Anda di halaman 1dari 11

ISSN 0125-1790

MGI Vol. 22, No. 2, September 2008 (91–101)


© 2008 Fakultas Geografi UGM

ANALISIS PROBABLE MAXIMUM PRECIPITATION (PMP)


DAERAH ALIRAN SUNGAI OPAK MENGGUNAKAN GENERALISED
SHORT-DURATION METHOD (GSDM)

Sri Lestariningsih dan Emilya Nurjani


n_emilya@geo.ugm.ac.id
Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di DAS Opak di Daerah Istimewa Yogyakarta.


Kemungkinan Maksimum Pengendapan (PMP) nilai dapat digunakan sebagai masukan
pada menentukan nilai Kemungkinan Maksimum Banjir (PMF) di DAS. Bahwa nilai PMF
digunakan untuk pencegahan banjir dan perencanaan struktur hidrologi. Penelitian ini
dibuat untuk tahu nilai PMP di DAS Opak. Lain untuk mengetahui distribusi spasial dan
temporal dari PMP value.Estimation nilai PMP di DAS Opak dibuat menggunakan
Generalized Metode Short-Durasi (GSDM) untuk wilayah DAS hingga 1000 km2 dan
durasi pendek. GSDM dianggap faktor medan, penyesuaian untuk kelembaban, dan
Penyesuaian untuk elevasi DAS estimasi dari PMP. Dari GSDM bisa tahu spasial
distribusi dan temporal PMP value.This nilai hasil studi PMP di DAS Opak adalah 121
mm untuk durasi 3 jam, 68 mm untuk durasi 2 jam, 36 mm untuk durasi 1 jam. Spasial
distribusi nilai PMP di DAS Opak sebagai aturan umum memiliki pola yang sama untuk
setiap durasi adalah PMP terbesar di pusat elips. Hasil yang didapat, harapan dapat
digunakan untuk pertimbangan dalam perencanaan untuk berbagai tujuan.

Kata kunci: Curah hujan maksimum Kemungkinan (PMP), DAS Opak, Generalized
Metode Short-Durasi (GSDM)

ABSTRACT

This study made at the watershed Opak at Daerah Istimewa Yogyakarta. Probable
Maximum Precipitation (PMP) value can use as input at determine value of Probable
Maximum Flood (PMF) in watershed. That PMF value used for flood prevention and
hydrology structure planning. This study made for know PMP value at the watershed
Opak. Else for know spatial and temporal distribution of PMP value.Estimation PMP
value at the watershed Opak made using Generalized Short-Duration Method (GSDM) for
watershed area up to 1000 km2 and short duration. GSDM considered factor of terrain,
adjustment for moisture, and Adjustment for watershed elevation on estimation of PMP.
From GSDM can know distribution spatial and temporal of PMP value.This study results
PMP value at watershed Opak is 121 mm for duration 3 hour, 68 mm for duration 2 hour,
36 mm for duration 1 hour. Distribution spatial of PMP value at watershed Opak as a
ANALISIS PROBLABLE MAXIMUM Sri Lestariningsih, dkk

general rule have same pattern for each duration is PMP greatest at center ellipse. Result
gotten, hope can used for consideration in planning for variety of purpose.

Key words: Probable Maximum Precipitation (PMP), DAS Opak, Generalized Short-
Duration Method (GSDM)

PENDAHULUAN

Siklus hidrologi dipengaruhi oleh kondisi meteorologi dan topografi.


Banyaknya hujan yang jatuh di muka bumi berbeda-beda atau bervariasi menurut
ruang dan waktunya sehingga keberadaan air di muka bumi tidak merata antara
suatu tempat dengan tempat lainnya.

Sebagai sumberdaya alam yang keberadaannya tidak merata, sumberdaya


air mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup. Air
sangat berguna bagi kehidupan jika dimanfaatkan dengan baik. Demikian pula
sebaliknya, air akan menjadi masalah jika melebihi kapasitas penampungnya, mi-
salnya banjir. Estimasi banjir melalui perhitungan nilai Probable Maximum Flood
(PMF) dapat menggunakan data masukan berupa nilai Probable Maximum
Precipitation (PMP) Bureau of Meteorology, (2003). Kemungkinan ketebalan
hujan terbesar untuk durasi, lokasi, dan pada waktu tertentu dikenal dengan
Probable Maximum Precipitation (PMP) atau kemungkinan hujan maksimum.

