Anda di halaman 1dari 25

Makalah

Pasar Bersaing Sempurna, Pelaku Pasar, Asumsi


Produsen dan Konsumen Melalui Pendekatan
Ekonomi Manajerial

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

1. GABRIELLA SHALISHA CITRA H 2018 10 016


2. DWI ENDAH EKA
3. ERWIN
4. MUHAMMAD HEIKAL WAJDI
5. JOSWANDI ARIFIN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BONGAYA MAKASSAR


2021
PEMBAHASAN

A. Pasar Persaingan Sempurna

Sistem ekonomi pasar membentuk persaingan bisnis antara perusaahan satu


dengan lainnya. Persaingan pasar membentuk beberapa kategori, salah
satunya pasar persaingan sempurna.

Dalam buku Entrepreneurship: Menjadi Pebisnis Ulung (2009) karya Eddy


Soeryanto, pasar persaingan sempurna terjadi jika jumlah perusahaan dalam
suatu industri banyak dan berskala kecil. Sehingga tidak ada perusahaan yang
dapat memengaruhi harga pasar.

Pembentukan harga benar-benar terjadi karena keinginan produsen dan


konsumen. Permintaan dari sisi konsumen, sedangkan penawaran dari sisi
produsen atau penjual.

Bentuk pasar persaingan sempurna ada di bidang produksi dan perdagangan


hasil pertanian serta perikanan.

Ciri-ciri pasar persaingan sempurna


Ciri-ciri pasar persaingan sempurna, yaitu:

 Jumlah pembeli dan penjual banyak

Pembelian seorang konsumen sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah


pembelian secara keseluruhan di pasar. Bagi pembeli, harga pasar harus diikuti.
Pembeli hanya menentukan jumlah barang yang akan dibeli.

Sedangkan sisi penjual, jumlah penjual dalam pasar persaingan sempurna sangat
banyak. Jumlah barang yang dijual sedikit dibandingkan dengan jumlah baang
keseluruhan.

Penjual harus mengikuti harga pasar, penjual hanya menentukan kuantitas barang
yang akan dijual mencukupi kebutuhan konsumen.

 Barang atau jasa yang diperjualbelikan bersifat homogen

Artinya jenis barang merupakan barang pengganti untuk barang dari penjual lain.
Konsumen menganggap bahwa barang yang dijual sama mutunya, sehingga
konsumen tidak dapat membedakan antara barang yang satu dengan yang lain.

 Faktor produksi bebas bergerak


Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, faktor produksi bahan baku atau tenaga bebas berpindah-pindah dari
suatu tempat ke tempat lain yang lebih menguntungkan.

 Bebas mengambil keputusan

Harga barang dan jasa terjadi dan disepakati karena interaksi antara permintaan dan
penawaran di pasar.

 Pembeli dan penjual mengetahui keadaan pasar

Informasi pasar sangat penting bagi penjual maupun pembeli. Bagi pembeli,
informasi diperlukan untuk mengetahui harga yang berlaku.

Sedangkan untuk penjual dapat mengetahui perubahan harga, sumber bahan


mentah, tingkat upah, dan lainnya.

 Produsen bebas keluar masuk pasar

Perusahaan yang mampu memproduksi barang dapat masuk secara bebas ke


dalam industri. Dalam pasar persaingan sempurna tidak ada batasan yang
menghalangi masuk dan keluarnya produsen baru.

Contoh
Berikut beberapa contoh yang masuk dalam pasar persaingan sempurna dan bukan
pasar persaingan sempurna:

 Contoh pasar persaingan sempurna

Pasar beras memiliki ciri-ciri pasar persaningan sempurna. Jumlah pembeli dan
penjual beras sangat banyak karena beras menjadi kebutuhan pokok di Indonesia.

Pembeli dan penjual tidak memiliki kekuatan untuk memengaruhi harga. Mereka
harus mengikuti harga pasar.
Kemudian terdapat informasi yang lengkap mengenai produk yang diperjualbelikan.
Selain itu, beras merupakan produk yang homogen.

B. Pelaku Pasar
Pelaku pasar (market participants) adalah pembeli dan penjual di pasar
utama (atau pasar yang paling menguntungkan) untuk aset atau
liabilitas yang memiliki seluruh karakteristik sebagai berikut:

Pembeli dan penjual independen satu sama lain, yaitu bukan pihak
berelasi sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 7 Pihak-pihak Berelasi,
walaupun harga dalam transaksi dengan pihak berelasi dapat digunakan
sebagai input dalam pengukuran nilai wajar jika entitas memiliki bukti
bahwa transaksi dilakukan menggunakan persyaratan pasar.

