Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“GOLONGAN OBAT ANTIBIOTIK “

OLEH :

NAMA : OSANA KONI MILLA ZANGGA NATA


NIM : PO530333219388
TINGKAT : 2C
MATA KULIAH : SP PRAKTIKUM KIMFAR KUALITATIF

PRODI FARMASI
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan cinta - Nya
kepada penulis sehingga makalah ini dapat di selesaikan walau sangat sederhana keadaannya,
namun di harapkan dapat memberi manfaat kepada kita semua serta hasil yang di harapkan.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang di berikan
pada mata kuliah Sp Praktikum Kimfar Kualitatif . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Di sadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu pada kesempatan
ini mohon kiranya bagi para pembaca yang memberikan kritikan dan saran yang sifatnya
membangun, sehingga makalah ini dengan judul “Golongan Obat Antibiotik “ bisa mendekati
kata sempurna di masa yang akan datang.
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca, dapat mengerti dan memahaminya
dengan baik, oleh karena itu saran dan pendapat serta petunjuk sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Kupang, Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN....................................................................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................
1.3 Tujuan.......................................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN ..........................................................................................................
2.1 Pengertian Antibiotik
2.2 Bagaimana cara menggunakan antibiotic
2.3 Jenis-jenis Antibiotic dan Penggolongan Antibiotik
2.4 Pengobatan Antibiotik Rasional
2.5 Resistensi Atibiotik
BAB 3 PENUTUP.........................................................................................................................
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antibiotika merupakan obat yang penting digunakan dalam pengobatan
infeksi akibat bakteri (NHS, 2012). Setelah digunakan pertama kali tahun 1940an,
antibiotika membawa perubahan besar pada pelayanan kesehatan dan
penyembuhan infeksi bakteri (WHO, 2011).
Meskipun antibiotika memiliki banyak manfaat, tetapi penggunaannya
telahberkontribusi terhadap terjadinya resistensi akibat pemakaian yang irasional(Katzung,
2007). Penggunaan antibiotika yang rasional, merujuk pada ketepatandosis, pemilihan
antibiotika, cara pemberian, lama pemberian yang tepat, bentuk
sediaan yang seharusnya diberikan kepada pasien, serta harga yang terjangkau
(WHO, 2010).
Resistensi merupakan kemampuan bakteri dalam menetralisir dan melemahkan daya
kerja antibiotika. Resistensi antibiotika masih menjadi masalah besar di seluruh dunia. Masalah
resistensi selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas, juga memberi dampak negatif
terhadap ekonomi dan sosial yang sangat tinggi. Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah
sakit, tetapi lambat laun juga berkembang di tingkat masyarakat, khususnya Streptococcus
pneumoniae (SP), Staphylococcus aureus,  dan Escherichia coli (Permenkes,2011).
Terjadinya peningkatan resistensi kuman terhadap antibiotika salah satunya karena
adanya pengobatan sendiri dengan antibiotika yang dilakukan oleh masyarakat (WHO, 2011).
Hal ini mengakibatkan pengobatan menjadi tidak efektif. Pengobatan sendiri dengan antibiotika,
tidak hanya terjadi di negara-negara sedang berkembang, tetapi juga di negara-negara maju (Al-
Azzam,2007).
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Radyowijati dan Haak (2002) menyatakan
bahwa masyarakat di negara berkembang memiliki pandangan bahwa antibiotika merupakan
“obat super” yang dapat menghilangkan berbagai gejala maupun menyembuhkan penyakit.
Contohnya adalah masyarakat sering menggunakan antibiotika untuk mengobati influenza,
padahal penyakit ini tidak disebabkan oleh bakteri (Wahyuni,2009).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dari Antibiotik?
2. Bagaimana cara menggunakan antibiotic?
3. Apa saja Jenis-jenis Antibiotic dan Penggolongan Antibiotik?
4. Bagaimana Cara Pengobatan Antibiotik Rasional?
5. Apa saja Resistensi Atibiotik?
6.
1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui Pengertian Dari Antibiotik
2. Agar mengetahui Bagaimana cara menggunakan antibiotic
3. Agar mengetahui Apa saja Jenis-jenis Antibiotic dan Penggolongan Antibiotik
4. Agar mengetahui Bagaimana Cara Pengobatan Antibiotik Rasional
5. Agar mengetahui Apa saja Resistensi Atibiotik
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Antibiotik

Antibiotika adalah zat-zat kimia oleh yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki
khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi
manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini, yang dibuat secara semi-sintesis, juga termasuk
kelompok ini, begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat antibakteri (Tjay & Rahardja, 2007).
Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh mikroorganisme, yang dalam jumlah kecik
dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain (Harmita
dan Radji, 2008)

