Anda di halaman 1dari 15

Nama : Sustika Sri Haningroom

NIM : 1801010077
Jurusan : Akuntansi
Mata Kuliah : Akuntansi Keperilakuan
Dosen : Arini Novandalina, SE, M.Si
Semester :6
Rombel : Pati

Tugas Pertemuan 2
1. Dalam usaha merekonsiliasi terdapat teori akuntansi dana dan teori komando, Jelaskan
penerapannya di dalam Konsep Dasar Entitas dan Kepemilikan, serta berikan contohnya !
Jawab :
Usaha merekonsiliasi konsep dasar :
 Teori Akuntansi dana
Akuntansi Dana disini adalah sebuah konsep akuntansi di mana aktiva dipisah-
pisahkan berdasar masing-masing sumber dan peruntukkan dana. Karena dalam
penyajian laporan keuangan,organisasi nirlaba harus mengidentifikasi kategori batasan
penggunaan dana yang diberikan oleh donor (Misalnya hibah), oleh karenanya
organisasi mengadopsi akuntansi dana. Disisi pemerintahan, karena donor itu adalah
uang rakyat yang didapat dari pajak , maka peruntukannya harus sesuai batasan.
Pendapatan Hibah dipergunakan untuk operasional hibah dan hal itu terlihat di laporan
operasional.
Pada organisasi sektor publik masalah utama yang dihadapi adalah pencarian
sumber dana dan alokasi dana. Penggunaan dana dan peran anggaran sangat penting
dalam organisasi sektor publik. Dalam tahap awal perkembangan akuntansi dana,
pengertian dana (fund) dimaknai sebagai dana kas (cash fund). Tiap-tiap dana tersebut
harus ditempatkan pada laci (cash drawer) secara terpisah; beberapa tagihan harus
diambilkan dari satu laci dan tagihan lain dari laci yang laci yang lainnya. Namun saat
ini dana dimaknai sebagai entitas anggaran dan entitas akuntansi yang terpisah, termask
sumber daya non kas dan utang diperhitungkan di dalamnya.
Akuntansi dana yang diterapkan oleh Vatter dapat diterapkan pada usaha
swasta, badan pemerintah, lembaga sosial, dan institusi lainnya. Akuntansi dana
merupakan cara memandang aset, bersama-sama dengan ekuitas dan hutang
penggunaannya semata-mata dibatasi pada aset. Akuntansi dana melaporkan
penggunaan dari dana ini dan cara memandang dana tersebut ketika aliran masuknya
meningkat setelah dikurangi dengan pembelanjaan. Hal ini konsisten dengan cara di
mana konsep entitas dipahami dalam perusahaan. Meskipun demikian, Vatter
memandang teori dana yang dicetuskannya sebagai impersonal dan netral. Untuk
mencapai tujuannya, ia akan memasukkan banyak perincian dalam pernyataan
keuangannya sehingg pembaca dapat menghitung angka keuntungan yang memenuhi
kebutuhan atau keinginan pribadi mereka sendiri.
Teori akuntansi dana dari Vatter dirancang menjadi sebuah ekspresi dari cara
seseorang memahami perusahaan walaupun sebagian besar menganggap teori dana
sebagai pengembangan dari teori entitas yang dirancang untuk menggunakan gagasan
personalistik, yang merupakan usaha yang semakin banyak dilakukan dari sudut
pandang statistik guna menangani masalah akuntansi.
Dalam teori ini, kelompok aset dan kewajiban dan restriksi/pembatasan terkait
disebut dana yang mengatur penggunaan aset. Jadi teori akuntansi dana memandang
unit terdiri atas sumber daya ekonomi (dana) serta kewajiban dan restriksi terkait
mengenai penggunaan sumber daya. Persamaan akuntansinya adalah:
Aktiva = Pembatasan Aktiva
Unit akuntansi didefinisi dalam pengertian aset dan penggunaan aset yang telah
dilakukan. Kewajiban menunjukkan serangkaian restriksi hukum dan ekonomi pada
penggunaan aset. Sehingga, teori dana “berorientasi aset” dalam pengertian bahwa
fokus utamanya adalah pada administrasi dan penggunaan aset secara memadai.
Laporan sumber dan penggunaan dana, bukan neraca atau laporan keuangan,
merupakan tujuan utama pelaporan keuangan. Laporan ini merefleksikan perilaku
operasi perusahaan yang berkaitan sumber dan penggunaan dana.
Teori akuntansi dana berorientasi aset dalam pengertian bahwa fokus utamanya
adalah pada penggunaan aset secara memadai. Teori akuntansi dana ini terutama
berguna untuk pemerintah dan organisasi nirlaba. Rumah sakit, universitas, unit kota
dan pemerintahan, sebagai contoh, dijalankan dalam operasi yang beraneka segi
sehingga memerlukan pemisahan dana. Setiap dana (selfbalanced fund) menghasilkan
laporan terpisah melalui sistem akuntansi yang terpisah dan serangkaian catatan yang
memadai. Teori akuntansi dana juga relevan untuk organisasi laba yang menggunakan
dana untuk aktivitas yang bermacam-macam seperti dana pelunasan, akuntansi untuk
kebangkrutan, dan perkebunan dan perwalian, akuntansi cabang atau divisional,
pemisahan aset dalam aset lancar atau tetap dan konsolidasi.
