Anda di halaman 1dari 8

SEMINAR NASIONAL PERTETA – FTIP UNPAD

“Penguatan Inovasi Berbasis Internet of Things Untuk Mendukung Pertanian 4.0”


Bandung, 9 – 10 Februari 2021

PERTUMBUHAN JAGUNG MANIS (ZEA MAYS SACCHARATA) DENGAN KOMBINASI PERLAKUAN


KONSERVASI PEMBERIAN MULSA DAN BAHAN ORGANIK
(Growth of Sweet Corn (Zea mays Saccharata) Using Conservation Treatment With Mulch
And Organic Materials)
Kharistya Amaru1*, Rizky Mulya Sampurno1, Yogina Lestari Ayu1, & Sarah Aiman Fakhirah1
1Program Studi Teknik Pertanian, FTIP, Universitas Padjadjaran
Jln. Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Jawa Barat, Indonesia
*Email: kharistya@unpad.ac.id

ABSTRAK

Lahan kering di Kabupaten Sumedang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan
budidaya. Salah satunya adalah budidaya tanaman jagung manis yang dimana pada satu tahun
terakhir mengalami penurunan dalam produktivitas. Pertumbuhan jagung manis dipengaruhi
oleh ketersediaan air didalam tanah, sehingga memerlukan upaya konservasi yang bertujuan
untuk menyediakan air yang cukup didalam tanah agar tanaman dapat tumbuh dengan optimal.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh serta kombinasi perlakuan konservasi
terbaik untuk tanaman jagung manis ditinjau melalu pengaruh antar variabel. Percobaan
dilakukan di Jatinagor dengan metode rancangan acak lengkap (RAL) dengan sepuluh perlakuan
berupa kombinasi antara mulsa dengan ketebalan 5, 7 dan 9 cm dengan pupuk kandang kambing
berdosis 10, 20, dan 30 ton/ha. Setiap perlakukan dilakukan perulangan sebanyak empat kali.
Data hasil berupa tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang dianalisis dengan Anova dan
Uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan pada selang kepercayaan 5%. Hasil
penelitian menunjukan bahwa penambahan mulsa jerami berpengaruh nyata terhadap
parameter pertumbuhan dibeberapa umur tanam, sedangkan pupuk kandang kambing tidak
berpengaruh nyata. Kombinasi penggunaan mulsa jerami dengan ketebalan 9 cm dan dosis pupuk
kandang sebesar 30 ton/ha memberikan hasil yang terbaik.

Kata kunci: jagung manis, konservasi pertanian, mulsa, pupuk kandang

ABSTRACT

The dry land in Sumedang Regency has the potential to be developed as a cultivation area. One of
them is the cultivation of sweet corn, which in the last one year has decreased in productivity. The
growth of sweet corn is influenced by the availability of water in the soil, so it requires conservation
efforts that aim to provide sufficient water in the soil so that plants can grow optimally. The
purpose of this study was to determine effect and the best combination of conservation
treatments for sweet corn in terms of the influence between variables. The experiment was carried
out in Jatinagor with a completely randomized design method (CRD) with ten treatments in the
form of a combination of mulch with a thickness of 5, 7 and 9 cm with goat manure with doses of
10, 20, and 30 tons/ha. Each treatment is repeated four times. Yield data in the form of plant
height, number of leaves and stem diameter were analyzed by ANOVA and Duncan Multiple Range
Test (DMRT) at 5% probability level. The results showed that the addition of straw mulch had a
significant effect on growth parameters at several planting ages, while goat manure had no
significant effect. The combination of using straw mulch with a thickness of 9 cm and a dose of
manure of 30 tons ha gave the best results.

