Anda di halaman 1dari 14

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT

NOMOR :

TENTANG

PANDUAN PEMELIHARAAN UTILITAS DAN FASILITAS

Menimbang : a. Bahwa pentingnya ketersediaan sistem utilitas yang terus menerus untuk
operasional rumah sakit sangat diperlukan agar mampu memberikan
dukungan dalam pelayanan dan pengobatan yang bermutu;
b. Bahwa rumah sakit mampu memastikan utilitas dan fasilitas yang baik
tersedi selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan b, perlu ditetapkan Peraturan Direktur Rumah Sakit Premier Bintaro
tentang Panduan Pemeliharaan Utilitas dan Fasilitas di Rumah Sakit
Premier Bintaro;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1990 Tentang Keselamatan Kerja;


2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 472/Menkes/PER.V/1996 tanggal
09 Mei 1996 Tentang Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan;
4. Keputusan presiden Nomor 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit yang
Timbul Karena Hubungan Kerja;
5. Keputusan Menteri Nomor 876/Menkes/SK/VII/2011 Tentang Pedoman
Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan;
6. Permenkes Republik Indonesia Nomor 416/PER/IX/1990 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Bersih;
7. Homodialysis Water Quality (Standard AAMI tahun 1981);
8. Standard Methods, 21st Edition 2005, EPHA-AWWA-WEF Tentang
Persyaratan Kualitas Air RO;
9. Keputusan Menteri Nomor 58/MenLH/12/1995 Tentang Analisis Air
Limbah Rumah Sakit;
10. Keputusan Menteri Nomor 48/MenLH/1996 Tentang Kebisingan di Luar
Ruang;
11. Keputusan Menteri Nomor 1204 Tahun 2011 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
12. Keputusan Mentri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor
407/M/BW/1999 Tentang Penyedia Operasi Lift dan Eskalator;
13. Permenaker Republik Indonesia Nomor 03/MEN/1999 Tentang
Pemeriksaan dan Pengujian Pesawat Lift;
14. Permenaker Republik Indonesia Nomor 04/MEN/1985 Tentang Pesawat
Tenaga dan Produksi;
15. Permenaker Republik Indonesia Nomor 02/MEN/1989 Tentang
Pengawasan Instalasi Penyalur Petir;
16. Permenaker Republik Indonesia Nomor 75/MEN/1980 Tentang
Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL);
17. Permenaker Republik Indonesia Nomor 04/MEN/1980 Tentang Syarat –
Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Ringan;
18. Permenaker Republik Indonesia Nomor 02/MEN/1983 Tentang Instalasi
Alarm Kebakaran Ringan;
19. Workplace Safety Standars and Guidelines, Ramsay Health Care;

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PREMIER BINTARO TENTANG
PANDUAN PMELIHARAAN SISTEM UTILITAS FASILITAS RUMAH SAKIT
PREMIER BINTARO
Kedua : Panduan pemeliharaan untuk utilitas fasilitas dimaksud dalam diktum kesatu
tercantum dalam lampiran keputusan ini.

Ketiga Panduan sebagaimana disebutkan dalam dictum kedua agar digunakan


sebagai acuan dasar bagi perawatan sistem ulititas fasilitas untuk seluruh
peralatan penunjang Rumah Sakit.

Keempat : Dengan dikeluarkannya Peraturan Direktur ini, apabila terdapat peraturan


yang bertentangan dengan Peraturan Direktur ini, maka peraturan yang
terdahulu dinyatakan tidak berlaku.
Kelima : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Tangerang Selatan


Pada tanggal : 26 Januari 2015

Direktur
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
NOMOR:
TENTANG PANDUAN PERAWATAN UTILITAS DAN FASILITAS RUMAH SAKIT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pentingnya ketersediaan sistem utilitas yang terus menerus untuk operasional rumah sakit agar
mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang bermutu, harus mampu menyediakan
sarana dan prasarana yang meliputi air bersih, listrik selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu
melalui pemasok rutin dan alternatif. Untuk itu perlu dukungan managemen pemeliharaan yang
handal untuk mencegah timbulnya gangguan pada mesin / alat serta kemungkinan terjadinya
kegagalan dalam sistem peralatan yang dapat mengganggu dan berdampak buruk terhadap
proses pelayanan di RS Premier Bintaro.

