Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

“ETNOFARMASI”

DISUSUN OLEH:

NAMA : Alvian Oktavianus


STAMBUK : G 701 17 192
KELAS :A

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
1. Bedakan Pengertian dari pengertian etnofarmasi, etnomedicin, etnofarmakologi,
etnofarmasetika, etnobotani, etnozoologi, etnofarmakognosi, etnografika dan
antropologi medic

a. Menurut Moektiwardoyo (2014: 1) etnofarmasi adalah bagian dari ilmu farmasi


yang mempelajari penggunaan obat dan cara pengobatan yang dilakukan oleh
etnik dan suku bangsa tertentu. Etnofarmasi merupakan bagian dari ilmu
pengobatan masyarakat tradisional yang seringkali terbukti secara empiris dan
setelah melalui pembuktian-pembuktian ilmiah dapat ditemukan atau
dikembangkan senyawa obat baru. Etnofarmasi melibatkan kajian pengenalan,
pengelompokan, dan pengetahuan darimana obat tersebut dihasilkan (etnobiologi),
preparasi sediaan obat (etnofarmasetik), aplikasi sediaan obat (etnofarmakologi),
dan aspek sosial dari penggunaan pengetahuan perobatan dalam etnis tersebut
(etnomedisin). Dalam penelitian etnofarmasi, yang menjadi objek utama
penelitian adalah sebuah komunitas yang terisolasi untuk menemukan kembali
resep tradisional komunitas tersebut dan mencoba melakukan evaluasi secara
biologis maupun kultural (Pieroni et al., 2002: 218).

b. Sedangkan Etnomedisin adalah cabang antropologi medis yang membahas tentang


asal mula penyakit, sebab-sebab dan cara pengobatan menurut kelompok
masyarakat tertentu. Aspek etnomedisin merupakan aspek yang muncul seiring
perkembangan kebudayaan manusia dibidang antropologi medis, etnomedisin
memunculkan terminologi yang beragam (Foster dan Anderson, 1986: 62).
Menurut Quinlan (2011: 381) etnomedisin meliputi bagaimana manusia berfikir
dan bagaimana manusia melakukan tindakan untuk kesejahteraan dan pengobatan
mereka. Setiap kelompok masyarakat memiliki gaya pengobatan atau kebudayaan
pengobatan masing-masing. Etnomedisin meliputi kepercayaan mengenai
hubungan antara tubuh dengan penyakit, bersama dengan norma sosial,
memunculkan kebiasaan yang berkenaan dengan kapan, kenapa, dan siapa yang
harus dicari untuk memberikan bantuan.

c. Ditinjau dari definisi permulaan, etnofarmakologi dapat didefinisikan sebagai


multidisiplin ilmu yang mempelajari komponen aktif biologi yang digunakan
dalam pengobatan tradisional. Etnofarmakologi didefinisikan pula sebagai studi
ilmiah yang menghubungkan suatu kelompok etnik, kesehatan mereka, dan
bagaimana kebiasaan ini terkait dengan kondisi fisik dan metode dalam membuat
dan menggunakan obat. Banyak obat yang tergabung dalam Farmakope
Internasional berasal dari penelitian etnofarmakologi dan pengobatan tradisional.
Tradisi pengobatan tradisional dapat menawarkan sebuah pendekatan yang ebih
menyeluruh untuk desain obat dan target dalam analisis ilmiah. Dalam
prakteknya, penelitian etnofarmakologi meliputi wawancara terhadap penyembuh,
menginterpretasikan terminologi tradisional kedalam pendampingan modern,
menguji pasien yang mengkonsumsi herbal penyembuh, dan mengidentifikasi
penyakit dimana herbal penyembuh tersebut digunakan (Saroya, 2011: 26-28).

