DOSEN PEMBIMBING :
Ersa Yohana
Farah Farhanah S
Ricky Yakub
Riska Sri
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah maternitas “ konsep asuhan keperawatan
pada ibu hamil”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................................................................................
..i
DAFTAR
ISI..................................................................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar
Belakang...................................................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa lebih memahami
dan mengetahui tentang Hiperbilirubin dan Konsep Asuhan Keperawatan
Hiperbilirubin
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui defisi dari Hiperbilirubin
2. Untuk mengetahui etiologi dari Hiperbilirubin
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari Hiperbilirubin
4. Untuk mengetahui manifestasi dari Hiperbilirubin
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari Hiperbilirubin
6. Untuk mengetahui komplikasi dari Hiperbilirubin
7. Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan dari Hiperbilirubin
BAB II
PEMBAHASAN
Hiperbilirubin merupakan keadaan bayi baru lahir, dimana kadar bilirubin serum total
lebih dari 10 mg/dl pada minggu pertama yang ditandai berwarna kekuningan pada bayyi atau di
sebut dengan ikterus. Keadaan ini terjadi pada bayi baru lahir neonatarum yang bersifat fatologis.
Hiperbilirubin adalah keadaan icterus yang terjadi pada bayi baru lahir, yang dimaksud dengan
ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir adalah meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan
ekstravaskuler sehingga terjadi perubahaan warna menjadi kuning pada kulit, konjungtiva, mukosa dan
alat tubuh lainnya. (Ngastiyah, 2000) Nilai normal: bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 –
0,4 mg/dl.
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di dalam
jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna
kuning (Ngastiyah, 2000).
B. Diagnosis Keperawatan
1. Risiko injury (cidera) berhubungan dengan kadar bilirubin darah toksik dan komplikasi
berkenaan dengan fototerapi.
2. Risiko terhadap kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan yang
tidak tampak kasat mata serta dehidrasi dan fototerapi.
3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan efek fototerapi
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan hiperbilirubinemia
C. Intervensi Keperawatan
1. Risiko cedera berhubungan dengan kadar bilirubin darah toksik dan komplikasi berkenaan
dengan fototerapi.
Tujuan : Tidak terjadi cedera
Kriteria hasil : kadar bilirubin indirek kurang dari 12 mg/dl pada bayi cukup bul
Intervensi keperawatan:
Intervensi Rasional
Perhatikan adanya perkembangan pada kondisi ini kontraindikasi karena foto
bilirubin dan obstruksi usus. isomer bilirubin yang diproduksi dalam kulit
dan jaringan subkutan dengan penajaman
terapi sinar tidak siap dieksresikan.
Ukur kuantitas fotoenergi bola lampu intensitas sinar yang menembus kulit dari
fluoresen dengan menggunakan spektrum biru (sinar biru) menentukan
fotometer. seberapa dekat bayi ditempatkan.
Berikan penutup untuk menutup mata, mencegah kemungkina kerusakan retina dan
inspeksi mata tiap 24 jam bila penutup konjungtiva dari sinar intensitas tinggi.
mata dilepas untuk pemberian makanan,
dan sering pantau potensi penutup mata.
2. Risiko terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang tidak
tampak kasat mata serta dehidrasi dan fototerapi.
Tujuan : tidak terjadi kekurangan volume cairan.
Kriteria hasil : berat badan tetap atau bertambah.
Intervensi keperawatan:
Intervensi Rasional
Kaji membran mukosa, ubun-ubun, turgor Untuk mengetahui tanda-tanda dehidrasi
kulit, mata
Timbang berat badan bayi setiap hari tanpa dengan menimbang BB bayi setiap hari
pakaian dan timbang juga sebelum memberi dapat diketahui apakah terjadi kekurangan
makanan. cairan tubuh atau tidak.
Pantau masukan dan pengeluaran cairan. peningkatan kehilangan cairan melalui feses
dan evaporasi dapat menyebabkan dehidrasi.
Kolaborasi pemberian cairan dengan pemberian cairan memperbaiki atau
parenteral sesuai dengan indikasi. mencegah dehidrasi berat.
D. Implementasi
1. Risiko cedera berhubungan dengan kadar bilirubin darah toksik dan komplikasi berkenaan
dengan fototerapi.
a) memperhatikan adanya perkembangan bilirubin dan obstruksi usus.
b) mengukur kuantitas fotoenergi bola lampu fluoresen dengan menggunakan fotometer
c) memberikan penutup untuk menutup mata, inspeksi mata tiap 24 jam bila penutup mata
dilepas untuk pemberian makanan, dan sering pantau potensi penutup mata.
d) mengubah posisi bayi dengan sering, sedikitnya setiap 2 jam.
2. Risiko terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang
tidak tampak kasat mata serta dehidrasi dan fototerapi.
a) mengkaji membran mukosa, ubun-ubun, turgor kulit, mata
b) menimbang berat badan bayi setiap hari tanpa pakaian dan timbang juga sebelum
memberi makanan.
c) memantau masukan dan pengeluaran cairan.
d) berkolaborasi pemberian cairan dengan parenteral sesuai dengan indikasi.
3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan efek fototerapi.
a) memberi suhu lingkungan yang netral
b) mengkaji tanda-tanda vital tiap 2 jam.
c) mempertahankan suhu tubuh antara 35-36˚C
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan hiperbilirubinemia
a) mengkaji warna kulit tiap 8 jam
b) memantau bilirubin direk dan indirek
c) menjaga kebersihan kulit dan kelembabannya.
d) merubah posisi setiap 2 jam
E. evaluasi
a) Tidak terjadi kernikterus pada neonatus
b) Tanda vital dan suhu tubuh bayi stabil dalam batas normal
c) Keseimbangan cairan dan elektrolit bayi terpelihara
d) Integritas kulit baik/utuh
e) Bayi menunjukkan partisipasi atas rangsangan visual
f) Terjalin antara interaksi bayi dan orang tua.
Kesimpulan
Hiperbilirubin adalah suatu kedaaan dimana kadar bilirubin serum total yang lebih dari
10 mg % pada minggu pertama yang ditendai dengan ikterus pada kulit, sclera dan organ lain.
Keadaan ini mempunyai potensi meningkatkan kern ikterus, yaitu keadaan kerusakan pada otak
akibat perlengketan kadar bilirubin pada otak. Hiperbilirubin ini keadaan fisiologis (terdapat
pada 25-50 % neonatus cukup bulan dan lebih tinggi pada neonates kurang bulan).
Hiperbilirubin ini berkaitan erat dengan riwayat kehamilan ibu dan prematuritas. Selain
itu, asupan ASI pada bayi juga dapat mempengaruhi kadar bilirubin dalam darah.
Daftar Pusaka