Keywords: sweet corn, agriculture conservation, mulch, goat manure

ONLINE PRESENTATION PAPERS 219


SEMINAR NASIONAL PERTETA – FTIP UNPAD
“Penguatan Inovasi Berbasis Internet of Things Untuk Mendukung Pertanian 4.0”
Bandung, 9 – 10 Februari 2021

PENDAHULUAN

Lahan kering di Kabupaten Sumedang pada tahun 2017 memiliki luasan sebesar 6190 Ha,
yang dimana memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya. Tanaman
budidaya yang ditanam di lahan kering diantaranya adalah jagung. Berdasarkan data BPS pada
tahun 2019, salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Sumedang ini mengalami penurunan
dalam produktivitasnya. Salah satu parameter yang berperan dalam hasil produksi tanaman
adalah parameter pertumbuhan (Surtinah, 2017).
Pertumbuhan tanaman jagung, khususnya jagung manis dipengaruhi oleh ketersediaan air
di dalam tanah (Lorenza, 2016), sehingga memerlukan upaya konservasi yang bertujuan untuk
menyediakan air yang cukup didalam tanah agar tanaman dapat tumbuh dengan optimal.
Alternatif perlakuan konservasi yang dapat diterapkan adalah dengan menambahkan bahan
organik. Menurut Jumin (2002) dalam Intara (2011), mengemukakan bahwa pemberian bahan
organik dapat meningkatkan daya ikat air dalam tanah serta meningkatkan jumlah air tersedia
untuk kebutuhan tanaman. Bahan organik berupa pupuk kandang dapat memperbaiki struktur
tanah, meningkatkan kapasitas tahan air, serta dapat membantu pertumbuhan akar sehingga
dapat membantu tanaman dalam pertumbuhan (Ramli, 2016). Salah satu pupuk kandang yang
banyak ditemukan di kawasan Sumedang adalah pupuk kandang kambing. Pupuk kandang
kambing memiliki nilai unsur hara yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil yang dikemukakan oleh
Lingga (1991) dalam Hartatik (2006), menjabarkan bahwa pupuk kandang kambing memiliki nilai
N yang cukup tinggi yaitu 0,7%, jika dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya.
Alternatif lain yang dilakukan untuk menjaga ketersediaan air dalam tanah adalah dengan
pemberian mulsa sebagai penutup lahan. Sejalan dengan prinsip agriculture conservation,
dimana tanaman diberikan penutup lahan berupa bahan organik, penggunaan mulsa dapat
membantu memperkaya bahan organik serta menjaga ketersediaan air di tanah berdsarkan
pemaparan Sarief (1989) dalam Ramli (2016). Mulsa juga dapat memberikan dampak
meningkatkan pertumbuhan tanaman, dimana mulsa ini dapat mengurangi proses metabolisme
gulma serta mengurangi tingkat persaingan dengan tanaman utama. Penggunaan mulsa jerami
untuk penutupan lahan merupakan salah satu langkah pemanfaatan bahan sisa dimana jerami
padi masih kerap dibakar dan tidak dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Pemberian mulsa jerami dengan ketebalan 7-9 cm memberikan hasil terbaik untuk
pertumbuhan dan hasil jagung manis (Sirajjudin, 2010; Irfany, 2016), sedangkan dosisi pupuk
kandang yang terbaik berada di rentang nilai 10-20 ton/ha (Adisarwanto,2002; Syukur,2013).
Beberapa penelitian terdahulu memiliki hasil yang berbeda mengenai komposisi terbaik untuk
pertumbuhan jagung yang optimal, sehingga menimbulkan suatu permasalahan. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui pengaruh dan kombinasi terbaik antara perlakuan konservasi
berupa pemberian pupuk kandang kambing serta ketebalan mulsa jerami yang efektif untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung manis di lahan kering wilayah Kabupaten
Sumedang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kebun Penelitian Ciparanje, Universitas Padjadjaran, Jatinangor


yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2020 sampai Januari 2021. Bahan yang digunakan adalah
benih jagung manis (Zea mays saccharata) hibrida F1; mulsa jerami yang berasal dari daerah
Cibiru dan Cileunyi, Kabupaten Bandung serta Cileles, Kecamatan Jatinangor; pupuk kandang
kambing yang berasal dari Cileles, Kecamatan Jatinangor. Peralatan yang digunakan diantaranya
timbangan digital dengan kapasitas 10 kg yang digunakan untuk menimbang dosis pupuk kandang
kambing serta cangkul untuk membuat lubang pengolahan tanah.

