Anda di halaman 1dari 64

SKRIPSI

GAMBARAN ANGKA KEJADIAN


LABIOPALATOSKIZIS DARI IBU HAMIL YANG
MENGKONSUMSI ASAM FOLAT SELAMA KEHAMILAN DI
RSUP H. ADAM MALIK

Oleh
ZOE BADAWI
130100080

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


GAMBARAN ANGKA KEJADIAN
LABIOPALATOSKIZIS DARI IBU HAMIL YANG
MENGKONSUMSI ASAM FOLAT SELAMA KEHAMILAN DI
RSUP H. ADAM MALIK

“Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh
ZOE BADAWI
130100080

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Gambaran Angka Kejadian Labiopalatoskizis Dari


Ibu Hamil Yang Mengkonsumsi Asam Folat Selama
Kehamilan Di RSUP H. Adam Malik
Nama Mahasiswa : Zoe Badawi
Nomor Induk (NIM) : 130100080
Program Studi : Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Komisi Penguji dan


diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada Program Studi
Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

(Dr.dr. Iqbal Pahlevi Adeputra Nasution, (dr. Andriamuri Primaputra


Lubis, Sp.BA (K)) M. Ked (An), Sp.An))
NIP : 197307212009121001 NIP : 198111072008011009

Ketua Penguji Anggota Penguji

(dr. Wisman dalimunthe, M.Ked (Ped), (dr. Johny Marpaung,M.Ked (OG)


Sp.A (K)) Sp. OG (K))
NIP : 196905152000031006 NIP : 197102242008011007

Medan, 07 Maret 2018


Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara

Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp. S(K)


NIP : 196605241992031002

ii

Universitas Sumatera
Utara
ABSTRAK

Pendahuluan : Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan


kualitas sumber daya manusia di masa depan, karena tumbuh kembang anak
sangat ditentukan oleh kondisi pada saat masa janin dalam kandungan. Pada ibu
hamil, asam folat berperan penting dalam pembentukan satu per tiga sel darah
merah. Kebutuhan asam folat pada ibu hamil sebesar 600 ug per hari.Suplemen,
diet kaya buah-buahan, sayur-sayuran dan makanan lain yang mengandung tinggi
asam folat dapat menurunkan risiko labioskizis dengan atau tanpa palatoskizis
(odds ratio 0,75 (0,50-1,11)). Risiko terendah kejadian labiopalatoskizis didapati
pada ibu-ibu dengan diet tinggi asam folat sekaligus mengonsumsi suplemen
asamfolat tambahan dan multivitamin (odds ratio 0,36 (0,17-0,77)).
Objektif : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran angka kejadian
labiopalatoskizis dari ibu hamil yang mengkonsumsi asam folat selama kehamilan
di RSUP H. Adam Malik.
Metode : Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif
dengan desain cross sectional. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah
total sampling. Populasi target pada penelitian ini adalah ibu dari pasien
Labiopalatoskizis di RSUP H. Adam Malik Medan dan tercatat di data rekam
medik periode 2013 - 2017 .
Hasil : Dari 43 orang responden terdapat 21 orang (48,8%) responden dengan
kategori palatoskizis, sebanyak 22 orang (51,2%) responden dengan kategori
labiopalatoskizis. Frekuensi tablet nutrisi terbanyak adalah kelompok kadang-
kadang sebanyak 22 orang (51,2%). Frekuensi konsumsi sayur terbanyak adalah
kelompok kadang-kadang sebanyak 31 orang (72,1%).Frekuensi konsumsi buah
terbanyak adalah kelompok kadang-kadang sebanyak 30 orang (69,8%).Frekuensi
meminum susu terbanyak adalah kelompok kadang-kadang sebanyak 22 orang
(51,2%).
Kesimpulan: Angka kejadian labiopalatoskizis di RSUP H. Adam Malik masih
tinggi dan tingkat konsumsi asam folat pada ibu semasa kehamilan masih rendah.
Kata Kunci:Kehamilan, Labiopalatoskizis, danAsamFolat.

iii

Universitas Sumatera
Utara
ABSTRACT

Introduction: The period of pregnancy is a period that determines the quality of


human resources in the future, because the growth of the child is determined by
the condition at the time of the fetus in the womb. In pregnant women, folic acid
plays an important role in the formation of one third of the red blood cells. Folic
acid requirement in pregnant women is 600 ug per day. Supplements, a diet rich
in fruits, vegetables and other foods containing high folic acid can lower the risk
of labioschizis with or without palatoskizis (odds ratio 0.75 (0.50-1.11)). The
lowest risk of labiopalatoschizis occurrence was found in mothers on a diet high
in folic acid as well as taking supplements of additional folic acid and
multivitamins (odds ratio 0.36 (0.17-0.77)).
Objectives :This study aims to : This study aims to determine characteristis of
labiopalatoschizis from pregnant mothers who consume follice acid during
pregnancy.
Method: The type of research conducted is descriptive research with cross
sectional design. In this research the technique used is total sampling. The target
population in this study were the mothers of Labiopalatoskizis patients at
RSUP H. Adam Malik Medan and noted in medical record from 2013 to 2017.
Results: From 43 respondens, there are 21 respondens (48,8%) palatoschizis, 22
respondens (51,2%) labiopalatoschizis. The most frequency of nutritional tablet
is sometimes group with 22 respondens (51,2%). The most frequency of
vegetables consumption is sometimes group with 31 respondens (72,1%). The
most frequency of fruits consumption with 30 respondens (69,8%). The most
frequency of milk with 22
respondens(51,2%) Conclusion: Mortality rate of labiopalatoschizis at RSUP H.
Adam Malik is still high and level of follic acid consumption of mothers during
pregnancy is still low. Keywords: Pregnancy, Labiopalatoskizis, and Folic Acid.

iv

Universitas Sumatera
Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
limpahan Rahmat dan Karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Gambaran Angka Kejadian Labiopalatoskizis Dari Ibu Hamil
Yang Mengkonsumsi Asam Folat Selama Kehamilan Di RSUP H.
Adam Malik” tepat pada waktunya. Skripsi ini dibuat dalam rangka
pembelajaran dan juga untuk mencukupi salah satu syarat untuk medapat
kelulusan Sarjana Kedokteran. Saya menyadari bahwa tanpa bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikannya
skripsi ini. Oleh karena ini saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. dr. Aldy Syafruddin Rambe, Sp.S(K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas izin penelitian yang telah
diberikan.
2. Dr.dr. Iqbal Pahlevi Adeputra Nasution, Sp.BA (K) dan dr. Andriamuri
Primaputra Lubis, M. Ked (An), Sp.An, selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing saya
dalam penyusunan skipsi saya, sehingga saya dapat menyelesaikan
dengan baik dan tepat waktu.
3. dr. Wisman dalimunthe, M.ked (Ped), Sp.A (K) dan dr. Johny Marpaung,
M.Ked (OG), Sp. OG (K) selaku dosen penguji yang telah memberi ide,
kritik, dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
4. DR. dr. Tengku Siti Hajar Haryuna, Sp.T.H.T.K.L. selaku dosen penasehat
akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
5. Rasa hormat dan terimakasih yang tidak terhingga penulis persembahkan
untuk orang tua penulis, ayahanda Ngatimun dan ibunda Ernawati Sitorus
Pane, serta saudara saya Zyla Qhasha, Icchhramsyah Rachman dan Zaura
Urbaningrum atas doa, perhatian dan dukungan tanpa henti yang selama
ini dan akan terus penulis terima.

Universitas Sumatera
Utara
6. Kepada sahabat terdekat dan terbaik saya Indah Puspita sari, S.Ked atas
bantuan, usaha serta dukungannya baik tenaga maupun moril telah
membantu dalam pengerjaan dan penyelesaian skripsi saya.
7. Kepada kak Annisa Farahdina Hasyim, S.Psi , bg Muhammad Emir
Aulia, S.Si, Supriyani, S.Ked, Marina Okana, S.Ked yang telah
memberikan masukan maupun bantuan dalam pengerjaan dan
penyelesaian skripsi saya.
8. Teman dekat saya yang selalu mendukung khususnya Andro Winardo
Sinaga, Dwiki Ahmad Syaufi, bg Waras Andri, Fadli, Jannah, Shaqila
Azzahra.

vi

Universitas Sumatera
Utara
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................. iii
ABSTRACT ............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL...................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................ 1
1.2.Rumusan Masalah ..................................................................... 3
1.3.Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................. 3
1.4.Manfaat Penelitian .................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Kehamilan ................................................................................ 5
2.1.1. Definisi ........................................................................... 5
2.1.2. Masa Kehamilan ............................................................ 5
2.1.3. Tanda Gejala Kehamilan................................................ 5
2.2. Asam Folat ............................................................................... 7
2.2.1. Definisi Asam Folat ........................................................ 7
2.2.2. Absorbsi, Metabolisme dan Penyimpanan ...................... 7
2.2.3. Manfaat Asam Folat ........................................................ 8
2.2.4. Sumber Asam Folat ......................................................... 9
vii

Universitas Sumatera
Utara
2.2.5. Kebutuhan Asam Folat.................................................... 10
2.2.6. Defisiensi Asam Folat ..................................................... 10
2.2.7. Kelebihan Asam Folat ..................................................... 10
2.3. Pengaruh Asam Folat Terhadap Kehamilan ............................ 11
2.4. Labiopalatoskizis...................................................................... 12
2.4.1. Definisi ............................................................................. 12
2.4.2. Etiologi. ............................................................................ 12
2.4.2.1. Faktor Genetik......................................................... 13
2.4.2.2. Faktor Non-Genetik ................................................ 13
2.4.3. Klasifikasi ........................................................................ 15
2.4.4. Manifestasi Klinis ............................................................ 17
2.4.5. Patofisiologi Labiopalatoskizis ........................................ 18
2.4.6. Penatalaksanaan Labiopalatoskizis .................................. 18
2.4.6.1. Penatalaksanaan Medis ........................................... 18
2.4.6.2. Penatalaksanaan Keperawatan ................................ 19
2.4.7. Komplikasi Labiopalatoskizis .......................................... 21
2.4.8. Prognosis Labiopalatoskizis ............................................. 22

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP


3.1. Kerangka Teori......................................................................... 24
3.2. Kerangka Konsep ..................................................................... 25