Pembeli dan penjual memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai


mengenai aset atau liabilitas dan transaksi menggunakan seluruh
informasi yang tersedia, termasuk informasi yang dapat diperoleh melalui
upaya uji tuntas yang lazim dan umum.

Pembeli dan penjual dapat melakukan transaksi atas aset atau liabilitas.

Pembeli dan penjual bersedia untuk melakukan transaksi atas aset atau
liabilitas, yaitu mereka termotivasi namun tidak terpaksa, atau dipaksa
untuk melakukan hal tersebut.

Sumber: Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 68 Pengukuran Nilai


Wajar, Lampiran A (PSAK 68.A).

Menurut PSAK 68, nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk
menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan
suatu liabilitas dalam transaksi teratur di pasar utama (atau pasar yang
paling menguntungkan) pada tanggal pengukuran dalam kondisi pasar
saat ini (yaitu harga keluar) terlepas apakah harga tersebut dapat
diobservasi secara langsung atau diestimasi menggunakan teknik
penilaian lain (PSAK 68.24).
D. Asumsi Produsen dan Konsumen Melalui Pendekatan Ekonomi
Manajerial

Perilaku konsumen pada dasarnya menjelaskan bagaimana konsumen

mendayagunakan sumber daya yang ada (uang) dalam memuaskan keinginan atau

kebutuhan dari suatu atau beberapa produk. Dalam teori perilaku konsumen terdapat

dua pendekatan utama untuk melakukan analisis mengenai perilaku konsumen

dalam menikmati barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhannya. Dua

pendekatan tersebut adalah pendekatan kardinal dan pendekatan ordinal.

a. Pendekatan Kardinal (Cardinal Approach)


Pendekatan kardinal merupakan gabungan dari beberapa pendapat para ahli ekonomi aliran

subjektif seperti Herman Heinrich Gossen (1854), William Stanley Jevons (1871), dan Leon

Walras (1894). Pendekatan kardinal dapat dianalisis dengan menggunakan konsep utilitas

marjinal (marginal utility). Asumsi dalam pendekatan ini antara lain:

1. konsumen bertindak rasional (ingin memaksimalkan kepuasan sesuai dengan batas

anggarannya);

2. pendapatan konsumen tetap;

3. uang memiliki nilai subjektif yang tetap.

Menurut pendekatan kardinal utilitas suatu barang dan jasa dapat diukur dengan satuan util.

Contoh, sebuah raket akan lebih berguna bagi pemain tenis dari pada pemain sepak bola.

Namun bagi pemain sepak bola, bola akan lebih berguna daripada raket. Beberapa konsep

mendasar yang berkaitan perilaku konsumen melalui pendekatan kardinal adalah konsep

utilitas total (total utility) dan utilitas marjinal (marginal utility). Utilitas total adalah yang
dinikmati konsumen dalam mengonsumsi sejumlah barang atau jasa tertentu secara

keseluruhan. Adapun utilitas marjinal adalah pertambahan utilitas yang dinikmati oleh

konsumen dari setiap tambahan satu unit barang dan jasa yang dikonsumsi.

Sampai pada titik tertentu, semakin banyak unit komoditas yang dikonsumsi oleh individu,

akan semakin besar kepuasan total yang diperoleh. Meskipun utilitas total meningkat,

namun tambahan (utilitas) yang diterima dari mengonsumsi tiap unit tambahan komoditas

tersebut biasanya semakin menurun.

Hal tersebut yang mendasari hukum utilitas marjinal yang semakin berkurang (the law of

diminishing marginal utility). Menurut hukum ini jumlah tambahan utilitas yang diperoleh

konsumen akan semakin menurun dengan bertambahnya konsumsi dari barang atau jasa

tersebut. Hukum tersebut diperkenalkan pertama kali oleh H.H. Gossen (1810–1858),

seorang ahli ekonomi dan matematika Jerman, dan selanjutnya hukum ini dikenal dengan

nama Hukum Gossen I. Sebagai contoh, jika Anda dalam keadaan haus, segelas teh manis

atau dingin akan terasa sangat menyegarkan, gelas kedua masih terasa segar, sampai

gelas ketiga mungkin Anda merasa kekenyangan bahkan mual. Contoh di atas

memperlihatkan turunnya utilitas total sampai pada tingkat tertentu.

Contoh tersebut akan lebih jelas dengan menggunakan data kuantitatif, seperti Tabel 1.