Penentuan PMF memerlukan data masukan berupa debit aliran, masalahnya


ketersediaan data debit aliran sangat terbatas jika dibandingkan dengan data hujan.
Sehingga menimbulkan kesulitan untuk memperkirakan PMF jika hanya tergan-
tung pada data debit aliran saja. Oleh karena itu, penentuan PMF dapat ditentukan
dengan data masukan berupa nilai PMP dan mengaitkan dengan kondisi daerah
penelitian. PMF sangat diperlukan untuk bangunan-bangunan air yang besar
misalnya bangunan pelimpah (spillway), waduk, maupun bendungan Saragih,
(2005).

Penentuan sebaran PMP pada suatu daerah sangat penting, karena PMP
dapat digunakan sebagai data masukan untuk merancang bangunan-bangunan air
maupun untuk memprediksi faktor-faktor bahaya akibat hujan, seperti hujan angin
atau banjir bandang. Analisis PMP yang penting bagi perencanaan bangunan-
bangunan air, maupun untuk prediksi faktor-faktor bahaya adalah analisis terhadap
hujan harian maksimumnya. Daerah Aliran Sungai (DAS) Opak sebagai daerah
penelitian merupakan daerah dengan konsentrasi penduduk yang relatif tinggi di
wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Analisis PMP dilakukan juga untuk
antisipasi agar tidak jatuh banyak korban akibat bahaya yang terjadi karena hujan.

92 MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 22, No. 2, September 2008


ANALISIS PROBLABLE MAXIMUM Sri Lestariningsih, dkk

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah


menghitung besarnya nilai Probable Maximum Precipitation (PMP) dan menge-
tahui persebaran nilai Probable Maximum Precipitation (PMP) secara spasial serta
per periode kejadian hujan di Daerah Aliran Sungai Opak.

Kemungkinan hujan maksimum (PMP) secara teoritis dapat didefinisikan


sebagai ketebalan hujan maksimum untuk lama waktu tertentu yang secara fisik
mungkin terjadi dalam suatu wilayah aliran dalam kurun waktu tertentu. Kata
“kemungkinan” dimaksudkan untuk menekankan bahwa karena proses fisik yang
berlangsung di atmosfer kurang begitu dimengerti dan adanya keterbatasan data
iklim maka menjadi tidak mungkin untuk menentukan besarnya hujan maksimum
dengan ketelitian tinggi Asdak, (2002).

Curah hujan yang diperlukan untuk pembuatan rancangan bangunan-


bangunan air yang berdasarkan debit yang disebabkan oleh curah hujan dari daerah
pengaliran yang kecil seperti perhitungan debit banjir, rencana peluap suatu
bendungan, selokan-selokan adalah curah hujan jangka waktu yang pendek dan
bukan curah hujan jangka waktu yang panjang seperti curah hujan tahunan ataupun
bulanan. Jangka waktu hujan yang digunakan biasanya dalam 2 jam Sosrodarsono
dan Takeda,(1977).

Untuk memperoleh nilai intensitas hujan dari tebal hujan, maka diperlukan
agihan tebal hujan menurut fungsi waktu. Tebal hujan menurut fungsi waktu dapat
diperoleh dari stasiun hujan otomatis. Stasiun hujan otomatis umumnya memiliki
alat pengukur hujan berupa fluviograph yang mampu memberikan data ketebalan
hujan beserta durasi waktu terjadinya hujan tersebut Asdak, (2002). Untuk daerah
yang tidak memiliki stasiun hujan otomatis, pola agihan tebal hujan menurut waktu
diasumsikan menyerupai pola agihan tebal hujan menurut waktu dari stasiun hujan
otomatis terdekat Krisanto, (1994).

Koesnomihardjo, (1976) melakukan penelitian mengenai persebaran PMP


di Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu. Penentuan nilai PMP menggunakan rumus
yang diperoleh Hershfield dalam penelitiannya dari ribuan stasiun hujan di
Amerika Serikat. Hasil penelitian di DAS Serayu menunjukan bahwa standar
variasi (K) yang digunakan di Amerika Serikat tidak cocok untuk DAS Serayu.