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1. Jenis Penelitian......................................................................... 26
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 26
4.2.1. Tempat Penelitian........................................................... 26
4.2.2. Waktu Penelitian ............................................................ 26
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 26
4.3.1. Populasi Penelitian ......................................................... 26
4.3.2. Sampel Penelitian ........................................................... 26
4.3.2.1. Kriteria Inklusi ...................................................... 26
4.3.2.2. Kriteria Eksklusi.................................................... 27

viii

Universitas Sumatera
Utara
4.3.3. Teknik Pengambilan Sampel.......................................... 27
4.4. Definisi Operasional................................................................. 27
4.5. Metode Pengolahan Data ......................................................... 28
4.6. Pengolahan dan Analisis Data.................................................. 29
4.6.1. Pengolahan Data............................................................. 29
4.6.2. Analisis Data .................................................................. 29
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Lokasi dan Karakteristik .......................................... 31
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian............................................ 31
5.1.2. Karakteristik Individu .................................................... 31
5.1.3. Hasil Analisis Data......................................................... 31
5.2. Pembahasan.............................................................................. 34

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan .............................................................................. 36
6.2. Saran......................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 38


LAMPIRAN

ix

Universitas Sumatera
Utara
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel 2.4.3.1 Klasifikasi Keparahan Labiopalatoskizis Unilateral 15
Tabel 2.4.3.2 Klasifikasi Keparahan Labiopalatoskizis Bilateral 16
Tabel 4.4. Defenisi Operasional 27
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Labiopalatoskizis Responden 31
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tablet Nutrisi Responden 32
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Konsumsi Sayur Responden 32
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Konsumsi Buah Responden 33
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Konsumsi Susu Responden 33

Universitas Sumatera
Utara
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar 3.1. Kerangka teori………………………………............24
Gambar 3.2. Kerangka konsep……………………………………25

xi

Universitas Sumatera
Utara
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization


Pp : Pregnant Positive
Hb : Hemoglobin
VDRL : Veneral Disease Research of Laboratories
µg : Microgram
RBC : Red Blood Cell
THFA : Tetrahyfrofolic acid
ACTH : Adrenocorticotropic hormone
BMJ : British Medical Journal
DNA : Deoxyribose nucleic acid

xii

Universitas Sumatera
Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti


Lampiran 2 Lembar Penjelasan
Lampiran 3 Lembar Persetujuan
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian
Lampiran 6 Ethical Clearance
Lampiran 7 Master Data
Lampiran 9 Hasil Uji Statistik

xiii

Universitas Sumatera
Utara
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas
sumber daya manusia di masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat
ditentukan oleh kondisi pada saat masa janin dalam kandungan.Selama kehamilan
kebutuhan gizi ibu meningkat karena terjadi peningkatan beberapa komponen dari
jaringan ibu seperti cadangan lemak, darah, uterus dan kelenjar susu, serta
komponen janin seperti janin, ketuban dan plasenta. Kebutuhan gizi yang
meningkat tersebut digunakan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan
janin bersama-sama dengan perubahan-perubahan yang berhubungan pada
struktur dan metabolisme yang terjadi pada ibu. Malnutrisi bukan hanya
melemahkan fisik dan membahayakan jiwa ibu, tetapi juga mengancam
1
keselamatan janin.
Pada ibu hamil, asam folat berperan penting dalam pembentukan satu per
tiga sel darah merah.Itu sebabnya,ibu hamil yang mengalami kekurangan asam
folat umumnya juga mengalami anemia dengan segala konsekuensinya (terlihat
pucat dan mudah letih, lesu dan lemas).Bahkan, juga berisiko mengalami
persalinan prematur, plasenta lepas sebelum waktunya (solusio plasentae) dan
2
keguguran.
Kebutuhan asam folat pada ibu hamil sebesar 600 ug per hari.Selain itu
kebutuhan folat tidak hanya pada saat hamil tapi juga sebelum hamil.Tiga bulan
sebelum hamil sebaiknya wanita mengkonsumsi asam folat sebanyak 600 ug per
2
hari. Cacat tabung saraf janin bisa terbentuk saat kehamilan berusia 2–4 minggu.
Menurut WHO kejadian cacat bawaan fisik di Amerika Serikat 1,32 per
1000 kelahiran salah satunya kekurangan asam folat. Salah satunya adalah
labiopalatoskis atau yang biasa dikenal dengan bibir sumbing adalah suatu
kelainan bawaan berupa celah pada bibir atas sampai gusi, rahang dan langit-
langit yang terbentuk pada trimester pertama karena tidak terbentuknya
mesoderm

Universitas Sumatera
Utara
2

pada daerah tersebut sehingga prosesus nasalis dan maksilaris yang telah menyatu
2
menjadi pecah kembali.
Menurut data WHO tahun 2012, angka kelahiran bayi dengan
labiopalatoskizis berkisar 1 bayi per 500 – 700 kelahiran. Besarnya angka
kelahiran dengan labiopalatoskizis sangat bervariatif tergantung jenis etnis dan
letak geografis. Kasus tertinggi kelainan ini terdapat pada orang Asia dan terendah
3
pada orang kulit hitam.
Sementara itu, pada tahun 2012, pusat pelatihan celah bibir dan langit –
langit internasional mencatat jumlah penderita labiopalatoskizis di Indonesia
mencapai 7500 orang pertahun. Dan berdasarkan data pada tahun 2014
menunjukkan bahwa 8 dari 1000 angka kelahiran di Indonesia mengalami
labiopalatoskizis.
Berdasarkan studi yang dilakukan Loho (2013) tentang Prevalensi
labiopalatoskizis di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, ditemukan prevalensi
labioskizis dan labiopalatoskizis pada Januari 2011 – Oktober 2012 yaitu 57% dan
43%. Presentase untuk tiap jenis bibir sumbing adalah sebagai berikut, labioskizis
unilateral 47%, labioskizis bilateral 5%, palatoskizis unilateral 28%, palatoskizis
bilateral 12%, submukosa 1%, dan labiopalatoskizis 7%.
Menurut studi yang didapatkan Tika (2015) dari RS Panti Waluyo
Surakarta pada bulan September 2013 – September 2014, diperoleh data 1.649
kelahiran, dan dari jumlah tersebut terdapat 740 kelahiran tidak normal, dengan
angka labiopalatoskizis mencapai 2 kelahiran.
Angka kejadian kelainan kongenital sekitar 1/700 kelahiran dan
merupakan salah satu kelainan kongenital yang sering ditemukan, kelainan ini
berwujud sebagai labioskizis disertai palatoskizis 50%, labioskizis saja 25%, dan
palatoskizis saja 25%. Pada 20% dari kelompok ini ditemukan adanya riwayat
kelainan sumbing dalam keturunan. Kejadian ini mungkin disebabkan adanya
faktor toksik dan lingkungan yang mempengaruhi gen pada periode fusi ke-2
belahan tersebut. Pengaruh toksik terhadap fusi yang terjadi tidak akan
4
memisahkan lagi belahan tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di norwegia dengan menggunakan
metode case-control study pada tahun 2001 didapati hasil bahwa pemakaian
suplemen asam folat selama masa kehamilan (>400 microgram/hari) dapat
menurunkan risiko labioskizis dengan atau tanpa palatoskisis setelah disesuaikan
dengan multivitamin, merokok dan faktor-faktor potensial lainnya (odds ratio 0,61
5
(0,39-0,96)).
Suplemen, diet kaya buah-buahan, sayur-sayuran dan makanan lain yang
mengandung tinggi asam folat dapat menurunkan risiko labioskizis dengan atau
tanpa palatoskizis (odds ratio 0,75 (0,50-1,11)). Risiko terendah kejadian
labiopalatoskizis didapati pada ibu-ibu dengan diet tinggi asam folat sekaligus
mengonsumsi suplemen asam folat tambahan dan multivitamin (odds ratio 0,36
5
(0,17-0,77)).
Maka berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin melakukan
penelitian mengenai gambaran angka kejadian labiopalatoskizis dari ibu
hamil yang mengkonsumsi asam folat selama kehamilan di RSUP H. Adam
Malik.
.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka dirumuskan permasalahan sebagai
sebagai berikut :“Bagaimana gambaran angka kejadian labiopalatoskizis dari ibu
hamil yang mengkonsumsi asam folat selama kehamilan di RSUP H. Adam
Malik?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Memperoleh informasi mengenai gambaran angka kejadian
labiopalatoskizis dari ibu hamil yang mengkonsumsi asam folat selama kehamilan
di RSUP H. Adam Malik.
4

1.3.2 Tujuan Khusus


Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui jumlah pasien labiopalatoskizis berdasarkan klasifikasi
labiopalatoskizis
2. Mengetahui jumlah pasien labiopalatoskizis yang diberi tablet nutrisi
berupa asam folat semasa kehamilan
3. Mengetahui jumlah ibu pasien labiopalatoskizis yang rutin
mengkonsumsi sayur-sayuran semasa kehamilan.
4. Mengetahui jumlah ibu pasien labiopalatoskizis yang rutin
mengkonsumsi buah-buahan semasa kehamilan.
5. Mengetahui jumlah ibu pasien labiopalatoskizis yang rutin
mengkonsumsi susu kehamilan semasa kehamilan

1.4. Manfaat Penelitian


1. Bagi rumah sakit, dapat memberikan gambaran informasi dan
pengetahuan mengenai konsumsi asam folat pada ibu hamil terhadap
kejadian labiopalatoskizis pada pasien RSUP H. Adam Malik Medan.
2. Bagi peneliti, dapat menjadi pengalaman penulis dalam melakukan
penelitian terutama dalam bidang kesehatan.
3. Bagi institusi pendidikan, dapat menjadi referensi untuk penelitian
selanjutnya.
4. Bagi subjek penelitian, dapat menjadi sumber informasi mengenai
gambaran konsumsi asam folat pada ibu hamil terhadap kejadian
labiopalatoskizis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 . Kehamilan
2.1.1 Definisi
Kehamilan adalah masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung
6
dari hari pertama haid terakhir.
Masa mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari (40
1
minggu) dan tidak lebih dari 300 hari atau 43 minggu.
2.1.2 Masa Kehamilan
Menurut Anggraini (2010), masa kehamilan umumnya akan dilalui
7
selama 40 minggu terbagi dalam 3 trimester kehamilan.
1. Kehamilan trimester I : dimulai usia 0 sampai 12 minggu
2. Kehamilan trimester II : dimulai usia 13-27 minggu.
3. Kehamilan trimester III : dimulai usia 28-40 minggu.
2.1.3 Tanda Gejala Kehamilan
1
1. Menurut Wiknjosastro (2007), terdapat beberapa tanda kehamilan yaitu:
a. Tanda tidak pasti kehamilan :
(1) Amenorea / tidak dapat haid
(2) Mual muntah (nausea and vomiting)
(3) Mengidam, sering terjadi pada bulan-bulan pertama dan akan menghilang
dengan makin tuanya kehamilan.
(4) Tidak tahan bau-bauan
(5) Anoreksia (hilang nafsu makan)
(6) Lelah/fatigue
(7) Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri
b. Tanda Kemungkinan Hamil
(1) Perut membesar
(2) Uterus membesar

