(Morinda citrifolia)
Abstract
This study was aimed to observe antibacterial activity and antimutagenicity of noni juice
(Morinda citrifolia). Different parts of noni fruits (skin part and inner part of fruit) and different
maturity (unripe, half ripe and fully ripe) were assayed for the antibacterial activity against B.
subtilis, E. coli, P. aeruginosa, Salmonella sp. and S. aureus by using paper disc. The
antimutagenicity of noni juice against various amino acid pyrolyzates such as Trp-P1, Trp-P2
and Glu-P1 were carried out by Ames test, and Salmonella typhimurium SD 510 was used as
indicator organism. The results revealed that the inner part of fully ripe fruit has the highest
antibacterial activity against all tested bacteria as compared to the unripe and half ripe fruits.
The antimutagenic activity of nony juice against Trp-P1, Trp-P2 and Glu-P1 were observed at
95.99%, 98.6% and 96.7% respectively by using 50 l noni juice.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*Lembaga Pengkajian Bisnis Pangan (LPBP)
Bumi Cibinong Endah Blok C1 No. 14, Cibinong
e-mail : waspodo@indo.net.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari daya antibakteri dan antimutagenik jus
mengkudu (Morinda citrifolia). Ekstrak dari kulit buah dan daging buah mengkudu serta
berbagai tingkat kematangan buah, yaitu mentah, setengah masak dan masak diuji daya
antibakterinya terhadap against B. subtilis, E. coli, P. aeruginosa, Salmonella sp. dan S.
aureus dengan menggunakan kertas cakram (paper disc) 6mm, dan diamati zona
bening di sekitarnya dalam mm. Keaktifan antimutagenik jus mengkudu masak diuji
terhadap senyawa mutagen Trp-P1, Trp-2 dan Glu-P1 dengan menggunakan metoda
Ames, dan Salmonella typhimurium SD 510 sebagai indikator bakterinya. Uji daya
antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak daging buah mengkudu maupun ekstrak kulit
buah mengkudu mempunyai daya antibakteri terhadap semua jenis bakteri yang diuji,
dan ekstrak daging buah mengkudu masak mempunyai daya antibakteri yang lebih
kuat dibanding dengan ekstrak kulit buah maupun daging mengkudu mentah dan
mengkudu setengah masak masak. Keaktifan antimutagenik jus mengkudu terhadap
Trp-P1, Trp-P2 dan Glu-P1 terdeteksi masing-masing sebesar 95.99%, 98.6% and
96.7%, pada dosis 50 l jus mengkudu dengan metode Ames.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Industri Pangan, Perhimpunan Ahli Teknologi
Pangan (PATPI), Surabaya, 10-11 Oktober 2000
1
I. PENDAHULUAN
2
mengkudu terhadap bakteri tersebut di atas. Hirazumi et al. (1994) melaporkan bahwa
mengkudu mempunyai daya antikanker terhadap LLC kanker pada tikus secara in
vivo.
Rasa buah mengkudu pahit, dengan bau tidak sedap. Namun demikian buah
mengkudu muda direbus untuk lalap, buah setengah masak dibuat rujak di Jawa
Timur, dan apabila dihancurkan, dicampur dengan sedikit garam bisa mengobati luka
atau patah tulang, Daun muda biasanya dikukus atau direbus dan dimakan sebagai
lalap, untuk membungkus dalam pembuatan pindang ikan.
Kecenderungan kembali ke alam juga menjadi perhatian dalam bidang
teknologi pangan dengan mengolah sumber daya alam semaksimal mungkin untuk
pangan dan kesehatan. Berdasarkan pengalaman nenek moyang bangsa Indonesia
dalam pengobatan tradisional menggunakan mengkudu, dan beberapa hasil penelitian
di luar negeri mengenai daya antimikroba mengkudu, maka penelitian antibakteri dan
antimutagenik mengkudu di Indonesia diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
mengenai manfaat mengkudu, disamping aplikasi teknologi pangan dalam mengatasi
faktor pembatas buah mengkudu dalam hal citarasa dan aromanya.
3
B. METODE PENELITIAN
1. Persiapan sampel jus mengkudu
1. a. Persiapan sampel jus mengkudu untuk pengujian daya antibakteri
2. Analisis
2. a. Pengujian Daya Antibakteri
Masing-masing sampel selanjutnya diuji secara kualitatif daya antibakterinya
dengan menggunakan paper disc 6 mm, dan mengamati clear zone (zona bening di
sekitar paper disc) terhadap bakteri E.coli, P.aeruginosa, Salmonella sp, dan S.
aureus. Nutrient Agar (Oxoid) steril dituangkan kedalam cawan petri steril dibiarkan
membeku sempurna. Dalam ruang steril, sejumlah 0.1 ml (105 koloni/ml)kultur
bakteri yang akan diuji diteteskan pada permukaan agar tersebut dan diratakan dengan
hockey stick dan selanjutnya sebuah paper disc (Whatman paper disc berketebalan 6
mm) steril secara aseptis ditempatkan di tengah agar cawan. Selanjutnya pada paper
disc tersebut diteteskan 50 l sampel ekstrak buah dengan mikro pipet dan dibiarkan
hingga meresap. Cawan-cawan tersebut kemudian diinkubasikan di dalam inkubator
37oC selama 48 jam untuk kemudian diamati zona bening di sekitar paper disc dalam
mm.