ONLINE PRESENTATION PAPERS 220


SEMINAR NASIONAL PERTETA – FTIP UNPAD
“Penguatan Inovasi Berbasis Internet of Things Untuk Mendukung Pertanian 4.0”
Bandung, 9 – 10 Februari 2021

Metodelogi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan
rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 4 ulangan yang diacak
penempatannya dengan bantuan Microsoft Office Excel. Faktor pertama adalah ketebalan mulsa
jerami (M) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu:
M1 = 5 cm;
M2 = 7 cm; dan
M3 = 9 cm.
Faktor kedua adalah dosis pupuk kandang kambing (P) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu:
P1 = 10 ton/ha;
P2 = 20 ton/ha; dan
P3 = 30 ton/ha.
Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan gulma dari lahan kemudian membuat 36
petak percobaan, dimana masing-masing berukuran 2 m x 1 m. Penanaman dilakukan dengan
menggunakan jarak tanam 30 cm x 30 cm serta jarak antar petak percobaan sebesar 60 cm yang
digunakan sebagai jalur air. Satu petak percobaan diisi oleh 8 lubang pengolahan dengan ukuran
20 cm dan kedalaman ± 20 cm menggunakan cangkul. Setiap lubang tanam diisi oleh dua benih
jagung manis. Kegiatan persiapan dilakukan dua minggu sebelum dilakukan penanaman, serta
dilakukan pengambilan sampel tanah yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik tanah yang
ada di wilayah tersebut. Pengujian sampel tanah dilakukan di Balai Penelitian Tanah, Kota Bogor.
Pengukuran sampel yang dianalisis adalah tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter
batang yang diukur setiap 15, 30, 45, dan 60 HST. Pengukuran tinggi tanaman menggunakan
meteran gulung dengan akurasi 0,5 cm; pengukuran diameter batang menggunakan jangka
sorong dengan ketelitian 0,01 cm; dan jumlah daun yang duhitung secara manual. Data dianalisis
menggunakan sidik ragam dengan taraf 5% dan apabila data signifikan diuji lanjut dengan DMRT
(Duncan).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian Sampel Tanah


Hasil pengujian sampel tanah dijadikan sebagai data awalan kondisi fisik tanah di wilayah
Kabupaten Sumedang. Hasil pengujian sampel tanah menunjukan bahwa tanah yang diuji
merupakan tanah mineral mengandung organik dimana sesuai dengan pengelompokan yang
dijabarkan oleh Huang (2009) dalam Desiani (2017), Hasil pengujian air tersedia termasuk
kedalam ketegori kurang berdasarkan pengelompokan yang dilakukan oleh Paski pada tahun
2017.

Tabel 1. Hasil Analisis Sifat Fisika Tanah Awal


Karakteristik Nilai Satuan
Bahan Organik 10.61 %
Keterangan Tanah Mineral mengandung Organik
Karakteristik Nilai Satuan
Air Tersedia 15.5 % Volume
Keterangan Kurang

Tinggi Tanaman
Pertambahan tinggi tanaman dapat menandakan adanya aktivitas vegetatif dalam
tanaman. Tinggi tanaman jagung manis yang diberikan kombinasi perlakuan mulsa dengan pupuk
kandang kambing menunjukan perbedaan hasil terbaik berdasarkan hari setelah tanam (HST),

ONLINE PRESENTATION PAPERS 221


SEMINAR NASIONAL PERTETA – FTIP UNPAD
“Penguatan Inovasi Berbasis Internet of Things Untuk Mendukung Pertanian 4.0”
Bandung, 9 – 10 Februari 2021

dimana untuk 15, 45 dan 60 HST menunjukan bahwa kombinasi mulsa dengan ketebalan 9 cm
dengan pupuk kandang kambing sebanyak 30 ton/ha memiliki hasil pertumbuhan terbaik, namun
pada umur 30 HST, kombinasi perlakuan konservasi terbaik adalah mulsa dengan ketebalan 9 cm
dan pupuk kandang kambing dengan dosis 20 ton/han.