5
6

(3) Tanda hegar : konsistensi uterus lebih lunak


(4) Tanda chadwik: warna vulva dan vagina lebih merah/agak kebiru
biruan
(5) Tanda piscaseck : uterus membesar kesalah satu jurusan
(6) Suhu basal
(7) Pp test positif
c. Tanda Pasti /Positif Hamil
(1) Terdapat gerakan janin ( pada primigravida dapat dirasakan ibu
usia kehamilan 18 minggu sedangkan pada multigravida umur16
minggu)
(2) Palpasi atau perabaan teraba bagian-bagian janin (20 minggu)
(3) Adanya ballotemen ( lentingan dari bagian janin)
(4) Terdengar denyut jantung janin (DJJ) dengan memakai alat
Dopller dan stetoskop laennec pada kehamilan mulai dari 18- 20
minggu
(5) Dapat diketahui ukuran kantong janin, panjang janin, tuanya
kehamilan dan pertumbuhan janin dengan ultrasonografi
d. Standar Minimal Asuhan Antenatal Care
Pengertian Antenatal care yaitu pengawasan kehamilan untuk mengetahui
kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penyakit yang menyertai
kehamilan, komplikasi kehamilan dan menetapkan resiko kehamilan. Tujuan
antenatal care adalah untuk mengetahui data kesehatan ibu hamil dan
perkembangan bayi intrauterin sehingga kesehatan yang optimal dapat dicapai
dalam menghadapi persalinan, puerperium dan laktasi, serta mempunyai
8
pengetahuan yang cukup tentang pemeliharaan bayinya.
Menurut Yulaikah (2008), ada 14 standar minimal Asuhan Antenatal
9
Care yaitu:
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2) Tekanan darah
3) Tinggi fundus
4) Tablet besi
5) TT (Tetanus Toxoid)
6) Tes Hb
7) Tes VDRL
8) Tekan / pijat payudara
9) Tingkatkan kebugaran ibu hamil dengan senam
10) Temu wicara
11) Tes protein urin
12) Tes reduksi urine
13) Terapi iodium
14) Terapi anti malaria
2.2 Asam Folat
2.2.1 Definisi Asam Folat
Asam folat berasal dari bahasa Inggris yaitu: folic acid, folate atau
folacin, yang artinya adalah vitamin yang larut air. Folat berasal dari bahasa latin
„ folium’ yang artinya daun. Asam folat digolongkan sebagai vitamin B. Asam
folat merupakan salah satu dari beberapa jenis vitamin B9 yang sangat penting
10
bagi tubuh.
2.2.2 Absorbsi, Metabolisme dan
Penyimpanan
Dalam pemasakan di dapur keluarga atau pengolahan teknologi pangan
dapat merusak biopotensi asam folat sampai 50 – 95% kadar asal. Proses absorpsi
asam folat di dalam saluran gastrointestinal, diserap dengan baik oleh usus halus,
penyerapan terbaik di bagian proksimal usus halus, dialirkan lebih lanjut melalui
vena portae ke hati. Pada dosis oral sebesar 200 mg, dapat diserap sampai 80%
oleh seorang normal dan postdosing. Penetrasi asam folat ke dalam sel jaringan
merupakan proses aktif dan selektif. Asam folat ditimbun terutama di dalam hati
dan dapat mencapai kadar 5 – 9 µg/gram jaringan basah, ginjal mengandung 3
µg/gram. Sedangkan di dalam jaringan hati, diperkirakan folat total di dalam
tubuh normal sebesar 5 - 10 mg. Pada keadaan normal, ekresi asam folat di dalam
urin naik turun sesuai tingkat konsumsi. Eskresi ini sekitar 5 µg/24 jam dan pada
11
kondisi defesiensi turun menjadi 3 µg dalam 24 jam.
Dari mega dosis sebesar 5 mg yang diberikan oral, akan di ekskresikan
sebanyak 2 – 3 mg dalam 24 jam. Sedangkan pada seorang defisiensi, yang
diekskresikan ini hanya 1,5 mg dalam 24 jam atau lebih rendah lagi. Asam folat
diekskresikan pula di dalam cairan empedu dan ditemukan di dalam tinja.
Sebagian asam folat di dalam cairan empedu mengalami enterohepatic
cycle Asam folat yang ditemukan dalam tinja sebagian berasal dari hasil sintesa
11
mikroflora usus.
2.2.3 Manfaat Asam Folat
1) Mencegah cacat syaraf lahir (Neural Tube Birth Defecs / NTDs).
Dianjurkan pada ibu untuk mengonsumsi asam folat atau multivitamin
yang mengandung asam folat selama beberapa bulan pertama kehamilan. Saat
hamil level folat dalam darahnya akan menurun, seiring kenaikan sintesa RBC
pada kehamilan dan janin membutuhkan folat tersebut di kehamilan. Janin bayi
sangat membutuhkan asam folat untuk perkembangan otak, tulang dan urat syaraf
12
tulang belakang setiap hari disertai dengan konsumsi makanan yang kaya folat.
2) Untuk memproduksi sel darah merah.
Asam folat tergolong vitamin B yang berfungsi membantu pembentukan
sel-sel darah merah dan meningkatkan kadar Hb yang dapat mencegah anemia.
Sedangkan pada kondisi kehamilan, asam folat bertambah penting karena
perannya dalam pembentukan sel-sel DNA dan RNA sebagai cikal bakal
10
pertumbuhan.
3) Menguatkan sistem kekebalan tubuh.
Asam folat bekerja dengan menambah produksi sel-sel darah putih,
pertahanan utama tubuh. Kekurangan asam folat akan memicu pengerutan
kelenjar thymus dan bongkol getah bening sehingga mengurangi produksi sel
12
darah putih dan untuk menjaga sistem imun.
4) Sebagai kesehatan mental.
Asam folat merupakan kunci penyeimbang zat kimia otak dan pengatur
keakuratan fungsi nutrisi neurotransmitter. Selain itu, asam folat juga mempunyai
12
efek yang sangat kuat terhadap otak.
5) Asam folat menghambat zat teratogenik
Asam folat sangat penting karena sifatnya menghambat secara signifikan
zat teratogenik (bersifat penganggu pembentukan sel jaringan janin), ini dapat
menekan kelainan pada janin terutama di periode pembentukan janin pada masa
kehamilan. Meski tidak bisa dikatakan sebagai satu-satunya pencegah kecacatan
janin, namun paling tidak asam folat mampu mereduksi efek zat-zat yang merusak
atau menghambat pertumbuhan janin seperti radikal bebas, zat artifisial yang tidak
aman, racun dan polutan. Tanpa adanya asam folat, zat-zat teratogenik semakin
tak terbendung merusak dan mengganggu proses dalam inti sel-sel yang sedang
bertumbuh. Logikanya kalau zat yang mereduksi efek teratoganik kurang, maka
13
kerusakan yang ditimbulkan akan semakin buruk.
2.2.4 Sumber Asam Folat
Asam folat sering tersedia dalam bentuk tablet 5 mg dan juga tablet 400
14
µg.
Asam Folat adalah turunan dari Vitamin B yang bersumber dari makanan
sehari-hari. Folat terdapat luas di dalam bahan makanan terutama seperti: sayuran
berwarna hijau, bayam, brokoli, serta asparagus yang kaya dengan asam folat.
Begitu juga dengan buah-buahan berwarna merah dan kuning, seperti semangka,
pisang, nanas. Selain itu asam folat juga terdapat pada daging, hati sapi, ikan dan
10
susu.
Selain dari macam-macam asupan di atas, saat ini sudah banyak susu yang
difortifikasi asam folat. Menurut Sediaoetama (2004), bahan makanan yang
membantu penyerapan asam folat adalah vitamin C yang ada di dalam jeruk,
pisang dan buah kiwi. Asam folat mudah rusak dalam pemanasan sehingga
dianjurkan tiap hari makan buah dan sayur mentah atau sayur yang tidak terlalu
matang saat dimasak. Diperkirakan bahwa hanya 50% folat berasal dari makanan
yang dapat diabsorsi. Asam folat ternyata disintesis dalam jumlah yang cukup
banyak oleh bakteri usus. Konsumsi minuman beralkohol, teh hijau yang
15
berlebihan dan konsumsi pil KB akan menghambat penyerapan asam folat.
2.2.5 Kebutuhan Asam Folat
Kebutuhan asam folat untuk wanita tidak hamil adalah sebesar 100 µg per
hari. Sedangkan untuk wanita hamil kebutuhan asam folat lebih besar sebanyak
280 µg per hari selama kehamilan trimester 1, sejumlah 1,660 µg pada trimester 2
16
dan 4,70 µg per hari pada trimester 3.
2.2.6 Defisiensi Asam Folat
1) Anemia megaloblastik
Defisiensi asam folat memberi gambaran klinik anemia megaloblastik di
dalam sumsum tulang dan di dalam darah perifer. Di daerah tropik defisiensi asam
folat dapat banyak terdapat pada para wanita yang sedang hamil dan pada anak-
anak yang sedang tumbuh dengan cepat, yaitu yang berumur di bawah tiga tahun.
Anemia megaloblastik pada ibu hamil biasanya timbul pada semester terakhir
11
pada kehamilanya.
2) Perkembangan sistem saraf utama terganggu
Defisiensi asam folat mempengaruhi perkembangan janin dan
pembentukan tulang-tulang kepala, termasuk wajah (menyebabkan sumbing),
sistem hormon (pada anak perempuan, di saat dewasa kelak bisa tidak mengalami
menstruasi) dan perkembangan pusat kecerdasan (gangguan belajar). Selain itu,
juga berakibat pada sistem motorik (mengalami lumpuh, tidak bisa berjalan tegak)
tidak ada kontrol untuk buang air besar maupun buang air kecil serta adanya
17
gangguan jantung.
3) Berakibat rambut beruban dini, letih, kurang semangat, sulit tidur (insomnia),
17
mudah lupa serta depresi.
2.2.7 Kelebihan Asam Folat
Asam folat yang dikonsumsi dalam jumlah lebih dari cukup tidak
membahayakan ibu hamil, karena secara alamiah dapat diekskresi oleh ginjal dan
dikeluarkan oleh urin. Meskipun ada dugaan bisa menimbulkan risiko bibir
sumbing dan kelainan jantung bawaan pada janin, hanya dugaan tersebut belum
13
jelas.
2.3 Pengaruh Asam Folat Terhadap Kehamilan
Gizi berasal bahasa Mesir yang berarti “makanan‟‟ gizi juga merupakan
terjemahanz dari bahasa Inggris nutrition, juga bisa diterjemahkan menjadi
18
nutrisi.
Banyak perubahan yang terjadi pada waktu kehamilan muda dalam
mempersiapkan kebutuhan untuk pertumbuhan janin. Konsentrasi zat gizi dalam
darah menurun selama kehamilan misalnya asam amino, glukosa, vitamin C, B6,
B12, asam folat dan peningkatan lipida darah. Fungsi tubuh juga berubah
misalnya aliran darah meningkat, target utama adalah ginjal dan kulit. Akibatnya
sisa-sisa metabolisme yang larut dalam air dibuang secara efisien lewat ginjal dan
panas lewat kulit. Oleh karena itu ibu hamil sering kencing dan merasa panas.
Gerakan peristaltik otot gastroistetinal menurun sehingga menyebabkan
konstipasi. Jumlah cairan tubuh bertambah dan umumnya penambahan air akan
hilang dalam waktu 6 - 8 minggu setelah melahirkan. Hal tersebut merupakan
2
perubahan hormon selama reproduksi.
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi ibu hamil menurut Pudjiadi
(2003) yaitu: Energi 15%, Protein 68%, vitamin A 25%, vitamin D 100%,
20
Vitamin E 25%, Vitamin C 33%, zat besi 100% dan untuk asam folat 100%.
Asam folat adalah vitamin B larut air yang berubah didalam tubuh menjadi
koenzim tetrahydrofolic acid (THFA) dengan menerima dan melepas kelompok
karbon tunggal. Ini dikenal dengan“metabolisme satu karbon”, satu langkah vital
dalam proses pembentukan DNA, didalam setiap badan sel mengizinkan setiap sel
untuk bereplikasi secara sempurna. THFA menyokong metabolisme asam amino,
mengkonversi homocysteine menjadi methionine. Asam folat bersamaan dengan
vitamin B12 diperlukan dalam pembentukan sel darah merah. Folat dan asam
folat adalah hal yang sama, perbedaannya adalah sam folat adalah produk folat
buatan manusia, sedangkan asam folat ditemukan secara alamiah didalam
21
beberapa jenis makanan.
Semua orang memerlukan asam folat. Tapi asam folat sangat penting
untuk wanita pada masa kehamilan.
Ketika wanita mengkonsumsi asam folat yang cukup pada masa
kehamilan, maka ini dapat mencegah :
- Spina Bifida
- Kelainan ini dapat menyebabkan saraf-saraf yang seharusnya
mengontrol pergerakan kaki dan fungsi-fungsi lainnya menjadi tidak
bekerja. Anak-anak dengan spina bifida sering memiliki
ketidakmampuan hidup mandiri jangka panjang. Mereka memerlukan
banyak operasi.
- Anenchepaly
- Yaitu otak yang tidak membesar, bayi dengan masalah ini biasanya
mati sesudah kelahiran.
- Jenis-jenis defek lainnya
Banyak studi menyarankan bahwa penggunaan asam folat dapat
menurunkan risiko defek kelahiran seperti labiopalatoskizis dsb.
Wanita hamil memerlukan 400 sampai 800 mikrogram asam folat perhari.
Jika hanya mengandalkan dari makanan maka kebutuhan asam folat kurang bisa
terpenuhi, diperlukan konsumsi suplemen asam folat tambahan agar kebutuhan
21
asam folat dapat terpenuhi.
2.4 Labiopalatoskizis
2.4.1 Definisi
Labiopalatoskizis terbagi menjadi 3 : labioskizis, palatoskisis dan
labiopalatoskizis (gabungan antara labio dengan palato). Labioskisis adalah
kelainan kongenital bibir sumbing yang terjadi akibat kegagalan fusi atau
penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang diikuti
disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior. Sedangkan Palatoskisis adalah
kelainan kongenital bibir sumbing akibat kegagalan fusi palatum pada garis
5
tengah dan kegagalan fusi dengan septum nasi.
2.4.2 Etiologi
Etiologi dari labiopalatoskizis adalah multifaktorial dan etiologi nya
belum dapat diketahui secara pasti. Ada 2 faktor besar yang menjadi etiologi
labiopalatoskizis diantaranya :
2.4.2.1 Faktor Genetik
Labiopalatoskizis diidentifikasi sebagai penyakit yang dikaitkan dengan
lebih dari 300 jenis sindrom, sindrom yang paling umum adalah sindrom Van der
woude, kira-kira ada sekitar 15% dari total kasus labiopalatoskizis yang
disebabkan sindrom-sindrom tersebut. Pada umumnya labiopalatoskizis
disebabkan oleh adanya interaksi diantara satu genetik individual (predisposisi
genetik) dan faktor lingkungan tertentu yang mungkin dapat teridentifikasi secara
spesifik. Genetik mengandung substansi herediter dasar, DNA, yang menjadikan
setiap orang memiliki karakteristik yang unik. Gen juga berperan dalam
menentukan struktur jantung, bentuk wajah, dsb. Manusia memilii sekitar 30.000
gen. Labiopalatoskizis dapat disebabkan kelainan genetik walau tidak ada anggota
22
keluarga yang lahir dengan labiopalatoskizis.
Kelainan genetik ini terjadi ketika :
a. Terjadi mutasi gen
b. Seorang individu menurunkan gen yang memiliki kelainan dari satu
atau kedua orang tua yang mungkin tidak mengetahui bahwa mereka
6
memiliki gen tersebut.