d. Etnofarmasetika adalah pengetahuan etnis tentang bagaimana masyarakat


tradisional mempersiapkan obat dari bahan alam untuk keperluan pengobatan.
Dalam etnofarmasetika ini juga tercakup teknik-teknik pembuatan sediaan obat
yang digunakan untuk pengobatan jangka panjang maupun untuk keperluan satu
kali penggunaan. Etnofarmasetika yang dikenal umumnya berupa sediaan obat
minum yang berbentuk jamu godogan, dan sediaan obat luar dalam bentuk param
kocok, bedak, atau tapel. Sediaan etnofarmasetika obat minum umumnya
disiapkan dalam bentuk godogan yang hingga sekarang masih eksis dan dikenal
dengan sebutan jamu gendong. Sedangkan sediaan etnofarmasetika obat luar yang
berupa param kocok biasanya dibuat dengan cara menumbuk bahan dengaN
sejumlah air, kemudian dimasukkan ke dalam botol dan digunakan dengan cara
dibalurkan. Bedak dsiapkan dengan cara menumbuk halus bahan-bahan kering
dan dicampur homogen, bila perlu disaring dengan kain. Sedangkan tapel
disiapkan dengan cara menumbuk halus bahan, dicampur dengan air, dibuat pasta,
dibentuk menjadi tapel dan dikeringkan (Moektiwardoyo, 2014: 14-16).

e. Etnobotani adalah bidang studi yang menganalisis pemakaian material tumbuhan


oleh penduduk asli (indigenous people) bersama konteks budaya dimana
tumbuhan tersebut digunakan (Balick and Cox, 1996: 3). Ditinjau dari asal
katanya, etnobotani berasal dari dua kata yaitu : etno (manusia) dan botani
(pengetahuan tentang tumbuhan). Etnobotani mempelajari bagaimana manusia
yang merupakan bagian dari kebudayaan dan suatu wilayah menggunakan
tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar mereka. Penggunaannya dapat berupa
sebagai makanan, obat, bahan bakar, tempat berlindung, dan dalam banyak
budaya digunakan dalam ritual keagamaan (Young, 2007: 4).

f. Etnozoologi fokus terhadap hubungan langsung antara binatang dengan umat


manusia. Etnozoologi didefinisikan sebagai cabang dari ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan peran penting binatang dalam kehidupan dan aspek sosial-
budaya dari suatu suku. Aspek yang paling penting dalam konteks ini terletak
pada cara tradisional dari berbagai jenis pengobatan penyakit dengan
menggunakan binatang dan atau produk dari binatang di komunitas tertentu (Jamir
and Lal, 2005: 100).

g. Etnofarmakognosi adalah pengetahuan etnik yang mencakup tentang penggunaan


tumbuhan untuk obat dan pengobatan. Etnofarmakognosi sangat berkaitan erat
dengan etnobotani, antropologi, serta obat dan pengobatan tradisional
Etnofarmakognosi mempertimbangkan rentang yang luas dari produk alami yang
digunakan sebagai agen terapeutik, untuk tujuan pengobatan, sebagai 12 obat
pembantu, agen biologis dan racun. Etnofarmakognosi berkaitan dengan sejarah,
nilai ekonomi dan komersial dari pembuatan substansi alami yang memberikan
efek pada kesehatan manusia (Moektiwardoyo, 2014: 14 dan Saroya, 2011: 26-
28).

h. Etnografika yaitu kumpulan benda-benda ahasil budaya suku-suku bangsa


dimasing-masing daerah
i. Antropologi medis merupakan subdisiplin yang sekarang paling populis di
Amerika Serikat, bahkan tumbuh pesat di mana-mana. Antropologi medis ini
banyak membahas hubungan antara penyakit dan kebudayaan yang tampak
mempengaruhi evolusi manusia, terutama berdasarkan hasil hasial penemuan
paleopatologi (Foster dan Anderson, 1986: vi). Antropologi Medic yaitu studi
tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang
penyakit dan kesehatan (Solita Sarwono, 1993). Definisi yang dibuat Solita ini
masih sangat sempit karena antropologi sendiri tidak terbatas hanya melihat
penghayatan masyarakat dan pengaruh unsur budaya saja. Antropologi lebih luas
lagi kajiannya dari itu seperti Koentjaraningrat mengatakan bahwa ilmu
antropologi mempelajari manusia dari aspek fisik, sosial, budaya (1984;76).
2. Jelaskan masing-masing 5 penyakit degeneratif, preventif, promotif, berikan
definisi operasional masing-masing penyakit sesuai ristoja 2017, beserta
resep/ramuan pengobatan dan senyawa kimia yang dikandung masing-masing
tumbuhan dalam ramuan pengobatan.
a. Penyakit degeneratif Menurut ristoja 2017
1) Hipertensi
Definisis operasional nya yaitu kondisi seseorang yang memiliki tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90mmHg atau
keduanya.
2) Asam Urat
suatu kondisi medis dimana terjadi gangguan metabolisme asam urat di dalam
tubuh. Akibatnya terjadi peningkatan kadar asam urat dalam tubuh. Kristal
asam urat yang berlebihan akan menumpuk di jaringan tubuh dan
menyebabkan inflamasi (peradangan) pada persendian (artritis).

