Anda di halaman 1dari 25

BAB III

SMA DAN SMK

KELAS X

A. Kompetensi Dasar
3.1 Memahami karya kerajinan berdasarkan konsep berkarya dengan pendekatan budaya
setempat dan lainnya.
4.1 Mendesain karya kerajinan berdasarkan konsep berkarya dengan pendekatan budaya
setempat dan lainnya.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1.1 Menjelaskan pengertian karawo
3.1.2 Menguraikan sejarah karawo
3.1.3 Membedakan jenis-jenis karawo
3.1.4 Menguraikan jenis-jenis motif hiasan sulam
4.1.1 Mengkreasi desain motif karawo dengan menggunakan program excell.
C. Materi Pelajaran
1. Pengertian Karawo
Kerajinan karawo adalah kerajinan menghias berbagai jenis kain dengan berbagai
motif sulaman tembus pandang, dikerjakan pada kain dengan menggunakan benang polos
maupun warna-warni. Proses pembuatan sulaman karawo ini yaitu dengan cara mengiris dan
mencabut benang dari serat kain yang sudah jadi kemudian disulam dengan jarum dengan
beraneka ragam benang sesuai pola/rancangan motif yang diinginkan dengan menggunakan
tangan (manual).
2. Sejarah Karawo
Mempunyai 34 provinsi, puluhan ribu pulau, dan ribuan suku tentu membuat
Indonesia sangat kaya. Salah satu bukti kekayaan budaya Indonesia terlihat dari banyaknya
ragam kain tradisional dari berbagai daerah. Ada beragam motif batik, tenun, songket, dan
masih banyak lagi. Dari sekian banyak jenis kain, ternyata Gorontalo punya kain yang unik.
Namanya kain karawo. Istimewanya pembuatan kain ini dilakukan secara manual, dengan
menggunakan tangan. Tak heran jika dalam pembuatannya memakan waktu yang lama.
Sulam Karawo diyakini sudah ada sejak sejak tahun 1600-an, jauh sebelum Belanda
berkuasa di wilayah ini tahun 1889. Awalnya dilakukan oleh perempuan di daerah Ayula,
yang saat itu berada di bawah pengaruh kerajaan Bulango, sekarang berada di provinsi

37
SMA/SMK Karawo
Gorontalo. Para perempuan menjelang masa dewasanya diberikan kesibukan untuk membuat
sulam karawo, tradisi ini kemudian berlanjut untuk mereka yang dipingit menjelang
pernikahannya.
Pada saat Belanda masuk wilayah Gorontalo, mereka berupaya menghilangkan
berbagai tradisi dan identitas lokal. Saat itu Belanda melihat kekuatan orang Gorontalo
terletak pada adat, budaya dan tradisi, karena itulah dilaranglah berbagai aktifitas yang terkait
dengan adat. Sulam Karawo tidak pernah diketahui pihak Belanda. Ini terjadi karena memang
tradisi menyulam dilakukan perempuan di tempat tersembunyi di dalam rumah dan dilakukan
dengan diam. Hingga Belanda meninggalkan Gorontalo, mereka tidak pernah tahu soal tradisi
ini. Itu pula sebabnya mengapa catatan tentang karawo tidak pernah ditemukan dalam sejarah
invasi Belanda di wilayah Gorontalo. ”Dengan kata lain, karawo adalah tradisi yang pernah
menjadi silent culture di Gorontalo,” (Tekno.Kompas.com. 15/12/2012),”
Karawo mulai kembali muncul sekitar akhir tahun 1960-an, tapi belum merupakan
produk yang dijual secara bebas seperti barang lain. Saat itu jika ada yang berminat pada
karawo, mereka akan datang langsung ke penyulam dan memesan. Karawo kerap dibayar
menggunakan uang, kerap pula dibarter dengan barang kebutuhan lain. Dirasakan memiliki
nilai ekonomi yang tinggi, pada masa selanjutnya sulam karawo diperdagangkan dalam pasar
yang terbatas, masyarakat sekitar pengrajin. Lambat laun pedagang desa ini menawarkan ke
pasar yang lebih luas dengan motif meningkatkan omzet penjualan.
Saat itu Gorontalo yang masih menjadi bagian dari Sulawesi Utara tidak memiliki
pasar yang baik di wilayahnya. Para pedagang Gorontalo menjadikan kota Manado sebagai
tempat berdagang yang prospektif, hasil bumi seperti produk pertanian, perikanan,
perkebunan dibawa ke Manado. Lambat laun kerajinan juga dibawa ke tanah Wenang ini.
Menjadi bagian dari Sulawesi Utara membuat sulaman asli Gorontalo ini dikenal
sebagai produk asal Manado. Para pelancong dan penggemar sulaman mengerti jika untuk
mendapatkan sulam kerawo (saat itu dikenal sebagai kerawang) harus datang ke Manado.
Ketika itu Gorontalo belum ramai dikunjungi wisatawan. Di Manado, sulam Karawo
dipajang di toko-toko besar di kawasan jalan BW Lapian, beserta kerajinan dan makanan
tradisional dari Minahasa. Kawasan ini memang dikenal sebagai pusat oleh-oleh di Sulawesi
Utara. Dari toko-toko yang berderet ini karawo muncul di masyarakat luas sebagai sulam
yang khas. Para Kawanua (orang Minahasa) dan juga masyarakat Gorontalo yang tinggal di
Manado membawa sulam ini ke dunia yang lebih luas.