Teori lain mengatakan bahwa celah bibir terjadi karena :


- Adanya abnormalitas dari kromosom menyebabkan
terjadinya malformasi kongenitalyang ganda.
- Adanya tripel autosom sindrom termasuk celah mulut yang diikuti
dengan anomali kongenital yang lain.

2.4.2.2 Faktor Non-Genetik


a. Defisiensi Nutrisi
Nutrisi yang kurang tepat pada masa kehamilan merupakan satu
dari beberapa penyabab terjadinya labiopalatoskizis. Melalui
percobaan yang dilakukan pada binatang dengan memberikan
vitamin A secara berlebihan atau kurang.Yang hasilnya
menimbulkanl abiopalatoskizis pada anak-anak tikus yang baru lahir.
Begitu juga dengan defisiensi vitamin riboflavin pada tikus yang
juga mengakibatkan persentase kelahiran labiopalatoskizis yang
tinggi, Sama halnya dengan pemberian kortison pada kelinci
yang sedang hamil akan menimbulkan efek yang sama. Menurut
penelitian yang dilakukan di Norwegia didapati hasil bahwa dengan
mengkonsumsi asam folat minimal 400 µg selama masa kehamilan
23
dapat menurunkan risiko kejadian labiopalatoskizis.
b. Zat kimia
Pemberian obat – obatan pada masa kehamilan sangat
dipertimbangkan, terlebih lagi jika sifatnya teratogenik. Obat-obat
yang bersifat teratogenik seperti thalidomid, phenitonin, aminoptherin
dan injeksi steroid. Mengkonsumsi alkohol,kaffein dan,rokok pada
masa kehamilan trimester pertama juga disinyalir dapat meyebabkan
terjadinya kelainan kongenital, seperti labiopalatoskizis. Oleh
karena itu bagi dokter dianjurkan untuk meresepkan obat – obatan
golongan A pada ibu hamil.
c. Virus rubella
Frases mengatakan bahwa virus rubella dapat menyebabkan
kelahiran dengan kelainan kongenital ,tetapi memiliki probabilitas
yang kecil untuk menyebabkan labiopalatoskizis.
d. Trauma
Strean dan Peer melaporkan bahwa trauma mental dan
trauma fisik dapat menyebabkan terjadinya labiopalatoskizis. Stress
yang timbul menyebabkan terangsangnya hypothalamus
adrenocorticotropic hormone (ACTH). Sehingga merangsang kelenjar
adrenal bagian glukokortikoid mengeluarkan hidrokortison, dan
dengan meningkat hidrokortison di dalam darah disinyalir dapat
menganggu pertumbuhan janin sewaktu kehamilan.
e. Beberapa hal lain yang juga berpengaruh yaitu:
- Radiasi yang merupakan bahan-bahan teratogenik yang
potent
- Infeksi penyakit menular sewaktu trimester pertama kehamilan
yang dapat menganngu perkembangan janin
- Gangguan endokrin
- Pemberian hormon seks,dan tyroid
2.4.3 Klasifikasi
24
a. Labiopalatoskizis Primer
Unilateral labiopalatoskizis :
 Mild : Hanya ada pergeseran horizontal dari hidung pada sisi bibir.
 Moderate : terdapat pergeseran hidung secara horizontal maupun
vertikal.
 Severe : Terdapat pergeseran hidung secara horizontal, vertikal,
maupun posterior.
Tabel 2.4.3.1 Klasifikasi Keparahan Labiopalatoskizis Unilateral
Outreach Surgical Center, Lima, Peru
No. Type Hidung Palatum Primer Bibir
A. Mild Mild Celah kurang dari A1. Cupid bow kurang dari
5 mm 30 derajat.
A2. Cupid bow diantara 30
dan 60 derajat
A3. Cupid bow lebih tinggi
dari 60 derajat
B. Moderate Moderate Celah kurang B1. Cupid bow kurang dari
diantara 5 dan 15 30 derajat
mm B2. Cupid bow diantara 30
dan 60 derjat
B3. Cupid bow Cupid bow
lebih tinggi dari 60 derajat.
C. Severe Severe Celah lebih lebar C1. Cupid bow kurang dari
dari 15 mm 30 derajat
C2. Cupid bow diantara 30
dan 60 derajat
C3. Cupid bow lebih tinggi
dari 60 derajat