Kuantitas Barang
Marginal Utility
yang Dikonsumsi Total Utility (TU) (util)
(MU) (util)
(unit)

0 0 –

1 4 4

2 7 3

3 9 2
4 10 1

Dari Tabel 1. terlihat bahwa utilitas total (TU) meningkat sejalan dengan kenaikan konsumsi,

akan tetapi dengan laju pertumbuhan yang semakin menurun. Adapun utilitas marjinal (MU)

semakin menurun sejalan dengan adanya kenaikan konsumsi. Jika seseorang

mengkonsumsi dua unit barang, utilitas marjinalnya adalah 7 – 4 = 3 util, dan jika

mengonsumsi tiga unit barang, utilitas marjinalnya adalah 9 – 7 = 2 util, begitu seterusnya.

Tabel 1. dapat digambarkan dalam Kurva 1. yaitu sebagai berikut.

Kurva 1. Total Utilitas dan Marjinal Utilitas

Dari Kurva 1. terlihat bahwa utilitas total meningkat seiring dengan bertambahnya konsumsi,

akan tetapi dengan proporsi yang semakin menurun. Adapun utilitas marjinal dari setiap

tambahan barang akan menurun sejalan dengan meningkatnya konsumsi. Selanjutnya

kebutuhan manusia tidak hanya terdiri atas satu atau dua kebutuhan, tetapi berbagai jenis

kebutuhan. Oleh karena itu, bagaimana manusia dapat mengatur kebutuhannya untuk
memuaskan kebutuhan atas berbagai jenis barang atau jasa? Gossen menjelaskan bahwa

konsumen akan memuaskan kebutuhan yang beragam tersebut sampai memiliki tingkat

intensitas yang sama.

Dengan tegas, Gossen menyatakan bahwa konsumen akan melakukan konsumsi

sedemikian rupa sehingga rasio antara utilitas marjinal dan harga setiap barang atau jasa

yang dikonsumsi besarnya sama. Selanjutnya, pernyataan ini dikenal dengan Hukum

Gossen II.

Hukum Gossen II menunjukkan adanya upaya setiap orang untuk memprioritaskan

pemenuhan kebutuhannya berbanding harga barang hingga memperoleh tingkat

optimalisasi konsumsinya. Dengan tingkat pendapatan tertentu seorang konsumen akan

berusaha men dapatkan kombinasi berbagai macam kebutuhan hingga rasio antara utilitas

marjinal (MU) dan harga sama untuk semua barang atau jasa yang dikonsumsinya.

b. Pendekatan Ordinal (Ordinal Approach)

Pendekatan ordinal kali pertama diperkenalkan oleh Francis Edgeworth dan Vilfredo Pareto.

Asumsi yang dipergunakan dalam pendekatan ini antara lain:

1. konsumen bertindak rasional (ingin memaksimumkan kepuasannya);

2. konsumen memiliki pola pilihan (preferensi) terhadap barang yang disusun berdasarkan

urutan besar kecilnya (pilihan) nilai guna;

3. konsumen memiliki sejumlah uang tertentu;

4. konsumen konsisten dengan pilihannya. Jika ia memilih A dibanding B, memilih B

dibanding C, maka ia akan memilih A dibanding C.

Pendekatan ordinal menganggap bahwa utilitas suatu barang tidak perlu diukur, cukup

untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya utilitas yang di
peroleh dari mengonsumsi sejumlah barang atau jasa. Selanjutnya konsumsi dipandang

sebagai upaya optimalisasi dalam konsumsinya.

Pendekatan ordinal dapat dianalisis dengan menggunakan kurva indiferen (indifference

curve) dan garis anggaran ( budget line).

1) Kurva Indiferen

Kurva indiferen adalah kurva yang menunjukkan kombinasi dua macam barang konsumsi

yang memberikan tingkat utilitas yang sama. Seorang konsumen membeli sejumlah barang,

misalnya, makanan dan pakaian dan berusaha mengombinasikan dua kebutuhan yang

menghasilkan utilitas yang sama, digambarkan dalam Tabel 2. yaitu sebagai berikut.

Situasi Makanan Pakaian

A 4 2

B 3 4

Apabila konsumen menyatakan bahwa.

1. a) A>B, berarti makan 4 kali sehari dengan membeli pakaian 2 kali setahun lebih

berdaya guna dan memuaskan konsumen daripada makan 3 kali sehari dan membeli

pakaian 4 kali setahun.

2. b) A<B, berarti makan 3 kali sehari dengan membeli pakaian 4 kali setahun lebih

berdaya guna dan memuaskan konsumen daripada makan 4 kali sehari dengan membeli

pakaian 2 kali setahun.

3. c) A=B, berarti makan 4 kali sehari dengan membeli pakaian 2 kali setahun dan makan 3

kali sehari dengan membeli pakaian 4 kali setahun memberikan utilitas yang sama

kepada konsumen.