B. Tujuan

Tujuan umum

Tujuan umum adalah menjamin sarana dan prasarana rumah sakit termasuk sarana vital tidak
terganggu untuk memenuhi kebutuhan pelayanan rumah sakit selama 24 jam.

Tujuan khusus

1. Untuk menjamin agar semua peralatan siap pakai dan mendukung program setiap unit
pelayanan
2. Agar dapat memberikan pelayanan yang berkualitas baik dan benar sesuai standar dan
perkembangan ilmu pengetahuan terkini.
3. RSPB mempunyai proses identifikasi penarikan, pengembalian serta disposisi semua
produk/
Peralatan yang dinilai tidak laik digunakan.
4. Tersedianya air bersih, listrik selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu melalui suplai utama
dan
supply alternatif.
5. Tersedianya suplai udara bersih dilingkungan rumah sakit baik untuk ruangan umum
maupun
ruangan khusus, seperti ruangan operasi maupun ruangan isolasi.
6. Adanya perencanaan untuk proses emergensi penyediaan air bersih, listrik, system
telekomunikasi untuk menghadapi keadaan gangguan pemenuhan air bersih, listrik dan
syetm telekomunikasi.
BAB II
DEFINISI

Pengertian-pengertian :

1. Preventive maintenance (PM Check) adalah suatu proses pekerjaan perawatan maintenance pada
suatu alat / equipment agar kinerja alat bekerja secara optimal, sehingga kerusakan mendadak
atau break down dapat dihindari seminimal mungkin. Semua kegiatan maintenance dituangkan
dalam suatu dokumen yang dinamakan PM check list.
2. Break Down adalah kerusakan alat secara mendadak dan perbaikanya dinamakan
kuratif maintenance (perbaikan/ repair).
3. Aiir RO atau reverse osmosis adalah air dengan hasil olahan dengan proses air bersih dilewatkan
pada membrane filter dengan tekanan tinggi sehingga air tersebut tidak mengandung mineral dan
salah satu kegunaan air RO ini untuk proses cuci darah (Haemodialisa).
4. STP (Sewage Treatmen Plant) adalah proses pengolahan limbah cair rumah sakit agar setelah
melewati proses ini air buangan rumah sakit harus sesuai dengan peraturan mentri lingkungan
hidup tahun 2014.
5. PABX adalah alat untuk mengatur / managemen telepon baik untuk telepon yang masuk maupun
telepon yang keluar sesuai dengan tingkat kesibukan dari jalur telepon.
BAB III
RUANG LINGKUP

Membuat perencanaan perawatan utilitas serta failitas di rumah sakit yaitu peralatan, air, listrik,
transportasi, limbah, telekomunikasi dan lainnya dalam keadaan normal maupun emergency. Ruang
lingkup kegiatan utilitas dan fasilitas di rumah sakit, meliputi:
1. Melakukan inventaris seluruh peralatan pada sistem utilitas dan fasilitas rumah
sakit
2. Membuat jadwal pemeliharaan sistem utilitas mengacu kepada preventive
maintenance
schedulle of utility & facility.
3. Membuat perencanaan (pemeliharaan, perbaikan dan pengujian) perbaikan
sistem utilitas.
4. Melakukan identifikasi penyedia sumber alternatif air bersih yang dapat
mensuplai selama 24
jam sehari, 7 hari seminggu.
5. Melakukan identifikasi penyedia bahan bakar untuk sumber listrik alternatif
(genset) selama
24 jam sehari, 7 hari seminggu.
6. Melakukan identifikasi area dan layanan yang beresiko paling tinggi bila terjadi
gangguan ketersediaan lsitrik atau gangguan ketersediaan air bersih dengan memprioritaskan
pemakaian pada daerah-daerah pelayanan kesehatan yang beresiko tinggi seperti OT, NICU, CCU,
Laboratorium, Radiologi, ESWL, Cathlab.
7. Menyediakan gas medis
8. Membuat perencanaan perawatan AC secara terus menerus baik untuk chiller, Air
Handling Unit (AHU), Fan Coil Unit (FCU) serta peralatan sistem pendingin lainnya, agar kebutuhan
udara bersih terpenuhi sesuai dengan kebutuhan.
9. Memastikan semua staf maintenance melaksanakan program utilitas dan fasilitas.
BAB III
TATA LAKSANA KEGIATAN