2.2 Bagaimana cara menggunakan antibiotic

Dosis antibiotik dapat diberikan dalam beberapa cara:

 Antibiotik oral - tablet, pil dan kapsul atau cairan yang dapat Anda minum
 Antibiotik topikal - krim, lotion, semprotan atau tetes
 Suntikan antibiotik - obat antibiotik dapat diberikan dengan suntikan, melalui infus,
langsung ke dalam darah atau otot.
Bagaimana obat antibiotik diberikan akan tergantung pada jenis infeksi. Antibiotik topikal
sering digunakan untuk mengobati infeksi kulit, sementara fungsi antibiotik oral dapat
digunakan untuk mengobati sebagian besar jenis infeksi ringan sampai sedang dalam tubuh.
Suntikan antibiotik biasanya disediakan untuk infeksi yang lebih serius dan sering diberikan
di rumah sakit.
2.3 Jenis-jenis Antibiotic dan Penggolongan Antibiotik
Menurut Stephens, (2011) terdapat lebih dari 100 antibiotik, mayoritasnya terdiri dari
beberapa jenis.Jenis-jenis tersebut adalah seperti berikut:
a. Penisilin
Penisilin pertama kali diisolasi dari jamur Penicilliumpada tahun 1949. Obat ini
efektifmelawan beragam bakteri termasuk sebagian besar organisme gram positif.
Penggunaan penisilin yang berlebihan menyebabkan timbulnya resistensi bakteri
(pembentukan penisilinase), membuat obat ini tidak berguna untuk banyak strain bakteri.
Meskipun demikian, penisilin tetap merupakan obat terpilih yangtidak mahal dan
ditoleransi baik untuk beberapa infeksi (Olson, 1995). Menurut Natinal Health Service,
(2012) penisilin merupakan antara antibiotik yang pertama kali ditemukan oleh
Alexander Fleming pada tahun, 1928 dan paling sering digunakan untuk mengobati
infeksi tertentu seperti infeksi kulit, infeksi dada dan infeksi saluran kemih. Antara
antibiotik, penisilin merupakan antibiotik yang penting karena kurang toksik,
perkembangan bakteri terhadap resistensinya sedikit (Mutschler,1999).
Menurut Katzung et al.,(2012) penisilin dapat diklasifikasikan kepada beberapa
kelompok yaitu:
1) Penisilin misalnya (penisilin G), mempunyai aktivitas terbesar terhadap
organismegram positif, kokus gram negatif, bakteri anaerob yang tidak memproduksi
beta-laktamase, dan mempunyai sedikit aktivitas terhadap gram-negatif batang.
Kelompok ini rentan terhadap hidrolisis oleh beta-laktamase.
2) Penisilin antistafilokokus (misalnya,nafcilin) ini resisten terhadap beta-laktamase dari
stafilokokus dan aktif terhadap stafilokokus dan streptokokus, tetapi tidak aktif
terhadap enterokokus, bakteri anaerob,gram negatif batang dan kokus.
3) Penisilin dengan perluasan spektrum (amoxisilin, ampisilin, penisilin
antipseudomonas), mempunyai spektrum antibakteri penisilin dan memiliki aktivitas
yang tinggi terhadap organisma gram negatif, tetapi kelompok ini sering rentan
terhadap beta-laktamase.
b. SefalosporinSefalosporin serupa dengan penisilin, tetapi lebih stabil terhadap banyak
bakteria beta-laktam sehingga mempunyai spektrum aktivitas yang lebih luas.
Sefalosporin tidak aktif terhadap enterokokus dan Listeria monocytogenes. Sefalosporin
diklasifikasikan ke dalam empat generasi yaitu:
1) Generasi pertama sangat aktif terhadap organismegram positif, termasuk
pneumokokus, stafilokokus, dan streptokokus(Katzung et al.,2012).Kelompok ini
efektif melawan infeksi yang ditularkan melalui kulit pada pasien-pasien operasi.
Misalnya sefazolin, sefadrosil, sefaleksin, dan sefalotin (Olson, 1995).
2) Generasi kedua memiliki paparan gram negatif yang lebih luas termasuk sefaklor,
sefamandol, sefoksitin, sefotetan. Kelompok ini merupakan golongan
heterogeneousyang mempunyai perbedaan-perbedaan individual dalam aktivitas,
farmakokinetika, dan toksisitas(Katzung et al.,2012).
3) Generasi ketiga adalah sangat aktif terhadap gram negatif dan obat-obat ini mampu
melintasi blood-brain barrier. Generasi ini aktif terhadap citrobacter, Serratia
marcescens, dan providencia. Misalnya, sefoperazon, sefotaksim, seftazidim,