Contoh situasi tersebut dapat digambarkan dalam kurva indiferen sebagaimana ditunjukkan

dalam kurva 2.
Kurva 2. Indiferen Kombinasi Makanan dan Pakaian.

Dari Kurva 2. terlihat bahwa dengan memperoleh lebih banyak barang yang satu akan

menyebabkan kehilangan sebagian barang yang lain. Kombinasi makanan dan pakaian

yang memberikan utilitas sama digambarkan sebagai kurva indiferen.

Ciri-ciri kurva indiferen adalah sebagai berikut:

 Turun dari kiri atas ke kanan bawah, hal ini berakibat pada terjadinya keadaan yang

saling meniadakan trade-off), yaitu jika konsumen ingin menambah konsumsi atas satu

barang, ia harus mengurangi konsumsi atas barang lainnya.

 Cembung ke arah titik asal (angka 0), yang menunjukkan jika konsumen menambah

konsumsi satu unit barang, jumlah barang lain yang dikorbankan semakin kecil. Dalam

analisis ilmu ekonomi hal ini sering disebut sebagai tingkat substitusi marginal (marginal

rate of substitution atau MRS), yaitu tingkat ketika barang X bisa disubstitusikan dengan

barang Y dengan tingkat utilitas yang tetap.

 Kurva indiferen tidak saling berpotongan.


 Jika kombinasi barang yang dikonsumsi memiliki kualitas yang semakin banyak, maka

akan memberikan utilitas yang semakin tinggi yang ditunjukan oleh kurva indiferen yang

semakin menjauhi titik 0.

Kurva indiferen digagas pertama kali oleh ekonom kelahiran Irlandia, Francis Edgeworth

(1845-1926) dan ekonom kelahiran Italia, Vilfredo Pareto (1848-1923). Mereka berdua

menyatakan bahwa pendekatan ordinal seharusnya membentuk basis analisis ekonomi

ketimbang pendekatan kardinal. Edgeworth dan juga Pareto mengembangkan perangkat

analisis yang sekarang disebut kurva indeferen (indifference curve).

2) Garis Anggaran ( Budget Line)

Adanya keterbatasan pada pendapatan akan membatasi pengeluaran konsumen untuk

mengonsumsi sejumlah barang. Hal ini digambarkan dalam garis anggaran ( budget line),

yaitu garis yang menunjukkan berbagai kombinasi dari dua macam barang yang berbeda

oleh konsumen dengan pendapatan yang sama.

Persamaan garis anggaran adalah:

I = Px.X + Py.Y

Misalnya seorang konsumen mengonsumsi barang X dan Y, harga barang X (Px) dan harga

barang Y (Py) adalah Rp1.000,00 dan pendapatan konsumen (I) pada saat itu adalah

Rp10.000,00 dan semuanya dibelanjakan untuk barang X dan Y.


Kurva 3. Garis Anggaran Barang X dan Barang Y.

Jika konsumen membelanjakan semua pendapatannya untuk barang Y, dia dapat membeli

sebanyak 10 unit barang X , hal tersebut ditunjukkan oleh titik A. Sebaliknya jika konsumen

membelanjakan semua pendapatannya untuk barang X, dia dapat membeli sebanyak 0 unit

barang Y , ditunjukkan oleh titik B. Menghubungkan titik A dan B dengan suatu garis lurus

dapat diperoleh garis anggaran AB yang memperlihatkan kombinasi yang berbeda dari dua

jenis barang yang dapat dibeli konsumen dengan tingkat pendapatan yang terbatas.

Selanjutnya untuk mengetahui pada saat kapan konsumen optimalisasi dalam

mengkonsumsi secara optimal, yaitu pada saat kurva indiferen (IC2) bersinggungan dengan

garis anggaran (AB), terjadi di titik (E).

Adapun kurva indiferen (IC1) dan kurva indiferen (IC3) merupakan kurva yang tidak

diharapkan oleh konsumen, karena kurva-kurva tersebut tidak menunjukkan keseimbangan

barang dan jasa yang dikonsumsi.

Teori Nilai Konsumen

Pada halaman sebelumnya, kita telah membahas tentang pendekatan teori kardinal yang di

dalamnya telah disinggung mengenai marginal utility, law of diminishing marginal utility, dan

total utility.Di dalam teori nilai konsumen, akan dibahas secara lebih lanjut!