Kristanto,(1994) dan Saragih, (2005) melakukan penelitian tentang distri-


busi tebal dan intensitas hujan harian maksimum rancangan dengan menggunakan
metode yang sama yaitu menggunakan analisis frekuensi distribusi Gumbel tipe I
dan Log-pearson tipe III. Pada penelitian Saragih, (2005) ditambah dengan
distribusi log-normal dan Frechet.

MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 22, No. 2, September 2008 93


ANALISIS PROBLABLE MAXIMUM Sri Lestariningsih, dkk

METODE PENELITIAN

Bureau of Meteorology mengembangkan metode yaitu Generalised Short-


Duration Method (GSDM) yang digunakan untuk daerah yang kecil sampai dengan
1000 km2 dan dengan durasi hujan yang pendek Bureau of Meteorology,(2003).
Dalam perhitungan nilai PMP, parameter-parameter yang digunakan adalah kelas
medan, Elevation Adjusment Factor (EAF), dan Moisture Adjusment Factor
(MAF). Kelas medan dibagi ke dalam dua kelas yaitu kasar “Rough” (R) dan halus
“Smooth” (S). Pengkelasan tersebut berdasarkan pada keadaan topografi DAS.
EAF merupakan rata-rata elevasi DAS yang diperoleh dari peta topografi,
sedangkan MAF diperoleh dari indeks kelembaban yang dihitung dengan
perbandingan nilai maximum precipitable water dan actual precipitable water.

Kelas medan diklasifikasikan kasar apabila dalam grid berukuran 500 m x


500 m terdapat perubahan elevasi 50 m atau lebih. Sedangkan jika tidak terjadi
perubahan elevasi sebesar 50 m atau lebih maka diklasifikasikan sebagai kelas
medan halus. Nilai total R + S adalah 1.

Menentukan Elevation Adjusment Factor (EAF) yang diperoleh dari


perhitungan rata-rata ketinggian DAS yang diperkirakan dari peta kontur. Apabila
elevasi rata-rata antara garis kontur yang berdekatan (selang 100 m) adalah h dan
luasnya A, maka elevasi rata-rata daerah itu adalah:

Jika nilai rata-rata ketinggian DAS kurang dari 1500 m, maka EAF adalah
1. Jika nilai rata-rata ketinggian DAS lebih dari 1500 m, maka EAF dihitung
dengan rumus;
Penyesuaian Ketinggian = - ((H rata-rata – 1500)/300) x (0,05)
EAF = 1,0 – Penyesuaian Ketinggian

A1h1 + A2h2 + A3h3 + … + Anhn


H rata-rata =

A1 + A2 + A3 + … + An

Moisture Adjusment Factor (MAF) dihitung dari perbandingan antara nilai


maximum precipitable water dan actual precipitable water pada saat terjadi tebal
hujan terbesar. Kedua nilai tersebut diperkirakan dari titik embun, dengan
pengertian makin tinggi nilai kelembaban secara proposional akan meningkatkan
besaran hujan. Nilai PMP dihitung dengan rumus sebagai berikut:

PMP = (S x Ds + R x DR) x MAF x EAF

94 MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 22, No. 2, September 2008


ANALISIS PROBLABLE MAXIMUM Sri Lestariningsih, dkk

Dimana S adalah kelas medan yang halus, R adalah kelas medan yang kasar. MAF
adalah faktor penyesuaian kelembaban. EAF adalah faktor penyesuaian ketinggian
DAS. Ds dan DR merupakan kedalaman hujan maksimum yang didapatkan dari
kurva DDA dengan mempertimbangkan durasi hujan .

Lokasi
Lokasi penelitian di DAS Opak (tidak termasuk Sub DAS Oyo), yang
secara administratif berada di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya meliputi
Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta. Ditinjau secara
geomorfologi, DAS Opak berada pada satuan Gunungapi Merapi dari puncak
sampai dataran fluvial gunungapi. Bagian barat berbatasan dengan DAS Progo, di
bagian timur laut berbatasan dengan DAS Bengawan Solo dan di bagian tenggara
berbatasan dengan sistem sungai di daerah karst Gunung Kidul. DAS Opak sebagai
daerah penelitian luasnya adalah 638,89 km2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kelas Medan
Kelas medan di DAS Opak memiliki persentase medan yang kasar se-
besar 19% dan medan yang halus sebesar 81%. Dari hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa medan di DAS Opak sebagian besar adalah medan yang halus. Hal tersebut
dapat terjadi karena DAS Opak berbatasan dengan laut sehingga topografinya
relatif landai. Selain itu, posisi DAS Opak yang berada di bagian Graben Bantul,
dimana sebelah timurnya adalah Perbukitan Baturagung dan sebelah baratnya
adalah Perbukitan Kulon Progo. Medan yang kasar banyak terdapat di bagian utara
yang merupakan hulu DAS Opak dan di bagian timur yang berbatasan dengan
Perbukitan Baturagung. Sedangkan medan yang halus banyak terdapat di bagian
tengah dan hilir atau di bagian selatan DAS Opak.