seftizoksim, dan seftriakson (Katzung et al.,2012).
4) Generasi keempat adalah cefepime. Obat ini lebih kebal terhadap hidrolisis oleh beta-
lactamase kromosomal dan mempunyai aktivitas yang baik terhadap P aeruginosa,
Enterobacteriaceae, S aureus,dan S pneumonia. Obat ini sangat aktif terhadap
haemophilusdan Neisseria(Katzung et al, 2012).
c. Makrolida
Makrolida biasanya diberikan secara oral, dan memiliki spektrum antimikroba yang sama
dengan benzilpenisilin (yaitu spektrum sempit, terutama aktif melawan organisme gram
positif) serta dapat digunakan sebagai obat alternatif pada pasien yang sensitif penisilin,
terutama pada infeksi yang disebabkan oleh streptokokus, stafilokokus, pneumokokus,
dan klosridium. Akan tetapi makrolida tidak efektif pada meningitis karena tidak
menembus sistem saraf pusat dengan adekuat (Neal, 2006). Yang termasuk kelompok
antibiotik makrolida adalah erythromycin, clarithromycin, azithromycin, roksitromisin,
spiramisin dan troleandomycin. Yang paling sering diresepkan agen antimikroba
makrolida adalah eritromisin (Mosby, 1995).
d. Flurokuinolon
Golongan ini dapat digunakan untuk infeksi sistemik. Daya antibakteri fluorokuinolon
jauh lebih kuat dibandingkan kelompok kuinolon lama. Selain itu, kelompok obat ini
diserap dengan baik pada pemberian oral, dan beberapa derivatnya tersedia juga dalam
bentuk parenteral sehingga dapat digunakan untuk penanggulangan infeksi berat.
Golongan ini aktif terhadap kuman gram negatif . Flurokuinolon lama (Siprofloksasin,
Ofloksasin, Norfloksasin) Mempunyai daya antibakteri yang sangat kuat terhadap E.coli,
klebsiela, Enterobacter, Proteus, H, Influenzae, Salmonela , Meningitis, Gonorhoe
terhadap kuman Gram positif daya antibakterinya kurang baik. Flurokuinolon
baru( Moksifloksasin, Levloksasin) mempunyai daya anti bakteri yang baik terhadap
Gram positiftetapi dalam beberapa tahun terakhir ini telah dipasarkan fluorokuinolon
baru yang mempunyai daya antibakteri yang baik terhadap kuman gram positif. Yang
termasuk golongan ini ialah siprofloksasin, pefloksasin, dan lain-lain (Setiabudy dkk,
2009).
e. Aminoglikosida
Aminoglikosida merupakan salah satu antibiotik yang tertua. Sejak tahun 1944, antibiotik
streptomisin merupakan produk dari bakterium Streptomyces griseus. Selain itu, terdapat
juga antibiotik seperti neomisin, gentamisin, tobramisin, streptomisin, netilmisin dan
amikasin. Seperti penisilin, golongan ini aktif terhadap kedua bakteri gram negatif dan
gram positif. Aminoglikosida merupakan senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus
gula amino yang terikat lewat ikatan glikosidik pada inti heksosa (Hauser, 2007).
f. Tetrasiklin
Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri padaribosomnya. Tetrasiklin
termasuk antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik. Hanya mikroba yang cepat
membelah yang dipengaruhi obat ini. Tetrasiklinmemperlihatkan spektrum antibakteri
luas yang meliputi kuman gram positif dan negatif, aerobik dan anaerobik. Tetrasiklin
merupakan obat yang sangat efektif untuk infeksi Mycoplasma pneumonia, Chlamydia
trachomatis, dan berbagai riketsia (Setiabudy dkk, 2009). Obat yang termasuk tetrasiklin :
doksisiklin, minosiklin, oksitetrasiklin dan terasiklin
g. Antibiotik lain
1) Kloramfenikol
Kloramfenikol adalah antibiotic spectrum luas, penggunaannya sebaiknya untuk
penanganan infeksi yang mengancam jiwa, bakteri yang resisten terhadap
kloramfenikol digantikan dengan thiamfenikol.
2) Klindamisin
Aktif terhadap bakteri kokus Gram positif. Klindamisin mempunyai efek samping
yang serius seperti colitis, bila penggunaannya menyebabkan diare maka sebaiknya
pengobatan dihentikan.
Vankomisin
3) Antibiotik ini aktif terhadap bakteri Gram positif aerob dan non aerob termasuk
stafilokokus yang multiresisten.

