DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
Sedangkan sisi penjual, jumlah penjual dalam pasar persaingan sempurna sangat
banyak. Jumlah barang yang dijual sedikit dibandingkan dengan jumlah baang
keseluruhan.
Penjual harus mengikuti harga pasar, penjual hanya menentukan kuantitas barang
yang akan dijual mencukupi kebutuhan konsumen.
Artinya jenis barang merupakan barang pengganti untuk barang dari penjual lain.
Konsumen menganggap bahwa barang yang dijual sama mutunya, sehingga
konsumen tidak dapat membedakan antara barang yang satu dengan yang lain.
Harga barang dan jasa terjadi dan disepakati karena interaksi antara permintaan dan
penawaran di pasar.
Informasi pasar sangat penting bagi penjual maupun pembeli. Bagi pembeli,
informasi diperlukan untuk mengetahui harga yang berlaku.
Contoh
Berikut beberapa contoh yang masuk dalam pasar persaingan sempurna dan bukan
pasar persaingan sempurna:
Pasar beras memiliki ciri-ciri pasar persaningan sempurna. Jumlah pembeli dan
penjual beras sangat banyak karena beras menjadi kebutuhan pokok di Indonesia.
Pembeli dan penjual tidak memiliki kekuatan untuk memengaruhi harga. Mereka
harus mengikuti harga pasar.
Kemudian terdapat informasi yang lengkap mengenai produk yang diperjualbelikan.
Selain itu, beras merupakan produk yang homogen.
B. Pelaku Pasar
Pelaku pasar (market participants) adalah pembeli dan penjual di pasar
utama (atau pasar yang paling menguntungkan) untuk aset atau
liabilitas yang memiliki seluruh karakteristik sebagai berikut:
Pembeli dan penjual independen satu sama lain, yaitu bukan pihak
berelasi sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 7 Pihak-pihak Berelasi,
walaupun harga dalam transaksi dengan pihak berelasi dapat digunakan
sebagai input dalam pengukuran nilai wajar jika entitas memiliki bukti
bahwa transaksi dilakukan menggunakan persyaratan pasar.
Pembeli dan penjual dapat melakukan transaksi atas aset atau liabilitas.
Pembeli dan penjual bersedia untuk melakukan transaksi atas aset atau
liabilitas, yaitu mereka termotivasi namun tidak terpaksa, atau dipaksa
untuk melakukan hal tersebut.
Menurut PSAK 68, nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk
menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan
suatu liabilitas dalam transaksi teratur di pasar utama (atau pasar yang
paling menguntungkan) pada tanggal pengukuran dalam kondisi pasar
saat ini (yaitu harga keluar) terlepas apakah harga tersebut dapat
diobservasi secara langsung atau diestimasi menggunakan teknik
penilaian lain (PSAK 68.24).
D. Asumsi Produsen dan Konsumen Melalui Pendekatan Ekonomi
Manajerial
mendayagunakan sumber daya yang ada (uang) dalam memuaskan keinginan atau
kebutuhan dari suatu atau beberapa produk. Dalam teori perilaku konsumen terdapat
subjektif seperti Herman Heinrich Gossen (1854), William Stanley Jevons (1871), dan Leon
Walras (1894). Pendekatan kardinal dapat dianalisis dengan menggunakan konsep utilitas
anggarannya);
Menurut pendekatan kardinal utilitas suatu barang dan jasa dapat diukur dengan satuan util.
Contoh, sebuah raket akan lebih berguna bagi pemain tenis dari pada pemain sepak bola.
Namun bagi pemain sepak bola, bola akan lebih berguna daripada raket. Beberapa konsep
mendasar yang berkaitan perilaku konsumen melalui pendekatan kardinal adalah konsep
utilitas total (total utility) dan utilitas marjinal (marginal utility). Utilitas total adalah yang
dinikmati konsumen dalam mengonsumsi sejumlah barang atau jasa tertentu secara
keseluruhan. Adapun utilitas marjinal adalah pertambahan utilitas yang dinikmati oleh
konsumen dari setiap tambahan satu unit barang dan jasa yang dikonsumsi.
