Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUTORIAL I

MINGGU, 7 MEI 2023


“ HUKUM PERSAINGAN USAHA“
UNIVERSITAS TERBUKA POKJAR KAB.TEMANGGUNG
TUTOR : DHIYAN UTAMA,S.H.,M.H.,C.L.A.
HKUM4307

NAMA : TRI SUDARYATI


NIM : 049462306
FAKULTAS/PRODI : FHISIP/ ILMU HUKUM
KELAS : HUKUM 8B

SOAL
1. Jelaskan menurut pendapat anda yang dimaksud dengan monopoli, persaingan sempurna, dan
oligopoli!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan prinsip supply and demand!
3. Apa yang ada ketahui tentang metode pendekatan rule of reason ? Jelaskan menurut pendapat anda!

JAWABAN

1. PENGERTIAN MONOPOLI,PERSAINGAN SEMPURNA,OLIGOPOLI


a. MONOPOLI
 Selanjutnya, dalam persaingan sempurna harus tercipta pasar yang bebas hambatan (barrier to entry)
bagi setiap penjual untuk masuk atau keluar dari pasar (free entry or exit), serta terjadinya pasar yang
"bebas informasi”, yakni setiap penjual dan pembeli dapat mengakses informasi pasar seluruhnya
tana ada yang menghalang-halangi.
 Adapun faktor-faktor yang menimbulkan monopoli antara lain:
1) Memiliki sumber daya yang unik
2) Terdapat skala ekonomis
3) Kekuasaan monopoli yang diperoleh melalui peraturan pemerintah
4) Peraturan Paten dan Hak Cipta
5) Hak Usaha Ekslusif
 Monopolisasi pasar akan berakibat banyak hal, diantaranya:
1) Menjadikan harga jual lebih tinggi sedangkan yang dijual lebih sedikit sehingga acap kali
merugikan konsumen;
2) Menjadikan produksi tidak efisien (infisien);
3) Kapasitas produksi dan sumber daya tidak digunakan secara penuh dan ekonomis; dan
4) Biasanya akan berakibat terjadinya pasar "baru" seperti pasar yang bersifat kolusif, boikot, refuse
pesaing dan konsumen dalam rangka mempertahakan kekuatasn monopoli.
 Pasar Monopoli adalah struktur pasar di mana perusahaan tunggal mengendalikan seluruh pasar.
Dalam skenario ini, perusahaan memiliki tingkat kekuatan pasar tertinggi karena konsumen tidak
memiliki alternatif. Akibatnya, monopoli sering mengurangi output untuk menaikkan harga dan
mendapatkan lebih banyak keuntungan. Pada umumnya, karakteristik pasar monopoli adalah:
a) Memaksimalkan keuntungan,.
b) Dapat menetapkan harga.
c) Ada hambatan tinggi untuk masuk dan keluar serta hanya ada satu perusahaan yang
mendominasi seluruh pasar.
b. PERSAINGAN SEMPURNA
 Persaingan sempurna adalah struktur pasar yang paling ideal karena sistem pasar ini adalah struktur
pasar yang akan menjamin terwujudnya kegiatan memproduksi barang dan jasa yang sangat tinggi
efisiensinya. Paling tidak ada empat asumsi yang melnadasi agar terjadi persaingan sempurna pada
suatu pasar tertentu.
1) Pertama, pelaku usaha tidak dapat menentukan secara sepihak harga atas produk atau jasa.
Adapun yang menentukan harga adalah pasar berdasarkan ekuilibrium permintaan dan
penawaran (supply and demand). Dengan demikian, pelaku pasar dalam pasar persaingan
sempurna tidak bertindak sebagai price maker melainkan ia hanya bertindak sebagai price taker.
2) Kedua, barang dan/jasa yang dihasilkan oleh pelaku usaha adalah betul-betul sama (product
homogenity).
3) Ketiga, pelaku usaha mempunyai kebebasan untuk masuk atau keluar pasar (perfect mobility of
resources).
4) Keempat, konsumen dan pelaku usaha memilki informasi yang sempurna (perfect information)
tentang berbagai hal, diantaranya kesukaan (preferences), tingkat pendapatan (income levels),
biaya dan teknologi yang digunakan untuk menghasilkan barag dan jasa.
 Secara umum, pasar persaingan sempurna mempunyai ciri, identik barang yang diperjualbelikan
bersifat homogen dengn jumlah penjual dan pembeli yang sangat banyak sehingga tidak ada satu pun
penjual atau pembeli yang dapat mempengaruhi pasar secara sendiri. Karenanya, jika ada penjual
yang menaikkan harga, maka ia akan kehilangan pembeli, sedangkan jia ia menurukan harga maka ia
akan merugi. Selanjutnya, dalam persaingan sempurna harus tercipta pasar yang bebas hambatan
(barrier to entry) bagi setiap penjual untuk masuk atau keluar dari pasar (free entry or exit), serta
terjadinya pasar yang "bebas informasi”, yakni setiap penjual dan pembeli dapat mengakses informasi
pasar seluruhnya tana ada yang menghalang-halangi.
 Pasar persaingan sempurna menggambarkan struktur pasar di mana sejumlah besar perusahaan
kecil bersaing satu sama lain. Dalam skenario ini, satu perusahaan tidak memiliki kekuatan pasar
yang signifikan. Akibatnya, industri secara keseluruhan menghasilkan tingkat output optimal karena
tidak ada perusahaan yang dapat memengaruhi harga pasar.
Karakteristik pasar persaingan sempurna ini di antaranya adalah:
1) Semua perusahaan memaksimalkan keuntungan.
2) Semua perusahaan bebas masuk dan keluar pasar.
3) Semua perusahaan menjual barang yang identik sama sekali (homogen).
4) Ada tidak ada preferensi konsumen.