2.4 Pengobatan Antibiotik Rasional

Pengobatan rasional yaitu mensyaratkan bahwa pasien mendapatkanobat yang sesuai


dengan kebutuhan klinik, dosis yang sesuai, dalam periode waktu yang memadai, dan harga yang
terjangkau bagi pasien.Istilah penggunaan obat rasional dalam lingkungan biomedik mencakup
kriteria seperti obat yang tepat meliputi keamanan kemanfaatan dan biaya, indikasi yang tepat,
tepat pasien yaitu tidak ada kotraindikasi dan kemungkinan reaksi merugikan minimal,
dispensing yang benar, dan kepatuhan pasien pada pengobatannya (Siregar, 2003).
Beberapa kriteria penggunaan obat rasional yaitu (Depkes RI, 2008):
a. Tepat diagnosis, obat disebut rasional jika diberikan sesuai dengan diagnosis yang tepat.
Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan tepat, dampaknya terjadi kesalahan dalam
pemilihan obat.
b. Tepat indikasi, Obat harus diberikan sesuai dengan indikasi penyakit. Berkaitan dengan
perlu atau tidaknya obat diberikan pada suatu kasus tertentu.
c. Tepat pemilihan obat. Obat yang dipilihkan untuk pasien harus memiliki efek terapi sesuai
dengan penyakitnya berdasarkan pertimbangan manfaat, keamanan, harga, dan mutu.
d. Tepat dosis. Dosis obat yang diberikan harus tepat, tidak berlebihan maupun terlalu kecil
agar efek terapi yang diinginkan dapat tercapai. Tepat dosis meliputi tepat jumlah, cara
pemberian, interval waktu pemberian, dan lama pemberian.
e. Tepat penilaian terhadap kondisi pasien. Pemberian obat disesuaikan dengan kondisi
pasien dengan memperhatikan kontraindikasi, komplikasi, kehamilan, usia lanjut atau
bayi.
f. Waspada terhadap efek samping. Obat yang diberikan kepada pasien dapat menimbulkan
efek samping seperti mual, muntah, gatal-gatal, dan sebagainya. Pengertian dari efek
samping yaitu efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis
terapi.f.Efektif, aman, mutu terjamin, tersedia setiap saat, dan harga terjangkau.
g. Tepat tindak lanjut. Pemberian obat ke pasien harus mempertimbangkan upaya tindak
lanjut yang diperlukan, misalnya pasien mengalami sakit berlanjut dikonsultasikan ke
dokter.
h. Tepat penyerahan obat. Penggunaan obat rasional melibatkan pihak yang menyerahkan
obat kepada pasien. Resep diserahkan oleh apoteker atau asisten apoteker atau petugas
penyerah obat di puskesmas kepada pasien dengan informasi yang tepat.
i. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan. Ketidakpatuhan pasien dalam
minum obat bisa disebabkan karena jenis sediaan obat beragam, jumlah obat terlalu
banyak, frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering, pemberian obat dalam jangka
panjang tanpa informasi, pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat, timbulnya efeksamping.

Penggunaan obat yang rasional sangat diperlukan dengan alasan sebagai berikut (Depkes
RI,2013) :
a. Dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelian obat.
b. Mempermudah masyarakat untuk memperoleh obat dengan harga terjangkau.
c. Dapat mencegah dampak dari penggunaan obat yang tidak tepat yang dapat
membahayakan pasien.
d. .Dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat (pasien) terhadap mutu pelayanan
kesehatan.