Sampai pada titik tertentu, semakin banyak unit komoditas yang dikonsumsi oleh individu,
akan semakin besar kepuasan total yang diperoleh. Meskipun utilitas total meningkat,
namun tambahan (utilitas) yang diterima dari mengonsumsi tiap unit tambahan komoditas
Hal tersebut yang mendasari hukum utilitas marjinal yang semakin berkurang (the law of
diminishing marginal utility). Menurut hukum ini jumlah tambahan utilitas yang diperoleh
konsumen akan semakin menurun dengan bertambahnya konsumsi dari barang atau jasa
tersebut. Hukum tersebut diperkenalkan pertama kali oleh H.H. Gossen (1810–1858),
seorang ahli ekonomi dan matematika Jerman, dan selanjutnya hukum ini dikenal dengan
nama Hukum Gossen I. Sebagai contoh, jika Anda dalam keadaan haus, segelas teh manis
atau dingin akan terasa sangat menyegarkan, gelas kedua masih terasa segar, sampai
gelas ketiga mungkin Anda merasa kekenyangan bahkan mual. Contoh di atas
Contoh tersebut akan lebih jelas dengan menggunakan data kuantitatif, seperti Tabel 1.
Kuantitas Barang
Marginal Utility
yang Dikonsumsi Total Utility (TU) (util)
(MU) (util)
(unit)
0 0 –
1 4 4
2 7 3
3 9 2
4 10 1
Dari Tabel 1. terlihat bahwa utilitas total (TU) meningkat sejalan dengan kenaikan konsumsi,
akan tetapi dengan laju pertumbuhan yang semakin menurun. Adapun utilitas marjinal (MU)
mengkonsumsi dua unit barang, utilitas marjinalnya adalah 7 – 4 = 3 util, dan jika
mengonsumsi tiga unit barang, utilitas marjinalnya adalah 9 – 7 = 2 util, begitu seterusnya.
Dari Kurva 1. terlihat bahwa utilitas total meningkat seiring dengan bertambahnya konsumsi,
akan tetapi dengan proporsi yang semakin menurun. Adapun utilitas marjinal dari setiap
kebutuhan manusia tidak hanya terdiri atas satu atau dua kebutuhan, tetapi berbagai jenis
kebutuhan. Oleh karena itu, bagaimana manusia dapat mengatur kebutuhannya untuk
memuaskan kebutuhan atas berbagai jenis barang atau jasa? Gossen menjelaskan bahwa
konsumen akan memuaskan kebutuhan yang beragam tersebut sampai memiliki tingkat
sedemikian rupa sehingga rasio antara utilitas marjinal dan harga setiap barang atau jasa
yang dikonsumsi besarnya sama. Selanjutnya, pernyataan ini dikenal dengan Hukum
Gossen II.
berusaha men dapatkan kombinasi berbagai macam kebutuhan hingga rasio antara utilitas
marjinal (MU) dan harga sama untuk semua barang atau jasa yang dikonsumsinya.
Pendekatan ordinal kali pertama diperkenalkan oleh Francis Edgeworth dan Vilfredo Pareto.
2. konsumen memiliki pola pilihan (preferensi) terhadap barang yang disusun berdasarkan
Pendekatan ordinal menganggap bahwa utilitas suatu barang tidak perlu diukur, cukup
untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya utilitas yang di
peroleh dari mengonsumsi sejumlah barang atau jasa. Selanjutnya konsumsi dipandang
1) Kurva Indiferen
Kurva indiferen adalah kurva yang menunjukkan kombinasi dua macam barang konsumsi
yang memberikan tingkat utilitas yang sama. Seorang konsumen membeli sejumlah barang,
misalnya, makanan dan pakaian dan berusaha mengombinasikan dua kebutuhan yang
menghasilkan utilitas yang sama, digambarkan dalam Tabel 2. yaitu sebagai berikut.
A 4 2
B 3 4
1. a) A>B, berarti makan 4 kali sehari dengan membeli pakaian 2 kali setahun lebih
berdaya guna dan memuaskan konsumen daripada makan 3 kali sehari dan membeli
2. b) A<B, berarti makan 3 kali sehari dengan membeli pakaian 4 kali setahun lebih
berdaya guna dan memuaskan konsumen daripada makan 4 kali sehari dengan membeli
3. c) A=B, berarti makan 4 kali sehari dengan membeli pakaian 2 kali setahun dan makan 3
kali sehari dengan membeli pakaian 4 kali setahun memberikan utilitas yang sama
kepada konsumen.
Contoh situasi tersebut dapat digambarkan dalam kurva indiferen sebagaimana ditunjukkan
dalam kurva 2.