38
SMA/SMK Karawo
Saat Gorontalo berdiri sebagai provinsi yang ke-32di Indonesia pada 22 Desember
2000 melalui Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000, nasib sulam karawo tidak berubah.
Ribuan potong sulaman karawo masih ditransaksikan di Manado, meskipun di kota Gorontalo
sendiri mulai tumbuh perdagangan karawo dengan manajemen yang lebih baik.
Kesadaran pemerintah provinsi Gorontalo untuk menghargai sulam Karawo sebagai
karya asli daerah ini baru tercetus tahun 2006, saat Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia mengeluarkan Hak Paten tentang Sulam Karawo sebagai kerajinan milik masyarakat
Gorontalo. Plakat hak paten ini disampaikan saat Sidang Paripurna Istimewa DPRD Provinsi
Gorontalo memperingati HUT Provinsi Gorontalo, 16 Februari 2006. Tahun 2014, Karawo
masuk sebagai warisan tak benda Indonesia.
Piagam Karawo sebagai warisan tak benda Indonesia.

Di Kota Gorontalo terdapat toko-toko yang khusus menjual berbagai macam produk
yang berasal dari kain karawo yang terdiri dari Bahan Pakaian wanita, Pria dan anak-anak
seperti: bahan baju, bahan jas, kemeja, dasi, jilbab, tas, dompet dan lain-lain. Bentuk produk
kain karawo lainnya yaitu baju (koko, kemeja, kaos), jas, kopiah, sapu tangan, tas, mukena,
kipas, jilbab, dasi, syal, hiasan dinding karawo, sandal, taplak meja, tutup gelas, penutup
(aqua) dispenser, dompet) dan lain-lain.
Untuk sentra sulam karawo saat ini masih banyak berupa industri rumah tangga
tersebar di Kabupaten Gorontalo khususnya di Kecamatan Bongomeme, Telaga, Batudaa,
Tapa dan Isimu. Di Kecamatan Bongomeme dan Batudaa telah berkembang 4 sentra dengan
jumlah unit usaha sebanyak 20 unit usaha (6,6 % saja dari total unit di seluruh Gorontalo).
Serapan tenaga kerja unit-unit tersebut di kecamatan ini mencapai lebih dari 900 orang
(sekitar 60% dari total seluruh tenaga kerja industri kerawo di Gorontalo). Di Kecamatan
Telaga memiliki jumlah sentra dan jumlah unit usaha yang terbanyak, yaitu 5 sentra dengan
245 unit usaha dan jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 490 orang.

39
SMA/SMK Karawo
Selain itu sentra industri kerawo juga tersebar pada beberapa kecamatan yang ada di
kabupaten dan kota se Provinsi Gorontalo. (www.portalgorontalo.net/2015/07)
Lima tahun terakhir Sulaman Karawo semakin populer karena jenis kain yang
digunakan semakin beragam, warna-warna motif yang menarik dan disain motif yang lebih
baik mengikuti selera konsumen untuk berbagai jenis busana. Kain karawo telah digunakan
oleh berbagai kalangan di berbagai kesempatan seperti busana harian, busana kantor, acara-
acara resmi dan pesta. Di setiap kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo, baik instansi
pemerintah maupun swasta, dihari-hari yang telah ditentukan setiap minggu satu hari
mengenakan pakaian sulaman karawo. Siswa-siswa pun sekarang sudah menggunakan
seragam karawo di hari yang sudah ditentukan.