3) Diabetes
Diabetes adalah salah satu penyakit degeneratif atau kronis yang berlangsung
jangka panjang yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah hingga
di atas nilai normal.
4) Rematik
Rematik adalah penyakit yang menimbulkan rasa sakit akibat otot atau
persendian yang mengalami peradangan dan pembengkakan. Rematik terdiri
atas berbagai jenis dan bisa menjangkiti persendian mana pun pada tubuh.
5) Sakit Pinggang
Sakit pinggang merupakan rasa nyeri yang muncul pada bagian panggul dan
daerah perut dibawah pusar Penyebab sakit pinggang lainnya adalah: Adanya
saraf yang terjepit; Gangguan pada sendi, misalnya penyakit osteoartritis;
Gangguan kelengkungan tulang.
b. Preventif
Pola hidup sehat:
1) Kurangi konsumsi gula berlebih
2) Hindari merokok
3) Tidak mengkonsumsi garam berlebih
4) Rajin Olahraga
5) Tidak mengkonsumsi alkohol
6) Istirahat yang cukup
7) Pemeriksaan kesehatan secara berkala

c. Promotif
1) Sosialisasi pencegahan penyakit degeneratif
2) Pemberian alternatif pelayanan kesehatan tradisional
3) Sosialisasi pengobatan pernyakit degeneratif
4) Sosialisasi faktor resiko penyakit degeneratif
d. Resep/ramuan pengobatan
1) Hipertensi
Buah nanas diparut lalu disaring airnya diminum. Timun diparut ditambahkan
garam disaring lalu airnya diminum. Rebus daun mahkota dewa disaring
airnya diminum.
2) Asam Urat
Kelapa tua dibakar lalu ambil airnya tambahkan madu diaduk lalu diminum.
3) Diabetes
Rebus daun jambu biji atau daun sirsak lalu airnya diminum. Daun kemangi
digiling halus atau dijus lalu diminum.
4) Rematik
Tumbuk kasar daun papitis direbus lalu diminum. Rimpang bangle diparut
sampai halus kemudian ditempelkan.
5) Sakit Pinggang
Daun kumis kucing direbus dengan air secukupnya disaring lalu diminum.
e. Senyawa kimia masing-masing tumbuhan dalam ramuan pengobatan
1) Mentimun
Asam askorbat dan asam caffeic yang hadir dalam mentimun dapat
menurunkan tingkat retensi air, sehingga dapat menurunkan tekanan darah.

2) Daun Kemangi
Kandungan kimia yang terkandung yaitu tanin (4,6%), flavonoid,
steroid/triterpenoid, minyak atsiri (2%), asam heksauronat, pentosa, xilosa,
asam metil homoanisat, molludistin serta asam ursolat (Peter, 2002 dan
Meyer, et al., 1982), flavonoid pada daun kemangi yaitu apigenin yang
merupakan golongan flavon.
3) Daun Jambu Biji
Daun jambu biji (Psidium guajava L) mengandung berbagai senyawa
metabolit sekunder antara lain tanin, minyak atsiri, flavonoid, dan saponin.
Senyawa-senyawa tersebut berpotensi sebagai antidiabetes.
4) Rimpang Bangle
Rimpang bangle mengandung minyak atsiri (sineol, pinen), damar, pati,
tannin, saponin, flavonoid, triterpenoid, steroid, alkaloid, dan glikosida
(Padmasari,dkk. 2013)
5) Daun Kumis Kucing
Kumis kucing (Orthosiphon aristatus) mengandung orthosiphon glukosa,
minyak atsiri, saponin, polifenol, flavonoid, sapofonin, garam kalium dan
myonositol yang dapat meredakan sakit pinggang(Kannappan et al., 2010).