2. Elevation Adjusment Factor (EAF)


Elevation Adjusment Factor (EAF) adalah faktor penyesuaian rata-rata
ketinggian DAS. EAF diperoleh dari perhitungan rata-rata ketinggian DAS yang
diperkirakan dari peta kontur. Pada penentuan rata-rata ketinggian DAS digunakan
selang kontur sebesar 100 m. Pertimbangan penyesuaian ketinggian jika rata-rata
ketinggian DAS lebih dari 1500 m karena diperkirakan pada ketinggian di atas
1500 m pengaruh kelembaban serta angin sangat kecil untuk terjadinya hujan. Dari
hasil perhitungan diperoleh rata-rata ketinggian DAS Opak sebesar 221,58 m.
Karena rata-rata ketinggian DAS Opak kurang dari 1500 m, maka Elevation
Adjusment Factor (EAF) DAS Opak adalah 1. Perolehan nilai rata-rata ketinggian
DAS Opak adalah jumlah dari hasil perkalian luas antara garis kontur dengan rata-
rata ketinggiannya dibagi dengan luas total DAS.

MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 22, No. 2, September 2008 95


ANALISIS PROBLABLE MAXIMUM Sri Lestariningsih, dkk

3. Moisture Adjusment Factor (MAF)


Pada penentuan MAF DAS Opak digunakan data kelembaban relatif dan
suhu harian dari stasiun klimatologi Barongan, Plunyon, dan Adisucipto. Ketiga
stasiun klimatologi tersebut dianggap dapat mewakili keadaan suhu serta kelem-
baban DAS Opak. Stasiun Barongan berada di bagian selatan, Stasiun Plunyon di
bagian utara, dan Stasiun Adisucipto di bagian tengah dari DAS Opak.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai perbandingan maximum precipitable water dan
actual precipitable water dari stasiun klimatologi yang ada di DAS Opak dida-
patkan nilai MAF sebesar 1,16 ~ 1,2. Nilai tersebut diperoleh dari rata-rata nilai
MAF ketiga stasiun klimatologi yang ada di DAS Opak.

4. Hujan Permulaan
Untuk menentukan hujan permulaan pada medan yang kasar (DR) dan me-
dan yang halus (Ds) didapatkan dari kurva DDA seperti pada Gambar 1. Dari data
stasiun hujan otomatis dipilih rekaman hujan yang memiliki durasi dan tebal hujan
maksimum yang kemudian dibuat peta isohietnya untuk setiap durasi hujan. Dalam
penelitian ini dibuat peta isohiet hujan maksimum dengan durasi 1 jam, 2 jam, dan
3 jam.

Gambar 1.Kurva DDA

5. Probable Maximum Precipitation (PMP) DAS Opak


Setelah hujan permulaan diperoleh dari kurva DDA maka dapat dihitung
nilai PMP untuk DAS Opak. Perhitungan dapat dilihat pada Tabel 1.

96 MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 22, No. 2, September 2008


ANALISIS PROBLABLE MAXIMUM Sri Lestariningsih, dkk

Tabel 1 Nilai PMP DAS Opak


Perkiraan PMP = (S x Pembulatan
Durasi Hujan permulaan- Hujan permulaan-
Ds + R x DR) x MAF perkiraan PMP
(Jam) Smooth (Ds) Rough (DR)
x EAF (mm)
1 27 31 36,2 36

2 53 58 68,4 68

3 85 105 121,4 121


Sumber : Hasil Perhitungan

Hujan permulaan smooth (Ds) untuk durasi 1 jam diperoleh dari kurva
DDA 1 jam S untuk luas DAS Opak yaitu 638,89 km2, sehingga diperoleh hujan
permulaan smooth sebesar 27 mm. Hujan permulaan rough (DR) untuk durasi 1 jam
diperoleh dari kurva DDA 1 jam R untuk luas DAS Opak yaitu 638,89 km2, se-
hingga diperoleh hujan permulaan rough sebesar 31 mm. Penentuan hujan per-
mulaan untuk durasi 2 jam dan 3 jam diperoleh dengan cara yang sama dengan
penentuan hujan permulaan pada durasi 1 jam.