c. OLIGOPOLI
 Adapun yang disebut dengan pasar oligopoli adalah pasar yang terdiri dari hanya beberapa produsen
saja. Ada kalanya pasar oligopoli terdiri dari dua perusahaan saja. Pasar seperti ini dinamakan
duopoli. Untuk mengetahui pasar oligopoli dapat dilihat dari beberapa indikasi, yakni menghasilkan
barang standar atau barang berbeda corak. Kekuasaan menentukan harga ada kalanya lemah dan
ada kalanya sangat tangguh. Perusahaan oligopoli umumnya perlu melakukan promosi berupa iklan.
 Pasar oligopoli menggambarkan suatu struktur pasar yang didominasi oleh hanya sejumlah kecil
perusahaan yang menghasilkan kompetisi terbatas. Perusahaan-perusahaan dapat bersaing satu
sama lain atau berkolaborasi. Dengan melakukan itu, mereka dapat menggunakan kekuatan pasar
kolektif mereka untuk menaikkan harga dan mendapatkan lebih banyak keuntungan.
 Adapun karakteristik dari struktur pasar oligopolistik ini adalah:
a) Semua perusahaan memaksimalkan keuntungan.
b) Oligopoli dapat menetapkan harga.
c) Ada hambatan untuk masuk dan keluar di pasar.
d) Produk mungkin homogen atau berbeda. Hanya ada beberapa perusahaan yang mendominasi
pasar.