Dana dapat didefinisi sebagai : entitas fiskal dan akuntansi independen dengan
pencatatan serangkaian akun kas dan atau sumber daya lain yang berimbang bersama
dengan utang, kewajiban, cadangan, dan ekuitas yang terpisah untuk tujuan melakukan
aktivitas tertentu atau mencapai tujuan tertentu sesuai dengan aturan khusus, restriksi
(pembatasan), atau limitasi.
Jumlah dana dalam institusi nirlaba tergantung pada jumlah dan tipe aktivitas
yang memiliki restriksi hukum berkaitan dengan penggunaan aset yang dipercayakan
kepada organisasi.
Sebagai contoh, berikut ini terdapat delapan dana utama yang
direkomendasikan untuk administrasi keuangan unit pemerintahan yang baik:
Dana Umum (General Funds) untuk mencatat semua transaksi keuangan yang tidak
layak dicatat dalam dana lain.
Dana Penerimaan Khusus (Special Revenue Funds) untuk mencatat hasil atas
sumber penerimaan khusus (selain perkiraan khusus) atau untuk mendanai aktivitas
tertentu yang diminta oleh hukum atau aturan administratif.
Dana Jasa Peminjaman (Debt Service Funds) untuk mencatat pembayaran bunga dan
pokok pinjaman jangka panjang selain iuran khusus (special assessment) dan
revenue bonds.
Dana Projek Modal (Capital Projects Funds) untuk mencatat penerimaan dan
pengeluaran uang dan untuk memperoleh fasilitas modal selain yang dibiayai oleh
iuran khusus dan dana perusahaan.
Dana Perusahaan (Enterprises Funds) untuk mencatat pendanaan jasa bagi
masyarakat umum, di mana sernua atau hampir sernua kos yang termasuk
dibayarkan dalam bentuk beban oleh pemakai jasa.
Dana Perwalian dan Agen (Trust and Agency Funds) untuk mencatat aset yang
dimiliki unit pemerintahan sebagai bendahara atau agen individual, organisasi
swasta, dan unit organisasi pemerintahan lain.
Dana Jasa antar Pemerintahan (Intragovermental Service Funds) untuk mencatat
pendanaan aktivitas khusus dan jasa yang dilakukan oleh unit organisasi yang
ditunjuk dalam batas kekuasaan pemerintah.
Dana luran Khusus (Spedal Assessment Funds) untuk mencatat iuran khusus yang
dipungut guna mendanai perbaikan masyarakat atau jasa yang bermanfaat bagi
kekayaan yang menjadi dasar pemungutan iuran tersebut.
Teori dana juga relevan untuk organisasi berorientasi laba, yang menggunakan
dana untuk aktivitas yang bermacam macam seperti dana pelunasan (sinking funds),
akuntansi untuk kebangkrutan dan perkebunan dan perwalian, akuntansi cabang atau
divisional, pemisahan aset dalam aset lancar atau tetap, dan konsolidasi.
Contoh :
Penerapan Akuntansi Dana Dalam Menunjang Efektivitas Pengelolaan Keuangan
Rumah Sakit.
Penerapan akuntansi dana dalam pengelolaan keuangan daerah
 Teori Komando
Teori ini memiliki penerapan untuk semua bentuk organisasi (kepemilikan
perseorangan, kemitraan dan perusahaan). Bentuk organisasi tidak mengubah
penerapan pandangan komandan, karena komandan dapat mengambil lebih dari satu
identitas di organisasi mana pun. Dalam kepemilikan tunggal atau kemitraan, pemilik
dan mitra adalah pemilik dan komandan. Di bawah bentuk perusahaan, baik manajer
dan pemegang saham adalah komandan dalam hal itu masing-masing mempunyai
kontrol atas sumber daya. (Manajer mengontrol sumber daya perusahaan, dan
pemegang saham mengontrol pengembalian investasi yang muncul dari perusahaan).
Penekanan informasi menurut konsep teori ini adalah terletak pada
pertanggungjawaban atau stewardship, dengan kata lain bagaimana pihak-pihak yang
telah diberikan kepercayaan (commander) mengelola sumber daya perusahaan yang
dipercayakan tersebut.
Menurut Goldberg “tidak ada teori entitas atau teori kepemilikan” semua teori
didasarkan pada ide kepemilikan tetapi kepemilikan adalah konsep yang sangat sulit
didefinisikan dan dianalisis secara memadai untuk digunakan ide dasar akuntansi.
Meskipun begitu sulit menghindari persepsi tetang kepemilikan karena ide kepemilikan
properti dalam budaya sudah sangat meresap dan sebagian besar orang melihat asset
bersih dan keuntungan perusahaan sebagai milik pemegang saham atau pemilik pada
satu sisi ataupun perusahaan itu sendiri pada sisi lain.