Kegiatan pemeliharaan sistem utilitas dan fasilitas-fasilitas penting di rumah sakit memiliki berbagai
macam kegiatan. Tata laksana kegiatan pemeliharaan sistem utilitas dan fasilitas, meliputi:

A. Inventaris barang dalam sistem utilitas dan fasilitas

Pengelolaan utilitas dan fasilitas di Rumah Sakit Premier Bintaro ada di bawah tanggung jawab
Departemen Pelayanan Umum, khususnya bagian Maintenance Umum yang didukung bagian
lainnya seperti housekeeping dan skuriti. Inventaris barang dilakukan dengan cara mendata dan
mendokumentasikan seluruh peralatan dalam daftar peralatan utilitas dan fasilitas yang ada di
maintenance umum.

B. Pemeliharaan alat (Preventive maintenance)

Pemeliharaan alat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.


Tata laksana:
1. Supervisor atau staf pemeliharaan membuat jadwal pemeliharaan
2. Jadwal pemeliharaan diserahkan kepada manajer pelayanan umum
3. Manajer pelayanan umum kemudian menyetujui jadwal pemeliharaan
4. Supervisor atau staf memonitoring jadwal pemeliharaan
5. Jika pemeliharaan dilakukan secara internal maka staf pemeliharaan melakukan
pemeliharaan kemudian mencatat hasilnya pada kartu pemeliharaan
6. Jika pemeliharaan dilakukan oleh sub cont maka supervisor atau staf pemeliharaan
menghubungi vendor yang bersangkutan
7. Supervisor menerima laporan hasil pemeliharaan
8. Manajer pelayanan umum / Supervisor menelaah hasil pemeliharaan
9. Supervisor / staf pemeliharaan menyimpan hasil pemeliharaan dalam file.
C. Tata laksana pemeliharaan Listrik PLN dan Genset.

a. Pengelolaan pemasokan energi listrik

Pengelolaan pemasokan energy listrik rumah sakit berasal dari PLN, dan pada kondisi aliran
listrik PLN padam (blackout) maka pemenuhan kebutuhan listrik akan dialihkan kepada energy
dari genset. Genset sebagai generator sebagai pengganti energi listrik sudah disediakan di
rumah sakit. Keterbatasan energy genset untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah sakit
dikelola dengan cara menentukan area rumah sakit yang kritikal yang prioritas mendapatkan
aliran listrik.
Keselamatan dan keamanan pasien dalam kondisi keterbatasan energi listrik dikelola dengan
pengaturan sistem distribusi energy, yaitu:
1. Genset sudah otomatis menyalakan listrik dalam 20-30 detik dan
selama peralihan sumber penerangan dari lampu emergensi.
2. Bila dalam 7 menit salah satu atau kedua dari 3 buah genset
mengalami masalah, maka akan terjadi kebutuhan pasokan listrik tidak sebanding dengan
kebutuhan, maka untuk itu beberapa lokasi yang diprioritaskan untuk tetap nyala (dialiri
energi listrik), yaitu: Ruang OT, ICU, NICU, Medical Centre, Pump room, F&B, Laboratorium,
Finance, Receptionis.
3. Teknisi shift leader akan melakukan pembagian distribusi listrik
sesuai daerah kritikal yang ada diatas karena keterbatasan supply energi listrik.
4. Memastikan bahwa sumber listrik dari Generator juga memberikan
supply kebutuhan vital seperti pompa air, gas medis dan AC, sehingga kegiatan pelayanan
terhadap pasien berjalan lancar dengan aman dan nyaman.

b. Pemeliharaan generator

Pemeliharaan Generator set telah terjadwal untuk memaksimalkan kemampuan unit-unit


Genset dan penggantian spare part tepat waktu. Kondisi peralatan yang baik dan perawatan
Generator set secara periodik akan mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan, membuat
Generator beroperasi dengan lebih efisien dan umur Genset akan relatif lebih panjang.
Kegiatan perawatan dilakukan berdasarkan schedule, tetapi juga dimungkinkan dilakukan
diluar schedule, misalnya ada bagian / part yang tampak mulai aus, karena pemakaian yang
berulang dan waktu yang lama.

Pemeliharaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:


1. Perawatan Mingguan
 Dilakukan pemanasan engine + 10 menit.
 Pengecekan volume tanki solar Ground.
 Pengecekan pompa solar. Pengecekan battery starter.
 Pengecekan panel, indikator light.
 Pembersihan
2. Perawatan Rutin Berkala
 Service rutin periode mingguan,3 bulanan dilakukan oleh maintenance rumah sakit.
 Service rutin periode 1 tahunan dilakukan oleh vendor generator set.
3. Membuat permintaan kepada purchasing untuk pembelian bahan bakar solar bila sudah
mencapai minimum stok 2000 liter pada tangki solar ground. Penyedia bahan bakar
untuk sumber listrik alternatif dilakukan dengan cara membuat perjanjian tertulis dari
supplier bahwa akan disediakan bahan bakar selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu.
D.
E. C. Tata laksana Pengelolaan Air bersih.

Tata laksana air bersih di rumah sakit merupakan pengelolaan pemasokan air bersih secara terus-
menerus selama 24 jam dalam 7 hari seminggu, hal ini untuk keperluan kebutuhan air sebagai
sarana primer rumah sakit, baik digunakan untuk sumber air minum, proses steril maupun
kebersihan sehingga jalannya operasional rumah sakit untuk melayani pasien dapat berjalan
dengan baik. Bila terjadi kegagalan atau terputusnya sumber air bersih ke rumah sakit maka harus
ada sumber lain yang mampu menasok air ke rumah sakit sesuai kebutuhan pemakaian yang ada
tanpa ada gangguan.
Ada 3 sumber air bersih yang masuk rumah sakit diantaranya:
1. Dua (2) sumber air bersih dari sumur tanah.
2. Satu (1) sumber air bersih dari PDAM
3. Bila semua atau ketiga sumber air mengalami krisis/terputus atau tidak dapat memenuhi
kebutuhan rumah sakit, maka kebutuhan air akan didapat dari mobil tangki sebagai pemasok
kebutuhan air bersih.
4. Teknisi shift leader akan melakukan pemindahan distribusi sumber air bersih bila salah
satu dari sumber air bersih mengalami gangguan / atau tidak dapat mencukupi kebutuhan air
di rumah sakit.
5. Memastikan bahwa sumber air bersih yang masuk ke seluruh rumah sakit mencukupi
kebutuhan operasional.
6. Melaporkan ke atasan untuk membeli air menggunakan mobil tangki bila semua sumber
air bersih terganggu atau tidak bisa mencukupi akan kebutuhan rumah sakit.

D. Tata laksana Pemeliharaan Gas medis

Gas Medis yang ada di rumah sakit antara lain O 2, N2O, CO2 dan udara tekan. Pemeliharaan gas
medis bertujuan untuk memberikan pelayanan ketersediaan supply Gas Medis setiap saat di
rumah sakit. Penanganan Gas Medis harus sesuai dengan standarisasi dan petunjuk pabrik
pembuatnya dengan standarisasi umum yang berlaku. Pemakaian dan penyediaan gas medis di
monitor dan didokumentasikan untuk perencanaan dan peningkatan penyediannya.