Grafik Penambahan Tinggi Tanaman Keterangan gambar:


Jagung dalam Beberapa Umur Tanam
A = M1P1;
A
B = M1P2;
200
Tinggi Tanaman (cm)

B
C = M1P3;
150 C
D = M2P1;
E = M2P2;
D
100 F = M2P3;
E
G = M3P1;
F
50 H = M3P2;
G
I = M3P3
0 H
15 30 45 60 I
Umur Tanam (HST)

Gambar 1. Grafik Penambahan Tinggi Tanaman Jagung dalam Beberapa Umur Tanam

Tabel 2. Rerata Tinggi Tanaman Jagung dengan Berbagai Perlakuan Konservasi Pada Berbagai
Umur Pengamatan
Rerata Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan
15 HST 30 HST 45 HST 60 HST
M1P1 19,7084 a 65,167 127,167 a 199,667
M1P2 18,167 a 61,292 118 a 209,959
M1P3 16,67 a 61,959 115,34 a 191,042
M2P1 18,959 a 65,459 127,875 a 192,209
M2P2 19,375 a 68,667 139,584 b 221,917
M2P3 19,459 a 68,459 134,167 b 224,084
M3P1 19,542 a 66,209 127,125 a 212,542
M3P2 20,459 a 69,75 131,625 c 213,875
M3P3 21,542 b 66,417 146,459 c 227,542
Duncan tn tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata
berdasarkan uji Duncan dengan taraf 5%, tn: tidak nyata

Berdasarkan hasil uji sidik ragam, kombinasi penggunaan mulsa jerami dan dosis pupuk
kandang kambing tidak menunjukan adanya interaksi yang nyata namun terdapat pengaruh yang
signifikan dari penggunaan mulsa jerami pada ketinggian tanaman di umur 15 dan 45 HST. Hasil
analisis Duncan menunjukan bahwa pada umur 15 HST, kombinasi mulsa dengan ketebalan 9 cm
dengan pupuk kandang kambing sebanyak 30 ton/ha berbeda nyata dengan kombinasi lainnya.
Pada umur 45 HST terdapat perbedaan nyata terhadap beberapa kombinasi perlakuan konservasi
dimana kombinasi mulsa dengan ketebalan 9 cm dengan pupuk kandang kambing sebanyak 30
ton/ha dan kombinasi mulsa dengan ketebalan 9 cm dengan pupuk kandang kambing sebanyak
20 ton/ha berbeda nyata dengan hasil kombinasi lainnya, begitu pula dengan kombinasi mulsa
dengan ketebalan 7 cm dengan pupuk kandang kambing sebanyak 30 ton/ha dan mulsa dengan
ketebalan 7 cm dengan pupuk kandang kambing sebanyak 20 ton/ha yang memiliki hasil berbeda
nyata dengan kombinasi lainnya.

ONLINE PRESENTATION PAPERS 222


SEMINAR NASIONAL PERTETA – FTIP UNPAD
“Penguatan Inovasi Berbasis Internet of Things Untuk Mendukung Pertanian 4.0”
Bandung, 9 – 10 Februari 2021

Penambahan pupuk kandang kambing dan mulsa jerami turut menambah jumlah nitrogen
yang terkandung dalam tanah. Menurut Novizan (2002) dalam Sinuraya (2019), dijelaslkan bahwa
nitrogen digunakan oleh tanaman untuk membentuk senyawa protein yang dibutuhkan dalam
pembentukan klorofil, sehingga akan membantu tanaman untuk memiliki pertumbuhan yang
baik.