Teori komando dari Goldberg bukan satu-satunya teori yang berarti dalam
sudut pandang sebagian besar orang. Ia sepertinya menegaskan hal ini ketika ia
menegaskan bahwa sebagai gantinya ia memfokuskan perhatian pada perusahaan
sebagai sesuatu yang berbeda. Sebagai entitas abstrak kita seharusnya mengarahkan
perhatian langsung pada fungsi pengendalian yang dapat dilakukan oleh manusia.
 Konsep Entitas
Penganut konsep ini melihat entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda
dari pihak-pihak yang memberikan kontribusi modal kepada entitas tersebut. Mereka
memandang asset dan kewajiban sebagai milik dari entitas itu sendiri dan bukan milik
dari pemegang saham atau pemilik perusaahaan. Ketika keuntungan diperoleh oleh
entitas tersebut, keuntungan tersebut juga menjadi milik entitas yang akan diserahkan
kepada pemegang saham hanya jika dividen diumumkan. Dalam pandangan para
penganut konsep ini, keuntungan yang tidak dibagi tetap milik entitas dan membentuk
bagian dari ekuitas entitas sendiri, dan ini tidak dipengaruhi oleh penggunaan
keuntungan tak terdistribusi yang dicantumkan pada bagian pemegan saham di neraca.
Pada tahap ini, harus ditekankan bahwa mereka yang menganut sudut pandang
entitas benar-benar melihat aset bersih sebagai milik dari entitas itu sendiri dan bukan
pemilik saham. Beberapa penulis telah menunjukkan bahwa sistem akuntansi terpisah
untuk aktivitas entitas memberikan bukti dari eksistensi konsep entitas. Namun perlu
disampaikan disini bahwa mereka tidak memahami perusahaan sebagaimana para
penganut konsep entitas murni.
Teori entitas memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda
dari pemilik modal. Unit bisnis memiliki sumber daya perusahaan dan bertanggung
jawab terhadap pemilik maupun kreditor. Menurut teori ini, persamaan akuntansinya
adalah :
Aktiva=Ekuitas
Aktiva=Hutang + Modal
Aset adalah pertumbuhan hak perusahaan; ekuitas menunjukkan sumber aset
dan terdiri dari utang dan ekuitas pemegang saham. Baik kreditor dan pemegang saham
adalah pemilik ekuitas, meskipun mereka memiliki hak yang berbeda terkait dengan
income, kontrol risiko, dan likuidasi. Jadi, income yang diperoleh merupakan properti
entitas hingga didistribusikan sebagai deviden kepada pemegang saham. Karena unit
bisnis bertanggung jawab untuk memenuhi klaim pemilik ekuitas, teori entitas disebut
sebagai “berpusat pada income” dan secara konsekuen berorientasi pada laporan laba
rugi. Akuntabilitas kepada pemilik ekuitas dicapai dengan mengukur kinerja operasi
dan keuangan perusahaan. Dengan demikian, income merupakan peningkatan dalam
ekuitas pemegang saham setelah klaim pemilik ekuitas lainnya (sebagai contoh, bunga
pinjaman jangka panjang dan pajak penghasilan) telah terpenuhi.
Peningkatan dalam ekuitas pemegang saham dipertimbangkan sebagai income
bagi pemegang saham hanya jika deviden telah diumumkan. Demikian halnya, laba
yang tidak dibagi (undistributed profit) tetap menjadi milik entitas karena mereka
menunjukkan “corporation’s proprietary equity in itself”. Sebagai catatan bahwa
ketaatan yang kaku pada teori entitas mendikte bahwa pajak penghasilan dan bunga
pinjaman dianggap sebagai distribusi income dan bukan expenses. Akan tetapi
keyakinan umum dan interpretasi teori entitas, adalah bahwa bunga dan pajak
penghasilan adalah expenses. Teori entitas merupakan teori yang paling dapat
diterapkan pada perusahaan bisnis bentuk korporat, yang terpisah dan berbeda dari
pemiliknya.
Teori ini berorientasi pada laporan laba rugi (income statement oriented).
Pertanggungjawaban pada pemilik dilakukan dengan cara mengukur pestasi kegiatan
dan prestasi keuangan yang ditunjukkan perusahaan. Dengan demikian, income
merupakan kenaikan equity pemilik atau kenaikan kewajiban perusahaan kepada
pemilik. Setelah dikurangi hak kreditor kenaikan equity pemilik terjadi setelah dividen
dikeluarkan dan laba ditahan tetap dianggap sebagai hak milik perusahaan sampai suatu
saat dibagikan. Dalam teori ini pajak dan bunga pinjaman dianggap sebagai bagian laba
untuk pemerintah dan kreditor. Oleh karena itu, bukan biaya.
Beberapa pengaruh teori ini pada pencatatan dan penyajian akuntansi adalah :
Penggunaan LIFO dalam menilai persediaan pada masa inflasi. Metode ini lebih
baik dalam penentuan pendapatan dari pada FIFO di masa inflasi.