2. PENGERTIAN PRINSIP SUPPLY AND DEMAND


Penawaran (Demand) dan Penerimaan (Supply)
 Dalam konsep Ekonomi Mikro terdapat 2 (dua) pelaku ekonomi, yaitu Rumah Tangga atau Household
(HH) dan Perusahaan (Firm). Masing-masing pelaku memiliki masalah ekonomi. Di sisi HH, kebutuhan
(needs) yang berhasil dipenuhi oleh sumber daya HH sebagai representasi dari konsumen memiliki
problema bagaimana memaksimumkan kepuasan (utility) dengan pendapatan (income) yang
tersedia.Bagian dari Ekonomi Mikro yang menganalisis perilaku HH sebagai konsumen dalam upayanya
memecahkan problem tersebut disebut dengan Teori Konsumen. Hasil dari analisis Teori Konsumen
menjadi dasar dari pembentukan permintaan (demand) konsumen. Di sisi Firm, masalah ekonomi yang
dihadapi adalah bagaimana meminimumkan biaya produksi (cost of production) berdasarkan target
produksi yang ditetapkan. Bagian dari Ekonomi Mikro yang menganalisis perilaku Firm sebagai produsen
dalam upayanya memecahkan masalah tersebut disebut sebagai Teori Produsen. Hasil dari Teori
Produsen menjadi basis pembentukan penawaran (supply) produsen.
a. Permintaan (Demand)
Dalam memahami konsep dasar dari permintaan (demand), perlu diingat terdapat 2 (dua) konsep
yang berbeda namun berkaitan, yaitu jumlah yang diminta (quantity demanded) dan permintaan
(demand).
 Quality Demanded (Qd) dan Demand (D)
Jumlah yang diminta (quantity demanded) adalah "jumlah barang dan jasa yang ingin diminta
oleh konsumen pada tingkat harga tertentu". Kata 'ingin' menunjukkan bahwa pembelian belum
terjadi dan masih berupa keinginan (wish). Hubungan antara harga dan kuantitas bersifat
hubungan satu-satu (one to one relations). Sedangkan permintaan (demand) adalah "jumlah
barang dan jasa yang ingin diminta oleh konsumen pada setiap tingkat harga selama periode
waktu tertentu pada suatu daerah (geografis) tertentu". Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa
permintaan merupakan kumpulan dari quantity demanded. Dengan kata lain, demand curve
akan berisi titik-titik quantity demanded.
 Faktor-faktor Penentu Permintaan
Berapa banyak dan jasa yang ingin diminta oleh konsumen tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
harga saja, melainkan juga oleh beberapa faktor lain.
Faktor-faktor penentu permintaan adalah:
a) Harga barang itu sendiri
b) Harga barang lain yang terkait
c) Tingkat pendapatan per kapita
d) Selera atau kebiasaan
e) Jumlah penduduk
f) Perkiraan harga dimasa mendatang
g) Distribusi pendapatan
h) Usaha usaha produsen meningkatkan penjualan
b. Penawaran (Supply)
Analogi dengan konsep permintaan (demand) maka dalam memahami penawaran (supply) harus
diingat dua konsep yang saling berkaitan, yaitu jumlah yang ditawarkan (quantity supplied) dan
penawaran (supply).
 Quantity Supplied (Qs) dan Supply (S)
Jumlah yang ditawarkan (quantity supplied) adalah “jumlah barang dan jasa yang ingin
ditawarkan oleh produsen pada tingkat harga tertentu”. Sedangkan penawaran (supplied) adalah
"jumlah barang dan jasa yang ingin ditawarkan oleh produsen pada setiap tingkat harga selama
periode waktu tertentu pada suatu daerah (geografis) tertentu"
 Faktor-faktor Penentu Penawaran
Berapa banyak barang dan jasa yang ingin ditawarkan oleh produsen tidak hanya dipengaruhi
oleh faktor harga saja, melainkan juga oleh beberapa faktor lain. Faktor-faktor penentu
penawaran adalah:
1) Harga barang itu sendiri
2) Harga faktor produksi
3) Teknologi produksi
4) Jumlah pedagang/penjual
5) Kebijakan pemerintah
 Penentuan Harga Keseimbangan
Harga keseimbangan adalah harga dimana baik konsumen maupun produsen sama-sama tidak
ingin menambah atau mengurangi jumlah yang dikonsumsi dan dijual. Atau dengan kata lain,
jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan (Qd=Qs). Jika harga dibawah harga
keseimbangan, terjadi kelebihan permintaan (excess demand). Sebab jumlah yang diminta akan
meningkat, dan sedangkan jumlah yang ditawarkan menjadi berkurang. Sebaliknya jika harga
melebihi harga keseimbangan, terjadi kelebihan penawaran, dimana jumlah yang ditawarkan
meningkat, jumlah yang diminta menurun.