Dalam ilmu ekonomi, berbagai keputusan yang diambil oleh konsumen dalam melakukan

konsumsi dijelaskan dengan teori nilai guna. Nilai guna atau utilitas berarti kepuasan yang

diperoleh konsumen dari konsumsi suatu barang atau jasa. Nilai guna total seorang

konsumen biasanya meningkat saat ia mengkonsumsi suatu produk dalam jumlah yang

semakin meningkat, namun pada tingkat yang umumnya lebih lambat. Artinya, setiap unit

tambahan yang dikonsumsi menambahkan nilai guna marjinal yang lebih kecil dibandingkan

dengan unit sebelumnya, sejalan dengan kejenuhan individu bersangkutan terhadap produk

tersebut. Pada umumnya, kita dapat menggolongkan teori nilai guna ke dalam empat

macam sebagai berikut.


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumen

 Faktor Internal

1. Pendapatan

Pendapatan konsumen berpengaruh pada besarnya konsumsi yang dilakukan. Semakin

tinggi pendapatan konsumsi, konsumsi cenderung semakin besar pula. Sebaliknya,

konsumen yang berpendapatan rendah biasanya tidak akan banyak melakukan kegiatan

konsumsi karena daya belinya juga rendah. Pendapatan dan konsumsi dapat digambarkan

dengan rumus sebagai berikut:

2. Motivasi

Setiap orang mempunyai motivasinya sendiri-sendiri dalam melakukan kegiatan konsumsi.

Ada yang melakukan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan yang benar-benar diperlukan.

Namun ada pula orang yang membeli barang hanya karena ikut-ikutan orang lain, padahal

sebenarnya ia tidak membutuhkannya. Sebagian lain mengkonsumsi barang/jasa tertentu

demi memperlihatkan status sosial/gengsi. Misalnya seorang siswa membeli handphone

keluaran terbaru agar dianggap keren oleh teman-temannya.

3. Sikap dan kepribadian

Sikap dan kepribadian individu juga mempengaruhi perilaku konsumsinya. Orang yang

hemat hanya akan membeli barang-barang yang telah direncanakan, sementara orang yang

boros seringkali membeli barang-barang diluar perhitungannya. Orang yang menyukai

barang kuno akan berani membeli barang itu dengan harga tinggi, sementara orang yang

tidak menyukai barang kuno tidak akan membeli barang itu meskipun diberi gratis.

4. Selera

Masing-masing individu mempunyai selera yang berbeda-beda dalam memilih berbagai

jenis barang/jasa. Ini juga berpengaruh terhadap pola konsumsi. Misalnya, meskipun sama-

sama remaja, kalian dan teman-temanmu memiliki selera yang berbeda dalam pemilihan

benda konsumsi. Dalam hal celana, misalnya. Temanmu mungkin menyukai jins sementara

kalian menyukai celana kargo.


 Faktor Eksternal

1. Kebudayaan

Kebudayaan yang terdapat di suatu daerah berpengaruh pada pola konsumsi masyarakat di

daerah tersebut.Di Jepang dan Cina, orang makan dengan menggunakan dengan

menggunakan sumpit. Sementara di negara barat, sendok dan garpu sering ditemani pisau.

Bagaimana dengan kalian sebagai orang Indonesia? Apakah kalian makan dengan cara

orang barat, cara orang Cina atau makan dengan menggunakan tangan?

2. Status Sosial

Status/posisi seseorang di dalam masyarakat dengan sendirinya akan membentuk pola

konsumsi orang tersebut. Konsumsi seorang presiden, raja, atau menteri sudah jelas

berbeda dengan konsumsi sopir, tukang kayu, atau pengusaha kecil. Bagi tukang kayu,

makan nasi dan tempe sudah cukup. Namun bagi seorang konglomerat, harus ada pilihan

lauk hingga lima macam dan tempatnya harusnya mewah.

3. Harga Barang

Sudah menjadi hukum ekonomi bahwa bila harga barang naik, konsumsi akan menurun,

dan bila harga barang rendah, konsumsi akan tinggi. Ini juga berlaku untuk tingkat harga

barang substitusi, seperti yang sudah yang diuraikan dalam pembahasan tentang hukum

permintaan dan penawaran.

c. Perilaku Produsen dalam Kegiatan Produksi


Produksi merupakan hasil akhir dari proses kegiatan produksi atau aktivitas ekonomi

dengan memanfaatkan beberapa input (faktor produksi). Secara teknis kegiatan produksi

dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa input untuk menghasilkan sejumlah output.

Hubungan teknis antara input dan output dalam proses produksi dinamakan fungsi produksi.

Fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum yang

dihasilkan dengan mengkombinasikan input atau faktor produksi tertentu. Hubungan antara

input dan output diformulasikan dalam sebuah fungsi produksi secara matematis sebagai

berikut.
Q = f (R, L, , E ….)

Di mana:

Q = Output

R = Sumber daya alam (resources)

L = Tenaga Kerja (labor)

K = Modal (capital)

E = Keahlian atau kewirausahaan (entrepreneurship)

Apabila input yang dipergunakan dalam proses produksi hanya terdiri atas input tetap

(modal) dan input variabel (tenaga kerja), formula persamaan matematisnya sebagai berikut.