Penyajian laporan keuangan konsolidasi
Definisi tentang revenuedan expenses yang lazim sesuai dengan konsep ini
Terdapat hipotesis bahwa sebagian besar pegawai perusahaan yang tanggung
jawabnya didelegasikan menganut konsep entitas; semakin tinggi skala hierarkis dari
pegawai ini, semakin kuat mereka menganut konsep ini. Mayoritas dari pegawai
semacam ini, baik secara sadar maupun tidak, memandang entitas sebagai pemilik dari
keuntungan ketika mereka mendapatkan aset bersih. Mereka cenderung memandang
pemegang saham sebagai bagian yang penting bagi perusahaan, tetapi bukan bagi
pemiliknya.
Mereka yang memandang pembayaran dividen, bunga, dan pajak perusahaan
sebagai biaya dari entitas menjadi eksekutif puncak, sementara mereka yang
memandang pembayaran ini sebagai distribusi keuntungan cenderung menjadi anggota
manajemen menengah yang bertanggung jawab menghasilkan keuntungan tersebut.
Bagi sebagian besar pengontrol dana akuntan yang dipekerjakan oleh perusahaan,
fungsi utama dari catatan akuntansi adalah memberikan data kepada manajemen guna
membantu mereka dalam perencanaan, pengambilan keputusan, dan fungsi
pengendalian.
Pengaruh lingkungan dalam organisasi, seperti norma kelompok eksekutif,
memasukkan dasar-dasar konsep entitas, dan pengaruh ini segera diinternalisasi oleh
anggota kelompok yang terrlibat secara psikologis di posisi mereka masing-masing.
Bahkan, fakta bahwa anggota kelompok tersebut mungkin menduduki posisi rendah
sampai menengah di perusahaan sepertinya tidak menghalangi mereka untuk memiliki
sudut pandang entitas yng sama dengan yang dipegang oleh eksekutif tersebut. Selain
itu, juga disampaikan hipotesis bahwa isu saham psikologis bagi eksekutif tidak akan
mengubah pandangan bahwa kesejahteraan mereka bergantung pada kehidupan dan
keberhasilan entitas. Mereka tidak akan memandang dirinya sebagai pemilik.
Konsep entitas, sama seperti konsep kepemilikan, merupakan sebuah sudut
pandang, sebuah sikap dalam pikiran yang tidak hanya dibatasi terhadap akuntan. Ini
merupakan esensi dari konsep akuntansi entitas. Penganut konsep ini melihat entitas
sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari pihak-pihak yang memberikan
kontribusi modal kepada entitas tersebut. Mereka memandang asset dan kewajiban
sebagai milik dari entitas itu sendiri dan bukan milik dari pemegang saham atau pemilik
perusaahaan. Ketika keuntungan diperoleh oleh entitas tersebut, keuntungan tersebut
juga menjadi milik entitas yang akan diserahkan kepada pemegang saham hanya jika
dividen diumumkan. Dalam pandangan para penganut konsep ini, keuntungan yang
tidak dibagi tetap milik entitas dan membentuk bagian dari ekuitas entitas sendiri,dan
ini tidak dipengaruhi oleh penggunaan keuntungan tak terdistribusi yang dicantumkan
pada bagian pemegan saham di neraca.
Pada tahap ini, harus ditekankan bahwa mereka yang menganut sudut pandang
entitas benar-benar melihat aset bersih sebagai milik dari entitas itu sendiri dan bukan
pemilik saham. Bebrapa penulis telah menunjukkan bahwa sistem akuntansi terpisah
untuk aktivitas entitas memberikan bukti dari eksistensi konsep entitas. Diskusi
informal penulis dengan banyak orang telah menunjukkan bahwa banyak orang
membuat ramalan mengenai suatu entitas meskipun mereka tidak mempunyai afiliasi
langsung dengan perusahaan atau entitas tersebut. Nilai beberapa orang ini telah
dipengaruhi oleh hubungan dekat mereka dengan eksekutif perusahaan. Namun,
mayoritas dari mereka sepertinya dikondisikan oleh carbya di mana perusahan
distruktur dan cara di mana peranan signifikan perusahaan dalam masyarakat
dilakukan. Ketika sebagian besar aturan telah menentukan batasan legal terhadap
penarikan keuntungan atau modal oleh pemegang saham dan pertukaran saham, serta
pemegang saham tidak lagi mempunyai suara dalam manajemen perusahaan, akan
terlihat jelas bahwa entitas legal fiksi menjadi riil dalam persepsi banyak orang. Hal ini
dapat dibuktikan lebih lanjut oleh perubahan budaya yang disebutkan pada bagian
sebelumnya. Terdapat orang lain yang tidak mempunyai konsep signifikan tentang
perusahaan. Sejarah lingkungan mereka menunjukkan mereka belum terekspos pada
faktor-faktor yang memotivasi sikap konsekuensi pada area ini.