Tata laksana:

1. Penerimaan Gas Medis dari supplier harus di cek jumlahnya sebelum dan sesudah
pengisian (untuk O2 cair).
2. Penerimaan Gas Medis dari supplier harus di cek jumlah dan nomor botolnya
(melakukan pencatatan pada balance sheet).
3. Penyimpanan Gas Medis :
 Pada tempat yang kering dan berventilasi baik.
 Jauhkan dari bahan yang mudah terbakar, api / sumber panas lain.
 Jauhkan dari minyak, oli, gemuk dan garam.
 Jauhkan dari zat-zat yang dapat menyebabkan terjadinya karatan / kerusakan.
 Isolasi sekitarnya dan dilarang masuk bagi orang yang tidak berkepentingan.
 Tata letak tabung-tabung gas medis, ditempatkan sesuai dengan jenis gasnya.
 Tabung-tabung gas medis ditempatkan harus berdiri dan dikaitkan.
 Dalam penyaluran / instalasinya harus dari bahan tembaga, aluminium dan stainless steel
4. Pelaksanaan transfer gas medis hanya diperbolehkan untuk gas O 2 saja.
3
 Adalah pengisian ulang gas Oksigen dengan menggunakan tabung / cylinder kecil 1/4 m dan
1/8 m3. Supply O2 portable yang dapat dibawa atau diikutkan pada bed pasien dan mobil
ambulance.
 Pelayanan tetap tanpa henti dengan selalu mengisi, penuh tabung Cylinder O 2 dengan gas O2
5. Sebelum melaksanakan transfer gas oxygen (O 2), periksalah kondisi cylinder kecil dengan cara
memukul dengan benda logam secara pelan-pelan. Apabila berbunyi nyaring berarti
kondisinya baik.
6. Disamping hal tersebut di atas, periksalah tanggal “TEST”, apabila sudah kadaluarsa jangan
diisi, dan segera adakan “TEST” ulang di vendor penyedia gas.
7. Lokasi pengisian gas oksigen berada di halaman luar bagian belakang Rumah Sakit, lokasinya
sama dengan lokasi tabung gas oxygen cair.
8. Apabila Cylinder kecil tersebut sudah siap untuk diisi maka pipa regulator dari tabung besar
dihubungkan ke Cylinder kecil kemudian Valve regulator dibuka perlahan-lahan hingga
mencapai tekanan kerja 1200 kpa untuk Cylinder yang berukuran 1/4 m3 dan 700 kpa untuk
Cylinder yang berukuran 1/8 m3.
9. Tekanan kerja pada Cylinder oksigen 1/8 m3 jangan melebihi tekanan 750 kpa dan tekanan
kerja pada Cylinder oksigen 1/4 m3 tidak boleh melebihi 1250 kpa.
10.Apabila menggunakan kunci atau Tool jangan yang mengandung Oil atau Grease karena
sangat berbahaya (dapat meledak).
11.Rendamlah Cylinder kecil di dalam air selama proses transfer guna menurunkan temperatur
selama di laksanakan pengisian gas Oxygen dari tabung besar ke tabung kecil.

C. D. Tata laksana Pengelolaan limbah.


Pengelolaan limbah merupakan suatu kegiatan pemeliharaan sistem pengolahan limbah cair yang
telah terprogram guna mendapatkan mutu hasil air limbah yang sesuai dengan baku mutu air
limbah yang telah di tetapkan pemerintah, melalui hasil test di laboratorium. Hasil akhir air sesuai
dengan parameter yang ditetapkan Kep-58/MENLH/1995 setelah devaluasi dari hasil tes
laboratorium yang ditunjuk. Tindakan apabila hasil pengujian melewati batas toleransi yang
diperkenankan setelah dievaluasi setiap bulannya.Tata laksana pengelolaan limbah dilakukan
dengan cara:
1 Pembersihan sumpit: Dilakukan setiap hari dengan mengangkat kotoran dari penangkap /
filter yang ada di sumpit.
2 Pemberian Chlorine: Diberikan setiap hari sebanyak 1 tablet, untuk mematikan kuman dan
menjernihkan air.
3 Pembersihan Grease Trap: Dilakukan setiap hari dengan mengangkat kotoran pada bak trap.
4 Pengambilan Sample: Diambil sample air limbah sebelum dan sesudah proses per 1 bulan.
5 Evaluasi Hasil Pemeriksaan Air Limbah dari Laboratorium yang ditunjuk.
6 Pemeliharaan dan pengambilan sample dilakukan oleh staf maintenance.