Q = f (, L)

Fungsi produksi di atas menunjukkan maksimum output yang dapat diproduksi dengan

menggunakan pilihan kombinasi dari Modal () sebagai input tetap dan tenaga kerja (L)

sebagai input variabel. Apabila kedua input yang digunakan adalah input variabel, disebut

produksi jangka panjang dan ditulis sebagai berikut.

Q = f (, L)

Dari sebuah fungsi produksi jangka pendek, dapat dipelajari tiga konsep penting dalam

produksi. Ketiga konsep tersebut adalah sebagai berikut.

1. a) Produk total (Total Product atau TP) menunjukkan total output yang diproduksi.

2. b) Produk marjinal (Marginal Product atau MP) menunjukkan tambahan produk atau

output yang diakibatkan oleh pertambahan satu unit input (dalam hal ini tenaga kerja),

dengan menganggap faktor lainnya konstan (ceteris paribus). Secara matematis ditulis

sebagai berikut.
1. c) Produk rata-rata (Average Product atau AP) menunjukkan output total dibagi dengan

unit total input (tenaga kerja). Secara matematis ditulis sebagai berikut.

Dari penjelasan di atas maka dapat dibuat tahap-tahap kurva produksi sebagai berikut.

Tahap produksi dilaksanakan dalam beberapa tahap.

1. Tahap I : dimulai dari tenaga kerja (L)=0 sampai MP=AP atau AP maksimum.

2. Tahap II : dimulai dari MP=AP atau AP maksimum sampai MP=0 atau TP maksimum.

3. Tahap III : dimulai dari MP=0 ke kanan.

Kurva 4. Produk Total dan Produk Marjinal.

Kurva produksi jangka pendek berbentuk seperti gunung karena berlakunya hukum

pertambahan hasil yang semakin menurun ( law of diminishing returns), yang menyatakan

bahwa apabila faktor produksi K tetap, semakin banyak faktor produksi L ditambah, awalnya

hasil produksi akan bertambah, mencapai maksimum, dan selanjutnya menurun. law of
diminishing returns terjadi secara berturut-turut pada MP, AP, dan TP. Pentahapan produksi

I, II, dan III ditentukan berdasarkan pola pikir rasional, yang dapat dijelaskan pada Tabel 3.

Faktor Rasional/
Ada/Tidak
Tahap Produksi TPL Tidak
Eksternalitas
L Rasional

Tahap Tidak
Ditambah Bertambah Ada
I Rasional

Tahap
Ditambah Bertambah Tidak Ada Rasional
II

Tahap Tidak
Ditambah Berkurang Ada
III Rasional

Tahap Produksi II adalah tahap produksi yang akan digunakan produsen yang rasional

untuk melakukan produksinya karena (1) jika produsen menambah L dia akan memperoleh

tambahan output (TPL), dan (2) seluruh proses produksi sepenuhnya berada dalam

pengendaliannya karena tidak ada eksternalitas yang mengganggu jalannya proses

produksi.

B. Circular Flow Diagram (Diagram Arus Kegiatan Ekonomi)

1. Perekonomian Dua Sektor


Dalam circular flow diagram dijelaskan mengenai diagram aliran pendapatan pada

perekonomian tertutup yang hanya melibatkan dua pelaku kegiatan ekonomi. Untuk lebih

jelasnya perhatikan Bagan 1. berikut.


Bagan 1. Diagram Siklus Interaksi Antarpelaku Ekonomi (Circular Flow Diagram) dengan Dua
Sektor.

Dari Bagan 1. terlihat bahwa sektor rumah tangga konsumen akan menjual faktor produksi

pada sektor perusahaan (rumah tangga produsen) agar memperoleh pendapatan. Dalam

hal ini, sektor rumah tangga konsumen akan memberikan faktor produksi seperti tanah,

tenaga kerja, modal atau keahlian pada perusahaan (garis a). Sebagai balasan atas faktor

produksi yang diberikan oleh sektor rumah tangga, maka sektor perusahaan akan me

mberikan balas jasa berupa sewa untuk tanah, upah atau gaji bagi tenaga kerja, bunga atau

sewa untuk modal dan keuntungan bagi keahlian (garis b).

Setelah sektor rumah tangga memperoleh balas jasa atas faktor produksi yang mereka jual

kepada perusahaan, maka sektor rumah tangga memiliki pendapatan yang siap untuk

dibelanjakan (yaitu pendapatan setelah dikurangi tabungan dan pajak) pada sektor

perusahaan, berupa pembelian barang dan jasa (garis c bawah). Kemudian sektor rumah
tangga produsen akan menyerahkan barang dan jasa tersebut kepada sektor rumah tangga

konsumen (garis d).