4
2. b. Pengujian Daya Antimutagenik
Pengujian antimutagenisitas dilakukan berdasarkan metode Maron dan Ames
(1983). Salmonella typhimurium SD 510, mutant strain dari Salmonella typhimurium
TA 98 yang tergantung pada streptomisin (streptomycin dependent) dari
Laboratorium Dairy Microbiology Shinshu University – Jepang, ditumbuhkan pada
Nutrient Broth yang difortifikasi dengan 20 g/ml streptomisin (SM 20 broth) sampai
mencapai OD 1.3 pada 660 nm, yaitu 5,0 x 10 8 koloni/ml). Jus mengkudu tidak
memberikan daya hambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhimurium SD 510
pada media SM 20 agar, sehingga dapat digunakan sebagai indikator bakteri pada
metoda Ames ini. Uji antimutagenisitas dilakukan dengan menginkubasikan sejumlah
tertentu jus mengkudu (l) dengan masing-masing 50 l senyawa mutagen Trp-P1
(10 g/plate) yang dilarutkan dalam ethanol, Trp-P2 dan Glu-P1 masing-masing
dalam metanol 20% pada suhu 37oC selama 30 menit. Sejumlah 100 l kultur SD 510
ditambahkan ke dalam campuran jus mengkudu dan senyawa mutagen yang telah di
preinkubasikan, kemudian ditambahkan 2 ml top agar (nutrient broth berisi 0.5%
agar) pada suhu 45oC, dicampur merata dengan vortex dan dituang ke atas plate
Oxoid, diinkubasikan pada suhu 37oC selama 48 jam, dan koloni yang tumbuh
dihitung, yang merupakan revertants yang tidak tergantung pada streptomisin. Kontrol
positif dilakukan terhadap tester kultur dan mutagen, sedangkan kontrol negatif
terhadap tester kultur, jus mengkudu dan ethanol atau 20% metahol saja, tanpa
senyawa mutagen. Jumlah koloni yang tumbuh dihitung, dan setelah dikurangi
revertant natural yang tumbuh pada kontrol negatif, diperoleh jumlah revertants per
plate. Perhitungan daya antimutagenik dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
Daya antimutagenik (%) : 100 – (jumlah revertant dalam cawan petri)/(jumlah
revertant pada kontrol positif) x 100.
5
aeruginoisa, Salmonella spp. dan S. aureus. Daging buah mengkudu baik mentah,
setengah masak maupuin masak memberikan daya hambat yang lebih tinggi
dibandingkan bagian kulit buah. Sedangkan buah mengkudu masak memberikan daya
hambat tertinggi dibanding buah mengkudu mentah dan setengah masak. Pada buah
masak, ekstrak campuran kulit dan daging buah memberikan daya hambat yang
semakin kuat terhadap P. aeruginosa dan Salmonella spp. (Gambar 1).
Tabel 1. Daya antibakteri ekstrak mengkudu terhadap berbagai jenis bakteri indikator
6
DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK MENGKUDU MASAK
3.00
DA YA HAM BA T (m m )
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
B. Subtilis P. aeruginosa S. aureus
E. Coli Salmonella sp
Ekstrak Kulit
Ekstrak Daging
Ekstrak Daging + Kulit
Gambar 1. Daya hambat (mm) berbagai bagian buah mengkudu masak terhadap
beberapa jenis bakteri
B. Keaktifan antimutagenik
7
sehingga menarik untuk diteliti lebih lanjut dengan secara in vivo dengan
menggunakan hewan percobaan.
IV. KESIMPULAN
8
DAFTAR PUSTAKA
4. Hirazumi, A., F. Furusawa, S.C. Chou and Y. Hokama. 1994. Anticancer activity
of Morinda citrifolia (noni) on intraperitoneally implanted Lewis Lung Carcinoma
in Syngeneic Mice. Proc. West. Pharmacol. Soc. 37 : 145 – 146.
7. Maron, D.M. and Ames, B.N. 1983. Revised methods for the Salmonella
mutagenicity test. Mutat. Res 113, 173 – 215.
8. Younos, C., Rolland A., Fleurentin, J., Lanhers, M., Misslin, R. And Mortier, F.
1990. Analgesic and Behavioral Effects of Morinda citrifolia. Planta Med. Vol 56,
430 – 434.