Perkiraan PMP dihitung menggunakan rumus GSDM dengan memper-


hitungkan nilai MAF dan EAF, sehingga diperoleh nilai PMP untuk setiap durasi.
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai PMP semakin bertambah seiring dengan
bertambahnya durasi hujan. Semakin lama hujan berlangsung maka tebal hujan
maksimum yang dihasilkan juga akan bertambah.

6. Distribusi Keruangan PMP DAS Opak


Nilai PMP yang diperoleh menggunakan metode GSDM adalah nilai
untuk DAS secara keseluruhan. Jadi bukan nilai PMP point rainfall dimana setiap
stasiun hujan mempunyai satu nilai. Sehingga untuk mengetahui distribusi kerua-
ngannya tidak menggunakan metode isohiet karena metode isohiet membutuhkan
data yang berupa point. Distribusi keruangan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah distribusi keruangan menggunakan diagram elips yang merupakan diagram
yang baku, dikembangkan oleh Bureau of Meteorology. Sehingga dalam peng-
gunaannya diagram elips dioverlay dengan peta daerah penelitian dengan skala
output yang sesuai.

Peta persebaran PMP untuk durasi 1 jam, 2 jam, dan 3 jam pada Gambar
2, 3, dan 4 dapat menunjukkan pusat elips ada di daerah sekitar Kota Yogyakarta
dengan nilai PMP sebesar 61 mm. Daerah tersebut dekat dengan daerah padat pe-
mukiman atau daerah dengan kegiatan yang menghasilkan panas lebih tinggi dari
daerah di sekitarnya. Hujan yang jatuh pada daerah tersebut dikenal dengan hujan
konvektif yang menghasilkan hujan lebat dengan durasi pendek. Selain panas dari
kegiatan-kegiatan yang ada di daerah tersebut, panas radiasi matahari juga turut

MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 22, No. 2, September 2008 97


ANALISIS PROBLABLE MAXIMUM Sri Lestariningsih, dkk

mempengaruhi akibat radiasi yang datang sedikit yang diserap tanah dan banyak
yang dipantulkan oleh bangunan-bangunan yang ada di daerah tersebut.

Nilai PMP terendahnya ada di bagian paling utara dan paling selatan DAS
Opak atau berada pada elips terluar. Hal tersebut kemungkinan karena pada bagian
paling utara DAS Opak merupakan daerah yang hujannya kecil walaupun memiliki
elevasi yang tinggi. Karena ketinggiannya melebihi batas kondensasi, sehingga uap
air yang datang tidak sanggup naik sampai pada batas ketinggian daerah tersebut.
Oleh karena itu, kemungkinan terjadinya hujan juga akan semakin kecil. Pada
daerah paling selatan DAS Opak untuk durasi hujan 1 jam nilai PMPnya paling
kecil walaupun berbatasan dengan laut sebagai sumber uap air yang banyak. Hal
tersebut disebabkan karena uap air yang dihasilkan akan cepat terbawa oleh angin
ke daerah tujuan angin tersebut dengan membawa uap air tersebut sehingga hujan
jatuh pada daerah tujuan angin.

Adanya perbedaan nilai PMP pada setiap daerah disebabkan oleh per-
bedaan kondisi daerah setempat seperti luas daerah yang berbeda, ketinggian
tempat, jarak terhadap sumber uap air dan angin. Pada daerah yang sempit hujan
yang jatuh dengan jumlah yang sama memiliki tebal hujan yang besar diban-
dingkan pada daerah yang luas. Daerah yang memiliki ketinggian lebih tinggi akan
menghasilkan hujan yang lebih besar juga, namun pada ketinggian sampai pada
batas kondensasi hujan tidak dapat terbentuk karena letak daerah yang terlalu
tinggi menyebabkan uap air tidak dapat naik sampai pada ketinggian tersebut. Uap
air tersebut akan terkondensasi menjadi hujan sebelum memcapai ketinggian
daerah tersebut. Jarak sumber uap air juga berpengaruh terhadap perbedaan nilai
PMP pada suatu daerah, semakin dekat dengan sumber uap air maka hujan yang
turun semakin banyak. Namun hal tersebut tidak berlaku jika pengaruh angin lebih
besar, karena angin akan membawa uap air yang seharusnya jatuh sebagai hujan di
dekat sumber uap air menjadi jatuh di daerah tujuan angin tersebut. Sehingga tidak
selamanya daerah pantai memiliki curah hujan yang tinggi.