F. Tata laksana pengujian air bersih dan air R.O


Tata laksana pengujian air bersih dan air R.O secara berkala dan dikirim ke Laboratorium yang
telah ditentukan. Suatu kegiatan yang telah terprogram guna mendapatkan mutu/kualitas
produk/hasil air yang terbaik sesuai dengan baku mutu air yang telah di tetapkan melalui hasil
test di laboratorium. Hasil akhir air bersih harus sesuai dengan parameter dan uji layak
PerMenKes 416/Menkes-IX/1990, hasil pemeriksaan air R.O sesuai standar yang dipersyaratkan,
Standard NSW Renal Services Network Dialysis Water Pre-Treatment for in Centre & Satellite
Haemodialysis Units in NSW, A Set of Guidlines, June 2008, dan hasil akhir air limbah harus sesuai
dengan parameter dan uji layak Kep.58/MENLH/12/1995 .
a. Pemeriksaan Air Bersih
1. Pemeriksaan terhadap total bakteri, total coliform dan E. Coli yang dilakukan setiap 3 bulan
dengan mengambil sampel di berbagai titik sesuai dengan ketentuan.
2. Pemeriksaan air yang terdapat direservoir tank storage dilakukan setiap 3 bulan dengan
mengambil masing-masing satu sample sebelum dan sesudah proses
3. Pemeriksaan terhadap fisika kimia dilakukan setiap 3 bulan dengan mengambil sampel dari
beberapa titik sesuai dengan ketentuan.
4. Pemeriksaan terhadap Legionella dilakukan setiap tahun dengan mengambil sampel dari
shower air panas dibeberapa titik secara random
5. jika hasil diluar parameter, maka dilakukan tindakan perbaikan dengan merujuk pada diagram
alur penanganan air bersih.
6. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik aseptik oleh petugas laboratorium pihak ketiga
didampingi oleh pihak maintenance dan mengirimkan ke laboratorium yang ditunjuk.
7. Melaporkan semua hasil pemeriksaan ke Infection Control Nurse (ICN).

b. Air Reverse Osmosis (RO)


Sample di ambil masing-masing outlet mesin RO, Pengelolaan air RO dengan melakukan
pemeriksaan secara rutin meliputi:
1. Pemeriksaan terhadap bakteri dilakukan setiap bulan dengan mengambil sampel air dari
mesin haemodialysis, outlet dan tanki RO, jika hasil diluar parameter, maka akan dilakukan
tindakan perbaikan dengan merujuk pada diagram alur penanganan air RO.
2. Pemeriksaan Fisika Kimia dilakukan setiap 3 bulan, dengan pengambilan sample secara
random dari mesin RO.
3. Pemeriksaan terhadap endotoxin dilakukan setiap 6 bulan dengan mengambil sampel dari
outlet mesin RO, outlet Haemodialysis Department (HD), Critical Care Unit (CCU), Endoskopi,
High Dependency Unit (HDU) dan Flaminggo.
4. Pemeriksaan bilasan akhir endoskopi dilakukan setiap 4 bulan dengan mengambil sampel dari
setiap endoskope.
5. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik aseptik oleh perawat yang bekerja di HD untuk
sampel air mesin HD dan Perawat Endoskopi untuk sample bilasan akhir dari skope,
sedangkan petugas maintenance bekerja sama dengan petugas laboratorium yang ditunjuk
untuk mengambil sample air dari tanki air RO dan outlet dan mengirimkan ke laboratorium
yang ditunjuk.
6. Melaporkan semua hasil pemeriksaan ke Infection Control Nurse (ICN)

G. Tata laksana pengujian air limbah

Pengujian air limbah dilakukan secara berkala dan dikirim ke Laboratorium yang telah ditentukan.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara:
1. Sample diambil dari titk bak air pengumpul (Sump Pit ) dan di bak Effluent .
2. Dilakukan pengambilan sample sebelum dan sesudah proses, masing-masing satu sample.
3. Lamanya waktu pengujian untuk pengujian berikutnya adalah satu bulan.
H. Peningkatan kKeterampilan Staf