Contoh Pakaian seragam siswa

SMA 3 Gorut SMAN 2 Limboto SDN 5 Limboto

Contoh Pakaian Kerja Wanita Jas Pria

40
SMA/SMK Karawo
3. Jenis-jenis Karawo
Ada dua macam jenis karawo, yaitu:
a. Karawo Tisik/Manila
Pengerjaan karawo tisik pada dasarnya adalah menelusurkan benang, yang dilakukan
dengan mengikuti arah jarum benang lusi. Jarum dan benang keluar masuk mengikuti lubang-
lubang rawangan dan menganyam berpedoman seperti halnya anyaman polos. Perbandingan
keluar masuknya jarum satu per satu, artinya jarum tersebut berada di lintasan benang pakan
satu kali dan masuk berada di bawah lintasan pakan berikutnya satu kali. Begitu seterusnya
benang yang terbawa oleh jarum mengisi bidang rawangan membentuk satu gambar utuh.
Ketelitian menghitung lubang-lubang yang harus diisi perlu diperhatikan. Batas lubang awal
dan akhir yang harus diisi diperhatikan agar tidak terjadi keslahan dalam mengikuti gambar
pola yang di contohkan. (Yunginger, 2007:32)
Demikian pula dalam menentukan keserasian warna-warma benang memerlukan
kreasi yang hidup serta ketekunan yang tinggi, dalam hal ini diperhatikan perpaduan warna
benang dengan kain yang akan disulam harus benar-benar serasi dan menarik.
Contoh Karawo Tisik

b. Karawo Ikat
Sulaman karawo ikat dilakukan dengan cara mengingatkan benang sulaman dengan
aturan tertentu dalam mengisi lubang irisan (rawangan) dan membentuk menjadi sebuah
gambar. Caranya adalah: benang yang terbawa oleh jarus diikatkan pada kelompok jalur
benang (lusi dan pakan) yang membatasi lubang-lubang rawangan. Misalnya, setiap lubang
dibatasi oleh empat kelompok jalur pakan dan dua lainnya jalur lusi. Lintasan benang tersebut
diikat masing-masing satu kali pada setiap lubang rawang. Kemudian dipindah ke lubang

41
SMA/SMK Karawo
lainnya dan seterusnya. Setiap jalur benang membatasi dua lubang rawangan, maka setiap
kelompok jalur (lusi dan pakan) mendapat ikatan sebanyak dua kali. Arah mengikat pada
cara ini bisa dilakukan dengan bebas. Bisa mengarah dari kiri ke kanan, dari atas ke bawah
atau sebaliknya. (Yunginger, 2007:34).
Contoh Karawo Ikat

4. Jenis-jenis motif hiasan sulam


Dari berbagai pola hias yang dapat kita jumpai dalam desain hiasan baik untuk busana
maupun untuk lenan rumah tangga, terdapat beberapa di antaranya sudah merupakan bentuk–
bentuk baku. Bentuk pola hias mencakup bentuk–bentuk sebagai berikut: pola serak atau pola
tabur, pola berangkai, pola pinggiran, pola bentuk bebas dan pola hiasan bidang.
a. Pola serak atau pola tabur
Pola serak adalah bentuk pola hias yang diperoleh dengan cara mengulang-ulang suatu
motif hias yang ditempatkan secara teratur pada jarak–jarak tertentu. Pola serak biasanya
motifnya kecil, penempatan motif dapat menghadap ke satu arah, dua arah atau ke semua
arah.

42
SMA/SMK Karawo
b. Pola berangkai
Pola berangkai bentuknya hampir sama seperti pola serak, hanya pada pola berangkai
motif hiasnya antara motif satu motif dengan motif lainnya saling berhubungan (ada garis
penghubung). Garis yang menghubungkan motifnya dapat berupa garis vertikal, garis
horizontal atau garis diagonal. Motif pada pola berangkai dapat diulang ke bagian atas,
bagian bawah, bagian kiri atau kanan.

c. Pola pinggiran
Pola pinggiran adalah bentuk pola hias yang diperoleh dengan cara menjajarkan motif
hias yang dibuat secara berulang-ulang. Pengulangan motif hias dapat dilakukan mengarah ke
sebelah kiri, ke kanan, ke atas atau bawah.
Ada enam macam pola pinggiran, yaitu pinggiran simetris, berjalan, tegak,
bergantung, memanjat, dan menurun.
(1) Pinggiran simetris. Motif pinggiran simetris, jika dibelah tengah, akan terdapat dua
bagian yang sama. Motif bentuk simetris dapat diulang ke bagian atas, ke bawah, ke kanan
atau ke kiri dengan motif yang sama.

(2) Pinggiran berjalan, motif hiasnya disusun agak condong ke kiri atau ke kanan sehingga
motifnya tampak berjalan atau saling berkejaran. Bentuk motif dapat diulang ke sebelah
kanan atau ke kiri.

43
SMA/SMK Karawo
(3) Pinggiran tegak, penyusunan motif hias untuk pinggiran tegak, motifnya pada bagian
bawah lebih berat (besar) dan bagian atas lebih ringan. Motif dibuat tegak dan dapat diulang
ke bagian kiri atau ke bagian kanan.