2.5 Resistensi Atibiotik

Organisasi kesehatan di seluruh dunia sedang mencoba untuk mengurangi penggunaan


antibiotik, terutama untuk kondisi yang tidak serius. Hal ini untuk mencoba memerangi masalah
resistensi antibiotik, yang ketika strain bakteri tidak lagi merespon terhadap pengobatan dengan
satu atau beberapa jenis antibiotik. Resistensi antibiotik dapat terjadi dalam beberapa cara.
Strain bakteri dapat bermutasi (berubah) dan dari waktu ke waktu menjadi resisten (kebal)
terhadap antibiotik tertentu. Kesempatan ini meningkat jika seseorang tidak mengetahui tentang
antibiotik karena beberapa bakteri dapat dibiarkan untuk mengembangkan resistensi. Juga,
antibiotik dapat menghancurkan banyak strain berbahaya dari bakteri yang hidup pada tubuh.
Hal ini memungkinkan bakteri resisten untuk berkembang biak dengan cepat dan menggantinya.
Penggunaan obat antibiotik yang berlebihan dalam beberapa tahun terakhir telah memainkan
peranan utama dalam resistensi antibiotik. Ini termasuk menggunakan macam-macam antibiotik
untuk mengobati kondisi kecil.
Hal ini telah menyebabkan munculnya strain bakteri yang sudah kebal terhadap berbagai jenis
antibiotik. Mereka termasuk:
 Meticillin resistant Staphylococcus aureus ( MRSA )
 Clostridium difficile ( C.diff )
 Bakteri yang menyebabkan tuberkulosis yang resistan terhadap obat ( MDR-TB )
Jenis infeksi bisa serius dan menantang untuk mengobati, dan menjadi penyebab meningkatnya
kecacatan dan kematian di seluruh dunia. Sebagai contoh, Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO )
memperkirakan bahwa ada sekitar 150.000 kematian akibat TB-MDR setiap tahun.
Kekhawatiran terbesar adalah bahwa mungkin muncul strain bakteri baru yang efektif sulit untuk
dapat diobati dengan antibiotik yang ada. Sudah ada tanda-tanda ini dengan munculnya jenis
bakteri yang disebut New Delhi Metallo-beta-laktamase ( NDM-1 ), yang tampaknya sangat
resisten terhadap pengobatan.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Antibiotik adalah senyawa yang digunakan untuk mencegah dan mengobati suatu infeksi
karena bakteri. Infeksi bakteri terjadi bila bakteri mampu melewati barrier mukosa atau kulit
dan menembus jaringan tubuh. Pada umumnya tubuh memiliki respon imun untuk
mengeliminasi bakteri atau mikroorganisme yang masuk. Jika perkembangbiakan bakteri
lebih cepat dari respon imun yang ada, maka akan terjadi penyakit infeksi yang ditanai dengan
adanya inflamasi (Permenkes, 2011).Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba,
terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Obat yang
digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, ditentukan harus
memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah bersifat
sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksikuntuk hospes. Sifat toksisitas selektif
yang absolut belum atau mungkin tidak akan diperoleh (Setiabudy dkk, 2009).

Pada dasarnya, infeksi bakteri yang tergolong ringan dapat pulih dengan sendirinya, sehingga
pemberian antibiotik dirasa tidak perlu. Namun, ketika infeksi bakteri yang diderita tidak
kunjung membaik, dokter dapat meresepkan antibiotik. Selain keparahan kondisi, terdapat juga
beberapa pertimbangan lain sebelum akhirnya pasien diberikan antibiotik, yakni:

 Infeksi yang diderita adalah infeksi menular.


 Terasa mengganggu dan diduga membutuhkan waktu lama untuk sembuh dengan
sendirinya.
 Terdapat risiko tinggi menyebabkan komplikasi.

Penggunaan antibiotik harus dengan anjuran dokter. Dokter akan menyesuaikan dosis dengan
kondisi pasien, memberitahukan hal-hal yang harus diperhatikan sebelum dan saat menggunakan
obat, serta efek samping yang dapat terjadi atas penggunaan antibiotik.

Hindari penggunaan antibiotik tanpa anjuran dokter, terutama bagi:

 Ibu hamil dan menyusui.


 Tengah dalam pengobatan lain.
 Memiliki riwayat alergi antibiotik.

Antibiotik juga dapat diberikan sebagai langkah pencegahan infeksi bakteri atau dalam dunia
medis dikenal sebagai profilaksis. Orang-orang yang diberikan antibiotik untuk profilaksis
adalah orang yang memiliki risiko tinggi mengalami infeksi bakteri, seperti ketika orang tersebut
menjalani operasi glaukoma atau operasi penggantian sendi.

3.2 Saran

Dari Penulis untuk pembaca, sekiranya makalah ini dapat membantu menambah
wawasan para pembaca tentang Penggolongan Obat Antibiotik khususnya tentang Pengertian
Dari Antibiotik, Bagaimana cara menggunakan antibiotic, Jenis-jenis Antibiotic dan
Penggolongan Antibiotik, Cara Pengobatan Antibiotik Rasional dan Resistensi Atibiotik.
Penulis juga mengharapkan adanya kritikan dan saran yang membangun bagi penulis, kiranya
ada satu dan lain hal yang kurang dari makalah ini, kedepannya penulis akan lebih
memperhatikan. Menyadari bahwa penulis jauh dari kata sempurna, maka dari itu mohon maaf
jika ada kesalahan pengertian ataupun penggunaan kata dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:6XD56iqzCloJ:scholar.unand.ac.id/17112/2/Bab
%25201.pdf+&cd=4&hl=id&ct=clnk&gl=id
http://scholar.unand.ac.id/17112/2/Bab%201.pdf
Modul farmakologi dasar-Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang

Anda mungkin juga menyukai