Jumlah Daun
Jumlah daun pada tanaman dapet mempengaruhi laju fotosintesis sehingga dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman. Tanaman jagung manis yang diberikan kombinasi
perlakuan mulsa dengan pupuk kandang kambing menunjukan perbedaan hasil terbaik
berdasarkan hari setelah tanam nya (HST), dimana semua HST menunjukan bahwa kombinasi
mulsa dengan ketebalan 9 cm dengan pupuk kandang kambing sebanyak 30 ton/ha memiliki hasil
rerata jumlah daun terbaik.

Grafik Penambahan Jumlah Daun Tanaman Keterangan gambar:


Jagung dalam Beberapa Umur Tanam A = M1P1;
16 K B = M1P2;
14 A C = M1P3;
Jumlah Daun (helai)

12 B D = M2P1;
10 C
E = M2P2;
8 F = M2P3;
D
6 G = M3P1;
E H = M3P2;
4
2 F I = M3P3
0 G
15 30 45 60 H
Umur Tanam (HST) I

Gambar 2. Grafik Penambahan Jumlah Daun Tanaman Jagung dalam Beberapa Umur Tanam

Tabel 3. Rerata Jumlah Daun Tanaman Jagung dengan Berbagai Perlakuan Konservasi Pada
Berbagai Umur Pengamatan

Perlakuan Rerata Jumlah Daun (helai)


15 HST 30 HST 45 HST 60 HST
M1P1 4,771 aA 7,625 a 8,709 aA 13,334
M1P2 4,34 aA 7,84 a 8,334 aA 14,5
M1P3 4,042 aA 7,417 a 8,667 aA 13,167
M2P1 5,375 aA 8,292 a 9,75 aA 14,584
M2P2 5,479 aB 8,542 a 9,917 aB 14,709
M2P3 6,167 aC 8,375 a 9,459 aC 14,584
M3P1 6,4599 aA 8,084 a 8,917 aA 14,5
M3P2 6,875 aB 8,584 a 10,5b A 14
M3P3 7,459 aC 8,67 b 11,584 cB 15,125
Duncan tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata
berdasarkan uji Duncan dengan taraf 5%, tn: tidak nyata

Berdasarkan hasil uji sidik ragam, terdapat dua interaksi nyata dari kombinasi perlakuan
yaitu pada umur tanam 15 dan 45 HST dengan hasil terbaik ada pada kombinasi mulsa jerami

ONLINE PRESENTATION PAPERS 223


SEMINAR NASIONAL PERTETA – FTIP UNPAD
“Penguatan Inovasi Berbasis Internet of Things Untuk Mendukung Pertanian 4.0”
Bandung, 9 – 10 Februari 2021

dengan ketebalan 9 cm dan dosisi pupuk kandang kambing sebanyak 30 ton/ha. Pada umur 30
HST terdapat pengaruh nyata yang disebabkan oleh taraf mulsa jerami dengan hasil terbaik
didapatkan pada mulsa dengan ketebalan 9 cm. Analisis pada umur 60 HST tidak menunjukan
adanya pengaruh yang nyata.

Diameter Batang
Diameter tanaman berkaitan erat dengan hasil produksi tanaman tersebut (Surtinah,
2007). Hasil pengukuran menunjukan bahwa kombinasi mulsa dengan ketebalan 9 cm dan pupuk
kandang kambing 30 ton/ha menghasilkan diameter batang terbaik pada umur tanam 15, 45 dan
60 HST, sedangkan pada umur tanam 30 HST kombinasi yang memberikan hasil terbaik adalah
mulsa dengan ketebalan 9 cm dan pupuk kandang kambing dengan dosis 20 ton/ha.