(4) Pinggiran bergantung, kebalikan dari motif tegak, yaitu motif bagian atas berat (besar)
dan motif bagian bawahnya ringan. Motif ini tampak seperti menggantung.

(5) Pinggiran memanjat, motif dari bentuk pinggiran ini tersusun seperti memanjat ke atas.
Motif pada bagian bawah lebih berat dari motif pada bagian puncak lebih ringan. Pinggiran
menurun, merupakan kebalikan dari pinggiran memanjat, bentuk motif seperti meluncur ke
bawah. Motif bagian atas lebih berat dan makin bawah makin ringan.

d. Pola bentuk bebas


Pola bentuk bebas disusun menurut kebutuhan atau bidang yang akan dihias. Pola
bentuk bebas rangkaian motifnya dapat dibentuk dan diletakkan sesuai dengan bentuk bidang
yang akan dihias.
e. Pola Hiasan Bidang
Berbagai benda lenan rumah tangga maupun busana, mempunyai bidang yang
berbeda-beda bentuknya. Untuk mendapatkan hiasan yang serasi, dalam arti sesuai dengan
bidang atau bentuk bendanya, maka pola hias yang didesain perlu memperhatikan bentuk
bidang maupun penempatannya. Penempatan hiasan untuk bidang segi empat berbeda dengan

44
SMA/SMK Karawo
penempatan untuk bidang berbentuk bundar atau oval. Di samping itu ukuran suatu motif hias
harus disesuaikan pula dengan bidang yang akan dihias.
Pola hiasan untuk suatu bidang dapat dikelompokkan menjadi : pola hiasan batas,
hiasan sudut, hiasan pusat, tengah sisi, hubungan pusat dengan tengah sisi, hubungan pusat
dengan sudut, hubungan sudut dengan batas, hiasan kitiran, hiasan istimewa.
(1) Hiasan batas merupakan pola hiasan yang membentuk batas pada suatu bidang.Hiasan
batas pada umumnya ditempatkan pada sekeliling tepi bidang, baik bidang berbentuk bundar,
oval, segi empat dan sebagainya.

(2) Hiasan sudut merupakan motif hias yang ditempatkan pada sudut suatu bidang. Bentuk
motif hiasan sudut hendaknya serasi dengan bentuk sudut bidang tersebut.

(3) Hiasan pusat merupakan pola hiasan yang ditempatkan pada tengah–tengah suatu bidang.
Motif hias hendaknya menyebar atau menutup semua latar belakang bidangnya.

(4) Hiasan tengah sisi dapat ditempatkan pada kedua sisi bagian tengah suatu bidang atau ke
empat sisinya. Motif pada kedua sisi yang berhadapan sebaiknya sama.

45
SMA/SMK Karawo
(5) Hubungan pusat dengan tengah sisi merupakan bentuk pola hias yang ditempatkan di
bagian pusat dan tengah sisi. Motif tidak harus sama, tetapi merupakan satu kesatuan yang
serasi.

(6) Hubungan pusat dengan sudut, merupakan kombinasi bentuk motif hias yang
ditempatkan pada bagian pusat dan sudut suatu bidang. Motif ini misalnya dirancang untuk
hiasan bantal kursi. Kedua rangkaian motif tentunya masih satu bentuk rangkaian motif yang
saling terkait.

(7) Hubungan sudut dengan batas, merupakan pola hias yang ditempatkan bersama-sama
dan saling mengisi pada bidang suatu sudut. Motif ini merupakan satu rangkaian motif yang
terdiri dari motif untuk hiasan batas dan satu rangkaian motif untuk ditempatkan di bagian
sudut berdekatan dengan hiasan batas.

46
SMA/SMK Karawo
(8) Hiasan kitiran, merupakan motif hias yang membentuk putaran (seperti kincir), motifnya
seperti berkejaran.

(9) Hiasan arah istimewa ialah pola hiasan yang dirancang sesuai dengan bentuk atau
bidang yang akan dihias, misalnya motif hias mengikuti bentuk kerah.

Sumber : https://tiaalexandra.wordpress.com/materi/seni-budaya/pola-sulam/

TUGAS 1

Petunjuk:
1. Buatlah desain motif karawo dengan menggunakan program excell berdasarkan pola-pola
di atas!