Kurva 2. Indiferen Kombinasi Makanan dan Pakaian.
Dari Kurva 2. terlihat bahwa dengan memperoleh lebih banyak barang yang satu akan
menyebabkan kehilangan sebagian barang yang lain. Kombinasi makanan dan pakaian
Turun dari kiri atas ke kanan bawah, hal ini berakibat pada terjadinya keadaan yang
saling meniadakan trade-off), yaitu jika konsumen ingin menambah konsumsi atas satu
Cembung ke arah titik asal (angka 0), yang menunjukkan jika konsumen menambah
konsumsi satu unit barang, jumlah barang lain yang dikorbankan semakin kecil. Dalam
analisis ilmu ekonomi hal ini sering disebut sebagai tingkat substitusi marginal (marginal
rate of substitution atau MRS), yaitu tingkat ketika barang X bisa disubstitusikan dengan
akan memberikan utilitas yang semakin tinggi yang ditunjukan oleh kurva indiferen yang
Kurva indiferen digagas pertama kali oleh ekonom kelahiran Irlandia, Francis Edgeworth
(1845-1926) dan ekonom kelahiran Italia, Vilfredo Pareto (1848-1923). Mereka berdua
mengonsumsi sejumlah barang. Hal ini digambarkan dalam garis anggaran ( budget line),
yaitu garis yang menunjukkan berbagai kombinasi dari dua macam barang yang berbeda
I = Px.X + Py.Y
Misalnya seorang konsumen mengonsumsi barang X dan Y, harga barang X (Px) dan harga
barang Y (Py) adalah Rp1.000,00 dan pendapatan konsumen (I) pada saat itu adalah
Jika konsumen membelanjakan semua pendapatannya untuk barang Y, dia dapat membeli
sebanyak 10 unit barang X , hal tersebut ditunjukkan oleh titik A. Sebaliknya jika konsumen
membelanjakan semua pendapatannya untuk barang X, dia dapat membeli sebanyak 0 unit
barang Y , ditunjukkan oleh titik B. Menghubungkan titik A dan B dengan suatu garis lurus
dapat diperoleh garis anggaran AB yang memperlihatkan kombinasi yang berbeda dari dua
jenis barang yang dapat dibeli konsumen dengan tingkat pendapatan yang terbatas.
mengkonsumsi secara optimal, yaitu pada saat kurva indiferen (IC2) bersinggungan dengan
Adapun kurva indiferen (IC1) dan kurva indiferen (IC3) merupakan kurva yang tidak
Pada halaman sebelumnya, kita telah membahas tentang pendekatan teori kardinal yang di
dalamnya telah disinggung mengenai marginal utility, law of diminishing marginal utility, dan
total utility.Di dalam teori nilai konsumen, akan dibahas secara lebih lanjut!
Dalam ilmu ekonomi, berbagai keputusan yang diambil oleh konsumen dalam melakukan
konsumsi dijelaskan dengan teori nilai guna. Nilai guna atau utilitas berarti kepuasan yang
diperoleh konsumen dari konsumsi suatu barang atau jasa. Nilai guna total seorang
konsumen biasanya meningkat saat ia mengkonsumsi suatu produk dalam jumlah yang
semakin meningkat, namun pada tingkat yang umumnya lebih lambat. Artinya, setiap unit
tambahan yang dikonsumsi menambahkan nilai guna marjinal yang lebih kecil dibandingkan
dengan unit sebelumnya, sejalan dengan kejenuhan individu bersangkutan terhadap produk
tersebut. Pada umumnya, kita dapat menggolongkan teori nilai guna ke dalam empat
Faktor Internal
1. Pendapatan
konsumen yang berpendapatan rendah biasanya tidak akan banyak melakukan kegiatan
konsumsi karena daya belinya juga rendah. Pendapatan dan konsumsi dapat digambarkan
2. Motivasi
Ada yang melakukan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan yang benar-benar diperlukan.
Namun ada pula orang yang membeli barang hanya karena ikut-ikutan orang lain, padahal
Sikap dan kepribadian individu juga mempengaruhi perilaku konsumsinya. Orang yang
hemat hanya akan membeli barang-barang yang telah direncanakan, sementara orang yang
barang kuno akan berani membeli barang itu dengan harga tinggi, sementara orang yang
tidak menyukai barang kuno tidak akan membeli barang itu meskipun diberi gratis.