2. Perekonomian Tiga Sektor


Diagram aliran interaksi perekonomian tiga sektor dijelaskan dalam Bagan 2.

Perhatikan Bagan 2. berikut.

Bagan 2. Diagram Siklus Interaksi Antarpelaku Ekonomi (Circular Flow Diagram) dengan Tiga
Sektor.

Dalam teori ekonomi makro, komponen tabungan (S: Saving), pajak (T: Tax) dan impor (M:

Import) merupakan kebocoran (leakages) bagi siklus aliran pendapatan karena jika

ditambah menyebabkan penurunan pendapatan nasional. Sedangkan investasi (I:

Investment), pengeluaran pemerintah (G: Goverment) dan ekspor (X: Eksport) merupakan

suntikan (injections) dalam siklus aliran pendapatan, karena jika ditambah akan

meningkatkan pendapatan nasional.


3. Perekonomian Empat Sektor

Diagram aliran interaksi perekonomian empat sektor dijelaskan dalam Bagan 3. Perhatikan

Bagan 3. berikut.

Bagan 3. Diagram Siklus Interaksi Antarpelaku Ekonomi (Circular Flow Diagram) dengan Empat
Sektor.

Dari Bagan 1, Bagan 2, dan Bagan 3. dapat dilihat perbedaan interaksi antarpelaku ekonomi

dalam perekonomian sederhana (Bagan 1), perekonomian tertutup (Bagan 2), dan

perekonomian terbuka (Bagan 3). Hampir semua negara di dunia pada saat ini melakukan

interaksi dengan negara lain, sehingga interaksi ekonomi juga melibatkan sektor luar negeri.
Sektor rumah tangga, perusahaan dan pemerintah merupakan perekonomian domestik.

Perekonomian dikatakan tertutup (closed economy) jika tidak melakukan interaksi dengan

sektor luar negeri. Adapun perekonomian suatu negara dikatakan terbuka (open economy)

apabila terjadi interaksi dengan sektor luar negeri yang ditandai dengan adanya mekanisme

ekspor dan impor. Ekspor merupakan aliran pendapatan dari perekonomian luar negeri ke

perekonomian domestik. Adapun impor merupakan aliran pengeluaran dari perekonomian

domestik ke perekonomian luar negeri.

C. Peran Konsumen dan Peran Produsen


Telah diketahui bahwa sumber alat pemuas kebutuhan yang tersedia di bumi terbatas

jumlahnya. Oleh karena itu, dalam melakukan kegiatan ekonomi, baik yang berkaitan

dengan usaha menghasilkan maupun menggunakan alat pemuas kebutuhan manusia harus

selalu bertindak ekonomis atau hemat. Artinya, setiap penggunaan sumber daya alam dan

alat pemuas kebutuhan harus dapat menghasilkan kepuasan maksimal bagi pemenuhan

kebutuhan manusia.

Dalam melakukan tindakan ekonomi, manusia harus selalu mempertimbangkan

perbandingan antara pengorbanan dan hasil yang akan dicapai, perbandingan yang rasional

antara pengorbanan dan hasil tersebut, sesuai dengan prinsip ekonomi. Pada dasarnya,

prinsip ekonomi merupakan pedoman bagi manusia atau pelaku ekonomi dalam melakukan

kegiatan ekonomi untuk mencapai hasil maksimal dengan sumber daya yang terbatas.

Di dalam kegiatan ekonomi, konsumen berperan sebagai pengguna atau pemakai barang

maupun jasa yang dihasilkan oleh pelaku ekonomi yang lain. Di samping sebagai pengguna

barang atau jasa, konsumen juga dapat berperan sebagai penyedia faktor produksi (tanah

atau sumber daya alam, tenaga kerja, dan modal), baik untuk produsen, pemerintah,

maupun masyarakat luar negeri.

Adapun produsen sendiri berperan sebagai penghasil dan penyalur barang maupun jasa

hingga sampai ke tangan konsumen. Dalam menghasilkan barang dan jasa tersebut,
produsen memerlukan faktor produksi dari konsumen, pemerintah, maupun masyarakat luar

negeri.

Pada kenyataannya, baik konsumen maupun produsen akan berperilaku sesuai prinsip

ekonomi. Artinya, konsumen akan mengorbankan uangnya untuk membeli barang dengan

kualitas yang paling baik dan tingkat harga serendah mungkin. Begitu pun produsen, dia

akan selalu menjual harga produk setinggi mungkin agar memperoleh keuntungan maksimal.

