Anda di halaman 1dari 7

JAKSA AGUNG

REPUBLIK INDONESIA

SURAT EDARAN
NOMOR: SE-010 /A/JA/08/2015

TENTANG

KEWAJIBAN JAKSA UNTUK MELELANG BARANG SITAAN


YANG LEKAS RUSAK ATAU MEMERLUKAN
BIAYA PENYIMPANAN TINGGI

A. Latar Belakang
Berdasarkan inventarisasi dan evaluasi terhadap
penanganan barang bukti yang disita dalam perkara pidana (benda
sitaan), masih ditemukan adanya benda sitaan yang tersimpan
dalam waktu lama di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan
(Rupbasan) maupun yang disita di Gudang Penyimpanan Barang
Bukti Kejaksaan. Hal tersebut pada hakekatnya terjadi karena
adanya proses penanganan perkara yang memerlukan waktu lama
sejak tahap penyidikan, penuntutan, upaya hukum sampai dengan
eksekusi.

-111 -
Penyimpanan benda sitaan yang mempunyai sifat cepat
rusak dalam waktu lama telah mengakibatkan menurunnya nilai
ekonomis dari benda sitaan tersebut sehingga berpotensi
merugikan keuangan negara karena pada saat dilakukan
pelelangan nilai barang tersebut menjadi sangat rendah atau
bahkan tidak mempunyai nilai ekonomis lagi.
Benda sitaan tertentu yang mempunyai sifat cepat rusak
disamping memerlukan biaya penyimpanan yang tinggi dan
membebani anggaran kejaksaan dimaksud, dipandang perlu untuk
dilakukan penyelesaian secara cepat.
Bahwa untuk mengantisipasi hal tersebut, sebenamya
KUHAP telah memberikan jalan keluar, yaitu dengan segera
melakukan penjualan lelang terhadap benda sitaan yang akan
dirampas untuk negara (vide Pasal 45 KUHAP).
Sebagai tindak lanjut dari ketentuan KUHAP tersebut, telah
diterbitkan Peraturan Jaksa Agung Rl Nomor: Per-
027/A/JA/10/2014 tanggal 1 Oktober 2014 tentang Pedoman
Pemulihan Aset, yang telah menjabarkan secara rinci pedoman
kegiatan pemulihan aset termasuk didalamnya tata kelola benda
sitaan yang merupakan kewenangan kejaksaan.
Namun demikian, untuk optimalisasi pelaksanaan ketentuan
Pasal 45 KUHAP serta PERJA Nomor: Per-027/A/JA/10/2014
tersebut, dipandang perlu untuk menerbitkan Surat Edaran Jaksa
Agung Rl.

- 112 -
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan Tujuan dari Surat Edaran ini adalah untuk
mencegah terjadinya penurunan/kehilangan nilai ekonomis benda
sitaan yang akan merugikan negara atau menghilangkan potensi
pendapatan negara, serta mencegah pembebanan Anggaran
Kejaksaan yang terlalu tinggi dalam penanganan benda sitaan.

C. Ruang Lingkup
Surat Edaran Jaksa Agung Rl ini merupakan pedoman bagi
para Jaksa dan pejabat pengelola benda sitaan pada Kejaksaan
Agung I Kejaksaan Tinggi / Kejaksaan Negeri / Cabang Kejaksaan
Negeri dalam penanganan benda sitaan kejaksaan yang akan
dirampas untuk negara.

D. Dasar
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3209);
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan
Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3687);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);

- 113 -
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4401);
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia;
7. Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : PER-
009/A/JA/01/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kejaksaan Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor :
PER-006/A/JA/03/2011 tentang Perubahan atas Peraturan
Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor PER-009/A/JA/01
/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia;
8. Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor PER-
013/A/ JA/06/2014 tentang Pemulihan Aset;
9. Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor PER-
027/A/JA/10/2014, tentang Pedoman Pemulihan Aset.

- 114 -
!

E. Kewajiban Jaksa terhadap Benda Sitaan yang akan dirampas


untuk negara
Bahwa penanganan terhadap benda sitaan tertentu yang
dapat lekas rusak, atau yang membahayakan atau yang
memerlukan biaya penyimpanan terlalu tinggi telah diatur secara
khusus dalam Pasal 45 KUHAP yang berbunyi:
(1) Dalam hal benda sitaan terdiri atas benda yang dapat lekas
rusak atau yang membahayakan, sehingga tidak mungkin
untuk disimpan sampai putusan pengadilan terhadap perkara
yang bersangkutan memperoleh kekuatan hukum tetap atau
jika biaya penyimpanan benda tersebut akan menjadi terlalu
tinggi, sejauh mungkin dengan persetujuan tersangka atau
kuasanya dapat diambil tindakan sebagai berikut:
a. Apabila perkara masih ada ditangan penyidik atau
penuntut umum, benda tersebut dapat dijual lelang atau
dapat diamankan oleh penyidik atau penuntut umum,
dengan disaksikan oleh tersangka atau kuasanya;
b. Apabila perkara sudah ditangan pengadilan, maka
benda tersebut dapat diamankan atau dijual lelang oleh
penuntut umum atas ijin hakim yang menyidangkan
perkaranya dan disaksikan oleh terdakwa atau
kuasanya.
(2) Hasil pelelangan benda yang bersangkutan yang berupa
uang dipakai sebagai barang bukti;

- 115 -
I

(3) Guna Kepentingan pembuktian sedapat mungkin disisihkan


sebagian dari benda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1);
(4) Benda sitaan yang bersifat terlarang atau dilarang untuk
diedarkan, tidak termasuk ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), dirampas untuk dipergunakan bagi
kepentingan negara atau untuk dimusnahkan.
Bahwa berdasarkan hasil inventarisasi dan evaluasi masih
ditemukan benda sitaan yang tersimpan dalam waktu relatif lama di
Rupbasan atau Gudang Barang Bukti Kejaksaan, sehingga ketika
perkara telah memperoleh kekuatan hukum tetap, benda sitaan itu
telah mengalami penurunan nilai ekonomis atau bahkan tidak
memiliki nilai ekonomis lagi. Hal ini terjadi karena benda sitaan
tersebut memiliki sifat lekas rusak, ataupun karena benda sitaan
tersebut sebenamya tidak cepat rusak tetapi memerlukan biaya
penyimpanan tinggi dan Kejaksaan tidak memiliki anggaran yang
cukup untuk itu, sehingga benda sitaan tersebut menjadi tidak
terawat dengan baik.
Untuk menghindari potensi kerugian keuangan negara akibat
hal tersebut, maka para Kepala Kejaksaan Tinggi, Kepala
Kejaksaan Negeri dan Kepala Cabang Kejaksaan Negeri agar
memerintahkan jaksa penyidik / penuntut umum untuk melakukan
pelelangan terhadap benda sitaan yang memenuhi kriteria Pasal
45 KUHAP tersebut.

- 116 -
Tata cara pelelangan benda sitaan dilaksanakan sesuai
Peraturan Jaksa Agung Nomor: Per-027/A/JA/10/2014 tanggal 1
Oktober 2014, tentang Pedoman Pemulihan Aset dan peraturan
perundang undangan lainnya, serta dilaporkan kepada Jaksa
Agung Muda Pembinaan melalui Kepala PPA dengan tembusan
kepada Jaksa Agung Muda sesuai bidangnya masing masing.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 5 Agustus 2015
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

H.M. PRASETYO

- 117 -

Anda mungkin juga menyukai