47
SMA/SMK Karawo
KELAS XI

A. Kompetensi Dasar
3.1 Memahami proses pembuatan karya kerajinan karawo berdasarkan konsep berkarya
dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya.
4.1 Membuat karya kerajinan karawo berdasarkan konsep berkarya dengan pendekatan
budaya setempat dan lainnya.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1.1 Menjelaskan macam-macam tusuk hias
3.1.2 Menjelaskan proses pembuatan karawo
4.1.1 Membuat desain gambar karawo (blus/kemeja) di atas kertas millimeter blok.
4.1.2 Mengiris kain berdasarkan desain karawo
4.1.3 Mencabut benang setelah diiris
4.1.4 Menyulam karawo tisik/ikat
4.1.5 Merawang atau finishing
C. Materi Pelajaran
1. Macam macam tusuk hias
Sebelum kita belajar cara membuat sulaman karawo terlebih dahulu kita memahami
dan mengenal berbagai macam tusuk hias. Untuk membuat hiasan pada permukaan kain
digunakan tusuk hias. Kegiatan ini disebut dengan teknik sulaman yaitu teknik membuat
ragam hias pada permukaan kain dengan benang. Benang tersebut diatur secara dekoratif
pada permukaan kain dengan jalan menusukkan benang dengan bermacam-macam cara.
Macam macam tusuk ini dinamakan dengan tusuk hias. Tusuk hias terdiri atas dua kelompok
yaitu tusuk hias dasar dan tusuk hias variasi. Tusuk hias dasar yaitu tusuk-tusuk yang
merupakan dasar untuk membuat tusuk hias variasi. Tusuk variasi yaitu tusuk yang berasal
dari variasi tusuk hias dasar baik dengan memvariasikan arah, jarak dan sebagainya sehingga
menghasilkan bermacam-macam tusuk dengan gaya yang berbeda. Tusuk hias dasar ada
beberapa macam yaitu:
a. Tusuk jelujur yaitu tusuk yang mempunyai arah horizontal ukuran dan jarak turun naik
tusuk diatur sama panjang.

48
SMA/SMK Karawo
b. Tusuk veston yaitu tusuk yang mempunyai dua arah yaitu arah vertikal dan arah
horizontal, kaki tusuk arah vertikal dan arah horizontal mempunyai pilinan.

c. Tusuk flanel yaitu tusuk yang mempunyai arah diagonal dan pada bagian atas dan bagian
bawah tusuk bersilang.

d. Tusuk batang yaitu tusuk yang mempunyai arah diagonal dan setengah dari ukuran tusuk
masing-masing saling bersentuhan

e. Tusuk pipih yaitu tusuk yang dibuat turun naik sama panjang dan menutup seluruh
permukaan ragam hias.

f. Tusuk Holben yaitu tusuk yang mempunyai arah horizontal dan vertikal dan jarak turun
naik tusuk diatur sama panjang sehingga berbentuk jajaran.

g. Tusuk silang yaitu tusuk yang mempunyai arah diagonal dan pada garis tengahnya ada
persilangan antara tusuk bagian atas dan tusuk bagian bawah.

h. Tusuk Holben yaitu tusuk yang mempunyai arah horizontal dan vertikal dan jarak turun
naik tusuk diatur sama panjang sehingga berbentuk jajaran.

49
SMA/SMK Karawo
Untuk kerajinan karawo ada dua jenis tusuk yang di gunakan yaitu; tusuk jelujur atau
tisik, dan tusuk veston atau ikat.
2. Proses Pembuatan Karawo
Untuk membuat sulaman karawo, setidaknya ada tiga pengrajin yang terlibat. Yang
pertama adalah mereka yang bertugas membuat motif atau disain, tugas disainer ini membuat
pola gambar. Lalu pengrajin kedua bertugas mengiris serat kain, pengrajin ini memiliki
keterampilan dan kejelian yang luar biasa, karena ia harus mampu memutus/mengiris serat
kain yang panjangnya tergantung pola, antara ujung serat kain yang satu dengan yang lain
harus sama dan menyisakan serat kain lainnya untuk disulam. Pengirisan serat kain ini akan
menghasilkan seperti kain strimin dengan pola tertentu. Pengrajin ketiga bertugas membuat
sulaman pada kain yang sudah diiris tersebut mengikuti pola/gambar dari disainer.
Proses pembuatan kerajinan karawo itu sendiri terbagi atas tiga tahap, yaitu iris dan
cabut benang, menyulam dan finishing. Proses pembuatan karawo akan dijelaskan berikut ini:
a. Iris cabut benang
Sebelum melakukan proses iris-cabut benang terlebih dahulu melakukan pengukuran
terhadap kain yang dibutuhkan. Dalam pengukuran kain menggunakan cara seperti berikut,
setelah kain diukur sesuai yang dibutuhkan pada batas yang akan digunting dilakukan
pencabutan serat kain guna untuk memperoleh kelurusan pada saat pemotongan kain/bahan.
Dalam proses iris-cabut benang ini batas dan luas bidang yang akan dibentuk
berdasarkan pola yang sudah ditentukan. Ketajaman dan kecermatan menghitung benang-
benang yang akan diiris dan dicabut sangat menentukan kehalusan sulaman. Proses ini
memerlukan akurasi dan ketelitian yang tinggi, sehingga pada kondisi mata segar, mampu
melihat normal, pekerjaan ini dilakukan. Jika dipaksanakan akan mendapatkan pekerjaan
yang tidak sempurna dan merusak kesehatan mata.
Proses iris dan cabut benang ini dilakukan pembentukan batas dan merencanakan luas
bidang yang akan diisi dengan sulaman karawo berdasarkan pola gambar yang dicontohkan.
Dengan bidang pencabutan dan pengirisan yang rapi dan teratur, akan memperoleh hasil
sulaman yang rapi dan halus. Banyaknya helai benang yang harus dicabut (diiris) dan helai
benang yang ditinggal, harus benar-benar tepat. Alat yang digunakan adalah jarum dan pisau
silet sebagai alat pengirisnya. Jarum disusupkan dibawah dan di atas benang konstruksi kain
sepanjang yang direncanakan. Benang yang akan diiris, terletak diatas jarum, dan sebaliknbya
benang yang akan ditinggal berada dibawah jarum. Setelah batas-batas bidang yang dibentuk
selesai diiris, kemudian benang yang teriris segera dicabut sampai habis dan terbentuklah
konstruksi karawo atau tembus pandang ada bidang irisan yang siap disulam.
50
SMA/SMK Karawo
Proses Iris dan cabut benang