7. Kurva Massa PMP DAS Opak


Curah hujan daerah pada suatu waktu tertentu dalam daerah yang ber-
sangkutan, dapat ditentukan dari kurva massa. Untuk skala waktu banyak diguna-
kan persentase waktu karena dengan cara ini, untuk setiap persentase waktu dapat
segera diketahui besarnya nilai PMP yang mungkin terjadi. Nilai PMP 100%
adalah sama dengan nilai PMP pada durasi 3 jam yaitu 121 mm. Selanjutnya dari
kurva massa tersebut dapat diketahui nilai PMP pada durasi 50 % atau setengah
dari durasi maksimumnya yaitu 3 jam. Kurva massa PMP untuk DAS Opak dapat
dilihat pada Gambar 5.

98 MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 22, No. 2, September 2008


ANALISIS PROBLABLE MAXIMUM Sri Lestariningsih, dkk

Penentuan nilai PMP dapat digunakan untuk analisis yang berkaitan


dengan PMP misalnya untuk penentuan nilai PMF (Probable Maximum Flood).
perencanaan bangunan air seperti pembangunan bendungan maupun waduk pe-
nentuan tingkat bahaya erosi akibat air hujan yang jatuh. Dalam penentuan tingkat
bahaya erosi, hujan maksimum digunakan untuk menentukan nilai erodibilitas yang
selanjutnya digunakan dalam perhitungan tingkat bahaya erosi.

4
2
0
0
0
0

4
3
0
0
0
0

4
4
0
0
0
0

4
5
0
0
0
0
4
2
0
0
0
0

4
3
0
0
0
0

4
4
0
0
0
0

4
5
0
0
0
0
mT mT mT mT

Prov. Jawa Tengah Prov. Jawa Tengah


N $ N $
Gn. Merapi Gn. Merapi

W E W E

mU
S
mU

S
0 0 4 0 4 8 Km
0 4 0 4 8 Km 0
9
0
9
0
1
0
1
0
6
6
6
6
0
1
0
1
0
9
0
9 Skala 1:250.000
Skala 1:250.000
0 0
DAS Bengawan Solo
0
DAS Bengawan Solo
0

mU
n g
mU

y o
n g

KBo
y o
K B o

DAS Progo DAS Progo

K
a
b
.
K
l
a
t
e
n
K
a
b
.
K
l
a
t
e
n

K Op a
k
K O p a
k

K Tepus
K Tepus

0 0
0 0
9 9
0 0
1
0
1
0
5 5
5

n g
5
n g

y o
y o

K B o
K B o

0
1
0
1
0 0

K
a
b
.
S
l
e
m
a
n
9
K
a
b
.
S
l
e
m
a
n

n g
n g

K P le a
K P le a

0 0
0 0

K Opak
K Opak

K Gajahwong
K Gajahwong

unin g
unin g

KK
KK

Op a
K k
Op a
K k

0 0

K
o
t
a
K
o
t
a

0 0
9 9
0 0

p u
s
p u
s

T e
1
T e

1
0 0

K
K

4 4
4 4
0 0
1 1

Y
o
g
y
a
k
a
r
t
a

K Tam ba kba ya n
Y
o
g
y
a
k
a
r
t
a

K Tam ba kba ya n

0 0
9 9
0 0
0 0

o
n g
o
n g

Gambar 2 Peta PMP Durasi 1 Jam

i o
i o

KWn
K Wn

Ga e
K w Ga e
K w

K Petir K Petir
K
a
b
.
B
a
n
t
u
l

K
a
b
.
B
a
n
t
u
l
K Co de

K Co de
g o

g o
i o

i o
K Wn

KWn
0 0
0 0
9 9
0 0
1 1
0 0
3 3
3 K Pesin g 3 K Pesin g
0 0
1 1
0 0
9 9
0 0
0 0
K
a
b
.
G
u
n
u
n
g
k
i
d
u
l

