Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH 3

DIABETES MELITUS

Disusun oleh :

Nama : Rizky Putri Agustina

NIM : A12019085

Kelas : 2C

Prodi : Keperawatan Program Sarjana

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

2021
A. DEFINISI
Diabetes Mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya.
Menurut American Diabetes Association (2015), diabetes merupakan suatu
penyakit kronis kompleks yang membutuhkan perawatan medis yang lama atau terus
menerus dengan cara mengendalikan kadar gula darah untuk mengurangi risiko
mulfifaktoral.
Gangrene adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati
atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh
infeksi.
Gangrene kaki diabetic adalah luka yang merah kehitam-hitaman dan berbau
busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang dan besar di tungkai.
B. KLASIFIKASI
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert Committee
on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4 kategori utama
diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
1. Tipe I:

Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung insulin


(DMTI) Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta
dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun.
Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak
biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.

2. Tipe II:

Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes Mellitus tak


tergantung insulin (DMTTI). Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik
adalah tipe II.Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin
(resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan
pertama adalah dengan diit dan olahraga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap,
suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral
tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia
lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.

3. DM tipe lain

Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,


antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan endokrin.

4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)


Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes
Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu :
- Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
kelainan bentuk kaki seperti “claw, callus “.
- Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
- Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
- Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
- Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
- Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi dua
golongan : 1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati
(arterosklerosis) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :
- Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
- Pada perabaan terasa dingin.
- Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
- Didapatkan ulkus sampai gangren.
2. Kaki Diabetik akibat Neuropati (KDN)
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi. Klinis
di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi
pembuluh darah kaki teraba baik.
C. ETIOLOGI
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA
(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes
Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang
kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja
insulin.Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja
insulin.Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel
tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa
menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan
insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat
reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan
abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. [ CITATION
Syu15 \l 1033 ]
Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan
meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi
memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price, 1995 cit Indriastuti 2008). Diabetes
Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non
Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok
heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang
dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak. Faktor risiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik

Gangren Kaki Diabetik


Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetik dibagi menjadi
endogen dan faktor eksogen. [ CITATION Muh201 \l 1033 ]
Faktor endogen :
a. Genetik, metabolik
b. Angiopati diabetik
c. Neuropati diabetik
Faktor eksogen :
a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat
D. PATOFISIOLOGI
a) Diabetes mellitus tipe 1

DM tipe 1 adalah penyakit autoimun kronis yang berhubungan dengan kerusakan sel-
sel beta pada prankeas secara selektif. Onset penyakit secara klinis menandakan bahwa
kerusakan sel-sel beta telah mencapai status terakhir. Beberapa fitur mencirikan bahwa
diabetes tipe 1 merupakan penyakit autoimun. Ini termasuk :

1) Kehadiraan sel immune kompeten dan sel aksesori di pulau pancreas yang
diinfiltrasi
2) Asosiasi diri kerentanan terhadap penyakit dengan kelas II (respon imun) gen
mayor histokompatibilitas kompleks (MHC, leukosit manusia antigen HLA)
3) Kehadiran autoantibodies yang spesifik terhadap sel Islet of Lengerhans
4) Perubahan pada immunoregulasi sel-mediated T, khususnya di CD4 +
Kompartemen
b) Diabetes mellitus tipe 2

Diabetes mellitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya seksresi imun, namun
karena sel-sel sasaran insulin tidak mampu merespon insulin secara manual. Keadaan ini
disebut resistensi insulin. Resistensi insulin terjadi akibat dari obesitas dan kurangnya
aktivitas fisik serta penuaan. Penderita DM tipe 2 dapat terjadi produksi glukosa hipatic
yang berlebihan namun tidak terjadi perusakan sl-sel beta Langerhans secara autoimun
DM tipe 2. Defisiensi fungsi insulin DM tipe 2 bersifat relative dan tidak abolut.