Konsep entitas menekankan pada perusahaan itu sendiri, pada aset dan
kapasitasnya. Konsep kepemilikan menekankan pada kepentingan kelompok
kepemilikan dalam perusahaan dan asetnya. Bagi teoretikus entitas, keuntungan yang
diperoleh pada periode tertentu dapat didefinisikan sebagai jumlah maksimum yang
diekspresikan dalam mata uang, ketika tidak ada kapasitas transaksi selama periode
tersebut, yang dapat didistribusikan oleh perusahaan kepada para penerima manfaat
(beneficiary) tanpa merusak kapasitas operasi perusahaan. Bagi teoretikus kepemilikan,
keuntungan perusahaan didefinisikan sebagai jumlah maksimum ketika tidak ada
transaksi biaya modal selama periode tersebut, yang dapat didistribusikan leh
perusahaan kepada para penerima manfaat tanpa kontraksi dalam jumlah ekuitas
pemegang saham.
Ini merupakan dua konsep berbeda tentang keuntungan, dan keduanya muncul
dari dua konsep kapasitas berbeda. Ketika harga dan nilai berubah, akuntansi yang
berbeda dapat dihasilkan oleh konsep berbeda antara yang dianut oleh teoretikus entitas
dengan yang dianut oleh teoretikus kepemilikan.
Bagi orang yang menganut sudut pandang entitas, aset mencerminkan hak
perusahaan untuk menerima barang dan jasa khusus atau keuntunan lainnya dan
evaluasi aset dapat nilai keuntungan yang diterima oleh perusahaan. Selanjutnya, orang
yang menganut sudut pandang entitas memandang pergerakan total dalam nilai pasar
sekarang dari aset operasi sebagai modal.
Sebagai contoh :
1) Pegawai accounting atau seorang akuntan perusahaan yang dimiliki oleh satu orang
(perusahaan perseorangan) akan mencatat aktivitas-aktivitas bisnis saja, bukan
aktivitas, aset, atau utang pribadi dari pemilik perusahaan.
2) Hendry seorang pemilik usaha foto copy mempunyai rekening koran yang saldonya
di bank sebesar Rp. 15 juta pada akhir tahun. Hasill dari operasi usahanya hanya
setengahnya yaitu Rp. 7,5 juta dan sisanya sebesar Rp. 7,5 juta berasall dari
penjualan motor milik keluarganya. Jika Hendry mengikuti konsep entitas, ia akan
memperlakukan uang yang dihasilkan dari usahanya sebagai bagian yang terpisah
dari uang yang dihasilkan dari penjualan barang yang bukan milik perusahaan tetapi
miliknya sendiri. Konsep entitas menetapkan bahwa pembukuan terhadap hasil
operasi perusahaan sebesar Rp 7,5 juta dilakukan terpisah dengan aktiva atau Utang
pribadi/pemilik perusahaan sebesar Rp 7,5 juta pula. Pemisahan ini akan
memperjelas dalam melihat posisi keuangan perusahaan.
 Konsep Kepemilikan
Mereka yang menganut konsep telah memahami perusahan sebagaia sesuatu
yang dimiliki oleh seorang pemilik tunggal, sekumpulan partner, atau sejumlah
pemegang saham. Ketika mendistribusikan deviden, perushaan dipandang benar-benar
memberikan sesuatu yang menjadi bagian dari kekayaan pribadi mereka selama
beberapa waktu kepada tangan pemilik.
Namun demikian, terdapat bayangan konsep kepemilikan berbeda yang
bertanggung pada siapa yang dipahami sebagai bagian dari kelompok pemilik. Menurut
teori ini fungsi kepemilikan merupakan bagian dari mereka yang benar benar
berwirausaha. Selain itu ada kelompok minoritas yang memandang seluruh investor
jangka panjang sebagai pemilik perusahaan, dimana pemegang suarat hutang dianggap
memeiliki posisi yang sama dengan pemegang saham.
Mereka yang menganut konsep telah memahami perusahaan sebagai sesuatu
yang dimiliki oleh seorang pemilik tunggal, sekumpulan partner, dan sejumlah
pemegang saham. Asset perusahaan dilihat sebagai kepemilikan dari orang-orang
tersebut dan kewajiban (hutang) perusahaan sebagai kewajiban mereka. Bisnis semata-
mata merupakan pemisahan bagian kepentingan keuangan pemilik yang dicatat secara
terpisah karena sesuai dengan atau dibutuhkan untuk berbagai alasan. Pemilik
(proprietor) adalah pusat dari seluruh kepentingan di sepanjang waktu, dan sudut
pandang mereka tercermin dalam catatan akuntansi. Total asset dikurangi dengan total
kewajiban sama dengan kekayaan bersih yang dimasukkan dalam perusahaan. Pos-pos
pendapatan dan biaya akan meningkatkan atau mengurangi kekayaan bersih.
Ketika mendistribusikan dividen, perusahaan dipandang benar-benar
memberikan sesuatu yang menjadi bagian dari kekayaan pribadi mereka selama
beberapa waktu kepada tangan pemilik. Pembayaran bunga dan pajak oleh perusahaan
adalah biaya dari pemilik dan mengurangi kekayaan bersih mereka dengan cara yang
sama seperti biaya operasi perusahaan lainnya.