3. Jelaskan tentang penelitian kualitatif terkait dengan pengumpulan data, reduksi


data dan kategorisasi data, penarikan kesimpulan.
1) Menurut Creswell (2008) mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai
suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu
gejala sentral. Untuk mengerti gejala sentral tersebut, peneliti mewawancarai
peserta penelitian atau partisipan dengan mengajukan pertanyaan yang umum dan
agak luas. Informasi kemudian dikumpulkan yang berupa kata maupun teks.
Kumpulan informasi tersebut kemudian dianalisis. Dari hasil analisis peneliti
kemudian menjabarkan dengan penelitian-penelitian ilmuwan lain yang dibuat
sebelumnya. Hasil akhir penelitian kualitatif dituangkan dalam bentuk laporan
tertulis.
2) Prosedur penelitian kualitatif
Menurut Sugiyono (2007), terdapat tiga tahap utama dalam penelitian kualitatif,
yaitu:
a) Tahap deskripsi atau tahap orientasi. Pada tahap ini, peneliti mendeskripsikan
apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Peneliti baru mendata sepintas
tentang informasi yang diperolehnya.

b) Tahap reduksi. Pada tahap ini, peneliti mereduksi segala informasi yang
diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu. 
c) Tahap seleksi. Pada tahap ini, peneliti menguraikan fokus yang telah
ditetapkan menjadi lebih rinci kemudian melakukan analisis secara mendalam
tentang fokus masalah. Hasilnya adalah tema yang dikonstruksi berdasarkan
data yang diperoleh menjadi suatu pengetahuan, hipotesis, bahkan teori baru.

Menurut Sudjana (2000), berdasarkan tiga tahap tersebut, selanjutnya dapat


dijabarkan dalam tujuh langkah penelitian kualitatif, yaitu:
a) Mengidentifikasi masalah 
Suatu masalah merupakan suatu keadaan yang menyebabkan seseorang
bertanya-tanya, berpikir, dan berupaya menemukan kebenaran yang ada.
Fenomena masalah tersebut terjadi karena adanya sesuatu yang diharapkan,
dipikirkan, dirasakan tidak sama dengan kenyataan, sehingga timbul
pertanyaan yang menantang untuk ditemukan jawabannya. Atas dasar prinsip
masalah tersebut, dalam mengidentifikasi masalah dapat muncul pertanyaan
yang terkait dengan apakah, mengapa, dan bagaimana. Di dalam penelitian
sebaiknya seorang peneliti melakukan identifikasi masalah dengan
mengungkapkan semua permasalahan yang terkait dengan bidang yang akan
ditelitinya.

b) Pembatasan masalah 
Dalam penelitian kualitatif sering disebut fokus penelitian. Sejumlah masalah
yang diidentifikasi dikaji dan dipertimbangkan apakah perlu direduksi atau
tidak. Pertimbangannya antara lain atas dasar keluasan lingkup kajian.
Pembatasan masalah merupakan langkah penting dalam menentukan kegiatan
penelitian. Pembatasan masalah dapat dilakukan dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan antara lain:

 Dapatkah masalah tersebut dikembangkan untuk diteliti?


 Adakah data atau informasi yang dapat dikumpulkan untuk menemukan
jawaban atas masalah yang dipilih?
 Apakah masalah dan pemecahannya cukup bermanfaat?
 Apakah masalah tersebut baru dan aktual?
 Sudah adakah orang yang melakukan pemecahan masalah tersebut? 
 Apakah masalah tersebut layak diteliti dengan melihat kemampuan
peneliti, akses memperoleh informasi, serta ketersediaan dana dan waktu?

c) Penetapan fokus penelitian 


Penetapan fokus berarti membatasi kajian. Dengan menetapkan fokus masalah
berarti peneliti telah melakukan pembatasan bidang kajian, yang berarti pula
membatasi bidang temuan. Menetapkan fokus berarti menetapkan kriteria data
penelitian. Peneliti dapat mereduksi data yang tidak relevan dengan fokus
penelitian. Sebagai catatan bahwa dalam penelitian kualitatif dapat terjadi
penetapan fokus penelitian baru dilakukan dan dipastikan pada saat peneliti
berada di lapangan. Hal itu dapat terjadi bila fokus masalah yang telah
dirumuskan secara baik, namun setelah di lapangan tidak mungkin dilakukan
penelitian sehingga diubah, diganti, disempurnakan atau dialihkan. Peneliti
memiliki peluang untuk menyempurnakan, mengubah, atau menambah fokus
penelitian.

