Anda di halaman 1dari 7

TUGAS TUTORIAL I

MINGGU, 7 MEI 2023


“ HUKUM PERSAINGAN USAHA“
UNIVERSITAS TERBUKA POKJAR KAB.TEMANGGUNG
TUTOR : DHIYAN UTAMA,S.H.,M.H.,C.L.A.
HKUM4307

NAMA : HERLANGGA BHANY PRASTYA


NIM : 042970562
FAKULTAS/PRODI : FHISIP/ ILMU HUKUM
KELAS : HUKUM 8B

SOAL
1. Jelaskan menurut pendapat anda yang dimaksud dengan monopoli, persaingan
sempurna, dan oligopoli!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan prinsip supply and demand!
3. Apa yang ada ketahui tentang metode pendekatan rule of reason ? Jelaskan
menurut pendapat anda!

JAWABAN

1. PENGERTIAN MONOPOLI,PERSAINGAN SEMPURNA,OLIGOPOLI


a. MONOPOLI
 Selanjutnya, dalam persaingan sempurna harus tercipta pasar yang bebas
hambatan (barrier to entry) bagi setiap penjual untuk masuk atau keluar dari pasar
(free entry or exit), serta terjadinya pasar yang "bebas informasi”, yakni setiap
penjual dan pembeli dapat mengakses informasi pasar seluruhnya tana ada yang
menghalang-halangi.
 Adapun faktor-faktor yang menimbulkan monopoli antara lain:
1) Memiliki sumber daya yang unik
2) Terdapat skala ekonomis
3) Kekuasaan monopoli yang diperoleh melalui peraturan pemerintah
4) Peraturan Paten dan Hak Cipta
5) Hak Usaha Ekslusif
 Monopolisasi pasar akan berakibat banyak hal, diantaranya:
1) Menjadikan harga jual lebih tinggi sedangkan yang dijual lebih sedikit sehingga
acap kali merugikan konsumen;
2) Menjadikan produksi tidak efisien (infisien);
3) Kapasitas produksi dan sumber daya tidak digunakan secara penuh dan
ekonomis; dan
4) Biasanya akan berakibat terjadinya pasar "baru" seperti pasar yang bersifat
kolusif, boikot, refuse pesaing dan konsumen dalam rangka mempertahakan
kekuatasn monopoli.
 Pasar Monopoli adalah struktur pasar di mana perusahaan tunggal mengendalikan
seluruh pasar. Dalam skenario ini, perusahaan memiliki tingkat kekuatan pasar
tertinggi karena konsumen tidak memiliki alternatif. Akibatnya, monopoli sering
mengurangi output untuk menaikkan harga dan mendapatkan lebih banyak
keuntungan. Pada umumnya, karakteristik pasar monopoli adalah:
a) Memaksimalkan keuntungan,.
b) Dapat menetapkan harga.
c) Ada hambatan tinggi untuk masuk dan keluar serta hanya ada satu perusahaan
yang mendominasi seluruh pasar.
b. PERSAINGAN SEMPURNA
 Persaingan sempurna adalah struktur pasar yang paling ideal karena sistem pasar
ini adalah struktur pasar yang akan menjamin terwujudnya kegiatan memproduksi
barang dan jasa yang sangat tinggi efisiensinya. Paling tidak ada empat asumsi
yang melnadasi agar terjadi persaingan sempurna pada suatu pasar tertentu.
1) Pertama, pelaku usaha tidak dapat menentukan secara sepihak harga atas
produk atau jasa. Adapun yang menentukan harga adalah pasar berdasarkan
ekuilibrium permintaan dan penawaran (supply and demand). Dengan demikian,
pelaku pasar dalam pasar persaingan sempurna tidak bertindak sebagai price
maker melainkan ia hanya bertindak sebagai price taker.
2) Kedua, barang dan/jasa yang dihasilkan oleh pelaku usaha adalah betul-betul
sama (product homogenity).
3) Ketiga, pelaku usaha mempunyai kebebasan untuk masuk atau keluar pasar
(perfect mobility of resources).
4) Keempat, konsumen dan pelaku usaha memilki informasi yang sempurna
(perfect information) tentang berbagai hal, diantaranya kesukaan (preferences),
tingkat pendapatan (income levels), biaya dan teknologi yang digunakan untuk
menghasilkan barag dan jasa.
 Secara umum, pasar persaingan sempurna mempunyai ciri, identik barang yang
diperjualbelikan bersifat homogen dengn jumlah penjual dan pembeli yang sangat
banyak sehingga tidak ada satu pun penjual atau pembeli yang dapat
mempengaruhi pasar secara sendiri. Karenanya, jika ada penjual yang menaikkan
harga, maka ia akan kehilangan pembeli, sedangkan jia ia menurukan harga maka
ia akan merugi. Selanjutnya, dalam persaingan sempurna harus tercipta pasar
yang bebas hambatan (barrier to entry) bagi setiap penjual untuk masuk atau
keluar dari pasar (free entry or exit), serta terjadinya pasar yang "bebas informasi”,
yakni setiap penjual dan pembeli dapat mengakses informasi pasar seluruhnya
tana ada yang menghalang-halangi.
 Pasar persaingan sempurna menggambarkan struktur pasar di mana sejumlah
besar perusahaan kecil bersaing satu sama lain. Dalam skenario ini, satu
perusahaan tidak memiliki kekuatan pasar yang signifikan. Akibatnya, industri
secara keseluruhan menghasilkan tingkat output optimal karena tidak ada
perusahaan yang dapat memengaruhi harga pasar.
Karakteristik pasar persaingan sempurna ini di antaranya adalah:
1) Semua perusahaan memaksimalkan keuntungan.
2) Semua perusahaan bebas masuk dan keluar pasar.
3) Semua perusahaan menjual barang yang identik sama sekali (homogen).
4) Ada tidak ada preferensi konsumen.