Pada awal perkembangan diabetes mellitus tipe 2, sel B menunjukan gangguan


pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi
resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan selanjutnya
akan terjadi kerusakan sel-sel B pancreas. Kerusakan sel-sel B pancreas akan terjadi
secara progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin. [ CITATION Reg19 \l 1033 ]

Gangren Kaki Diabetik

Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat


hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan
jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan
ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian
dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan
tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan
fungsi.
2. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua protein,
terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein
membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro
vaskular.

Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor – faktor disebutkan
dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati
dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati
perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan
sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga
akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki
gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga
merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan
menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada
pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah
ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang lain dapat
berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki
menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya
penurunan asupan nutrisi, oksigen (zat asam) serta antibiotika sehingga menyebabkan
luka sulit sembuh (Levin, 1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai
KD akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan
infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Diabetes Tipe I
- Hiperglikemia berpuasa - glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia -
keletihan dan kelemahan - ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah,
hiperventilasi, nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
- Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif - gejala seringkali ringan
mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria, polidipsia, - luka pada kulit yang
sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur - komplikasi jangka panjang
(retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2 jam
setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan
semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi (Tipe II)
10.Urine: gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi luka

G. TANDA DAN GEJALA


1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula
banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien
banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh
darah.

4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.


Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan
protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah
cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak
sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus
5. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas poliol (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa,
sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

H. PENATALAKSANAAN
Ada 5 pilar dalam penanganan penderita Diabetes mellitus :
1. Diet
Perbedaan antara diet diabetes dengan makan biasa adalah bahwa diet ini
memiliki 3 prinsip yang diistilahkan dengan 3 J :
1. Tepat Jenis
Maksudnya jenis makanan yang dikonsumsi harus sesuai dengan anjuran yang diberikan
oleh dokter atau ahli gizi.
2. Tepat jumlah
Artinya jumlah makanan yang dikonsumsi atau dimakan harus sesuai dengan kebutuhan
yang telah ditentukan oleh dokter atau ahli gizi.
3. Tepat jadwal
Adalah diet diabetes diberikan dengan 3 kali makan utama dan 3 kali selingan dengan
interval 3 jam.

2. Olah raga / latihan Fisik


Sangat penting dalam penatalaksanaan DM karena afeknya dapat menurunkan kadar
glukosa darah dan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan
kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian insulin, sirkulasi darah dan tonus otot.
Latihan ini sangat bermanfaat pada pendrita diabetes karena dapat menurunkan BB,
mengurangi rasa stress dan mempertahankan kesegaran tubuh. Mengubah kadar lemak
darah yaitu meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL)-kolesterol dan
menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida.

3. Pengobatan
 Obat antidiabetik oral, dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
a. Pemicu Sekresi insulin :
- Sulfonilurea : Glibenklamid, Glikasid, Glikuidon, Glipisid, Glimepirid
Khlorpropamid.
- Glinid : Repaglinid, Nateglinid b. Penambah Sensitivitas Insulin : - Biguanid :
Metformin.
- Thiazolindindion : Pioglitazon, Rosiglitazon c. Penghambat alfa Glukosidase /
Acarbose d. Golongan Inkretin :
- Inkretin mimetik - Penghambat DPP IV : Vitagliptin, Sitagliptin.
 Insulin Indikasi pemberian insulin:
 1. DM tipe 1
 2. DM tipe 2, pada keadaan :
- Gagal dengan kombinasi OHO dodis hamper maksimal
- Stress berat ( infeksi sistemik, operasi berat, IMA, stroke )