Hasil Akhir Iris Cabut Benang

Proses pengirisan dan pencabutan benang disesuaikan dengan jenis serta kain,
ketebalan dan kerapatan kain, serta bentuk poa atau motif yang akan disulam. misalnya kain
hero dalam proses iris dan cabut harus berpatokan pada aturan cabut pakan 2/4 dan lusi 3/5.
iris cabut 2/4 artinya dalam melakukan iris dan cabut kain hero, jajaran benang pakan harus
dicabut (diiris) 2 helai dan ditinggal 4 helai.
b. Proses sulam karawo
(1) Karawo Tisik
Karawo tisik atau dikenal juga dengan karawo manila dikerjakan dengan teknik
mengisi benang sulam secara berulang-ulang sesuai dengan motif yang telah dibuat terlebih
dahulu. Pengerjaan Karawo tisik pada dasarnya hanya menelusurkan benang, yang dilakukan
dengan mengikuti arah jarum benang lusi. Jarum dan benang keluar masuk mengikuti lubang-
lubang rawangan dan menganyam berpedoman seperti halnya corak anyaman polos.
Perbandingan keluar masuknya jarum satu persatu, artinya jarum tersebut dalam menelusuri
jalur benang lusi, melewati melintasi kelompok jalur benang pakan satu persatu. Jarum
tersebut berada dilintasan benang pakan satu kali dan masuk berada dibawah lintasan pakan
berikutnya satu kali. Begitu seterusnya sampai benang yang terbawa oleh jarum mengisi
bidang rawangan membentuk satu gambar utuh. Ketelitian menghitung lubang-lubang yang

51
SMA/SMK Karawo
harus diisi perlu diperhatikan, agar tidak terjadi kesalahan dalam mengikuti gambar pola yang
dicontohkan.

Proses Karawo Tisik/Manila

Dalam menentukan warna-warna benang, memerlukan kreasi yang hidup serta


perpaduan warna benang dan kain yang disulam, sehingga menghasilkan sulaman karawo
yang serasi dan menarik.

Hasil Akhir Karawo Tisik

(2). Sulaman Karawo Ikat.


Sulaman karawo ikat dilakukan dengan cara mengikatkan benang sulaman dengan
metode tertentu dalam mengisi lubang irisan (rawangan) dan membentuk menjadi sebuah
gambar. Caranya adalah, benang yang terbawa oleh jarus dikaitkan pada kelompok jalur
benang (lusi dan pakan) yang membatasi lubang-lubang rawangan. Misalnya setiap lubang
dibatasi oleh empat kelompok jalur pakan dan dua lainnya kelompok jalur lusi. Lintasan
benang tersebut diikat masing-masing satu kali pada setiap lubang rawang, kemudian
dipindahkan ke lubang lainnya dan seterusnya. Arah mengikat pada cara ini bisa dilakukan
dengan bebas. Bisa mengarah dari kiri ke kanan, dari atas ke bawah, atau sebaliknya.