K
a
b
.
G
u
n
u
n
g
k
i
d
u
l
ongo

ongo
K Oyo INSET PETA K Oyo INSET PETA
in

in
mU

mU
390
000

42
000
0

4
500
0
0

480
00
0
KW

390
000

42
000
0

45
00
00

48
00
00
KW
mT mT mT mT

PROV. JAW A TENGAH


0
PROV. JAW A TENGAH
0 0
ak 0 ak
9 9
0 0
1
0
K Op

0
1
0

K Op
0
0
91
0
2 91
500
2
2
KAB. SLEMAN
500
500

2
500
91
00 0 91
KAB. SL EMAN 0
KAB KLATEN
1
KAB KLATEN
0
1
0
0 0
9 9
0 0
KODYA
0 0
KODYA
YOGYAKARTA YOGYAKARTA
mU

mU
KAB. BANTUL KAB. GU NUNGKIDUL KAB. BANTUL KAB. GU NUNGKIDUL
mU

mU
0 91 0
00
91
20 00
20
200
120
000
91 N 9 N
00

Sam
mU

Sam

mU
uder W E
uder W E

aH 5 0
S
5 10 K m
aH S

indi india
5 0 5 10 K m

a Daerah Penelitian Daerah Penelitian


390
000

42
000
0

4
500
0
0

480
00
0

390
000

42
000
0

45
00
00

48
00
00
mT mT
mT mT
4
2
0
0
0
0

4
3
0
0
0
0

4
4
0
0
0
0

4
5
0
0
0
0

4
2
0
0
0
0

4
3
0
0
0
0

4
4
0
0
0
0

4
5
0
0
0
0
mT mT mT mT

PETA PERSEBARAN PMP DAS OPAK DURASI 1 JAM Gambar 4 PetaPMP


PETA PERSEBARAN PMP Durasi
DAS OPAK 33Jam
DURASI JAM
LEGENDA : LEGENDA :
$ : Gunungapi 4 41 $ : Gunungapi
71 135
% : Stasiun Hujan Otomatis 48 % : Stasiun Hujan Otomatis
20 Sumber : 88 152 Sumber :
: Batas Kabupaten : Batas Kabupaten
21 55 Peta RBI lembar 1408-22, 1408-241,
100 159 Peta RBI lembar 1408-22, 1408-241,
: Batas Das 1408-242, 1408-244, 1407-543, 1408-331, : Batas Das 1408-242, 1408-244, 1407-543, 1408-331,
: Sungai 25 59 1408-313 skala 1:25.000 Tahun 2001 108 179
: Sungai 1408-313 skala 1:25.000 Tahun 2001
: Laut 37 61 Dinas Pengairan DIY
: Laut 121 182 Dinas Pengairan DIY

Gambar 3 Peta PMP Durasi 1 Jam Gambar 3 Peta PMP Durasi 3 Jam

MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 22, No. 2, September 2008 99