- Bilateral Labiopalatoskizis :
 Mild : tinggi prolabium 2/3 dari tinggi segmen lateral bibir
 Moderate : Prolabium diantara 2/3 dan 1/3 dari tinggi segmen
lateral bibir
 Severe : Tinggi prolabium kurang dari 1/3 tinggi segmen lateral
bibir.
Tabel 2.4.3.2 Klasifikasi Keparahan Labiopalatoskizis Bilateral
Outreach Surgical Center, Lima, Peru
No. Type Hidung Palatum Primer Bibir
Colummella
Prolabium 2/3 atau lebih dari
1/3 sampai Celah kurang dari 5
A. Mild panjang segmen lateral
2/3 panjang mm
nasal
Colummella
Celah kurang diantara Prolabium 1/3 sampai
atas sampai
B. Moderate 5 dan 15 mm 2/3 dari panjang segmen
1/3 panjang
lateral
nasal
Tidak
Prolabium 1/3 atau kurang
terdapat nasal Celah lebih lebar
C. Severe dari panjang segmen lateral
colummella dari 15 mm

- Unilateral dan bilateral labiopalatoskizis :


 Mild : Perbedaan jarak antara segmen medial dan lateral kurang
dari 5 mm.
 Moderate : Perbedaan jarak antara segmen medial dan lateral
antara 5 dan 10 mm
 Severe : Perbedaan jarak antara segmen medial dan lateral lebih
besar dari 10 mm.
b. Labiopalatoskizis sekunder
Evaluasi dari komponen ini harus dilakukan sebelum palatoplasty
dilaksanakan. Evaluasi awal dari perubahan lebar labiopalatoskizis setelah
perbaikan bibir karena perbaikan dari musculus orbicularis oris.
Estimasi labiopalatoskizis dilakukan dengan membandingkan lebar celah
(X) dengan lebar kedua segmen palatum (Y1 + Y2). Jarak ini diukur dari di tepi
posterior dari tulang palatum diantara bagian palatum yang keras dan lunak. Dari
mulai mukosa lateral dan gingival union sampai bagaian spina nasalis posterior.
X : Lebar celah bibir diukur pada batas tepi posterior palatum yang
keras.
Y : Diameter segmen palatum (kanan dan kiri) diukur pada batas yang
sama seperti X.
Rasio : X/Y1 + Y2
Berdasarkan perhitungan ini, maka klasifikasi untuk labiopalatoskizis
primer antara lain :
- Mild : Rasio kurang dari 0,20.
- Moderate : rasio diantara 0,20 dan 0,40.
- Severe : Rasio lebih besar dari 0,40.
25
2.4.4 Manifestasi Klinis
- Terjadi pemisahan pada langit-langit
- Terjadi pemisahan pada bibir
- Terajdi pemisahan antara bibir dan langit-langit
- Infeksi telinga
- Berat badan tidak bertambah
- Pada bayi terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air
susu dari hidung
- Distorsi pada hidung
- Kesukaran pada menghisap.

2.4.5 Patofisiologi Labiopalatoskizis


Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena
tidak terbentuknya mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah
menyatu (proses nasalis dan maksilaris) pecah kembali. Palatum durum terbentuk
usia janin 4-5 minggu, palatum mole pada usia 8-9 minggu. Palatoskizis terjadi
akibat fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial
yang diikuti difusi kedua palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi septum
nasi. Gangguan fusi palatum durum serta palatum mole terjadi sekitar kehamilan
25
ke-7 sampai 12 minggu.
2.4.6 Penatalaksanaan
Labiopalatoskizis
2.4.6.1 Penatalaksanaan Medis
Tahapan operasi (labioplasty) diambil oleh seorang ahli bedah pada usia
optimal 3 bulan, mengingat pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6 bulan
sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut maka pengucapan huruf
bibir seudah terlanjur salah, sehingga jika dilakukan operasi pengucapan huruf
bibir tetap menjadi kurang sempurna.
Operasi untuk langit-langit (palatoplasty) optimal pada usia 18-20 bulan
mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah.
Palatoplasty dilakukan sedini mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mulai bicara
lengkap sehingga pusat bicara di otak belum mementuk cara bicara. Kalau operasi
dikerjakan terlambat, sering hasil operasi dalam hal kemampuan mengeluarkan
suara normal atau tidak sangat sulit dicapai.
Operasi yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan
tindakan speech teraphy karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada saat
bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah, sudah
ada mekanisme kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang salah. Bila gusi
juga terbelah (gnatoschizis) kelainannnya menjadi labiognatopalatoschizis,
koreksi untuk gusi dilakukan pada usia 8-9 tahun bekerja sama dengan dokter
gigi/orthodentist.
Tindakan operasi dibagi menjadi beberapa tahap, sebagai berikut ;
a. Penjelasan kepada orang tuanya.
b. Umur 3 bulan (rule over ten) operasi bibir dan alanasi (hidung),
evaluasi telinga
c. Umur 10-12 bulan : Operasi palato/celah langit-langit, evaluasi
pendengaran dan telinga.
d. Umur 1-4 tahun : Evaluasi bicara, speech therapist setelah 3 bulan
pasca operasi.
e. Umur 4 tahun : Dipertimbangkan repalatoraphy atau
pharyngoplasty. f. Umur 6 tahun : Evaluasi gigi dan rahang, evaluasi
pendengaran.
g. Umur 9-10 tahun : Alveolar bone graft (penambahan tulang pada celah
gusi).
h. Umur 12-13 tahun : tahap akhir, perbaikan-perbaikan bila diperlukan.
i. Umur 17 tahun : Evaluasi tulang-tulang muka, bila diperlukan
advancementosteotomy.
27
2.4.6.2 Penatalaksanaan Keperawatan
Asupan bayi dengan labioskizis/palatoskizis
- Untuk bayi dengan labioskisis saja :
Bayi yang menderita labioskisis saja biasanya dapat di berikan makanan
dengan langsung disusui atau dari botol. Beberapa permasahan yang
sering adalah agar benar-benar meyakinkan infan bisa mendapatkan
isapan yang tepat didaerah puting.
- Pemberian makanan pada bayi dengan labiopalatoskizis :
Bayi dengan palatoskisis akan memerlukan botol khusus dan teknik
pemberian ASI yang khusus. Cara menyusui dan penggunaan botol
yang umum sangat tidak mungkin. Kurangnya pengetahuan tentang
teknik ini dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan.
 Mengapa anak dengan palatoskisis tidak dapat disusui dengan cara
biasa dan mengunakan botol biasa :
Tujuannya untuk palatum adalah untuk memisahkan mulut dari
hidung. Secara normal palatum yang lunak berada dibelakang mulut
bergerak keatas untuk menutup saluran hidung selama makan. Hal
ini menciptakan sebuah sistem menutup, dan gerakan menghisap
tekanan negatif yang menarik susu keluar dari payudara atau botol.
Palatoskizis mencegah bayi dari menciptakan sistem menutup di
mulutnya, dan hal ini mencegah susu tertarik keluar.
 Bagaimana memberikan asupan bayi dengan palatoskizis :
Botol yang tepat adalah kunci rencana pemberian asupan yang
tepat. Ada 3 pilihan yang dapat digunakan antara lain : Cleft palate
nurses dibuat oleh Mead Johnson, Haberman feeder buatan Medela
company, dan Pigeon cleft palate nurser buatan Children’s medical
ventures. Ketiga jenis botol ini dapat bekerja tanpa memerlukan
isapan intraoral bayi untuk mengeluarkan susu dari puting ibu.
 Monitor kenaikan berat badan bayi dengan labiopalatoskizis,
parameternya antara lain :
- Bayi yang mengonsumsi 2,5 ons susu selama 24 jam seharusnya
mengalami peningkatan berat badan 1 pon.
- Bayi seharusnya menyusui selama 30 menit per sesi, jika lebih maka
bayi terlalu bekerja keras untuk menyusu dan membakar kalori lebih
banyak yang diperlukan untuk pertumbuhannya.
 Mengenalkan makanan padat :
Waktu dan strategi pengenalan makanan padat pada bayi dengan
labiopalatoskizis sama seperti bayi normal lainnya. Perhatikan konsistensi
makanan untuk meminimalkan regurgitasi keluar dari hidung sewaktu
menelan. Sertakan susu atau air untuk membersihkan sisa makanan di
mulut.
- Robin Sequence
Robin sequence terdiri dari hypoplasia mandibula (micrognathia),
glossoptosis, dan palatoskisis U-shaped posterior yang berdampak pada
posisi lidah posterior dan dapat berdampak pada pernafasan. Istilah ini
pertama kali dikemukakan oleh stomatologist perancis, Pierre Robin. Jika
bayi memiliki kondisi ini dan memiliki kesulitan bernafas dikarenakan
obstruksi oleh lidah (glossoptosis), maka bayi harus diletakkan di posisi
prone.
Jika ini tidak mengurani stress pada bayi dan meningkatkan
oxygenasi bayi menjadi normal, maka letakkannasopharyngeal tube atau
oropharyngeal tube sesuai indikasi. Beberapa dari bayi ini mungkin
memerlukan penggunaan nasopharyngeal tube dalam jangka waktu yang
lama, tracheotomy, atau distraksi mandibular.
- Efusi Telinga Tengah
Bayi dengan labiopalatoskizis memilik risiko efusi telinga tengah
yang tinggi (90-95%). Banyak dari bayi ini akan memerlukan penempatan
tabung telinga. Kehilangan pendengaran bisa terjadi akibat efusi ini dan
dapat berdampak pada perkembangan berbicara.
- Genetik/dismorfologi
Konseling genetik diperlukan untuk menyiapkan keluarga akan
risiko pengulangan labiopalatoskizis, konseling ini menjelaskan tentang
etiologi dan risiko pengulangan.
- Perkembangan
Monitor perkembangan berbibcara, bentuk perubahan anatomis
dari labiopalatoskizis. Monitor perkembangan pendengaran dan
perhatikan juga perkembangan psikososial.
2.4.7 Komplikasi Labiopalatoskizis
a. Masalah asupan makanan
Masalah asupan makanan merupakan masalah pertama yang terjadi
pada bayi penderita celah bibir. Adanya celah bibir memberikan
kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan payudara ibu atau dot.
Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labioschisis mungkin dapat
meningkatkan kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang
ditemukan adalah refleks hisap dan refleks menelan pada bayi dengan
celah bibir tidak sebaik normal, dan bayi dapat menghisap lebih banyak
udara pada saat menyusu.
Cara memegang bayi dengan posisi tegak lurus mungkin dapat
membantu proses menyusui bayi dan menepuk-nepuk punggung bayi
secara berkala dapat membantu. Bayi yang hanya menderita labioskizis
atau dengan celah kecil pada palatum biasanya dapat menyusui, namun
pada bayi dengan labiopalatoskizis biasanya membutuhkan penggunaan
dot khusus. Dot khusus (cairan dalam dot ini dapat keluar dengan
tenaga hisapan kecil) ini dibuat untuk bayi dengan labiopalatoskizis dan
bayi dengan masalah pemberian makan/ asupan makanan tertentu.
b. Masalah dental
Anak yang lahir dengan celah bibir mungkin mempunyai masalah
tertentu yang berhubungan dengan kehilangan gigi, malformasi, dan
malposisi dari gigi geligi pada area dari celah bibir yang terbentuk.
c. Infeksi telinga
Anak dengan labiopalatoskizis lebih mudah untuk menderita
infeksi telinga karena terdapatnya abnormalitas perkembangan dari
otot-otot yang mengontrol pembukaan dan penutupan tuba eustachius.
d. Gangguan berbicara
Pada bayi dengan labiopalatoskizis biasanya juga memiliki
abnormalitas pada perkembangan otot-otot yang mengurus palatum
mole. Saat palatum mole tidak dapat menutup ruang/ rongga nasal pada
saat bicara, maka didapatkan suara dengan kualitas nada yang lebih
tinggi (hypernasal quality of 6 speech). Meskipun telah dilakukan
reparasi palatum, kemampuan otot-otot tersebut diatas untuk menutup
ruang/ rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat kembali
sepenuhnya normal. Penderita celah palatum memiliki kesulitan bicara,
sebagian karena palatum lunak cenderung pendek dan kurang dapat
bergerak sehingga selama berbicara udara keluar dari hidung. Anak
mungkin mempunyai kesulitan untuk menproduksi suara/ kata "p, b, d,
t, h, k, g, s, sh, dan ch", dan terapi bicara (speech therapy) biasanya
25
sangat membantu.
e. Pernapasan
Ketika langit-langit dan rahang yang cacat, pernapasan menjadi dif
kultus terutama bila dikaitkan dengan sindrom Pierre Robin.

