Oleh : Romaji
Disaat mata hari sudah mulai redup atau bisa dikatakan senja dalam bahasa
membaca bab pertama yang menceritakan tentang tokoh filsuf tersohor yaitu
harus bisa meneladani seorang Socrates yang rela dihukum mati oleh rezim
pada waktu itu, karena Socrates sendiri berdiri tegak dijalan yang benar, dia
mereka dibayar, selain itu kaum shopis dikatakan kaum yang menjajakan
metode dialektika kritis untuk menghadapi kelihaian silat lidah kaum shopis.
proses dealektika disini mengandung arti dialog antara dua pendirian yang
1
Ali Maksum, Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme (Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media, 2009), Hlm. 58
bertentangan, sedaangkan sikap kritis itu berarti Socrates tidak mau menerima
begitu saja sesuatu pengertian dari orang yang dianggapnya ahli dalam
Indonesia, penulis mengibaratkan seperti para buzzer yang dibayar oleh rezim
untuk membela system pemerintahan hari ini, entah itu dikalangan akademisi,
kurang sehat mereka tetap membela dengan retorika lingguistik supaya tetap
mendapatkan bayaran dan kedudukan yang baik. Yang paling parah ketika ada
seseorang yang tampil menjadi Socrates baru ditahun 2021 ini, mereka para
buzzer atau kaum shopis selalu mencari celah untuk melakukan perlawanan.
di ILC atau berdebat dimedia sosial dengan mengunakan dealektika kritis dan
realitas. Maskipun sejauh penulis ikuti alur perdebatan ini para buzzer tidak
Gerung, ichsanuddin Noorcy, Habib Rizieq Shihab dan para Socrates lainnya.
Semoga tulisan ini bisa memberikan manfaat dan bisa melahirkan para
wallahu’alam.
Billahih taufiq walhidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.
Oleh : Romaji
Aku hanya bisa memejamkan mata, agar aku bisa menatap wajahmu
Aku hanya bisa diam dalam sepi untuk merasakan dirimu hadir