c. OLIGOPOLI
 Adapun yang disebut dengan pasar oligopoli adalah pasar yang terdiri dari hanya
beberapa produsen saja. Ada kalanya pasar oligopoli terdiri dari dua perusahaan
saja. Pasar seperti ini dinamakan duopoli. Untuk mengetahui pasar oligopoli dapat
dilihat dari beberapa indikasi, yakni menghasilkan barang standar atau barang
berbeda corak. Kekuasaan menentukan harga ada kalanya lemah dan ada kalanya
sangat tangguh. Perusahaan oligopoli umumnya perlu melakukan promosi berupa
iklan.
 Pasar oligopoli menggambarkan suatu struktur pasar yang didominasi oleh hanya
sejumlah kecil perusahaan yang menghasilkan kompetisi terbatas. Perusahaan-
perusahaan dapat bersaing satu sama lain atau berkolaborasi. Dengan melakukan
itu, mereka dapat menggunakan kekuatan pasar kolektif mereka untuk menaikkan
harga dan mendapatkan lebih banyak keuntungan.
 Adapun karakteristik dari struktur pasar oligopolistik ini adalah:
a) Semua perusahaan memaksimalkan keuntungan.
b) Oligopoli dapat menetapkan harga.
c) Ada hambatan untuk masuk dan keluar di pasar.
d) Produk mungkin homogen atau berbeda. Hanya ada beberapa perusahaan
yang mendominasi pasar.