Terdapat hipotesis bahwa sebagian besar pemegang saham yang memiliki
saham dari suatu perusahaan dalam jumlah yang substansial menganut pandangan
kepemilikan. Secara khusus, hal ini terjadi pada pemegang saham yang memiliki saham
biasa dalam kuantitas yang substansial. Di sini, diakui bahwa sebagian besar praktik
akuntan publik didasarkan pada pandangan kepemilikan, dan mereka yang membahas
hal ini sepertinya setuju bahwa ini merupakan hasil dari pengadopsian mereka terhadap
sudut pandang pemegang saham ketika mereka melakukan audit terhadap banyak
perusahaan. Bagi sebagian besar akuntan publik, fungsi utama sistem akuntansi adalah
mencerminkan kepentingan para pemegang saham. Pemeriksaan yang dilakukan oleh
badan akuntansi cenderung berorientasi pada gaya dan aroma dari konsep kepemilikan,
dan ini menghasilkan gaya pendidikan kepemilikan akuntan publik yang cenderung
menuju pada arah yang sama hasilnya adalah akuntan publik cenderung memandang
aset bersih sebagai sesuatu yang benar-benar dimilki oleh pemegang saham.
Selanjutnya pengaruh dalam keluarga. Banyak istri dan anak dari pemegang
saham yang besar juga menjadi pemegang saham, dan konsep kepemilikan diserap
dalam atmosfer rumah. Banyak akuntan publik mengikuti jejak ayahnya, dan bahkan
ketika anaknya masuk ke pekerjaan berbeda, mereka sering menggunakan banyak nilai
orang tua sebagai bagian dari nilai yang dianutnya.
Ketika kepemilikan menyebar diantara ribuan pemegang saham, pemilik
perusahaan hampir tidak dapat dibedakan dengan publik umum. Dengan demikian, citra
publik dari perusahaan sangat mungkin menjadi citra dari pemiliknya juga. Tidak
satupun dari banyak pemangku kepentingan (stakeholder) kecil dengan masalah seperti
ini menyebut dirinya sebagai pemilik perusahaan yang sahamnya mereka pegang.
Perbedaan dalam sudut pandang mereka sepertinya dikondisikan oleh faktor-faktor lain.
Penganut teori kepemilikan juga akan menilai ulang persediaan dan aset non-lancar
dengan bantuan nilai pasar sekarang, mereka akan mengakui penyimpanan keuntungan
(gain) atau kerugian (loss) terhadap kenaikan nilai pasar dari aset yang lebih besar (atau
lebih kecil) tersebut dibandingakan dengan pergerakan indeks harga umum yang
mencerminkan perubahan kekuatan daya beli dari ekuitas pemegang saham.
Bagi mereka yang melihat perusahaan dari sudut pandang kepemilikan,
keuntungan dihitung berdasarkan modal yang dikontribusikan oleh pemegang obligasi
ketika harga naik karena hutang tetap dan akan dilunasi dalam mata uang pada nilai
yang lebih rendah. Bagi mereka yang menganut pandangan kepemilikan ekstrim,
keuntungan dihitung dengan cara yang serupa untuk modal dikontribusikan oleh
pemegang saham preferen. Namun, bagi mereka yang menganut konsep entitas, seluruh
kewajiban dianggap sebagai kewajiban perusahaan itu sendiri, dan tidak ada perbedaan
signfikan yang dibuat antara pemegang saham biasa, pemegang saham preferen,
pemegang obligasi, dan kreditor jangka panjang lainnya.
Menurut konsep kepemilikan entitas sebagai “agen”, perwakilan atau susunan
melalui wirausahawan individual atau pengoperasi pemegang saham”. Sudut pandang
kelompok pemilik sebagai pusat kepentingan terefleksi dalam cara memelihara catatan
akuntansi dan membuat laporan keuangan. Tujuan utama konsep kepemilikan adalah
untuk menentukan dan menganalisis kekayaan bersih pemilik, dengan persamaan
akuntansi:
Aktiva–Hutang = Modal
Persamaan ini dibaca : pemilik memiliki aset dan sekaligus memiliki kewajiban,
sehingga kekayaan bersihnya adalah kekayaan perusahaan dikurangi dengan kewajiban
perusahaan. Oleh karena itu, konsep ini berorientasi pada neraca (balance sheet
oriented). Aset dinilai dan neraca disajikan untuk mengetahui dan mengukur perubahan
hak dan kekayaan pemilik, sedangkan penghasilan dan biaya dianggap sebagai
kenaikan atau penurunan harta kekayaan pemilik bukan dianggap berasal dari investor
atau pengambilan pemilik sehingga biaya dan dividen adalah pengambilan modal.
