atau alba, aerola mamae, papilla mamae, linea nigra,
chloasmagravidarum. Setelah persalinan hiperpigmentasi akan
menghilang.
f) Sistem pernapasan
Pada kehamilan terjadi perubahan sistem respirasi untuk bisa
memenuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma
akibat dorongan rahim yang membesar pada usia kehamilan 32
minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan
kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih
dalam sekitar 20 sampai 25% dari biasanya.
g) Metabolisme
Metabolisme basal naik sebesar 15% sampai 20% dari semula,
terutama pada trimester ketiga. Kesimbangan asam basa
mengalami penurunan dari 155 mEq per liter menjadi 145mEq per
liter disebabkan adanya hemodilusi darah dan kebutuhan mineral
yang dibutuhkan janin. Kebutuhan protein perempuan hamil
semakin tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin,
perkembangan organ kehamilan dan persiapan laktasi. Dalam
makanan diperlukan protein tinggi sekitar 0,5 gr/kgBB atau sebutir
telur ayam sehari. Kebutuhan kalori didapatkan dari karbohidrat,
lemak, dan protein. Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil. Berat
badan ibu hamil bertambah (Asrinah dkk, 2015).

2. HIPEREMESIS GRAVIDARUN
 Definisi
Adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah/tumpah yang berlebihan,
lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setap saat, sehingga mengganggu
Kesehatan dan pekerjaan sehari-hari (Arief. B. 2009)
 Tanda dan Gejala
- Sakit kepala
- Konstipasi
- Sangat sensitive terhadap bau
- Produksi air liur berlebihan
- Inkontinensia urine
- Jantung berdebar
 Penanganan / penatalaksanaan tindakan keperawatan
- Obat-obatan
Sedative yang sering diberiakn adalah phenobarbital, vitamin yang
dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6. Anti histamika juga dianjurkan
seperti dramamin, ovanim pada keadaan lebih kuat diberikan antimetik
seperti disiklomin hidrokhloride atau kholrpromasin.
- Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenag, tetapi cerah dan
peredaran udara baik.
- Terapi Psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi
pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik yang kiranya dapat
menjadi latar belakang penyakit ini.
- Cairan Parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan
protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3
liter sehari.
- Penghentian Kehamilan
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik,
manifestasi komplikasi organis adalah delirium, kebutuhan, takikardi,
icterus, anuria, dan perdarahan dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan keadaan yang memerlukan
pertimbangan gugur kandung diantaranya:
a. Gangguan kejiwaan
b. Gangguan penglihatan
c. Gangguana faal
3. PREEKLAMPSIA
 Definisi
Gangguan kehamilan yang ditandai oleh tekanan darah tinggi dan kandungan
protein yang tinggi dalam urine
 Tanda dan Gejala
- Sakit kepala hebat
- Mengalami gangguan penglihatan
- Sesak napas
- Mual dan muntah
- Nyeri dapat muncul pada perut bagian atas tepatnya di bawah rusuk
sebelah kanan
 Penanganan / penatalaksanaan tindakan keperawatan
- Preeklamsia
Tujuan utama penangan preeklamsia adalah mencegah terjadinya
eklamsia, melahirkan bayi tanpa asfiksia dengan skor APGAR baik, dan
mencegah mortalitas maternal dan parietal
a. Preeklamsia ringan
Istirahat di temmpat tidur merupakan terapi utama dalam
penganan preeklamsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi
tubuh menyebabkan aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke
ginjal meningkat, tekanan vena pada ekstermitas bawah menurun
dan reabsorpsi cairan bertambah. Selain itu dengan istirahat di
tempat tidur menurunkan tekanan darah. Apabila preeklamsia
tersebut tidak membaik dengan penanggan konservatif, dalam hal
ini kehamilan harus diterminasi jika mengancam nyawa maternal.
b. Preeklamsia berat
Pada pasien preeklamsia berat secara harus diberi obat sedative
kuat untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12-24
jam bahaya akut sudah diatasi , tindakan terbaik adalah
menghentikan kehamilan sebagai pengobatan mencegah timbulnya
kejang, dapat diberikan larutan magnesium sulfat ( MgSO4) 20%
dengan dosis 4 gram secara intravena loading dose dalam 4-5
menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSo4 40% sebanyak 12
gram dalam 500cc ringer laktat (RL) atau sekitar 14 tetes/ menit.