2. PENGERTIAN PRINSIP SUPPLY AND DEMAND


Penawaran (Demand) dan Penerimaan (Supply)
 Dalam konsep Ekonomi Mikro terdapat 2 (dua) pelaku ekonomi, yaitu Rumah Tangga
atau Household (HH) dan Perusahaan (Firm). Masing-masing pelaku memiliki
masalah ekonomi. Di sisi HH, kebutuhan (needs) yang berhasil dipenuhi oleh sumber
daya HH sebagai representasi dari konsumen memiliki problema bagaimana
memaksimumkan kepuasan (utility) dengan pendapatan (income) yang
tersedia.Bagian dari Ekonomi Mikro yang menganalisis perilaku HH sebagai
konsumen dalam upayanya memecahkan problem tersebut disebut dengan Teori
Konsumen. Hasil dari analisis Teori Konsumen menjadi dasar dari pembentukan
permintaan (demand) konsumen. Di sisi Firm, masalah ekonomi yang dihadapi adalah
bagaimana meminimumkan biaya produksi (cost of production) berdasarkan target
produksi yang ditetapkan. Bagian dari Ekonomi Mikro yang menganalisis perilaku Firm
sebagai produsen dalam upayanya memecahkan masalah tersebut disebut sebagai
Teori Produsen. Hasil dari Teori Produsen menjadi basis pembentukan penawaran
(supply) produsen.
a. Permintaan (Demand)
Dalam memahami konsep dasar dari permintaan (demand), perlu diingat terdapat
2 (dua) konsep yang berbeda namun berkaitan, yaitu jumlah yang diminta (quantity
demanded) dan permintaan (demand).
 Quality Demanded (Qd) dan Demand (D)
Jumlah yang diminta (quantity demanded) adalah "jumlah barang dan jasa
yang ingin diminta oleh konsumen pada tingkat harga tertentu". Kata 'ingin'
menunjukkan bahwa pembelian belum terjadi dan masih berupa keinginan
(wish). Hubungan antara harga dan kuantitas bersifat hubungan satu-satu (one
to one relations). Sedangkan permintaan (demand) adalah "jumlah barang dan
jasa yang ingin diminta oleh konsumen pada setiap tingkat harga selama
periode waktu tertentu pada suatu daerah (geografis) tertentu". Dari penjelasan
tersebut terlihat bahwa permintaan merupakan kumpulan dari quantity
demanded. Dengan kata lain, demand curve akan berisi titik-titik quantity
demanded.
 Faktor-faktor Penentu Permintaan
Berapa banyak dan jasa yang ingin diminta oleh konsumen tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor harga saja, melainkan juga oleh beberapa faktor lain.
Faktor-faktor penentu permintaan adalah:
a) Harga barang itu sendiri
b) Harga barang lain yang terkait
c) Tingkat pendapatan per kapita
d) Selera atau kebiasaan
e) Jumlah penduduk
f) Perkiraan harga dimasa mendatang
g) Distribusi pendapatan
h) Usaha usaha produsen meningkatkan penjualan
b. Penawaran (Supply)
Analogi dengan konsep permintaan (demand) maka dalam memahami penawaran
(supply) harus diingat dua konsep yang saling berkaitan, yaitu jumlah yang
ditawarkan (quantity supplied) dan penawaran (supply).
 Quantity Supplied (Qs) dan Supply (S)
Jumlah yang ditawarkan (quantity supplied) adalah “jumlah barang dan jasa
yang ingin ditawarkan oleh produsen pada tingkat harga tertentu”. Sedangkan
penawaran (supplied) adalah "jumlah barang dan jasa yang ingin ditawarkan
oleh produsen pada setiap tingkat harga selama periode waktu tertentu pada
suatu daerah (geografis) tertentu"
 Faktor-faktor Penentu Penawaran
Berapa banyak barang dan jasa yang ingin ditawarkan oleh produsen tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor harga saja, melainkan juga oleh beberapa faktor
lain. Faktor-faktor penentu penawaran adalah:
1) Harga barang itu sendiri
2) Harga faktor produksi
3) Teknologi produksi
4) Jumlah pedagang/penjual
5) Kebijakan pemerintah
 Penentuan Harga Keseimbangan
Harga keseimbangan adalah harga dimana baik konsumen maupun produsen
sama-sama tidak ingin menambah atau mengurangi jumlah yang dikonsumsi
dan dijual. Atau dengan kata lain, jumlah yang diminta sama dengan jumlah
yang ditawarkan (Qd=Qs). Jika harga dibawah harga keseimbangan, terjadi
kelebihan permintaan (excess demand). Sebab jumlah yang diminta akan
meningkat, dan sedangkan jumlah yang ditawarkan menjadi berkurang.
Sebaliknya jika harga melebihi harga keseimbangan, terjadi kelebihan
penawaran, dimana jumlah yang ditawarkan meningkat, jumlah yang diminta
menurun.