3. METODE PENDEKATAN RULE OF REASON


 Pendekatan rule of reason adalah suatu pendekatan yang digunakan oleh lembaga otoritas persaingan
usaha untuk membuat evaluasi mengenai akibat perjanjian atau kegiatan usaha tertentu, guna
menentukan apakah suatu perjanjian atau kegiatan tersebut bersifat menghambat atau mendukung
persaingan kegiatan yang dianggap sebagai per se illegal biasanya meliputi penetapan harga secara
kolusif atas produk tertentu, serta pengaturan harga penjualan kembali.
 Pendekatan rule of reason adalah kebalikan per se illegal. Dalam pendekatan ini hukuman terhadap
perbuatan yang dituduhkan melanggar hukum persaingan harus mempertimbangkan situasi dan kondisi
kasus. Karenanya, perbuatan yang dituduhkan tersebut harus diteliti lebih dahulu, apakah perbuatan itu
telah membatasi persaingan secara tidak patut. Untuk itu, disyaratkan bahwa penggugat dapat
menunjukkan akibat yang ditimbulkan dari perjanjian, kegiatan, dan posisi dominan yang telah
menghambat persaingan atau menyebabkan kerugian.
 Dengan kata lain, teori rule of reason mengharuskan pembuktian, mengevaluasi mengenai akibat
perjanjian, kegiatan, atau posisi dominan tertentu guna menentukan apakah perjanjian atau kegiatan
tersebut menghambat atau mendukung persaingan. "Dalam melakukan pembuktian harus melihat
seberapa jauh tindakan yang merupakan antipersaingan tersebut berakibat kepada pengekangan
persaingan di pasar. Dalam teori rule of reason sebuah tindakan tidak secara otomatis dilarang, meskipun
perbuatan yang dituduhkan tersebut kenyataannya terbukti telah dilakukan. Dengan demikian,
pendekatan ini memungkinkan pengadilan untuk melakukan interpretasi terhadap Undang-Undang dan
juga interpretasi pasar.
 Hambatan persaingan usaha yang berkaitan dengan perjanjian tujuan utamanya tidak terkena penerapan
ketentuan hukum antimonopoli, atau perjanjian yang disertai manfaat pro persaingan yang mengimbangi
kerugian terhadap persaingan usaha yang terjadi, serta perlu untuk mencapai keuntungan pro persaingan
tersebut (reasonably necessary restraints), harus dikecualikan dari larangan kolusif. Penerapan asas ini
didasarkan pada hukum sebab akibat, di mana tindakan pelaku usaha secara langsung maupun tidak
langsung telah berakibat merugikan pelaku usaha lainnya dan/atau masyarakat konsumen pada
umumnya. Selain bersifat antipersaingan, juga mempunyai alasan pembenaran yang menguntungkan dari
pertimbangan social, keadilan maupun efek yang ditimbulkannya serta juga unsur maksud (intent).
 Dengan asas rule of reasonini dapat diketahui akibat yang tercipta karena tindakan atau perjanjian yang
mengakibatkan persaingan tidak sehat dan praktik monopoli sehingga merugikan pihak lain. Dalam
substansi UU No. 5 Tahun 1999 umumnya mayoritas menggunakan pendekatan rule of reason.
Penggunaan rule of reason tergambar dalam konteks kalimat yang membuka alternatif interpretasi bahwa
tindakan tersebut harus dibuktikan dulu akibatnya secara keseluruhan dengan memenuhi unsur-unsur
yang ditentukan dalam Undang-undang apakah telah mengakibatkan terjadinya praktik monopoli ataupun
praktik persaingan tidak sehat. Untuk melihat atau membuktikan bahwa telah terjadi persekongkolan yang
menghambat perdagangan atau persaingan dapat dilihat dari kondisi yang ada. Alasan (reason) yang sah
untuk melarang suatu perjanjian atau kegiatan berbeda-beda antar satu negara dengan negara lainnya
tergantung dari tujuan hukum persaingan yang berlaku. Apabila tujuannya adalah tercapainya efisiensi
(ekonomi) seperti di Amerika Serikat, maka praktik bisnisnya misalnya integrasi vertikal tidak akan
dilarang apabila integrasi tersebut terbukti menghasilkan produk yang lebih efisien ketimbang tidak
terintegrasi. Demikian juga apabila hukum persaingan yang berlaku di suatu negara mempunyai tujuan
nonekonomi, maka alasan (reason) non-ekonomi dapat digunakan dalam melarang suatu kegiatan usaha.