Beberapa istilah akuntansi yang dipengaruhi oleh konsep ini adalah seperti
penyajian dividen per share, earning per share, equity method dalam pencatatan
perkiraan investasi pada perusahaan lain dan lain-lain. Meskipun konsep kepemilikan
secara umum dipandang terutama dapat diterapkan dalam perusahaan dengan
kepemilikan terbatas seperti proprietorship dan kemitraan, pengaruh konsep mungkin
ditemukan dalam beberapa teknik akuntansi dan terminologi yang digunakan oleh
perusahaan yang dimiliki secara luas.
Contoh : Konsep tentang income perusahaan, yang dihasilkan setelah memperlakukan
bunga dan pajak income sebagai expenses, menunjukkan “net income bagi pemegang
saham” dan bukan untuk semua penyedia modal. Demikian pula, istilah seperti “laba
per lembar saham” dan “deviden perlembar saham” berkonotasi pada penekanan
pemilik. Metode ekuitas dalam akuntansi untuk net income perusahaan anak yang
belum dikonsolidasikan termasuk dalam net income. Jadi konsep kepemilikan
mengandung makna praktis.
Konsep dapat dianggap memiliki paling tidak dua bentuk, yang menjadi dasar
untuk membedakan siapa yang termasuk dalam kelompok proprietary yaitu :
Bentuk pertama, hanya pemegang saham biasa yang merupakan bagian dari
kelompok proprietary dan pemegang saham preferred tidak termasuk di dalamnya. Jadi,
deviden preferen dikurangkan ketika menghitung earnings pemilik. Bentuk kelompok
proprietary yang sempit ini identik dengan konsep ekuitas residual yang dikembangkan
Staubus. Konsisien dengan bentuk teori proprietary ini, net income diperluas dengan
mengurangkan deviden preferen untuk menghasilkan net income kepada ekuitas
residual yang menjadi dasar perhitungan laba per lembar saham.
Bentuk kedua, teori proprietary, baik saham biasa dan saham preferen termasuk
dalam ekuitas pemilik. Pandangan yang lebih luas tentang teori ini memfokuskan
perhatian pada bagian ekuitas pemegang saham dalam neraca dan jumlah yang
dikreditkan pada semua pemegang saham dalam laporan income.

Konsekuensi Dari Sudut Pandang yang Berbeda


Lorig menunjukkan semua pendukung konsep entitas tidak tertarik pada
penilaian kembali asset ketika terjadi perubahan tingkat harga.
Lorig menampilkan perbedaan akuntansi dan pelaporan yang menurutnya
disebabkan oleh eksistensi dari dua sudut pandang utama. Alasan ini akan sulit
menemukan dari daftar item-item ketika menyampaikan persepsi tentang sudut pandang
yang sesuai dengan perbedaan spesifik. Misalnya, dia mengatakan orang yang
menganut konsep entitas akan mencatat biaya untuk dividen atas saham preferen karena
mereka memandang para pemegang saham preferen sebagai orang yang berbeda diluar
kelompok kepemilikan, tetapi berbeda dalam kategori yang sama dengan pemegang
obligasi. Sementara, orang yang menganut konsep kepemilikan. Tidak memandang
demikian. Mereka yang memandang sudut pandang Husband dan Staubus yang berada
pada ujung (ekstrim) dari kontinum konsep kepemilikan akan menyesuaikan item-item
yang sama ini sesuai dengan sudut pandangnya.s disisi lain, Lorig memandang
pemegang saham preferen sebagai wirausahawan. Dengan demikian, akan sulit
membuat daftar perbedaan komprehensif guna melukiskan seluruh sudut pandang
dalam dua kategori utama.
Banyak hal dalam daftar Lorig yang berhubungan dengan cara bagaimana item-
item diperlakukan dalam pernyataan keuangan untuk pelaporan kepada pemegang
saham, dan penulis tidak yakin bahwa pernyataan keuangan tersebut harus
mencerminkan sikap atau konsep perusahaan maupun tanggung jawab dari pihak yang
mempersiapkannya. Ketika pernyataan dipersiapkan, setiap pertimbangan harus
didasarkan pada regulasi agensi serta gaya dan metode yang digunakan sebelumnya.
Lebih lanjut, lagi diasumsikan bahwa orang yang menganut sudut pandang entitas bisa
saj mempersiapkan pernyataan keuangan ini dengan cara yang mereka anggap akan
menyenangkan pemegang saham.
Lorig menunjukkan semua pendukung konsep entitas tidak tertarik pada
penilaian kembali aset ketika terjadi perubahan tingkat harga. Hal ini meruakan
kebalikan dari para pendukung sudut pandang kepemilikan yang mempraktikkan
penilaian kembali aset ketika terjadi perubahan tingkat harga. Orang-prang yang
menganut sudut pandang entitas biasanya lebih peduli pada kehidupan dan
pertumbuhan entitas, dan serta segala sesuatu yang berkaitan guna memastikan bahwa
seluruh aset digunakan secara menguntungkan di berbagai divisi organisasi. Untuk
mengendalikan hal tersebut maupun kinerja manajer secara efektif, nilai sekarang perlu
diperhatikan. Reevaluasi aset sering dibutuhkan guna memungkinkan dilakukannya hal
tersebut. Bagi penganut sudut pandang entitas, reevaluasi aset akan menambah ekiutas
entitas dengan sendirinya. Meskipun penganut sudut pandang entitas reevaluasi aset
berguna untuk mengarahkan perhatian pada sisi aset dari neraca, terdapat beberapa
perbedaan signifikan antara konsep entitas dengan konsep kepemilikan dalam hal cara
penilaian aset kembali.