4. Selera
jenis barang/jasa. Ini juga berpengaruh terhadap pola konsumsi. Misalnya, meskipun sama-
sama remaja, kalian dan teman-temanmu memiliki selera yang berbeda dalam pemilihan
benda konsumsi. Dalam hal celana, misalnya. Temanmu mungkin menyukai jins sementara
1. Kebudayaan
Kebudayaan yang terdapat di suatu daerah berpengaruh pada pola konsumsi masyarakat di
daerah tersebut.Di Jepang dan Cina, orang makan dengan menggunakan dengan
menggunakan sumpit. Sementara di negara barat, sendok dan garpu sering ditemani pisau.
Bagaimana dengan kalian sebagai orang Indonesia? Apakah kalian makan dengan cara
orang barat, cara orang Cina atau makan dengan menggunakan tangan?
2. Status Sosial
konsumsi orang tersebut. Konsumsi seorang presiden, raja, atau menteri sudah jelas
berbeda dengan konsumsi sopir, tukang kayu, atau pengusaha kecil. Bagi tukang kayu,
makan nasi dan tempe sudah cukup. Namun bagi seorang konglomerat, harus ada pilihan
3. Harga Barang
Sudah menjadi hukum ekonomi bahwa bila harga barang naik, konsumsi akan menurun,
dan bila harga barang rendah, konsumsi akan tinggi. Ini juga berlaku untuk tingkat harga
barang substitusi, seperti yang sudah yang diuraikan dalam pembahasan tentang hukum
dengan memanfaatkan beberapa input (faktor produksi). Secara teknis kegiatan produksi
Hubungan teknis antara input dan output dalam proses produksi dinamakan fungsi produksi.
Fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum yang
dihasilkan dengan mengkombinasikan input atau faktor produksi tertentu. Hubungan antara
input dan output diformulasikan dalam sebuah fungsi produksi secara matematis sebagai
berikut.
Q = f (R, L, , E ….)
Di mana:
Q = Output
K = Modal (capital)
Apabila input yang dipergunakan dalam proses produksi hanya terdiri atas input tetap
(modal) dan input variabel (tenaga kerja), formula persamaan matematisnya sebagai berikut.
Q = f (, L)
Fungsi produksi di atas menunjukkan maksimum output yang dapat diproduksi dengan
menggunakan pilihan kombinasi dari Modal () sebagai input tetap dan tenaga kerja (L)
sebagai input variabel. Apabila kedua input yang digunakan adalah input variabel, disebut
Q = f (, L)
Dari sebuah fungsi produksi jangka pendek, dapat dipelajari tiga konsep penting dalam
1. a) Produk total (Total Product atau TP) menunjukkan total output yang diproduksi.
2. b) Produk marjinal (Marginal Product atau MP) menunjukkan tambahan produk atau
output yang diakibatkan oleh pertambahan satu unit input (dalam hal ini tenaga kerja),
dengan menganggap faktor lainnya konstan (ceteris paribus). Secara matematis ditulis
sebagai berikut.
1. c) Produk rata-rata (Average Product atau AP) menunjukkan output total dibagi dengan
unit total input (tenaga kerja). Secara matematis ditulis sebagai berikut.
Dari penjelasan di atas maka dapat dibuat tahap-tahap kurva produksi sebagai berikut.
1. Tahap I : dimulai dari tenaga kerja (L)=0 sampai MP=AP atau AP maksimum.
2. Tahap II : dimulai dari MP=AP atau AP maksimum sampai MP=0 atau TP maksimum.
Kurva produksi jangka pendek berbentuk seperti gunung karena berlakunya hukum
pertambahan hasil yang semakin menurun ( law of diminishing returns), yang menyatakan
bahwa apabila faktor produksi K tetap, semakin banyak faktor produksi L ditambah, awalnya
hasil produksi akan bertambah, mencapai maksimum, dan selanjutnya menurun. law of
diminishing returns terjadi secara berturut-turut pada MP, AP, dan TP. Pentahapan produksi
I, II, dan III ditentukan berdasarkan pola pikir rasional, yang dapat dijelaskan pada Tabel 3.