d) Pengumpulan data 
Pada tahap ini yang perlu dipenuhi antara lain rancangan atau skenario
penelitian, memilih dan menetapkan seting (latar) penelitian, mengurus
perijinan, memilih dan menetapkan informan (sumber data), menetapkan
strategi dan teknik pengumpulan data, serta menyiapkan sarana dan prasarana
penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menemui sumber data. Hal-
hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pengumpulan data adalah
menciptakan hubungan yang baik antara peneliti dengan sumber data. Hal ini
terkait dengan teknik pengumpulan data yang akan digunakan, misalnya
observasi, wawancara atau pengamatan.
e) Pengolahan dan pemaknaan data 
Analisis data kualitatif yang meliputi pengolahan dan pemaknaan data dimulai
sejak peneliti memasuki lapangan. Selanjutnya, hal yang sama dilakukan
secara kontinyu pada saat pengumpulan sampai akhir kegiatan pengumpulan
data secara berulang sampai data jenuh (tidak diperoleh lagi informasi baru).
Dalam hal ini, hasil analisis dan pemaknaan data akan berkembang, berubah,
dan bergeser sesuai perkembangan dan perubahan data yang ditemukan di
lapangan.
f) Pemunculan teori 
Peran teori dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif.
Dalam penelitian kualitatif, teori tidak dimanfaatkan untuk membangun
kerangka pikir dalam menyusun hipotesis. Penelitian kualitatif bekerja secara
induktif dalam rangka menemukan hipotesis. Teori berfungsi sebagai alat dan
berfungsi sebagai fungsi tujuan. Teori sebagai alat dimaksudkan bahwa
dengan teori yang ada peneliti dapat melengkapi dan menyediakan keterangan
terhadap fenomena yang ditemui. Teori sebagai tujuan mengandung makna
bahwa temuan penelitian dapat dijadikan suatu teori baru.
g) Pelaporan hasil penelitian 
Laporan hasil penelitian merupakan bentuk pertanggungjawaban peneliti
setelah melakukan kegiatan pengumpulan data penelitian dinyatakan selesai.
Dalam konteks yang seperti ini, pelaporan hasil penelitian secara tertulis
memiliki nilai guna setidaknya dalam empat hal, yaitu:

 Sebagai kelengkapan proses penelitian yang harus dipenuhi oleh para


peneliti dalam setiap kegiatan penelitian.
 Sebagai hasil nyata peneliti dalam merealisasi kajian ilmiah.
 Sebagai dokumen autentik suatu kegiatan ilmiah yang dapat
dikomunikasikan kepada masyarakat ataupun sesama peneliti.
 Sebagai hasil karya nyata yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan
bergantung pada kepentingan peneliti.
DAFTAR PUSTAKA

Aditya Surya. (2020). Pengantar Antropologi Kesehatan. Malang: CV. Literasi


Nusantara Abadi.

Creswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design, Choosing Among Five
Traditions. California: Sage Publication.

Foster, G.M. dan Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan (terjemahan) . Jakarta: UI Press.

Jamir, N.S. and Lal, P. (2005). Ethnozoological practices among Naga tribes. Indian Journal
of Traditional Knowledge, 4(1): 100-104.

Moektiwardoyo, M. (2014). Etnofarmasi. Deepublish, Yogyakarta.

Padmasari, P.D.; Astuti, K.W.; Warditiani, N.K. Skrining Fitokimia Ekstrak etranol 70%
Rimpang BANGLE (Zingiber purpureum Roxb.). Jurnal Farmasi Udayana, [S.l.], dec.
2013. ISSN 2622-4607.

Pieroni, A., Quave, C., Nebel, S., and Heinrich,M. (2002). Ethnopharmacy of the ethnic
Albanians (Arbёreshё) of northern Basilicata, Italy. Fitoterapia 73:217-241.
Quinlan, M.B. (2011). Ethnomedicine, In : Singer, M. and Erickson, P.I. (editors). A
Companion Medical Anthropology. A John Wiley& Sons Publication, United
Kingdom. Hal.381

Ristoja. (2017). Rekrutmen Tim Riset Tanaman Obat Dan Jamu EKSPLORASI
PENGETAHUAN LOKAL ETNOMEDISIN DAN TUMBUHAN OBAT BERBASIS
KOMUNITAS DI INDONESIA. Jember: Universitas Jember.

Saroya, A.S. (2011). Herbalism, Phytochemistry and Ethnopharmacology. Science Publisher,


Punjab.

Sudjana. 200. Metode Statistika. Bandung: Transito.


Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Young, K.J. (2007). The Green World Ethnobotany. Chelsea House, New York.

Anda mungkin juga menyukai