Grafik Penambahan Diameter Batang Tanaman Keterangan gambar:


Jagung dalam Beberapa Umur Tanam A = M1P1;
Diameter Batang (cm)

5 B = M1P2;
4,5 C = M1P3;
K
4 D = M2P1;
A
3,5 E = M2P2;
B
3 F = M2P3;
C
G = M3P1;
2,5 D
H = M3P2;
2 E
F
I = M3P3
1,5
1 G
H
0,5
I
0
15 30 45 60
Umur Tanam (HST)

Gambar 3. Grafik Penambahan Diameter Batang Tanaman Jagung dalam Beberapa Umur Tanam

Tabel. 4. Rerata Diameter Batang Tanaman Jagung dengan Berbagai Perlakuan Konservasi Pada
Berbagai Umur Pengamatan

Rerata Diameter Tanaman (cm)


Perlakuan
15 HST 30 HST 45 HST 60 HST
M1P1 0,8 a 1,784 a 2,617 3,853
M1P2 0,809 a 1,671 a 2,413 4,005
M1P3 0,821 a 1,775 a 2,405 3,675
M2P1 0,8376 a 1,867 a 2,521 4,055
M2P2 0,846 a 1,980 b 2,759 4,138
M2P3 0,909 a 1,85 a 2,688 4,146
M3P1 0,925 a 1,967 a 2,55 3,9
M3P2 0,942 a 2,013 c 2,696 4,171
M3P3 1b 1,93 a 2,93 4,3
Duncan tn tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata
berdasarkan uji Duncan dengan taraf 5%, tn: tidak nyata

ONLINE PRESENTATION PAPERS 224


SEMINAR NASIONAL PERTETA – FTIP UNPAD
“Penguatan Inovasi Berbasis Internet of Things Untuk Mendukung Pertanian 4.0”
Bandung, 9 – 10 Februari 2021

Berdasarkan hasil uji sidik ragam, menunjukan adanya pengaruh yang nyata oleh
perbedaan taraf mulsa pada umur tanam 15 dan 30 HST, sedangkan pada umur tanam 45 dan 60
HST tidak ditemukan pengaruh yang nyata.
Hasil yang didapatkan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinuraya (2019),
dimana hasil pertumbuhan terbaik didapatkan dari penggunaan pupuk kandang kambing
sebanyak 30 ton/ha. Namun, pemberian pupuk kandang tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan tanaman jangung. Hal ini dapat terjadi karena tingkat bahan organik pada tanah
sebelum diberikan perlakuan sudah cukup tinggi sehingga tidak berdampak banyak terhadap
pertumbuhan tanaman.
Hasil penelitian juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Irfany
(2016), dimana pemberian mulsa dengan ketebalan 9 cm memberikan hasil pertumbuhan
tanaman jagung manis terbaik. Mulsa jerami memberikan hasil yang signifikan pada pertumbuhan
jagung manis, dimana mulsa dapat menstabilkan suhu tanah serta mengurangi evaporasi.

KESIMPULAN

Pemberian mulsa organik memberikan pengaruh yang beragam terhadap pertumbuhan


tanaman jagung manis pada umur tanam yang berbeda, dimana terdapat pengaruh nyata pada
umur tanam 15 HST pada semua parameter, sedangkan pemberian pupuk kandang kambing tidak
memberikan hasil yang berpengaruh nyata. Terdapat interaksi yang berpengaruh nyata terhadap
jumlah daun pada umur tanam 15 dan 45 HST. Kombinasi perlakuan konservasi terbaik untuk
pertumbuhan tanaman jagung manis pada lahan kering di kawasan Kabupaten Sumedang adalah
penggunaan mulsa jerami dengan ketebalan 9 cm dan dosis pupuk kandang sebesar 30 ton/ha.