Kegiatan-kegiatan dalam pemeliharaan sistem utilitas dan fasilitas di rumah sakit yang sangat
kompleks memerlukan sumber daya manusia yang kompeten dan trampil dalam
melaksanakan tugasnya. Staf maintenance umum dan staf lain yang terlibat dalam
pemeliharaan sistem utilitas dan fasilitas di rumah sakit telah terlatih dan memiliki uraian
tugas yang jels, sehingga semua kegiatan dilaksnakan dengan benar. Untuk meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan staf telah dilakukan pelatihan baik intrenal ataupun eksternal.
Training internal dilaksanakan apabila ada alat/sistem baru. Training eksternal dilaksanakan
sesuai dengan pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak eksternal, staf akan diikutsertakan
jika materi training sesuai dengan materi yang diperlukan oleh maintenance umum.
Training diberikan kepada staf sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya
BAB IV
DOKUMENTASI

Seluruh perawatan utilitas dan fasilitas di rumah sakit premier Bintaro didokumentasikan pada
lembaran formulir. Dokumentasi dilakukan sejak dari jadwal perawatan, rencana kalibrasi,
pelaksanaan perawatan/kalibrasi, sampai dengan seluruh proses preventive maintenance check yang
dilakukan setiap minggu untuk setiap peralatan. Dokumen preventive maintenance tersebut
didokumentasikan pada formulir-formulir di bawah ini:

1. Formulir Electrical Log Sheet ( FRM/PUM/MTC-U/05) : Mencatat seluruh aktivitas kelistrikan setiap
jamnya.
2. Formulir Kartu Pemeliharaan (FRM/PUM/MTC-U/10) : Melakukan pemeriksaan dan pembersihan di
setiap alat.
3. Formulir Laporan kerusakan / Perbaikan (FRM/PUM/MTC-U/11): Menginformasikan terhadap alat
alat yang rusak .
4. Formulir Preventive Maintenance Untuk Ruang Perawatan (FRM/PUM/MTC-U/16)
5. Formulir Evaluasi Kinerja Vendor Elevator (FRM/PUM/MTC-U/22)
6. Formulir Form Catatan Suhu / Kelembaban (FRM/PUM/MTC-U/23)
7. Formulir PM Check PABX (FRM/PUM/MTC-U/54)
8. Formulir PM Check UPS (FRM/PUM/MTC-U/62)
9. Formulir PM Check Generator Set (FRM/PUM/MTC-U/68)
10.Formulir Kartu Pemeliharaan Tabung Oksigen (FRM/PUM/MTC-U/81)
11.Formulir Check List Sprinkler (FRM/PUM/MTC-U/87)
12.Formulir Preventive Maintenance Schedule of AC (FRM/PUM/MTC-U/94)
13.Formulir Preventive Maintenance Schedule of Utility & Facility (FRM/PUM/MTC-U/98)
14.Formulir Preventive Maintenance Code Blue / Emergency Call dan Pager (FRM/PUM/MTC-U/113)
BAB V
PENUTUP

Perawatan secara berkala sangat diperlukan agar kinerja mesin atau alat dapat mendukung sarana &
prasarana rumah sakit bekerja secara optimal, dan dampak dari semua itu akan mengurangi atau
menghindari break down mesin yang mengakibatkan terganggunya proses pelayanan pada pasien.
Sehingga dengan terpeliharanya alat secara konsisten maka seluruh sarana dan prasana penunjang
rumah sakit mampu melayani selama 24 jam 7 hari secara non stop.
Begitupun bila terjadi kerusakan alat atau mesin sebagai bagian dari sarana dan prasarana, maka
respon staf maintenance terhadap kerusakan harus cepat, tepat dan handal dan pihak pelanggan atau
yang melaporkan harus membuat permintaan perbaikan di SAM-RS (System Asset Managemen
Rumah Sakit) sehingga seluruh aktivitas kinerja maintenance memiliki indicator.
Adapun untuk menghindari kecelakaan kerja serta infeksi nosokomial baik terhadap pasien, keluarga
pasien maupun karyawan rumah sakit maka seluruh kontraktor yang bekerja dilingkungan rumah sakit
harus terlebih dahulu melewati briffing atau induksi agar proses pelaksanaan project dapat sesuai
dengan harapan semua pihak.

Anda mungkin juga menyukai