Anda di halaman 1dari 3

Socrates dan Kaum Shopis, buzzer dan Socrates baru

Oleh : Romaji

Ketua Umum BPL HMI Cabang (P) Sampang

Disaat mata hari sudah mulai redup atau bisa dikatakan senja dalam bahasa

sastranya, penulis menyempatkan diri untuk membuka buku yang berjudul

filsafat perselingkuhan karangan Reza A.A Wattimewa. Disitu penulis

membaca bab pertama yang menceritakan tentang tokoh filsuf tersohor yaitu

Socrates didalam buku tersebut mengungkapkan bahwa kita sebagai manusia

harus bisa meneladani seorang Socrates yang rela dihukum mati oleh rezim

pada waktu itu, karena Socrates sendiri berdiri tegak dijalan yang benar, dia

berani mengungkapkan kebenaran maskipun resikonya begitu berat bahkan

nyawa yang menjadi taruhannya. Pada waktu itu Sistem pemerintahan

diYunani Para rezim menyewa orang-orang yang cerdas dalam beretorika

yang disebut dengan kaum shopis untuk mengunggulkan masa

pemerintahannya, dan dianggap apa yang dikatakan kaum shopis adalah

kebenaran sedangkan kaum shopis sendiri membela pemerintah karena

mereka dibayar, selain itu kaum shopis dikatakan kaum yang menjajakan

ilmunya untuk suatu bayaran.1 Maka disitu Socrates tampil dengan

kesederhaannya mengajak mereka berdebat ditempat-tempat umum seperti

dipasar. Dalam kasus situasi itulah Socrates tampil dengan mengunakan

metode dialektika kritis untuk menghadapi kelihaian silat lidah kaum shopis.

proses dealektika disini mengandung arti dialog antara dua pendirian yang
1
Ali Maksum, Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme (Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media, 2009), Hlm. 58
bertentangan, sedaangkan sikap kritis itu berarti Socrates tidak mau menerima

begitu saja sesuatu pengertian dari orang yang dianggapnya ahli dalam

bidangnya tersebut. Socrates selalu menuntut terhadap kaum shopis untuk

mempertanggung jawabkan pengetahuannya dengan alasan yang benar yaitu

diuji dengan menggunakan metode dealektis kritis. Dan akhirnya semua

argumentasi kaum shopis dibantahkan oleh Socrates. Dari cerita ditas

sebenarnya kalau dihubungkan dengan kontek hari ini khususnya di

Indonesia, penulis mengibaratkan seperti para buzzer yang dibayar oleh rezim

untuk membela system pemerintahan hari ini, entah itu dikalangan akademisi,

pemerintah, tokoh agama, politisi, mahasiswa, pemuda, media, dan lain

sebagainya. Maskipun kebijakan pemerintah dan system pemerintahan yang

kurang sehat mereka tetap membela dengan retorika lingguistik supaya tetap

mendapatkan bayaran dan kedudukan yang baik. Yang paling parah ketika ada

seseorang yang tampil menjadi Socrates baru ditahun 2021 ini, mereka para

buzzer atau kaum shopis selalu mencari celah untuk melakukan perlawanan.

Kalau dulu Socrates berdebat dengan kaum shopis ditempat-tempat umum

dipasar dengan menggunakan Dealektika kritisnya, Socrates hari ini berdebat

di ILC atau berdebat dimedia sosial dengan mengunakan dealektika kritis dan

realitas. Maskipun sejauh penulis ikuti alur perdebatan ini para buzzer tidak

pernah memenangkan dialog oleh para Socrates-socrates baru seperti Rocky

Gerung, ichsanuddin Noorcy, Habib Rizieq Shihab dan para Socrates lainnya.
Semoga tulisan ini bisa memberikan manfaat dan bisa melahirkan para

Socrates-Socrates baru yang berani menyampaikan kebenaran demi

kemaslahatan umat manusia, agama maupun bangsa dan semoga Negara

Indonesia ini kembali aman dan sejahtera.

wallahu’alam.
Billahih taufiq walhidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.

RINDU YANG TERSEMBUNYI

Oleh : Romaji

Untukmu yang kurindu

Aku tak akan jujur tentang rasa ini,

biarlah rasa aku pendam dalam diri

bahkan pada alampun aku tak akan jujur.

Aku hanya bisa memejamkan mata, agar aku bisa menatap wajahmu

Aku hanya bisa diam dalam sepi untuk merasakan dirimu hadir

Untukmu yang kurindu menunggumu adalah suatu keistimewaan.

Sampang, 20 januari 2021

Anda mungkin juga menyukai