3. Hiperglikemi berat disertai ketosis

4. Ketoasidosis diabetic

5. Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik

6. Hiperglikemi dengan sidosis laktat

7. Kehamilan dengan DM yang tidak terkendali dengan perencanaan makan


8. Gangguan fungsi hati atau ginjal yang berat

9. Kontra indikasi dan alergi terhadap OHO

Manfaat terapi insulin


1. Memperbaiki status metabolic dengan cepat terutama kadar glukosa darah
2. Perbaikan inflamasi
3. Memperbaiki luaran pada psien gawat darurat diruang intensif akibat kelainan
jantung atau stroke dan juga terbukti menurunkan angka kematian.
Cara penyimpanan insulin
Insulin harus disimpan sesuai dengan anjuran pabrik. Cara penyimpanan insulin adalah
- Insulin harus disimpan dalam lemari es pada suhu 2°C sampai 8°C. Insulin vial
Eli Lily yang sudah dipakai dapat disimpan selama 6 bulan atau 200 tusukan bila
di simpan dalam lemari es dan vial Novo Nordisk yang sudah dibuka, dapat
disimpan selama 90 hari.
- Insulin dapat disimpan pada suhu kamar dengan penyejuk 15°C sampai 20°C bila
vial akan digunakan dalam 1 bulan.
- Penfill regular dan pen yang disposable, dapat disimpan pada suhu kamar selama
30 hari sesudah tutupnya ditusuk. Penfill 30/70 dan NPH dapat disiman pada suhu
kamar selam 7 hari sesudah tutupnya ditusuk.
- Pasien dianjurkan untuk menulis tanggal pada vial ketika pertama kali di pakai.

Area/tempat penyuntikan insulin


Ada 4 daerah utama untuk penyuntikan insulin yaitu :
- Abdoment = Penyerapan cepat
- Lengan atas ( permukaan posterior ) = Penyerapan sedang
- Paha ( permukaan anterior ) = Penyerapan lambat
- Bokong = Penyerapan lambat

Penatalaksanaan diabetes mellitus dengan Gangren


Penyembuhan luka selalu terjadi melalui tahapan yang berurutan mulai dari
proses inflamasi, proliferasi, pematangan dan penutupan luka. Pada gangren tindakan
debridement yang baik sangat penting untuk mendapatkan hasil pengelolaan yang
memadai.
Prinsip dasar pengelolaan gangren diabetik adalah :
- Evaluasi keadaan luka dengan cermat :
a. Keadaan klinis luka
b. Dalamnya luka
c. Gambaran radiologi (adakah benda asing, osteomielitis, gas subkutis)
d. Lokasi luka
e. Vaskularisasi luka 
- Pengendalian keadaan metabolik sebaik – baiknya
- Debridement luka yang adekuat dan radikal, sampai bagian yang hidup
- Biakan kuman baik aerob maupun anaerob
- Antibiotik yang adekuat
- Perawatan luka yang baik, balutan yang memadai sesuai dengan keadaan luka
- Mengurangi edema
- Non weight bearing : tirah baring, tongkat penyangga, kursi roda, alas kaki
khusus, total contact casting
- Perbaikan sirkulasi – vasculer surgery
- Tindakan boleh rehabilitatif untuk memperbaiki kemungkinan dan kecepatan
penyembuhan
- Rehabilitasi
- Untuk neuropati berikan pyridoxine (vit b6) atau neurotrotopik lain
- Memperbaiki sirkulasi guna mengatasi angiopati dengan obat – obat anti platelet
agregasi (aspirin, diprydamol, atau pentoxyvilin)
Peran perawat dalam perawatan luka gangren adalah mencegah komplikasi akibat luka
gangren dengan menerapkan teknik aseptik pada tiap perawatan luka, selain itu perawat
harus mampu menjadi educator bagi pasien, dan memberi asuhan keperawatan secara
holistik. Komplikasi akibat gangren yakni :
1. Osteomyelitis
2. Sepsis
3. Kematian

Daftar Pustaka

Bibliography
BumQuerz, S. (2015). Laporan Penyakit Diabetes Mellitus. Retrieved from PDFCOFFEE: https
://pdfcoffee.com/laporan-pendahuluan-diabetes-melitus-pdf-free.html#Syukry+BumQuerz

Regina. (2019, november 02 ). LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS . Retrieved from SCRIBD:
https://id.sribd.com/document/433051582/Laporan-Pendahuluan-Diabetes-Melitus

Syamsu, M. N. (2020). laporan pendahuluan diabetes mellitus luka kaki diabetik. academia.edu.

Anda mungkin juga menyukai