Tambahan magnesium sulfat hanya dapat diberikan jika dieresis
pasien baik, reflex patella positif dan frekuensi pernafasan lebih
dari 16 kali/ menit. Obat ini memiliki efek menenangkan,
munurunkan tekanan darah dan meningkatkan dieresis selaian
magnesium sulfat, pasien dengan preeklamsia dapat juga diberikan
klorpromazin dengan dosis 50 mg secara intramuscular ataupun
diazepam 20 mg secara intramuscular.

4. ABORTUS
 Definisi
Terjadi perdarahan dalam jumlah sedikit atau mungkin hanya bercak hingga
banyak, dan adanya gumpalan darah atau jaringan yang ikut keluar.
 Tanda dan gejala
- Perdarahan
Perdarahan ringan dengan bercak berwarna merah mudah atau cokelat
biasanya tidak perlu dikhawatirkan. Perdarahan ringan juga umumnya
berlangsung selama 1–2 minggu.
- Nyeri
Perdarahan yang disertai rasa nyeri patut diwaspadai sebagai tanda-
tanda keguguran. Bagian tubuh yang terasa nyeri biasanya adalah panggul,
perut, dan punggung belakang. Rasa nyeri ini biasanya terasa lebih hebat
dibandingkan nyeri haid dan bisa muncul terus-menerus atau sesekali.
- Pergerakan bayi menurun
Umumnya, keguguran terjadi saat usia kehamilan belum mencapai 20
minggu. Namun, keguguran terlambat (late miscarriage) dapat terjadi pada
usia kehamilan 12–24 minggu.
- Perubahan gejala kehamilan
Perubahan gejala kehamilan, seperti tidak lagi mual atau muntah, bisa
menjadi tanda-tanda keguguran.
- Keluar cairan atau jaringan dari vagina
Cairan atau jaringan yang keluar dari vagina dapat menjadi tanda-tanda
keguguran. Jika Bumil mengalami kondisi ini, letakkan jaringan di dalam
wadah yang bersih, lalu bawalah ke dokter untuk mendapatkan analisis
lebih lanjut.
Perdarahan pada trimester awal juga tidak selalu berkaitan dengan
keguguran, karena banyak juga ibu hamil yang tetap bisa melanjutkan
kehamilan dan melahirkan bayi dengan sehat.
 Penanganan / penatalaksanaan tindakan keperawatan
- Abortus Imminens
1) Tirah baring
Istirahat baring (bedrest), bertujuan untuk menambah aliran
darah ke uterus dan mengurangi perangsangan mekanis. Ibu
(pasien) dianjurkan untuk istirahat baring. Apabila ibu dapat
istirahat dirumah, maka tidak perlu dirawat. Ibu perlu dirawat
apabila perdarahan sudah terjadi beberapa hari, perdarahan
berulang atau tidak dapat beristirahat dirumah dengan baik
misalnya tidak ada yang merawat atau ibu merasa sungkan bila
rumah hanya beristirahat saja. Perlu dijelaskan kepada ibu dan
keluarganya, bahwa beristirahat baring dirumah atau dirumah
bersalin atau rumah sakit adalah sama saja pengaruhnya terhadap
kehamilannya. Apabila akan terjadi abortus inkomplit, dirawat
dimanapun tidak mencegahnya.
2) Periksa tanda-tanda vital (suhu, nadi dan pernafasan).
3) Kolaborasi dalam pemberian sedativa (untuk mengurangi rasa sakit
dan rasa cemas), tokolisis dan progesterone, preparat hematik
(seperti sulfat ferosus atau tablet besi).
4) Hindarkan intercose.
5) Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
6) Bersihkan vulva minimal 2 kali sehari untuk mencegah infeksi
terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
- Abortus Insipiens
1) Apabila bidan menghadapi kasus abortus insipiens segera
berkonsultasi dengan dokter ahli kandungan sehingga pasien
mendapat penanganan yang tepat dan cepat.
2) Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, bahwa perforasi pada
kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat
dengan pemberian infus oksitosin.
3) Biasanya penatalaksanaan yang dilakukan pada kehamilan kurang
dari 12 minggu yang disertai perdarahan adalah pengeluaran janin
atau pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam
abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam.
4) Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal dilakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
- Abortus Inkomplit
1) Bila disertai syok karena perdarahan diberikan infuse cairan
fisiologi NaCl atau Ringer Laktat dan tranfusi darah selekas
mungkin.