52
SMA/SMK Karawo
Contoh Karawo Ikat

c. Finishing/merawang
Selanjutnya tahapan finishing untuk sulaman karawo, yaitu merawang. Sisa bidang
irisan yang telah disulam oleh disain gambar sulaman, baik pada tipe ikat, maupun tisi diisi
dengan rawang. Cara pengerjaannya dengan cara mengikat, melilit atau mengitari jalur-jalur
benang konstruksi (lusi dan pakan) masing-masing satu kali lilitan, dengan maksud lebih
memperkuat jalur benang konstruksi yang tidak tersulam. Selain itu, rawang berfungsi untuk
merapikan, menghaluskan, dan sebagai pemanis pada lubang-lubang transparan.

Proses Merawang

TUGAS 1

Petunjuk:
1. Buatlah desain gambar karawo (blus/kemeja) di atas kertas millimeter blok atau program
excel!
2. Mengiris kain berdasarkan desain karawo!
3. Mencabut benang setelah diiris!
4. Menyulam karawo tisik/ikat!
5. Merawang atau finishing!

53
SMA/SMK Karawo
KELAS XII

A. Kompetensi Dasar
3.4 Memahami pengemasan karya kerajinan karawo berdasarkan konsep berkarya dan
peluang usaha dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya.
4.5 Mendesain pengemasan produk kerajinan karawo berdasarkan konsep berkarya dan
peluang usaha dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya.
4.6 Menyajikan laporan wawancara dengan pengusaha karawo di Gorontalo
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.4.1. Menjelaskan pengertian pengemasan
3.4.2. Menjelaskan pengemasan produk kerajinan karawo
3.4.3. Mendiskusikan promosi dan pemasaran karawo
4.5.1 Membuat desain pengemasan produk kerajinan karawo
4.6.1 Membuat laporan wawancara dengan pengusaha karawo di Gorontalo.
C. Materi Pelajaran
1. Pengertian Pengemasan
Pengemasan atau kemasan dapat diartikan sebagai wadah atau pembungkus yang
berguna mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang
dikemas atau yang dibungkusnya. Tujuan pengemasan karya kerajinan adalah untuk
melindungi produk dalam perjalanannya dari produsen ke kosumen. Kemasan juga dapat
mendukung program pemasaran, serta merupakan suatu cara untuk meningkatkan laba
perusahaan.
Manfaat pengemasan karya kerajinan agar lebih bersih, menarik,dan tahan terhadap
kerusakan yang disebabkan oleh cuaca. Kemasan merupakan satu-satunya cara perusahaan
membedakan produknya (ciri pembeda produk). Kemasan yang menarik dapat memikat dan
menarik perhatian konsumen, kemasan juga dapat menambah nilai jual dan promosi produk.
Contoh kemasan salah satu toko karawo:

54
SMA/SMK Karawo
2. Pengemasan Produk Karawo
Pengemasan dan perawatan memiliki kesamaan tujuan, yaitu untuk membuat
produk menjadi awet dan tahan lama. Pengemasan melindungi produk agar tidak
mengalami penurunan kualitas pada saat sampai kepada pembeli. Selain berfungsi sebagai
pelindung, kemasan juga memiliki fungsi untuk kemudahan membawa serta pengiriman,
memberikan informasi, dan untuk menjadi daya tarik bagi calon pembeli. Pengemasan
produk kerajinan selain menjaga kebersihan dan kualitas produk tetap baik, juga akan
memudahkan dalam proses pengiriman produk. Pengemasan dapat bersifat satuan
maupun bersifat kesatuan untuk satu set atau satu paket atau satu lusin maupun satu kodi.
Teknik pengemasan yang baik akan menjaga kualitas produk dalam pengiriman ke tempat
tujuan.
Untuk kain sulaman karawo, kemasan yang paling banyak ditemui adalah kemasan
plastik transparan. Kemasan plastik transparan ini memudahkan pembeli untuk melihat
warna, motif dan bahan yang diinginkan. Kemasan plastik merupakan kemasan yang paling
banyak kita temui dalam kehidupan masa kini. Kelebihan kemasan plastik yaitu banyak dan
mudah ditemui dimana-mana, ekonomis, memiliki nilai estetika, ringan dan tidak mudah
rusak serta mudah dibentuk dan dibawa kemana-mana.
Untuk bahan busana pria dan wanita, kemasan dilakukan secara satuan, tetapi
untuk lenan rumah tangga seperti tatakan dan penutup gelas biasanya dikemas satu set.
Lain halnya dengan sapu tangan dan kipas, biasanya dalam satu kemasan terdapat
beberapa sapu tangan dan beberapa kipas, walaupun ada juga yang di jual satuan.