ANALISIS PROBLABLE MAXIMUM Sri Lestariningsih, dkk

4
2
0
0
0
0

4
3
0
0
0
0

4
4
0
0
0
0

4
5
0
0
0
0
mT mT

Prov. Jawa Tengah


N $
Gn. Merapi

W E

mU
S
0
0 4 0 4 8 Km 9
0
1
0
6
6
0
1
0
9 Skala 1:250.000
0
DAS Bengawan Solo
0

mU
ng
y o
K B o
DAS Progo

K
a
b
.
K
l
a
t
e
n
K O pa
k
K Tepus
0
0
9
0
1
0
5
5

n g
y o
K Bo
0
1
0

K
a
b
.
S
l
e
m
a
n
9

n g
l a
K P e
0
0

K Opak
K Gajahwong

unin g
KK
O p ka
K

Ky
o
t
ak
0
9
0

p u
T e s
1
0

K
4
4
0
1

K Tam ba kba ya n
Y
o
g
a
a
r
t
a
0
9
0
0
i o
KWn o
n g

Ga w
K e

K Petir
K
a
b
.
B
a
n
t
u
l

K Co de
g o
i o
KWn

0
0
9
0
1
0
3
3 K Pesin g
0
1
0
9
0
0
K
a
b
.
G
u
n
u
n
g
k
i
d
u
l

Gambar 5 Kurva Massa


ongo

K Oyo INSET PETA


in
mU

390
000

42
000
0

45
000
0

480
000
KW

mT mT

PROV. JAW A TENGAH


0
0 ak
9
0
1
0
K Op

00
91 2
500
500

2
91
KAB. SL EMAN 00
KAB KLATEN
0
1
0
9
0
0
KODYA
YOGYAKART A

mU
KAB. BANTUL KAB. GU NUNGKIDUL
mU

00
91

200
200

91
00
N

Sam

mU
uder W E

aH 5 0
S
5 10 K m
indi
a Daerah Penelitian
390
000

42
000
0

45
000
0

480
000
mT mT
4
2
0
0
0
0

4
3
0
0
0
0

4
4
0
0
0
0

4
5
0
0
0
0

mT mT

PETA PERSEBARAN PMP DAS OPAK DURASI 2 JAM


LEGENDA :
$ : Gunungapi 36 80
% : Stasiun Hujan Otomatis 44 90 Sumber :
: Batas Kabupaten
: Batas Das
46 94 Peta RBI lembar 1408-22, 1408-241,
1408-242, 1408-244, 1407-543, 1408-331,
: Sungai 58 114 1408-313 skala 1:25.000 Tahun 2001
Dinas Pengairan DIY
: Laut 62

Gambar 3 Peta PMP Durasi 2 Jam

KESIMPULAN

1. Durasi maksimum di DAS Opak adalah 3 jam. Nilai PMP DAS Opak untuk
durasi maksimum selama 3 jam adalah 121 mm. Untuk durasi hujan selama 1
jam adalah sebesar 36 mm dan untuk durasi selama 2 jam adalah sebesar 68
mm. Dari nilai-nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai PMP di DAS
Opak meningkat seiring dengan bertambahnya durasi kejadian hujan. Semakin
lama hujan berlangsung maka tebal hujan maksimum yang dihasilkan juga
akan bertambah.
2. Distribusi spasial nilai PMP di DAS Opak untuk durasi 1 jam, 2 jam, dan 3
jam pada umumnya memiliki pola persebaran yang hampir sama. Pusat elips
berada pada bagian tengah DAS Opak dan memiliki nilai PMP terbesar. Faktor
yang diperkirakan mempengaruhi persebaran tersebut karena perbedaan
ketinggian, sumber uap air, serta kondisi medan. Sedangkan distribusi per
periode kejadian hujan, nilai PMP di DAS Opak disajikan dalam bentuk kurva
massa sehingga dengan mudah dapat mengetahui nilai PMP untuk durasi
lainnya yang kurang dari 3 jam. Hal tersebut karena durasi maksimum untuk
kurva massa DAS Opak adalah 3 jam.

100 MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 22, No. 2, September 2008


ANALISIS PROBLABLE MAXIMUM Sri Lestariningsih, dkk

UCAPAN TERIMA KASIH

Tulisan ini merupakan bagian dari skripsi saya yang berjudul sama dibawah
bimbingan ibu Emilya Nurjani, S.Si., M.Si. Skripsi ini telah diuji pada tanggal 28
April 2009 dengan penguji Bapak Drs. Suyono, M.S, Bapak Dr. Nurul Khakim,
M.S dan Ibu Emilya Nurjani, S.Si., M.Si.

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay., 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Bureau of Meteorology., 2003. The Estimation of Probable Maximum Precipitation


in Australia, Generalised Short-Duration Method Bulletin 53. Canberra:
AGPS.

Harto, Sri., 2000. Hidrologi, Teori, Masalah, dan Penyelesainnya. Yogyakarta:


Nafiri Offset.

Koesnomihardjo, Hadi Suyitno., 1976. Hujan Maksimum yang Mungkin Terjadi


Harian Serta Penyebarannya di Daerah Sungai Serayu. Skripsi S1.
Yogyakarta : Fakultas Geografi UGM.

Sosrodarsono, S. dan Takeda, K., 1977. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta:


Pradyna Paramita.

Subarkah, Imam., 1980. Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung:


Idea Dharma.

Triatmodjo, Bambang., 2008. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset.

Wiesner, C. J., 1970. Hydrometeorology. London: Chapman and Hall Ltd.

Wilson, E.,M., 1993. Hidrologi Teknik. Bandung: ITB.

MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 22, No. 2, September 2008 101

Anda mungkin juga menyukai