2) Setelah syok diatasi dilakukan kerokan dengan kuret tajam dan
diberikan suntikan untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.
3) Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal dilakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
4) Diberikan antibiotika untuk mencegah infeksi.
- Abortus komplit
1) Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang abortus komplit,
bidan dapat berkonsultasi dengan dokter sehingga tidak merugikan
pasien.
2) Tidak memerlukan terapi khusus tetapi untuk membantu involusi
uterus dapat diberikan methergin tablet.
3) Bila pasien anemia dapat diberikan sulfat ferosus (zat besi) atau
transfuse darah.
4) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi vitamin dan mineral.
- Missed Abortion
Memerlukan tindakan media khusus sehingga bidan perlu
berkonsultasi dengan dokter untuk penangananya.
1) Yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah bahaya adanya
hipofibrinogenemia, sehingga sulit untuk mengatasi perdarahan
yang terjadi bila belum dikoreksi hipofibrigenemianya (untuk itu
kadar fibrinogen darah perlu diperiksa sebelum dilakukan
tindakan).
2) Pada prinsipnya penanganannya adalah : pengosongan kavum uteri
setelah keadaan memungkinkan.
3) Bila kadar fibrinogen normal, segera dilakukan pengeluaran
jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
4) Bila kadar fibrinogen rendah dapat diberikan fibrinogen kering atau
segar sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi.
5) Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, dilakukan pembukaan
serviks uteri dengan laminaria selama kurang lebih 12 jam ke
dalam kavum uteri.
6) Pada kehamilan lebih dari 2 minggu maka pengeluran janin
dilakukan dengan pemberian infuse intravena oksitosin dosis
tinggi.
7) Bila fundus uteri tingginya sampai 2 jari dibawah pusat, maka
pengeluaran janin dapat dikerjakan dengan menyuntikkan larutan
garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
- Abortus Infeksius
Abortus infeksius yang menyebabkan sepsis dapat menimbulkan
bahaya kehamilan ibu maka penderita harus segera dirujuk ke rumah sakit.
Tugas bidan adalah mengirimkan penderita ke rumah sakit yang dapat
memberikan pertolongan khusus. Prinsip penatalaksanaannya adalah :
1) Pemberian terapi antibiotika (penisilin, metrodazole, ampicillin,
streptomycin, dan lain-lain) untuk menanggunglangi infeksi.
2) Bila perdarahan banyak dilakukan pemberian transfusi darah.
3) Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotika atau
lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus
dikeluarkan dari uterus.
4) Pemasangan CVP (Central Venosus Pressure) untuk pengontrolan
cairan.
5) Pemberian kortikosteroid dan heparin bila ada Disseminated
Intravascular Coagulation.
- Abortus Habitualis
1) Memperbaiki keadaan umum.
2) Perbaikan gizi dan istirahat yang cukup.
3) Terapi hormon progesterone dan vitamin.
4) Kolaborasi untuk mengetahui faktor penyebab (Maryunani, 2009).
5. KELAINAN PLASENTA
 Definisi
Gangguan komplikasi di mana sebagian atau seluruh plasenta terlepas
dari dinding rahim sebelum bayi sempat lahir. Kondisi ini bisa menyebabkan
bayi kekurangan oksigen dan terjadi pendarahan hebat pada ibu hamil.
 Tanda dan Gejala
- Tekanan darah tinggi
- Wanita yang hamil diatas usia 40 tahun
- Ketuban yang pecah lebih cepat sebelum waktu bersalin
- Gangguan pembekuan darah
- Wanita yang mengandung bayi kembar
- Wanita hamil yang menggunakan narkoba
- Wanita yang pernah mengalami prosedur medis pada Rahim, seperti oprasi
cesar atau kuret
- Pernah mengalami cedera di perut, seperti terjatuh atau perut terbentur
- Pernah mengalami gangguan plasenta pada kehamilan sebelumnya
 Penanganan / penatalaksanaan tindakan keperawatan
- Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi. Sebelumnya
dirujuk,
1) Anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap kekiri,
tidak melakukan senggama, dan menghindari peningkatan tekanan
rongga perut (misal batuk, mengedan karena sulit buang air besar).
2) Pasang infus NaCl fisiologis, bila tidak memungkinkan beri cairan
peroral.
3) Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap
15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat
perdarahan.
4) Bila terjadi renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan transfuse
darah.

Anda mungkin juga menyukai