2.4.8 Prognosis Labiopalatoskizis


Bayi yang lahir dengan cleft palate mempunyai prognosis yang baik dan
kurang lebih 80 persen tetap memiliki suara yang normal. Belum ada yang tahu
cara mencegah cleft palate tetapi perawatan antenatal penting untuk mengurangi,
23

bahkan mencegah risiko kelainan ini. Prognosis operasi pasien cleft palate pada
umumnya baik tergantung dari pengalaman dan metode yang digunakan dan ada
atau tidaknya komplikasi yang muncul akibat pembedahan. Meskipun telah
dilakukan koreksi anatomis, anak tetap menderita gangguan bicara sehingga
diperlukan terapi bicara yang bisa diproleh di sekolah. Tetapi jika anak berbicara
lambat atau berhati-hati maka biasanya mereka akan terdengar seperti anak
26
normal.

Universitas Sumatera
Utara
BAB 3
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
PENELITIAN

3.1. Kerangka Teori

Ibu hamil

Fusi atau penyatuan prominen maksilaris


dengan prominen nasalis medial yang
Faktor resiko : diikuti difusi kedua palatum pada garis
1. Defisiensi gizi
tengah dan kegagalan fusi septum nasi.
2. Obat teratogenik
3. Infeksi maternal
4. Genetik
5. Rokok dan alkohol
Labiopalatoskizis

Bilateral
Uniateral

Complete
Complete Incomplete

Gambar 3.1. KerangkaTeori

24

Universitas Sumatera
Utara
25

3.2. Kerangka Konsep


Berdasarkan tujuan penelitian maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah :

Ibu Hamil Kuesioner Sumber Asam Folat : Labiopalatoskizis

- Tablet nutrisi
- Sayur- sayuran
- Buah-buahan
- Susu kehamilan

Skema 3.2.1 Kerangka Konsep

Universitas Sumatera
Utara
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan metode
pengumpulan data secara cross sectional. Pengamatan dilakukan satu kali, pada
satu saat. Melakukan wawancara terhadap ibu dari pasien labiopalatoskizis di
RSUP H. Adam Malik.

4.2 Tempat dan waktu penelitian


4.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian pada pasien RSUP H. Adam Malik, Jl. Bunga Lau No. 17,
Kemenangan Tani, Medan Tuntungan, Medan.

4.2.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan September – Nopember 2017.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi target pada penelitian ini adalah ibu pasien labiopalatoskizis di
RSUP H. Adam Malik Medan bulan adalah 43 orang.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
29
jumlah karateristik yang dimiliki oleh populasi.

4.3.1.1.Kriteria inklusi
a. Ibu pasien yang bersedia menjadi responden
b. ibu dari pasien yang mengalami labiopalatoskizis

26
Universitas Sumatera
Utara
27

c. Pasien yang dilahirkan di RSUP. H. Adam Malik Medan

4.3.1.2.Kriteria eksklusi
a. Data rekam medik yang tidak lengkap
b. Ibu Pasien yang menolak untuk diwawancarai

4.3.3. Teknik Pengambilan Sampel


Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah total sampling.

4.4. Defnisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur
Pemberian Berapa kali ibu Wawancara Ordinal - Sering
- Kadang-kadang
tablet mengkonsumsi dengan
- Tidak Pernah
nutrisi tablet nutrisi kuesioner
selama masa
kehamilan

Konsumsi Seberapa sering Wawancara Ordinal -- Sering


Kadang-kadang
sayur- mengkonsumsi dengan
- Tidak Pernah
sayuran sayur-sayuran kuesioner
dalam sehari.

Konsumsi Seberapa sering Wawancara Ordinal - Sering


buah- - Kadang-kadang
mengkonsumsi dengan - Tidak Pernah
buahan buah-buahan kuesioner
semasa
kehamilan

Universitas Sumatera
Utara
Frekuensi Seberapa sering Wawancara Ordinal - Sering
meminum - Kadang-kadang
meminum susu dengan
- Tidak Pernah
susu kehamilan kuesioner
kehamilan semasa
kehamilan

Labiopalato Kelainan yang Menggunaka Ordinal - Labioskizis


- Palatoskizis
skizis didiagnosa oleh n data rekam
- Labiopalatoskizis
dokter dan medik
diperoleh dari
status rekam
medik pasien

4.5. Metode Pengolahan Data


Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data primer didapatkan dari kuesioner yang diberikan kepada ibu pasien
labiopalatoskizis yang dirawat di RSUP H. Adam Malik melalui
wawancara via telepon.
2. Data sekunder didapatkan dari rekam medis pasien dengan
labiopalatoskizis di RSUP H. Adam Malik dari 2013 sampai 2017. Data
yang diperoleh akan diolah menggunakan sistem komputerisasi.

4.6 Pengolahan dan Analisis Data

4.6.1 Pengolahan Data

1. Editing

Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian rekam medis.


29

2. Coding

Setelah semua data diedit atau disunting. Selanjutnya dilakukan peng


“kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data atau angka bilangan.

3. Data Entry

Data, yakni jawaban – jawaban dari masing-masing responden yang dalam


bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau software
komputer.

4. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan–kemungkinan
adanya kesalahan–kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,
kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

4.6.2 Analisis Data

Data yang diperoleh setelah terkumpul dianalisa dengan menggunakan


program komputer sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui
gambaran angka kejadian labiopalatoskizis terhadap ibu hamil yang
mengkonsumsi asam folat selama kehamilan di RSUP H. Adam Malik.

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
data univariat. Analisa univariate (analisa deskriptif) bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.

Universitas Sumatera
Utara
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi dan Karakteristik


5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian
Pengambilan data penelitian ini dilakukan diRSUP H. Adam Malik,
Jl. Bunga Lau No. 17, Kemenangan Tani, Medan Tuntungan, Medan.RSUP
H. Adam Malik merupakan salah satu rumah sakit rujukan di Sumatera
Utara dan memiliki sistem pengelolaan yang cukup baik.

5.1.2. Karakteristik individu


Sampel dalam penelitian ini adalahpasien dengan kelainan
Labiopalatoskizis dan tercatat di status rekam medik Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik periode dari 2013 sampai 2017sebanyak 43 sampel
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

5.1.3.Hasil Analisis Data


5.1.3.1. Distribusi Frekuensi Kejadian LabiopalatoskizisResponden
Berdasarkan hasil penelitian pada 43 pasien labiopalatoskizis di
RSUP H. Adam Malik, terdapat 21 orang (48,8%) responden dengan
kategori palatoskizis , sebanyak 22 orang (51,2%) responden dengan kategori
labiopalatoskizis dan sebanyak 0% responden dengan kategori labioskizis.

Kategori Frekuensi Persentase (%)


Jenis
Palatoskizis 21 48,8 %
kejadian
Labiopalatoskizis 22 51,2 %
Labioskizis 0 0%

Universitas Sumatera
Utara
Total 43 100%
31
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Kejadian Labiopalatoskizis Responden

5.1.3.2. Distribusi Frekuensi Tablet Nutrisi Responden


30
Berdasarkan hasil penelitian pada 43 pasien labiopalatoskizis di RSUP H.
Adam Malik, terdapat7 orang (16,3%) responden yang sering mengkonsumsi
tablet nutrisi , sebanyak 22 orang (51,2%) responden yang kadang-kadang
mengkonsumsi tablet nutrisi dan sebanyak 14 orang (32,6%) responden yang
tidak pernah mengkonsumsi tablet nutrisi.