Beberapa Hipotesis Keprilakuan untuk Konsep yang Berbeda
Perusahaan yang sama, misalnya mengumpulkan fakta yang sama. Namun,
fakta tersebut sering dipandang secara berbeda. Contoh ini semata-mata
mengilustrasikan masalah yang telah diperhatikan oleh para psikolog selama bertahun-
tahun. Apa yang disebut sebagai fakta objektif biasanya hanya merupakan sesuatu yang
dipahami oleh seorang individu. Kita melihat dunia dengan cara yang agak berbeda
dengan cara orang lain sehingga perbedaan dalam persepsi sangat mungkin terjadi.
Memang didasari bahwa persepsi yang berbeda sering menghasilkan toleransi
dan memungkinkan seseorang untuk meneriama sudut pandang orang lain sebagai
sesuatu yang sah (legitimate). Namun, sebagaimana disampaikan oleh Stagner, orang-
orang sering menjadi sangat terlibat pada situasi di mana mereka gagal membedakan
keterlibatan mereka sendiri dengan fakta spsifik. Secara khusus, ini terjadi pada situasi
yang melibatkan konflik.
Alasan Terjadinya Perbedaan Persepsi
Secara jelas, persepsi, sikap, kerangka referensi, nilai, kelompok referensi,
norma kelompok, lingkungan, budaya, sistem kepribadian berhubungan dengan pola
interaksi secara tumpang tindih. Sebagaimana banyak ditulis pada buku-buku maupun
jurnal-jurnal yang khusus membahas mengenai masalah ini, pembahasan pada buku ini
tidak lebih dari sekadar memberikan gambaran kasar yang dibutuhkan untuk
memahami masalah tersebut. Untuk memahami cara manusia merespons dan mengatasi
lingkungan social, kita harus mengetahui apakah arti lingkungan bagi manusia tersebut.
Persepsi umumnya bergantung pada besarnya asumsi yang dibawa oleh seorang
individu pada kesempatan khusus. Makna dan signifikansi yang kita tentukan pada
sesuatu, seseorang, dan suatu kejadin bergantung pada makna dan signifikansi yang
kita bangun menjadi kerangka referensi melalui pengalaman masa lalu. Kerangka ini
mungkin saja menggunakan sistem nilai kita, yang terkadang dicetak selama bertahun-
tahun ketika kita membentuk sikap terhadap bermacam-macam situasi, orang,
kelompok, dan sebagainya. Katz mengatakan bahwa ketika sikap khusus
diorganisasikan ke dalam struktur hierarkis, maka sikap khusus tersebut mencakup
sistem nilai.
Sikap ini adalah pembentukan psikologis yang kita pelajari sejalan dengan
perkembangan kita; ketika dipelajari, sikap tersebut menuntut kita bertindak menurut
karakteristik tertentu. Ini menunjukkan dampak keluarga perkembangan sikap dari
setiap individu. Banyak orang menganggap faktor keluarga adalah pengaruh langsung
utama karena keluarga merupakan filter biasa dimana budaya , kelas, agama, dan
sumber-sumber lainnya mengalir keseorang individu diawal perkembangan usianya.
Bukti ini disampaikan oleh Lipset yang dari temuan penelitiannya melaporkan bahwa
terdapat konruensi yan relatf tinggi antara suara ayah dan suara pemilih (voter)
pertama. Namun, terdapat peangaruh penting lain terhadap perkembangan sikap selain
keluarga. Budaya adalah pengaruh paling penting yang sangat berbeda antara satu
masyarakat dengan masyarakat lain. Ahli antropologi telah menunjukkan bagaimana
perbedaan budaya bertanggung jawab atas bermacam-macam perbedaan sikap terhadap
banyak hal. Namun, dalam pembahasan ini, budaya total tidak menjadi faktor penting
karena terdapat perbedaan persepsi dalam satu budaya.
Selanjutnya, harus dinyatakan bahwa manusia tidak sepenuhnya menyadari
seluruh aspek dari struktur nilai mereka atau bermacam-macam sikap yang masuk ke
struktur tersebut. Oleh karena itu, mereka tidak sepenuhnya menyadari persepsi mereka
terhadap lingkungan tertentu. Banyak dari nilai-nilai ini terekam di alam bawah sadar
mereka, menunggu kemungkinan untuk tampil jika terdapat motivasi yang sesuai.
Hipotesis tersebut didasarkan pada observasi informasi yang dilakukan terhadap
beberapa praktik akuntan public, akuntan dalam perdagangan dan industry, pemegang
saham, para pelaku bisnis dalam segala ukuran, mahasiswa dan seterusnya.

Anda mungkin juga menyukai