Faktor Rasional/
Ada/Tidak
Tahap Produksi TPL Tidak
Eksternalitas
L Rasional
Tahap Tidak
Ditambah Bertambah Ada
I Rasional
Tahap
Ditambah Bertambah Tidak Ada Rasional
II
Tahap Tidak
Ditambah Berkurang Ada
III Rasional
Tahap Produksi II adalah tahap produksi yang akan digunakan produsen yang rasional
untuk melakukan produksinya karena (1) jika produsen menambah L dia akan memperoleh
tambahan output (TPL), dan (2) seluruh proses produksi sepenuhnya berada dalam
produksi.
perekonomian tertutup yang hanya melibatkan dua pelaku kegiatan ekonomi. Untuk lebih
Dari Bagan 1. terlihat bahwa sektor rumah tangga konsumen akan menjual faktor produksi
pada sektor perusahaan (rumah tangga produsen) agar memperoleh pendapatan. Dalam
hal ini, sektor rumah tangga konsumen akan memberikan faktor produksi seperti tanah,
tenaga kerja, modal atau keahlian pada perusahaan (garis a). Sebagai balasan atas faktor
produksi yang diberikan oleh sektor rumah tangga, maka sektor perusahaan akan me
mberikan balas jasa berupa sewa untuk tanah, upah atau gaji bagi tenaga kerja, bunga atau
Setelah sektor rumah tangga memperoleh balas jasa atas faktor produksi yang mereka jual
kepada perusahaan, maka sektor rumah tangga memiliki pendapatan yang siap untuk
dibelanjakan (yaitu pendapatan setelah dikurangi tabungan dan pajak) pada sektor
perusahaan, berupa pembelian barang dan jasa (garis c bawah). Kemudian sektor rumah
tangga produsen akan menyerahkan barang dan jasa tersebut kepada sektor rumah tangga
Bagan 2. Diagram Siklus Interaksi Antarpelaku Ekonomi (Circular Flow Diagram) dengan Tiga
Sektor.
Dalam teori ekonomi makro, komponen tabungan (S: Saving), pajak (T: Tax) dan impor (M:
Import) merupakan kebocoran (leakages) bagi siklus aliran pendapatan karena jika
Investment), pengeluaran pemerintah (G: Goverment) dan ekspor (X: Eksport) merupakan
suntikan (injections) dalam siklus aliran pendapatan, karena jika ditambah akan
Diagram aliran interaksi perekonomian empat sektor dijelaskan dalam Bagan 3. Perhatikan
Bagan 3. berikut.
Bagan 3. Diagram Siklus Interaksi Antarpelaku Ekonomi (Circular Flow Diagram) dengan Empat
Sektor.
Dari Bagan 1, Bagan 2, dan Bagan 3. dapat dilihat perbedaan interaksi antarpelaku ekonomi
dalam perekonomian sederhana (Bagan 1), perekonomian tertutup (Bagan 2), dan
perekonomian terbuka (Bagan 3). Hampir semua negara di dunia pada saat ini melakukan
interaksi dengan negara lain, sehingga interaksi ekonomi juga melibatkan sektor luar negeri.
Sektor rumah tangga, perusahaan dan pemerintah merupakan perekonomian domestik.
Perekonomian dikatakan tertutup (closed economy) jika tidak melakukan interaksi dengan
sektor luar negeri. Adapun perekonomian suatu negara dikatakan terbuka (open economy)
apabila terjadi interaksi dengan sektor luar negeri yang ditandai dengan adanya mekanisme
ekspor dan impor. Ekspor merupakan aliran pendapatan dari perekonomian luar negeri ke
jumlahnya. Oleh karena itu, dalam melakukan kegiatan ekonomi, baik yang berkaitan
dengan usaha menghasilkan maupun menggunakan alat pemuas kebutuhan manusia harus
selalu bertindak ekonomis atau hemat. Artinya, setiap penggunaan sumber daya alam dan
alat pemuas kebutuhan harus dapat menghasilkan kepuasan maksimal bagi pemenuhan
kebutuhan manusia.
perbandingan antara pengorbanan dan hasil yang akan dicapai, perbandingan yang rasional
antara pengorbanan dan hasil tersebut, sesuai dengan prinsip ekonomi. Pada dasarnya,
prinsip ekonomi merupakan pedoman bagi manusia atau pelaku ekonomi dalam melakukan
kegiatan ekonomi untuk mencapai hasil maksimal dengan sumber daya yang terbatas.