Perilaku konsumen biasanya didasarkan pada selera dan tingkat pendapatan. Dalam

kehidupan sehari-hari sering terjadi faktor selera sangat mempengaruhi konsumsi

seseorang terhadap suatu barang. Di samping itu, konsumen yang pandai mengatur

keuangannya, akan mempertimbangkan tingkat pendapatannya dalam mengonsumsi suatu

barang. Seseorang yang berpendapatan rendah akan membeli barang yang tidak terlalu

mahal dan seseorang yang berpenghasilan tinggi tidak terlalu konsumtif terhadap barang

yang harganya mahal.

Dari sisi produsen, seorang produsen akan berperilaku yang didasarkan pada motif

mengambil keuntungan optimum. Produsen akan mempertimbangkan cara memproduksi

barang dengan biaya sekecil-kecilnya. Sumber bahan baku diusahakan dekat dengan lokasi

perusahaan agar dapat menekan biaya transportasi. Bahan pengemas produk diusahakan

bahan dengan harga murah agar dapat menghemat biaya. Hal-hal tersebut akan selalu

dilakukan produsen untuk memperoleh keuntungan yang maksimal.

Rangkuman :

1. Utilitas diartikan sebagai utilitas atau nilai guna subjektif yang dirasakan oleh seseorang

dari mengonsumsi suatu barang dan jasa.

2. Terdapat berbagai bentuk utilitas antara lain utilitas tempat, bentuk, waktu, kepemilikan

dan pelayanan.
3. Utilitas suatu barang atau jasa dapat dianalisis dengan menggunakan dua pendekatan,

yaitu pendekatan kardinal dan pendekatan ordinal.

4. Menurut pendekatan kardinal, utilitas suatu barang dan jasa dapat diukur dengan satuan

util dan tinggi rendahnya utilitas hanya dapat diukur oleh orang yang bersangkutan.

5. Utilitas total adalah utilitas yang dinikmati konsumen dalam mengonsumsi sejumlah

barang atau jasa tertentu secara keseluruhan.

6. Utilitas marjinal adalah pertambahan utilitas yang dinikmati oleh konsumen dari setiap

tambahan barang dan jasa yang dikonsumsi.

7. Menurut pendekatan ordinal, utilitas suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk

diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya utilitas yang

diperoleh dari mengkonsumsi sejumlah barang atau jasa.

8. Menurut Hukum Gossen I, jumlah tambahan utilitas yang diperoleh konsumen akan

semakin menurun dengan bertambahnya konsumsi dari barang atau jasa tersebut.

9. Menurut Hukum Gossen II, konsumen akan melakukan konsumsi sedemikian rupa

sehingga rasio utilitas marjinal harga setiap barang atau jasa yang dikonsumsi besarnya

sama.

10. Kurva indiferen adalah kurva yang menunjukkan kombinasi dua macam barang

konsumsi yang memberikan tingkat utilitas yang sama.

11. Garis anggaran ( budget line), yaitu garis yang menunjukkan berbagai kombinasi dari

dua macam barang yang dibeli oleh konsumen dengan pen dapatan yang sama.

12. Circular flow diagram adalah sebuah model yang menggambarkan bagaimana interaksi

antar pelaku ekonomi menghasilkan pendapatan yang digunakan sebagai pengeluaran

dalam upaya memaksimalkan utilitas (utility) masing-masing pelaku ekonomi.

13. Seorang konsumen dikatakan berada dalam kondisi keseimbangan, apabila dengan

batasan pendapatan dan harga tertentu ia dapat memaksimalkan utilitas totalnya.

14. Secara sederhana, produksi diartikan sebagai persamaan yang menunjukkan jumlah

maksimum yang dihasilkan dengan mengombinasi input atau faktor produksi tertentu.
15. Fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output

yang dihasilkan dengan kombinasi input atau faktor produksi tertentu.

16. Hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang menyatakan bahwa apabila faktor

produksi terus ditambah, hasil produksi akan meningkat sampai titik tertentu, namun

kemudian pertambahan itu semakin menurun.


DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uki.ac.id/1397/1/8.Modul%20KKNI_PASAR%20PERSAI
NGAN%20SEMPURNA5.pdf

https://www.warsidi.com/2016/03/pelaku-pasar-market-participants-psak-
68-pengukuran-nilai-wajar-ifrs-13-definisi-pengertian-arti-contoh-apa-
maksud.html

http://nuhfil.lecture.ub.ac.id/files/2009/03/mikro-7-struktur-pasar-
nuhfil.pdf

https://abdujaelani78.wordpress.com/2015/04/08/perilaku-konsumen-
produsen-dalam-ekonomi/

Anda mungkin juga menyukai