3. METODE PENDEKATAN RULE OF REASON


 Pendekatan rule of reason adalah suatu pendekatan yang digunakan oleh lembaga
otoritas persaingan usaha untuk membuat evaluasi mengenai akibat perjanjian atau
kegiatan usaha tertentu, guna menentukan apakah suatu perjanjian atau kegiatan
tersebut bersifat menghambat atau mendukung persaingan kegiatan yang dianggap
sebagai per se illegal biasanya meliputi penetapan harga secara kolusif atas produk
tertentu, serta pengaturan harga penjualan kembali.
 Pendekatan rule of reason adalah kebalikan per se illegal. Dalam pendekatan ini
hukuman terhadap perbuatan yang dituduhkan melanggar hukum persaingan harus
mempertimbangkan situasi dan kondisi kasus. Karenanya, perbuatan yang dituduhkan
tersebut harus diteliti lebih dahulu, apakah perbuatan itu telah membatasi persaingan
secara tidak patut. Untuk itu, disyaratkan bahwa penggugat dapat menunjukkan akibat
yang ditimbulkan dari perjanjian, kegiatan, dan posisi dominan yang telah menghambat
persaingan atau menyebabkan kerugian.
 Dengan kata lain, teori rule of reason mengharuskan pembuktian, mengevaluasi
mengenai akibat perjanjian, kegiatan, atau posisi dominan tertentu guna menentukan
apakah perjanjian atau kegiatan tersebut menghambat atau mendukung persaingan.
"Dalam melakukan pembuktian harus melihat seberapa jauh tindakan yang merupakan
antipersaingan tersebut berakibat kepada pengekangan persaingan di pasar. Dalam
teori rule of reason sebuah tindakan tidak secara otomatis dilarang, meskipun
perbuatan yang dituduhkan tersebut kenyataannya terbukti telah dilakukan. Dengan
demikian, pendekatan ini memungkinkan pengadilan untuk melakukan interpretasi
terhadap Undang-Undang dan juga interpretasi pasar.
 Hambatan persaingan usaha yang berkaitan dengan perjanjian tujuan utamanya tidak
terkena penerapan ketentuan hukum antimonopoli, atau perjanjian yang disertai
manfaat pro persaingan yang mengimbangi kerugian terhadap persaingan usaha yang
terjadi, serta perlu untuk mencapai keuntungan pro persaingan tersebut (reasonably
necessary restraints), harus dikecualikan dari larangan kolusif. Penerapan asas ini
didasarkan pada hukum sebab akibat, di mana tindakan pelaku usaha secara
langsung maupun tidak langsung telah berakibat merugikan pelaku usaha lainnya
dan/atau masyarakat konsumen pada umumnya. Selain bersifat antipersaingan, juga
mempunyai alasan pembenaran yang menguntungkan dari pertimbangan social,
keadilan maupun efek yang ditimbulkannya serta juga unsur maksud (intent).
 Dengan asas rule of reasonini dapat diketahui akibat yang tercipta karena tindakan
atau perjanjian yang mengakibatkan persaingan tidak sehat dan praktik monopoli
sehingga merugikan pihak lain. Dalam substansi UU No. 5 Tahun 1999 umumnya
mayoritas menggunakan pendekatan rule of reason. Penggunaan rule of reason
tergambar dalam konteks kalimat yang membuka alternatif interpretasi bahwa tindakan
tersebut harus dibuktikan dulu akibatnya secara keseluruhan dengan memenuhi unsur-
unsur yang ditentukan dalam Undang-undang apakah telah mengakibatkan terjadinya
praktik monopoli ataupun praktik persaingan tidak sehat. Untuk melihat atau
membuktikan bahwa telah terjadi persekongkolan yang menghambat perdagangan
atau persaingan dapat dilihat dari kondisi yang ada. Alasan (reason) yang sah untuk
melarang suatu perjanjian atau kegiatan berbeda-beda antar satu negara dengan
negara lainnya tergantung dari tujuan hukum persaingan yang berlaku. Apabila
tujuannya adalah tercapainya efisiensi (ekonomi) seperti di Amerika Serikat, maka
praktik bisnisnya misalnya integrasi vertikal tidak akan dilarang apabila integrasi
tersebut terbukti menghasilkan produk yang lebih efisien ketimbang tidak terintegrasi.
Demikian juga apabila hukum persaingan yang berlaku di suatu negara mempunyai
tujuan nonekonomi, maka alasan (reason) non-ekonomi dapat digunakan dalam
melarang suatu kegiatan usaha. Alasan nonekonomi tentu saja berbeda-beda antara