Kategori Frekuensi Persentase (%)


Konsumsi tablet Sering 7 16,3%
nutrisi
Kadang-kadang 22 51,2%
Tidak pernah 14 32,6%
Total 43 100%
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Tablet Nutrisi Responden

5.1.3.3. Distribusi Frekuensi Konsumsi Sayur Responden


Berdasarkan hasil penelitian pada 43 pasien labiopalatoskizis di RSUP H.
Adam Malik, terdapat 3 orang (7,0%) responden yang sering mengkonsumsi
sayur, sebanyak 31 orang (72,1%) responden yang kadang-kadang mengkonsumsi
sayur , dan sebanyak 9 orang (20,9%) responden yang tidak pernah
mengkonsumsi sayur..

Kategori Frekuensi Persentase (%)


Konsumsi Sering 3 7,0%
sayur
Kadang-kadang 31 72,1%

Universitas Sumatera
Utara
Tidak pernah 9 20,9%
Total 43 100%
32
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Konsumsi Sayur Responden

5.1.3.4. Distribusi Frekuensi Konsumsi Buah Responden


Berdasarkan hasil penelitian pada 43 pasien labiopalatoskizis di RSUP H.
Adam Malik, terdapat 4 orang (9,3%) responden yang sering mengkonsumsi
buah ,sebanyak 30 orang (69,8%) responden yang kadang-kadang, dan sebanyak
9 orang (20,9%) responden yang tidak pernah konsumsi buah.
Kategori frekuensi Persentase (%)
Konsumsi Sering 4 9,3%
buah
Kadang-kadang 30 69,8%
Tidak pernah 9 20,9%
Total 43 100%

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Konsumsi Buah Responden

5.1.3.5. Distribusi Frekuensi Konsumsi Susu Kehamilan Responden


Berdasarkahasil penelitian pada 43 pasien labiopalatoskizis di RSUP H. Adam
Malik, terdapat 7 orang (16,3%) responden yang sering meminum susu kehamilan,
sebanyak 22 orang (51,2%) responden yang kadang-kadang meminum susu
kehamilan, dan sebanyak 14 orang (32,6%) responden yang tidak pernah meminum
susu kehamilan.
Kategori Frekuensi Persentase(%)
Frekuensi Sering 7 16,3%
meminum
susu
Kadang-kadang 22 51,2%
Tidak pernah 14 32,6%
Total 43 100%
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Konsumsi Susu Kehamilan Responden
33

5.2 Pembahasan
Pada ibu hamil, asam folat berperan penting dalam pembentukan satu per
tiga sel darah merah.Itu sebabnya, ibu hamil yang mengalami kekurangan
asam folat umumnya juga mengalami anemia dengan segala konsekuensinya
(terlihat pucat dan mudah letih, lesu dan lemas).Bahkan, juga berisiko
mengalami persalinan prematur, plasenta lepas sebelum waktunya (solusio
30
plasentae) dan keguguran.
Kebutuhan asam folat pada ibu hamil sebesar 600 ug per hari.Selain itu
kebutuhan folat tidak hanya pada saat hamil tapi juga sebelum hamil.Tiga
bulan sebelum hamil sebaiknya wanita mengkonsumsi asam folat sebanyak
600 ug per hari.Cacat tabung saraf janin bisa terbentuk saat kehamilan berusia
30`
2 – 4 minggu.
Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya, dimana pada
penelitian Andrew E. Czeizel, dkk 1999 menyatakan berdasarkan studi yang
mereka teliti bahwa defisiensi asam folat dapat meningkatkan
risikolabiopalatoskizis, namun konsumsi folat tanpa suplemen tidak dapat
menurunkan risikolabiopalatoskizis, Jika konsumsi asam folat secara tunggal
tanpa suplemen maka harus dengan dosis tinggi (contoh : 6 mg) yang dapat
menurunkan risikolabiopalatoskizis. Hal ini disebabkan terdapat beberapa metode
penelitian yang berbeda dengan peneliti gunakan diantaranya Andrew E. Czeizel,
dkk menggunakan desain penelitian case control yang dibagi menjadi dua
kelompok responden. Kelompok responden pertama terdiri dari 30.663 ibu tanpa
riwayat keluarga kelahiran cacat kongenital dengan konsumsi asam folat sebanyak
2x3 mg dan 17.300 ibu hamil dengan riwayat keluarga kelahiran cacat congenital
dengan konsumsi asam folat setengah dari kelompok pertama. Dan terbukti
dengan dosis asam folat 2x3 mg mampu mereduksi resiko kejadian kelahiran
28
kongenital dengan lebih efektif.
Sementara 8 tahun kemudian Allen dkk dalam BMJ (2007) menyatakan
berdasarkan penelitian yang dilakukan di Norwegia dengan sampel anatara 1999-
34
2001 bahwa konsumsi harian folat yang berasal dari makanan ditambah
suplemen
asam folat dapat menurunkan risikolabiopalatoskizis dengan odd rasio
sebesar
0,75 (0,50-1,11). Hal ini disebabkan terdapat beberapa metode penelitian yang
berbeda dengan peneliti gunakan diantaranya allen dkk menggunakan desain
penelitian case control dengan jumlah populasi sebanyak 377 bayi dengan
labiopalatoskizis, 196 bayi dengan palatoskizis dan 763 bayi kelahiran normal
(kontrol), dan menggunakan kriteria eksklusi labiopalatoskizis yang disebabkan
genetik. Metode tersebut tidak dapat dilakukan oleh peneliti berhubung jumlah
sample yang sedikit, keterbatasan dana, kurang lengkapnya informasi yang tertera
di rekam medik RSUP Adam Malik sehingga peluang terjadinya bias dalam
22
penelitian ini cukup besar.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisa data dan pembahasan yang diperoleh dari penelitian
Angka Kejadian Labiopalatoskizis terhadap ibu hamil yang mengkonsumsi asam
folat selama kehamilan di RSUP. H. Adam Malik Medan, maka didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Proporsi angka kejadian lebih tinggi yang mengalami kejadian labiopalatoskizis
dengan kategori labiopalatoskizis sebanyak 22 orang (51,2%) dibandingkan
responden dengan kategori palatoskizissebanyak 21 orang (48,8%).
2. Proporsi ibu pasien yang kadang-kadang mengkonsumsi tablet nutrisi
sebanyak 22 orang (51,2%) ,sebanyak 14 orang (32,6%) ibu pasien yang
tidak pernah mengkonsumsi tablet nutrisi dan sebanyak 7 orang (16,3%)
ibu pasien yang sering mengkonsumsi tablet nutrisi.
3. Proporsi ibu pasien yang kadang-kadang mengkonsumsi sayur sebanyak 31
orang (72,1%) , sebanyak 9 orang (20,9%) ibu pasien yang tidak pernah
mengkonsumsi sayur, dan sebanyak 3 orang (7,0%) ibu pasien yang sering
mengkonsumsi sayur.
4. Proporsi ibu pasien yang kadang-kadang mengkonsumsi buah sebanyak 30
orang (69,8%) , sebanyak 9 orang (20,9%) ibu pasien yang tidak pernah
konsumsi buah dan sebanyak 4 orang (9,3%) ibu pasien yang sering
konsumsi buah.
5. Proporsi ibu pasien yang kadang-kadang meminum susu kehamilan
sebanyak 22 orang (51,2%), sebanyak 14 orang (32,6%) ibu pasien yang
tidak pernah meminum susu kehamilan dan sebanyak 7 orang (16,3%) ibu
pasien yang sering meminum susu kehamilan.

35

Universitas Sumatera
Utara
36

6.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat peneliti sampaikan yaitu:
1. Peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi acuan dalam penelitian
berikut nya dan juga peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel
yang lebih banyak lagi dalam penelitian nya sehingga membantu dalam
perkembangan selanjutnya, seperti mencari hubungan-hubungan yang
terdapat pada variabel-variabel tersebut.
2. Terdapat pentingnya kelengkapan penulisan rekam medis selain untuk
kelengkapan data, dapat juga membantu peneliti lain yang akan
melakukan penelitian di departemen yang sama.

Universitas Sumatera
Utara
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2007.hlm.89-100.
2. Arisman.Gizi dalam Daur Kehidupan. Edisi 2. Jakarta : EGC, 2009.hlm.4-
20.
3. Behrman,Richard E, et al.Nelson Ilmu Kesehatan Anak.Edisi 15 vol 2.
Jakarta: EGC; 2000.hlm. 1282.
4. Sudarti dan Fauziah. Asuhan Neonatus , Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Nuha Medika; 2012.hlm.23-24.
5. Sudarti dan Khairunnisa. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak
Balita. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.hlm.21-22.
6. Sari, P.Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Ibu Hamil dengan
Pengetahuan Tentang Nutrisi Kehamilan di UPTD RSUD Kota Surakarta.
Karya Tulis Ilmiah. Kebidanan Stikes Aisyiyah. 2008.
7. Anggraini, Y.Asuhan Kebidanan Masa Nifas.Yogyakarta :Pustaka
Rihama; 2010.
8. Manuaba, dkk. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri
Ginekologi untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC; 2008.hlm.155.
9. Yulaikah, L. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : EGC; 2008.
10. Almatzier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Gramedia Pustaka Utama; 2002.
hlm.239-258.
11. Sediaoetama, A. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Jakarta :
Dian Rakyat; 2004.hlm.78-137.
12. World Health Organization. Kurang Gizi pada Ibu Hamil; 2010 [cited
2016 dec 25 ]. Available from: http://www.kesehatan.online.com.Html.
13. Henderson, C.Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC; 2006.
14. Wenner, et al.Where There Is No Doktor. Yogyakarta : CV Andi
Offset;2010.
15. Supariasa, I. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC; 2002.