Alasan nonekonomi tentu saja berbeda-beda antara satu negara dengan negara lain tergantung pada
tujuan pembangunan ekonominya.
 Dalam Undang-Undang No. 5 1999 rule of reasonini menyiratkan bahwa perlu penelitian yang mendalam
tentang suatu kegiatan apakah berdampak terjadinya praktik monopoli. Namun belum seluruh pasal
Undang-Undang dapat mengklarifikasikan secara jelas kegiatan yang termasuk dalam per se dan rule of
reason. karenanya ada beberapa pasal yang berada di antara keduanya (per se dan rule of reason)
sebagai berikut.
 PENTINGNYA PENDEKATAN-PENDEKATAN RULE OF REASON dalam persaingan usaha, antara lain:
a. Pendekatan rule of reason adalah suatu pendekatan yang digunakan oleh lembaga otoritas
persaingan usaha untuk membuat evaluasi mengenai akibat perjanjian atau kegiatan usaha tertentu,
guna menentukan apakah suatu perjanjian atau kegiatan tersebut bersifat menghambat atau
mendukung persaingan.
b. Pendekatan ini memungkinkan pengadilan melakukan interpretasi terhadap UU seperti
mempertimbangkan faktor-faktor kompetitif dan menetapkan layak atau tidaknya suatu hambatan
perdagangan. Hal ini disebabkan karena perjanjian-perjanjian maupun kegiatan usaha yang termasuk
dalam UU Antimonopoli tidak semuanya dapat menimbulkan praktek monopoli atau persaingan usaha
tidak sehat atau merugikan masyarakat. Sebaliknya, perjanjian-perjanjian maupun kegiatan-kegiatan
tersebut dapat juga menimbulkan dinamika persainga usaha yang sehat. Oleh karenanya,
pendekatan ini digunakan sebagai penyaring untuk menentukan apakah mereka menimbulkan
praktek monopoli atau persaingan usaha yang tidak sehat atau tidak.
 Penerapan rule of reason tidak hanya diperlukan pengetahuan ilmu hukum, tetapi juga penguasaan
terhadap ilmu ekonomi. Dengan perkataan lain, melalui pendekatan rule of reason, apabila suatu
perbuatan yang dituduhkan melanggar hukum persaingan, maka pencari fakta harus mempertimbangkan
dan menentukan apakah perbuatan tersebut menghambat persaingan, dan apakah perbuatan itu tidak
adil atau mempunyai pertimbangan lainnya. Dapat dikatakan bahwa rule of reason lebih memfokuskan
kepada melihat akibat yang dimunculkan dari suatu perbuatan yang dilakukan. Pertimbangan atau
argumentasi yang perlu dipertimbangkan antara lain pada aspek ekonomi, keadilan, efisiensi,
perlindungan terhadap golongan ekonomi tertentu, dan fairness. Dengan demikian, hukum anti monopoli
dan persaingan usaha ini memiliki karakter unik dengan lebih memfokuskan pada pendekatan ekonomi
dalam penyelesaian sengketanya. Hakim harus dapat menganalisis berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi keseimbangan pasar untuk menghasilkan putusan yang dirasakan adil oleh masyarakat
(Susanti Adi Nugroho 2012:712).
 Pendekatan rule of reason sebagai suatu pendekatan dalam hukum persaingan usaha juga memiliki
kelebihan dan kelemahan sebagaimana pendekatan per se illegal, adapun kelebihan dan kelemahan
pendekatan rule of reason menurut Arie Siswanto dalam Susanti Adi Nugroho (2012:712), kelebihannya :
1) Pertama dalam penerapannya menggunakan analisis ekonomi untuk mencapai efisiensi guna
mengetahui dengan pasti, yaitu apakah suatu tindakan pelaku usaha memiliki implikasi kepada
persaingan.
2) Kedua, dapat dengan akurat dari sudut efisiensi menetapkan apakah suatu tindakan pelaku usaha
menghambat persaingan.
Adapun kelemahannya :
1) Pertama, penilaian yang akurat tersebut bisa menimbulkan perbedaan hasil analisis yang
mendatangkan ketidakpastian.
2) Kedua, dalam penerapan rule of reason penyelidikan akan memakan waktu yang lama dan
memerlukan pengetahuan ekonomi. Jadi untuk menerapkan prinsip rule of reason yang diperlukan
tidak hanya pengetahuan ilmu hukum, tetapi juga penguasaan ilmu ekonomi dan dampaknya
terhadap pasar, karena dalam banyak kasus bukan tidak mungkin perbuatan yang dilakukan oleh
pelaku usaha itu secara ekonomi masih dapat dibenarkan.

Anda mungkin juga menyukai