1 Contoh kemasan kipas 2 Contoh kemasan sapu tangan

3 Contoh kemasan busana muslim

55
SMA/SMK Karawo
3. Promosi dan Pemasaran
Produksi karawo sempat mati suri. Oleh karena itu, pemerintah melakukan berbagai
cara untuk membuat kerajinan ini dapat terus lestari dan semakin populer, baik di dalam
maupun luar negeri. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah adalah mengadakan 'Festival
Karawo' yang telah digelar untuk pertama kalinya pada 17-18 Desember 2011 silam. Festival
yang akan terus digelar setahun sekali ini bertujuan untuk menarik minat masyarakat dalam
mengenakan produk Karawo sekaligus menguatkan ekonomi melalui pengembangan budaya
daerah. Untuk festival karawo tahun 2015 digelar 'Demo Karawo' yang di ikuti oleh lima
ratus pengrajin karawo se provinsi Gorontalo.

Demo Karawo 2015

Peserta Festival Karawo 2015

Disamping festival karawo, beberapa event terkait dengan promosi karawo dilakukan
seperti 'Fashion Show' yang menampilkan berbagai model inovatif dan kreatif, sesuai
tuntutan mode. Pemerintah propinsi Gorontalo dan pemerintah Kabupaten Kota di Propinsi
Gorontalo juga menetapkan hari-hari tertentu untuk mengenakan karawo sebagai seragam
formal untuk kantor pemerintah dan swasta. Hal ini dimaksudkan sebagai sarana promosi dan
menggugah kesadaran dan kecintaan serta minat warga Gorontalo terhadap karawo.

56
SMA/SMK Karawo
Seiring dengan perkembangan zaman, produksi karawo semakin beragam. Busana
yang menggunakan kerajinan karawo mulai merebut perhatian konsumen. Motif-motif
semakin bervariasi dengan kombinasi yang semakin beragam. Dalam perkembangan ini,
karawo bukan hanya menjadi pakaian khas masyarakat Gorontalo, tetapi mulai disukai oleh
para pendatang, baik pendatang domestik maupun manca negara. Para pendatang membawa
kerajinan karawo sebagai cendramata atau ole-ole khas Gorontalo.

Turis mancanegara yang berbelanja 2 Salah seorang turis mancanegara yang


1 mengenakan Bros Karawo
karawo di salah satu Toko Karawo

Promosi dan pemasaran pun mengikuti perkembangan zaman, disamping


menyelenggarakan berbagai event fashion karawo, promosi dan pemasaran sudah merambah
ke bisnis On-line. Kehadiran internet dirasakan sangat bermanfaat, karena siapapun dan
dimanapun dengan leluasa dapat mengakses dan mendapatkan informasi produk secara baik.
Melalui internet dan media sosial, produk-produk khas Gorontalo dapat diekspos dan diakses
secara luas dan terus-menerus. Ini akan menciptakan pasar yang lebih luas, dan kesempatan
transaksi lebih banyak. Hasilnya adalah perputaran usaha yang cepat dan berkelanjutan.

Bisnis On-line
Sumber : Gorontalo Holiday 20/09/2012

57
SMA/SMK Karawo
Instagram dan facebook

Supaya sulaman ini tetap eksis dan semakin dikenal, beberapa pengusaha beserta
perajin mencoba mengangkat sulaman karawo menjadi busana siap pakai (ready to wear)
yang trendi, sesuai dengan keinginan pasar.
Beberapa contoh baju karawo yang siap pakai:

Busana Wanita Jaket Busana Pria


Sumber:Koleksi Rumah Karawo Sumber:Koleksi Rumah Karawo Sumber:Koleksi Rumah Karawo
Karawo Karawo

TUGAS 1

Petunjuk:
1. Buatlah desain pengemasan produk kerajinan karawo!
2. Buatlah laporan wawancara dengan pengusaha karawo di Gorontalo!
3. Menggelar pameran hasil karya desain karawo, karya kerajinan karawo!

58
SMA/SMK Karawo
LAMPIRAN JENIS-JENIS KARYA KERAJINAN KARAWO

A. Busana Karawo Siap Pakai

Busana wanita

Busana pria
Sumber: Koleksi Rumah karawo

Busana Kerja Wanita

59
SMA/SMK Karawo
B. Bahan Karawo

60
SMA/SMK Karawo
DAFTAR REFERENSI

Gorontaloholiday. wordpress.com. 2012/06/17. Karawo Sulam Khas dan Langka dari


Gorontalo.
Sri Ayu, Reny. 2013. Sepenggal Sulaman Sejarah Gorontalo. Tekno. Kompas.Com. Posted
10/01/2013
Yunginger, Ester. 2007. Indahnya Metamorfosis Kupu-kupu Mengawal Mekarnya Kembang
Karawo.
www.portalgorontalo.net/07/2015. Mengenal Karawo Kain Khas Gorontalo.
https://tiaalexandra.wordpress.com/materi/seni-budaya/pola-sulam/

61
SMA/SMK Karawo

Anda mungkin juga menyukai