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwonto, et, al. (2002). Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Kering, Sawah dan Pasang
Surut. Jakarta: Penebar Swadaya
BPS Sumedang. (2018). Kabupaten Sumedang dalam Angka 2018. E-book oleh Badan Pusat
Statistik Kabupaten Sumedang diakses pada
https://sumedangkab.bps.go.id/publication/2018/08/16/a8d2e4cde56be554cc4765a2/
kabupaten-sumedang-dalam-angka-2018.html
BPS Sumedang. (2020). Kecamatan Jatingor dalam Angka 2019. E-book oleh Badan Pusat Statistik
Kabupaten Sumedang diakses pada
https://sumedangkab.bps.go.id/publication/2020/04/27/a85d57b589376a4f313425bf/
kabupaten-sumedang-dalam-angka-2020.html
Desiani, Asriwijanti. (2017). Kajian Pengaruh Materi Organik Pada Sifat Fisis Tanah Lunak. Jurnal
Teknik Sipil. Vol. 13 No 1, 21-48
Hartatik & Widowati, L.R. (2006). Pupuk Kandang diakses pada
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/04pupuk%20kandan
g.pdf
Intara, Yazid Ismi et. all. (2011). Pengaruh Pemberian Bahan Organik Pada Tanah Liat Dan
Lempung Berliat Terhadap Kemampuan Mengikat Air. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia,
130-135
Irfany, Auliy., Moch. Nawawi & Titiek Islami. (2016). Pemberian Mulsa Jerami Padi Dan Pupuk
Hijau Crotalaria Juncea L. Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Varietas Kretek
Tambin . Jurnal Produksi Tanaman Vol. 4 No. 6, 454-461

ONLINE PRESENTATION PAPERS 225


SEMINAR NASIONAL PERTETA – FTIP UNPAD
“Penguatan Inovasi Berbasis Internet of Things Untuk Mendukung Pertanian 4.0”
Bandung, 9 – 10 Februari 2021

Lorenza, Eviya., Mohammad Chozin & Nanik Setyowati. (2016). Hubungan Antar Sifat Jagung
Manis yang Dibudidayakan Secara Organik. Akta Agrosia Vol. 19 No. 2 hlm 129 – 138
Paski, Jaka Anugrah Ivanda,. et al. (2017). Analisis Neraca Air Lahan untuk Tanaman Padi dan
Jagung di Kota Bengkulu. Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol.15, 83-89
Ramli., Abdul Kadir Paloloang & Ulfiyah A Rajamuddin. (2016). Perubahan Sifat Fisik Tanah Akibat
Pemberian Pupuk Kandang Dan Mulsa Pada Pertanaman Terung Ungu (Solanum
Melongena L), Entisol, Tondo Palu. e-J. Agrotekbis 4 (2), 160 - 167
Sinuraya , Bayu Aditya & Maya Melati. (2019). Pengujian Berbagai Dosis Pupuk Kandang Kambing
untuk Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis Organik (Zea mays var. Saccharata Sturt).
Bul. Agrohorti 7(1), 47-52
Sirajuddin, Muhammad & Sri Anjar Lasmini. (2010). Respon Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Manis
(Zea Mays Saccharata) Pada Berbagai Waktu Pemberian Pupuk Nitrogen Dan Ketebalan
Mulsa Jerami. J. Agroland 17 (3), 184 – 191
Surtinah. (2007). Kajian Hubungan Pertumbuhan Vegetatif Dengan Produksi Tomat (Lycopersicum
esculentum, Mill ). Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 4 No. 1, 1-7
Surtinah. (2017). Korelasi Pertumbuhan Organ Vegetatif Dengan Produksi Kedelai (Glycine max,
(L) Merill). Seminar Nasional “Mitigasi Dan Strategi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Di
Indonesia”. Riau, Indonesia
Syukur, et. al. (2013). Jagung Manis. Jakarta: Penebar Swadaya

ONLINE PRESENTATION PAPERS 226

Anda mungkin juga menyukai