satu negara dengan negara lain tergantung pada tujuan pembangunan ekonominya.
 Dalam Undang-Undang No. 5 1999 rule of reasonini menyiratkan bahwa perlu
penelitian yang mendalam tentang suatu kegiatan apakah berdampak terjadinya
praktik monopoli. Namun belum seluruh pasal Undang-Undang dapat
mengklarifikasikan secara jelas kegiatan yang termasuk dalam per se dan rule of
reason. karenanya ada beberapa pasal yang berada di antara keduanya (per se dan
rule of reason) sebagai berikut.
 PENTINGNYA PENDEKATAN-PENDEKATAN RULE OF REASON dalam persaingan
usaha, antara lain:
a. Pendekatan rule of reason adalah suatu pendekatan yang digunakan oleh lembaga
otoritas persaingan usaha untuk membuat evaluasi mengenai akibat perjanjian atau
kegiatan usaha tertentu, guna menentukan apakah suatu perjanjian atau kegiatan
tersebut bersifat menghambat atau mendukung persaingan.
b. Pendekatan ini memungkinkan pengadilan melakukan interpretasi terhadap UU
seperti mempertimbangkan faktor-faktor kompetitif dan menetapkan layak atau
tidaknya suatu hambatan perdagangan. Hal ini disebabkan karena perjanjian-
perjanjian maupun kegiatan usaha yang termasuk dalam UU Antimonopoli tidak
semuanya dapat menimbulkan praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat
atau merugikan masyarakat. Sebaliknya, perjanjian-perjanjian maupun kegiatan-
kegiatan tersebut dapat juga menimbulkan dinamika persainga usaha yang sehat.
Oleh karenanya, pendekatan ini digunakan sebagai penyaring untuk menentukan
apakah mereka menimbulkan praktek monopoli atau persaingan usaha yang tidak
sehat atau tidak.
 Penerapan rule of reason tidak hanya diperlukan pengetahuan ilmu hukum, tetapi juga
penguasaan terhadap ilmu ekonomi. Dengan perkataan lain, melalui pendekatan rule
of reason, apabila suatu perbuatan yang dituduhkan melanggar hukum persaingan,
maka pencari fakta harus mempertimbangkan dan menentukan apakah perbuatan
tersebut menghambat persaingan, dan apakah perbuatan itu tidak adil atau
mempunyai pertimbangan lainnya. Dapat dikatakan bahwa rule of reason lebih
memfokuskan kepada melihat akibat yang dimunculkan dari suatu perbuatan yang
dilakukan. Pertimbangan atau argumentasi yang perlu dipertimbangkan antara lain
pada aspek ekonomi, keadilan, efisiensi, perlindungan terhadap golongan ekonomi
tertentu, dan fairness. Dengan demikian, hukum anti monopoli dan persaingan usaha
ini memiliki karakter unik dengan lebih memfokuskan pada pendekatan ekonomi dalam
penyelesaian sengketanya. Hakim harus dapat menganalisis berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi keseimbangan pasar untuk menghasilkan putusan yang
dirasakan adil oleh masyarakat (Susanti Adi Nugroho 2012:712).
 Pendekatan rule of reason sebagai suatu pendekatan dalam hukum persaingan usaha
juga memiliki kelebihan dan kelemahan sebagaimana pendekatan per se illegal,
adapun kelebihan dan kelemahan pendekatan rule of reason menurut Arie Siswanto
dalam Susanti Adi Nugroho (2012:712), kelebihannya :
1) Pertama dalam penerapannya menggunakan analisis ekonomi untuk mencapai
efisiensi guna mengetahui dengan pasti, yaitu apakah suatu tindakan pelaku usaha
memiliki implikasi kepada persaingan.
2) Kedua, dapat dengan akurat dari sudut efisiensi menetapkan apakah suatu
tindakan pelaku usaha menghambat persaingan.
Adapun kelemahannya :
1) Pertama, penilaian yang akurat tersebut bisa menimbulkan perbedaan hasil analisis
yang mendatangkan ketidakpastian.
2) Kedua, dalam penerapan rule of reason penyelidikan akan memakan waktu yang
lama dan memerlukan pengetahuan ekonomi. Jadi untuk menerapkan prinsip rule
of reason yang diperlukan tidak hanya pengetahuan ilmu hukum, tetapi juga
penguasaan ilmu ekonomi dan dampaknya terhadap pasar, karena dalam banyak
kasus bukan tidak mungkin perbuatan yang dilakukan oleh pelaku usaha itu secara
ekonomi masih dapat dibenarkan.

Anda mungkin juga menyukai