Di dalam kegiatan ekonomi, konsumen berperan sebagai pengguna atau pemakai barang
maupun jasa yang dihasilkan oleh pelaku ekonomi yang lain. Di samping sebagai pengguna
barang atau jasa, konsumen juga dapat berperan sebagai penyedia faktor produksi (tanah
atau sumber daya alam, tenaga kerja, dan modal), baik untuk produsen, pemerintah,
Adapun produsen sendiri berperan sebagai penghasil dan penyalur barang maupun jasa
hingga sampai ke tangan konsumen. Dalam menghasilkan barang dan jasa tersebut,
produsen memerlukan faktor produksi dari konsumen, pemerintah, maupun masyarakat luar
negeri.
Pada kenyataannya, baik konsumen maupun produsen akan berperilaku sesuai prinsip
ekonomi. Artinya, konsumen akan mengorbankan uangnya untuk membeli barang dengan
kualitas yang paling baik dan tingkat harga serendah mungkin. Begitu pun produsen, dia
akan selalu menjual harga produk setinggi mungkin agar memperoleh keuntungan maksimal.
Perilaku konsumen biasanya didasarkan pada selera dan tingkat pendapatan. Dalam
seseorang terhadap suatu barang. Di samping itu, konsumen yang pandai mengatur
barang. Seseorang yang berpendapatan rendah akan membeli barang yang tidak terlalu
mahal dan seseorang yang berpenghasilan tinggi tidak terlalu konsumtif terhadap barang
Dari sisi produsen, seorang produsen akan berperilaku yang didasarkan pada motif
barang dengan biaya sekecil-kecilnya. Sumber bahan baku diusahakan dekat dengan lokasi
perusahaan agar dapat menekan biaya transportasi. Bahan pengemas produk diusahakan
bahan dengan harga murah agar dapat menghemat biaya. Hal-hal tersebut akan selalu
Rangkuman :
1. Utilitas diartikan sebagai utilitas atau nilai guna subjektif yang dirasakan oleh seseorang
2. Terdapat berbagai bentuk utilitas antara lain utilitas tempat, bentuk, waktu, kepemilikan
dan pelayanan.
3. Utilitas suatu barang atau jasa dapat dianalisis dengan menggunakan dua pendekatan,
4. Menurut pendekatan kardinal, utilitas suatu barang dan jasa dapat diukur dengan satuan
util dan tinggi rendahnya utilitas hanya dapat diukur oleh orang yang bersangkutan.
5. Utilitas total adalah utilitas yang dinikmati konsumen dalam mengonsumsi sejumlah
6. Utilitas marjinal adalah pertambahan utilitas yang dinikmati oleh konsumen dari setiap
7. Menurut pendekatan ordinal, utilitas suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk
diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya utilitas yang
8. Menurut Hukum Gossen I, jumlah tambahan utilitas yang diperoleh konsumen akan
semakin menurun dengan bertambahnya konsumsi dari barang atau jasa tersebut.
9. Menurut Hukum Gossen II, konsumen akan melakukan konsumsi sedemikian rupa
sehingga rasio utilitas marjinal harga setiap barang atau jasa yang dikonsumsi besarnya
sama.
10. Kurva indiferen adalah kurva yang menunjukkan kombinasi dua macam barang
11. Garis anggaran ( budget line), yaitu garis yang menunjukkan berbagai kombinasi dari
dua macam barang yang dibeli oleh konsumen dengan pen dapatan yang sama.
12. Circular flow diagram adalah sebuah model yang menggambarkan bagaimana interaksi
13. Seorang konsumen dikatakan berada dalam kondisi keseimbangan, apabila dengan
14. Secara sederhana, produksi diartikan sebagai persamaan yang menunjukkan jumlah
maksimum yang dihasilkan dengan mengombinasi input atau faktor produksi tertentu.
15. Fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output
16. Hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang menyatakan bahwa apabila faktor
produksi terus ditambah, hasil produksi akan meningkat sampai titik tertentu, namun
http://repository.uki.ac.id/1397/1/8.Modul%20KKNI_PASAR%20PERSAI
NGAN%20SEMPURNA5.pdf
https://www.warsidi.com/2016/03/pelaku-pasar-market-participants-psak-
68-pengukuran-nilai-wajar-ifrs-13-definisi-pengertian-arti-contoh-apa-
maksud.html
http://nuhfil.lecture.ub.ac.id/files/2009/03/mikro-7-struktur-pasar-
nuhfil.pdf
https://abdujaelani78.wordpress.com/2015/04/08/perilaku-konsumen-
produsen-dalam-ekonomi/