37

Universitas Sumatera
Utara
38

16. Kristiyanasari, W.Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta : Nuha Medika; 2010.


17. Cahanar, Ed. Makan Sehat Hidup Sehat. Jakarta : Buku Kompas; 2006.
18. Devi, N. Nutrion and Food: Gizi untuk Keluarga. Jakarta : Buku Kompas;
2010.
19. Pudjiati, S. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta : Balai Penerbit FKUI;
2003.
20. U.S. Department of Health and Human Services, Office on Women‟s
Health ,2008. [cited 2016 Dec 18]
21. cleft lip foundation second edition 2008 reprint.[cited 2017 Jan 20 ]
available from:http://www.healthofchildren.com/C/Cleft-lip-and \-palate.
22. Alen J. Wilcox et. Al. Folic acid supplements and risk of facial clefts :
national population based case-control study. BMJ 2007
23. Cleft Palate-Craniofacial Journal. [cited 2017 Dec 20]. Available from :
http://www.worldcf.org/medical.info/cleft-lip-and-palate-
resources/anatomics-characteristics-of-the-cleft/cleft-palate.
24. Izya. Info Kesehatan Labioskizis/Labiopalatoskizis. 2012. [cited 2016 Dec
12]. Available from : http:///www.google.com.online.
25. Converse JM, Hogan VM, McCarthy JG. Cleft Lip And Palate ,
Introduction. dalam Reconstructive Plastic Surgery, ed. 11, vol. 4.
Philadelphia; WB Saunders.
26. Cleft lip and palate critical elements of care by the center for children
with special needs seattle children’s hospital, seattle, WA. [cited 2017 Jan
20]. Available from : http://www.seattlechildrens.org/.
th
27. Betz CL. Sowden AL. Buku Saku Keperawatan Pediatri. 5 ed. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.2009. h. 95-7.
28. Czeizel, AE, Toth M, & Rockkenbauer, M. Population – based case
control study of folic acid supplementation during pregnancy. Teratology,
53(6):345-351. Available from : https://hungary.pure.elsevier.com/.
29. Dahlan, M. Sopiyudin.Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel
dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba
Medika;2009.
30. Arisman, MB.Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi.
PenerbitBukuKedokteran EGC: Jakarta;2004.
LAMPIRAN 1
Daftar Riwayat Hidup

Nama : Zoe Badawi


NIM : 130100080
Tempat/Tanggal Lahir: Asahan, 1 April 1996
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Nama Ayah : Ngatimun
Nama Ibu : Ernawati Sitorus Pane

Alamat : Jl. Dr Mansyur no. 5 Kecamatan Medan Baru

Riwayat Pendidikan : 1. R.A. Raudhlatul Uluum 2000-2001


2. SD MIS. Raudhalatul Uluum 2001-2007
3. SMP MTs.S Raudhalatul Uluum 2007-2009
4. SMA MAN Rantauprapat 2010-2012

Riwayat Organisasi : 1. Ketua Kelompok Ilmiah Remaja MAN Rantauprapat

2011-2012
2. Anggota Dept. DIKLIT PEMA FK USU
2013-2014
3. Anggota FOSMA 165 SUMUT
2013-2014

4. Anggota Divisi Kenaziran PHBI FK USU


2014-2015
5. Anggota Divisi KESPRO SCORA PEMA
FK USU 2014-2015
6. Anggota Divisi logistik PEMA FK USU
2015-2016
7. Anggota Divisi Kenaziran FOSKAMI FK USU
2015-2016
8. Anggota LPTQ USU
2015-2016
9. Anggota DIVISI KENAZIRAN
BKM Ar-Rahmah FK USU
2016-
sekarang.

10. Demisioner LPTQ USU


2016-
Sekarang

Riwayat Kepanitiaan : 1. Penanggung Jawab dan penulis buku


Cumlaude departemen DIKLIT PEMA FK USU
2013-2014
2. Panitia Qurban PEMA FK USU
2013

3. Kordinator Perlengkapan dan tempat PEMA


MEDICAL OLIMPIAD FK USU
2014

4. Anggota Seksi Tennis Meja Porseni FK USU


2015
5. Anggota Seksi Obat PEMA SCORA FK USU di
Mandala
2015
6. Anggota Seksi Perlengkapan dan tempat di
MAN Lubuk Pakam
2016

7. Anggota Seksi Dokumentasi dan Publikasi MTQ


Mahasiswa USU
2016

8. Anggota Seksi Keamanan PKKMB FK USU

2016
Prestasi : 1. Juara 2 pidato bahasa arab FASI se-kabupaten
labuhanbatu
2008
2.Juara 3 MTQ cabang fahmil Qur‟an
se-kabupaten Labuhanbatu
2008
3.Juara 1 MTQ cabang fahmil Qur‟an
se-kabupaten Labuhanbatu
2011
4.Juara 1 Porseni Cabang fahmil putra Qur‟an
se-madrasah Aliyah Labuhanbatu
2011

5.Juara 1 Porseni Cabang Pidato Bahasa Inggris


Putra se-madrasah Aliyah SUMUT
2011

6.Juara 3 Porseni Cabang Pidato Bahasa Inggris


Putra se-madrasah Aliyah Labuhanbatu
2011

7.Juara 2 Pidato orasi lingkungan hidup


se-SUMUT
2011

8.Juara Harapan 1 MTQ fahmil Qu‟ran se-sumut


2012

9.Juara 3 Porseni FK USU Cabang Tenis Meja


2014

10.Juara 3 MTQ Mahasiswa Cabang fahmil Qur‟an


se-usu
2014
11.Juara 2 Porseni FK USU Cabang Tenis Meja
2015

12.Juara 2 Porseni FK USU Cabang Tenis Meja


2016
LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN

Dengan hormat,
Saya zoe badawi, adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara angkatan 2013. Saat ini sedang mengadakan penelitian dengan
judul “Gambaran Angka Kejadian Labiopalatoskizis Terhadap Ibu Hamil
Yang Mengkonsumsi Asam Folat Selama Kehamilan Di RSUP H.
Adam Malik”. Penelitian ini dilakukan sebagai kegiatan dalam menyelesaikan
proses belajar pada blok Community Research Programme.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran angka kejadian
labiopalatoskizis terhadap ibu hamil yang mengkonsumsi asam folat selama
kehamilan di RSUP H. Adam Malik. Untuk keperluan tersebut, saya memohon
kesediaan anda untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selanjutnya, saya
memohon kesediaan anda untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya.
Jika anda bersedia, silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti
kesukarelawan anda. Identitas pribadi anda sebagai partisipan akan dirahasiakan
dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini.
Bila terdapat hal yang kurang mengerti, anda dapat bertanya langsung kepada
peneliti. Atas perhatian dan kesediaan anda menjadi partisipan dalam penelitian
ini, saya mengucapkan terima kasih.
Medan, 2017
Hormat Saya,

Peneliti
LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Status : Labioskizis / Palatoskizis / Labiopalatoskizis
*Silahkan dicoret yang bukan status anda

Telah benar-benar paham atas penjelasan yang disampaikan oleh peneliti


mengenai penelitian ini yang berjudul “Gambaran Angka Kejadian
Labiopalatoskizis Dari Ibu Hamil Yang Mengkonsumsi Asam Folat Selama
Kehamilan Di RSUP H. Adam Malik”. Oleh karena itu saya menyatakan
BERSEDIA menjadi partisipan dalam penelitian ini. Demikianlah, persetujuan ini
saya sampaikan dengan sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Medan, 2017

Peneliti Partisipan

(Zoe Badawi ) (…………)


LAMPIRAN 4
LEMBAR PERTANYAAN TENTANG GAMBARAN ANGKA KEJADIAN
LABIOPALATOSKIZIS DARI IBU HAMIL YANG MENGKONSUMSI
ASAM FOLAT SELAMA KEHAMILAN DI RSUP H. ADAM MALIK

1. Apakah ibu diberi tablet nutrisi, berupa asam folat oleh dokter/bidan semasa
kehamilan?
a. Sering
b. Kadang- kadang
c. Tidak pernah
2. Apakah ibu rutin mengkonsumsi sayur-sayuran semasa kehamilan?
a. Sering
b. Kadang – kadang
c. Tidak pernah
3. Apakah ibu rutin mengkonsumsi buah-buahan semasa kehamilan?
a. Sering
b. Kadang – Kadang
c. Tidak pernah
4. Apakah ibu rutin meminum susu kehamilan semasa kehamilan?
a. Sering
b. Kadang – kadang
c. Tidak pernah
LAMPIRAN 5 SURAT IZIN PENELITIAN
LAMPIRAN 6 ETHICAL CLEARANCE PENELITIAN
MASTER DATA

Nama Kategori pemberian Konsumsi Konsumsi Frekuensi


labiopalatoskizis tablet sayur- buah- minumsusu
sayuran buahan
M. aufarwali 2 1 2 3 1
Arryono 3 2 1 1 1
HamindiyaBilqiswiharya 2 1 2 2 3
timotiussangaponsimanjuntak 2 2 2 1 1
bayiyesiannisia 3 2 3 2 2
vera br. Hutagalung 3 2 3 3 2
nabila 2 1 3 2 2
muhammadadamazra 3 2 2 3 3
bredialokenbarus 3 2 2 3 2
lauraanggita 2 2 3 2 1
muhammadnasybi 3 2 3 2 2
nurlinahafizahlubis 2 2 3 2 2
muhammadaminmaulana 3 1 2 2 2
vancahancelsitumorang 3 2 3 2 2
Muhammad aziz 2 2 2 3 2
istiqomah 3 2 3 2 2
NadiraAyundaRamadhani 2 3 2 2 2
Rizqika Nabila 2 2 2 2 3
Rafael Panjaitan 3 2 2 2 2
Diahpitaloka 3 3 2 2 3
Abdu Rafi Waldan 2 1 1 1 1
bayi Juliana mahulae, S.T 2 3 2 2 3
ranggasyahputra 3 2 2 2 1
Bayisuwandi 3 2 2 3 3
Rani mukerzitumilco 2 3 2 2 1
Zahara 2 1 2 2 3
SahiraRizqiafitri 3 3 2 2 2
hannaaswaratanjung 3 2 2 2 2
sehatmartuapurba 2 1 2 2 2
Al-fatah 3 3 2 2 3
yasminaz-zahra 3 2 2 2 3
wahyuda R. aritonang 3 3 2 3 3
rafaandikanst 3 3 3 1 2
putrinursyaqila 2 3 2 2 2
nabilaputri 2 3 2 2 2
miguelsinaga 3 3 2 2 3
bayifitrianitanjung 3 3 2 2 3
sari purnamayasid 2 2 2 3 2
firaardiyansah 2 2 2 2 3
rizalabdi 2 3 2 2 2
bayiannita 2 2 1 3 2

Universitas Sumatera Utara


aljhafaiharifola 2 3 2 2 3
zakihadyanbasa 3 2 2 2 2

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai