Anda di halaman 1dari 18

Selamat Pagi Prof, Dr, Bapak, Ibu, Seluruh Warga RSCM yang terhormat!

Menyongsong JCI Triennial Survey di awal tahun 2022 dengan semangat untuk menjadi
lebih baik khususnya dalam hal pencegahan dan pengendalian infeksi sehingga dapat
lebih meningkatkan peran tenaga kesehatan yang mengabdi di RSUP. Nasional Dr. Cipto
Mangunkusumo (RSCM), KMKP beserta seluruh elemen terkait yang membantu di
Kelompok Kerja PCI (Prevention and Control of Infection) Standar JCI Edisi 7
mengembangkan Fact Sheet Standar Akreditasi Internasional. Fact sheet ini diharapkan
dapat membantu para penyedia layanan, seluruh warga RSCM, peserta didik, dan
pegawai outsource untuk dapat menjalankan peran dan tugasnya dengan lebih baik
senantiasa dijadikan acuan saat dibutuhkan.

Salam Semangat!
Tim Pokja PCI bersama
Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
RSCM/FKUI, Mei 2021
Prevention and Control of Infection (PCI)
Rumah sakit merancang dan mengimplementasikan program yang komprehensif untuk mengurangi
risiko dari pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan infeksi pada pasien dan petugas pelayanan
kesehatan. Adapun program-program penting untuk pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
meliputi:
1. Kewaspadaan isolasi yang terdiri atas:
A. Kewaspadaan Standar
 Kebersihan tangan
 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
 Peralatan perawatan pasien
 Tatalaksana limbah
 Pengendalian lingkungan
 Pemrosesan peralatan pasien dan tatalaksana linen
 Kesehatan karyawan / perlindungan petugas kesehatan
 Penempatan pasien isolasi
 Higiene respirasi / etika batuk
 Praktik menyuntik yang aman
 Praktik untuk lumbal fungsi
B. Program kewaspadaan transmisi
 Kewaspadaan kontak
 Kewaspadaan droplet
 Kewaspadaan udara
2. Program surveilans HAIs (Hospital Acquired Infections) dan bundles HAIs
3. Program pendidikan dan pelatihan PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)
4. Program ICRA (Infection Control Risk Assessment) pembongkaran, konstruksi, dan renovasi bangunan
yang merupakan bagian dari PCRA (Pre-Construction Risk Assessment)

I. Pembersihan Permukaan Lingkungan


Pembersihan permukaan lingkungan termasuk Desinfeksi Tingkat Rendah (DTR), dilakukan setelah
peralatan/perangkat dibersihkan secara menyeluruh, dibilas, dan air bilasan yang tersisa dikeringkan.
Wadah yang digunakan untuk desinfeksi harus dibersihkan, dibilas dan dikeringkan ketika akan
dilakukan penggantian larutan desinfektan.
Peralatan/perangkat medis non-kritikal memerlukan dekontaminasi menggunakan desinfektan tingkat
rendah. Contoh alat: termometer, stetoskop, manset tensi, mesin pemantauan, mesin ventilasi, syringe
pump, tempat tidur, incubator, meja pasien, echo transducer, standar infus, meja tindakan, mesin
diagnostik, urine pot, bed pan, peralatan makan, brankar, kursi roda, hand rail, dan ambulans. Petugas
yang melakukan proses desinfeksi adalah pekarya (Health Care Assistant), minimal mengikuti pelatihan
pembersihan lingkungan (PPI Pekarya).
Tujuan pembersihan permukaan lingkungan adalah:
1. meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien,
petugas, pengunjung, dan masyarakat di sekitar sarana kesehatan sehingga HAI’s dapat dicegah
dengan mempertimbangkan cost effectiveness,
2. memelihara mutu peralatan,
3. menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab,
4. memudahkan pencarian dan pengawasan,
5. melaksanakan tindakan utama pencegahan dan pengendalian infeksi,

Desinfeksi tingkat rendah terhadap peralatan dan barang serta tempat yang termasuk
non-kritis/non-kritikal sebagai berikut:
1. Etil/isopropil alkohol 70–90% sesuai petunjuk produsen.
2. Klorin 100 ppm (pengenceran 1:500) sesuai petunjuk produsen.
3. Fenol konsentrasi sesuai petunjuk produsen.
4. Iodofor konsentrasi sesuai petunjuk produsen.
5. Quaternary amonium konsentrasi sesuai petunjuk produk. (Guideline for Dsinfection and
Sterilization in Healthcare Facilities,2008)

Contoh daftar cara pembersihan peralatan pasien


Tempat Waktu
Kamar operasi Sebelum dan setelah selesai operasi, general cleaning setiap akhir
minggu (1 minggu sekali) atau segera jika terlihat kotor.
Intensive care/ruang isolasi Minimal tiga kali sehari atau segera jika terlihat kotor
Ruang perawatan Minimal satu kali sehari atau jika terlihat kotor,
Kamar mandi atau toilet Minimal tiga kali sehari atau segera jika terlihat kotor dan pemantauan
dilakukan setiap 2 jam.
APA YANG DIGUNAKAN UNTUK MEMBERSIHKAN AREA PERMUKAAN LINGKUNGAN DI RSCM?
No AREA DESINFEKTAN
1 Area Risiko Rendah: seluruh permukaan Sabun deterjen ditambah dengan air, klorin
lingkungan di kantor, selasar poli dan ruang 1:500 (100 ppm)
tunggu, poli dan kamar perawatan
2 Area Risiko Tinggi: seluruh permukaan Klorin 1:100 (500 ppm)
lingkungan di Kamar Operasi, ruang rawat Isopropil Alkohol 70%, Komponen fenol,
intensif, ruang tindakan, hemodialisis, klinik gigi Iodofor, Quartenery Ammonium
3 Area Risiko Sangat Tinggi: seluruh permukaan Klorin 1:10 (5000 ppm)
lingkungan di Ruang Isolasi, Laboratorium, Ruang
Endemis Clostridium Difficile, termasuk tumpahan Catatan: Pengenceran desinfektan
cairan tubuh komersial: disesuaikan dengan petunjuk dari
masing-masing merk cairan desinfektan

II. Sterilisasi dan Pengelolaan Barang Steril

Pengertian:
1. Dekontaminasi: Suatu proses untuk menghilangkan/memusnahkan mikroorganisme dan kotoran
yang melekat pada peralatan medis/objek, sehingga aman untuk penggunaan selanjutnya, termasuk
pembersihan, desinfeksi, sterilisasi.
2. Desinfeksi: Proses menghancurkan semua mikroorganisme patogen pada permukaan benda mati.
3. Pre-cleaning: Proses perendaman alat medis bekas pakai untuk menghilangkan noda darah, cairan
tubuh menggunakan enzimatik atau detergen (perendaman sampai seluruh permukaan alat)
4. Desinfeksi Tingkat Tinggi dapat membunuh semua mikroorganisme kecuali endospora.
5. Sterilisasi: Suatu proses menghilangkan/memusnahkan semua bentuk mikroorganisme pada
peralatan medis/objek termasuk endospora yang dapat dilakukan melalui proses fisika dan kimiawi
dengan menggunakan alat sterilisator.

Indikasi:
a. Alat medis habis pakai.
b. Permukaan meja/permukaan lain yang tercemar/tumpahan darah atau cairan tubuh pasien
c. Linen bekas pakai yang tercemar darah/cairan tubuh pasien.
Klasifikasi/kriteria pembersihan alat-alat medis menurut Dr. Earl Spaulding:

Risiko Definisi Peralatan Cara


Tinggi Kontak dengan Instrumen bedah, DISTERILKAN:
(Critical) jaringan steril, laparoskop, kateter Sterilisasi Autoklaf, ETO atau
sistem peredaran jantung, scapel, sterilisasi temperatur rendah,
darah (vaskuler) implant chemical sterilant, Disposable

Sedang Kontak dengan Endoskopi/anestesi, Desinfeksi Tingkat Tinggi:


(Semi Critical) membran mukosa ETT, termometer pasteurisasi, steam, desinfektan
yang utuh, mudah rektal kimiawi seperti Ortho-phthaladehyde
terkontaminasi (OPA), Glutaraldehyde,
dengan mikroba Formaldehyde, Paracetic acid,
Hydrogen peroxide, campuran
berbahan Klorin Alkohol

Rendah Kontak dengan kulit Stetoskop, Tidak perlu disterilkan: pembersihan


(Non-Critical) yang utuh dan tidak tensimeter, linen, fisik / desinfeksi tingkat rendah
mengenai membran bedpan, urinal, (deterjen dan air)
mukosa, lingkungan apron, alat makan,
secara tidak lantai, dinding,
langsung. tempat tidur

III. Perawatan Peralatan Endoskopi Pasien

Pengertian:
Scope adalah scope flexibel dan rigid, meliputi gastrointestinal endoskopi fleksibel, bronkoskopi,
sigmoidoskopi rigid, proktoskopi rigid, dan endoskopi yang dimasukkan ke dalam bagian tubuh yang
steril. (The Newcastle Upon Tyne NHS Hospital Foundation Trust cleaning and disinfection of endoscope
policy, 2012)

Endoskopi termasuk dalam klasifikasi semi kritikal karena kontak dengan membran mukosa sehingga
memerlukan setidaknya proses desinfeksi tingkat tinggi setiap selesai digunakan.
IV. Jenis prosedur endoskopi dan pemrosesannya:

Jenis Endoskopi Contoh Rigid Contoh Flexible Level Dekontaminasi


Endoscope Endoscopy
Invasive Arthroscope Nephoscope Sterilisasi menggunakan
Laparoscope Angioscope steam atau sterilisasi
Cystoscope Choledochoscope suhu rendah

Non-Invasive Bronchoscope Gastroscope Desinfeksi Tingkat Tinggi


Colonoscope
Bronchoscope

Sepuluh Langkah Cara Pembersihan Fleksibel Endoskopi:


1. Pre-Cleaning
Bertujuan melepaskan material organik, mencegah kotoran mengering, yang akan menyumbat
channel terutama bila pencucian tidak segera dilakukan. Gunakan APD, minimal sarung tangan,
pelindung wajah, apron plastik, dan masker. Siapkan wadah berisi larutan enzimatik, dan lap atau
busa. Segera setelah dipakai pasien, swab endoskop dengan busa/lap yang telah dibasahi larutan
enzimatik. Pindahkan rendaman endoskop dalam wadah tertutup ke ruang cuci, wadah diberi label
biohazard.
2. Tes Kebocoran
Untuk meyakinkan integritas endoskopi. Kerusakan pada bagian luar dapat menyebabkan masuknya
cairan tubuh atau bahan kimia. Lakukan tes kebocoran sesuai petunjuk pabrik baik secara manual
atau dengan mesin.
3. Pembersihan Manual
Sikat semua channel dan semprot semua channel untuk mengeluarkan semua kotoran organik. Cara
ini juga untuk memastikan tidak ada channel yang tersumbat. Gunakan sikat khusus untuk
masing-masing scope dalam posisi scope terendam. Lanjutkan penyikatan hingga tidak tampak
adanya kotoran di bulu sikat. Sikat disposable, jika digunakan kembali untuk scope yang lain maka
harus di DTT.
4. Pembilasan 1
Bertujuan untuk menghilangkan semua sisa detergen yang akan memengaruhi kerja desinfektan.
Bilas seluruh bagian endoskop dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran dan cairan enzimatik
termasuk lumen. Ulangi pembilasan hingga scope benar-benar bersih. Keringkan bagian luar scope
dengan lap lembut dan lumen dengan mengalirkan udara tekan ke dalamnya
5. Inspeksi Visual
Tahap ini memastikan endoskop tampak benar-benar bersih serta menentukan kondisi seperti
pecah dan adanya sisa debris.
6. Disinfeksi
Bertujuan mematikan semua mikroorganisme patogen seperti bakteri, termasuk mycobacteria dan
virus. Rendam dengan desinfektan yang mengandung zat aktif glutaraldehid >2%, OPA 0,55%,
hidrogen peroksida 7,5%, atau paracetic acid 0,2%. Lama dan suhu perendaman disesuaikan dengan
instruksi pabrik. Lakukan pengecekan konsentrasi (minimum effective concentration) dengan tes
strip. Jika dilakukan dengan manual, pastikan probe endoskop terendam sempurna. Flush bagian
lumen dengan cairan DTT.
7. Pembilasan 2
Bertujuan menghilangkan sisa desinfektan yang dapat membahayakan pasien. Bilas endoskop
dengan air bersih hingga benar-benar bersih dari sisa-sisa disinfektan.
8. Pengeringan
Bertujuan menghilangkan efek cairan sebelum digunakan pada pasien. Bilas lumen dengan alkohol
70% hingga tampak keluar dari sisi sebelahnya. Keringkan endoskop bagian luar dengan lap lembut
bersih dan/atau steril dan dorong sisa alkohol dengan udara tekan yang sudah disaring dengan filter.
Biarkan aksesoris terpisah dari badan endoskop selama penyimpanan.
9. Pelabelan
Label/tandai endoskop (nomor seri probe, tanggal DTT, expired date 7 hari dan petugas DTT).
Tempelkan/ tuliskan label di laporan tindakan pasien dan logbook sesudah pemakaian.
10. Penyimpanan
Simpan endoskop bersih di lemari bersih, ventilasi bagus, dan bebas debu. Lemari penyimpanan
terbuat dari material yang bisa didesinfeksi. Simpan endoskop menggantung bebas.

Log book penggunaan desinfektan


Lokasi: Jenis Desinfektan:

Perhatian :
Jangan Menggunakan Larutan Melebihi Batasan yang telah ditetapkan.
Tgl Pembuatan Tanggal Kadaluarsa Tanggal Kadaluarsa Tanggal Lokasi Hasil Tes Petugas Pelaksana Keterangan
Larutan Larutan strip test Uji (Inisial)
V. Pengelolaan Peralatan Single Use Reuse

Peralatan single use adalah suatu alat atau bagian dari suatu benda termasuk segala macam komponen,
suku cadang, aksesori yang ditujukan untuk sekali pakai dalam diagnosis atau terapi medis pada manusia
yang dikelompokkan ke dalam peralatan kritikal yang harus disediakan dalam keadaan steril. Peralatan
kritikal adalah peralatan yang masuk ke dalam pembuluh darah pasien. Di bawah ini adalah persyaratan
alat single use yang dapat reuse:

1. Peralatan kritikal yang masuk dalam pembuluh darah (high risk), penggunaan sering (high volume),
harga mahal (high cost) atau murah tetapi sulit untuk didapatkan
2. Melihat literatur atau IFU (Instruction For Use) atau bukti yang menyatakan alat tersebut dapat
diproses ulang.
3. Memiliki evidence based, terdapat literatur atau bukti yang menyatakan bahwa peralatan single-use
dapat re-use.
4. Staf yang berhak menyatakan bahwa peralatan masih baik dan dapat dilakukan proses re-use adalah
dokter terakhir yang menggunakan alat atau perawat penanggung jawab alat.
5. Peralatan single-use yang re-use harus ditandai dengan kode warna sesuai aturan.
6. Penandaan warna dilakukan setelah proses pre-cleaning oleh penanggung jawab alat di unit kerja
masing-masing.
7. Penanda yang dimaksud terbuat dari bahan karet atau selotip sesuai kode warna yang sudah
ditetapkan.
8. Proses untuk pre-cleaning, cleaning, dan sterilisasi harus sesuai dengan spesifikasi masing-masing
alat.
9. Harus ada prosedur tertulis (Standar Prosedur Operasional) tentang pembersihan dan sterilisasi
peralatan single-use
10. Reprocessing alat yang terkontaminasi harus dilakukan pada area yang dirancang dan digunakan
khusus untuk proses pre-cleaning / cleaning sesuai dengan persyaratan ruangan yang terdapat
dalam buku Pedoman Pelayanan Instalasi Sentral Sterilisasi dan Binatu.

Tahapan Proses Sterilisasi


Di Unit Kerja:
a. Perawat Penanggung Jawab Alat
− Memisahkan dan mengelompokkan peralatan single-use yang dapat diproses re-use
− Melakukan uji kelayakan alat
− Jika alat tidak layak pakai/habis re-use kirim ke tempat pembuangan sampah medis dan catat
pada kartu monitor.
− Menyerahkan alat yang akan re-use ke bagian pre-cleaning/cleaning bersama kartu pemantauan.
b. Petugas Pre-cleaning/Cleaning
- Menerima alat dari perawat penanggung jawab alat
- Melakukan proses pre-cleaning/cleaning sampai proses pengeringan sesuai kelompok alat
- Memasangkan kode warna re-use pada alat.
- Kode warna:

No Kode Warna Proses


1 Hijau Re-use 1 kali (R-1)
2 Biru Re-use 2 kali (R-2)
3 Kuning Re-use 3 kali (R-3)
4 Merah Re-use 4 kali (R-4)
5 Hitam Re-use 5 kali (R-5)
6 Merah Muda Re-use 6 kali (R-6)
7 Ungu Re-use 7 kali (R-7)
8 Putih Re-use 8 kali (R-8)
9 Orange Re-use 9 kali (R-9)

- Menandatangani kartu monitor pada kolom cleaning dan pengeringan.


- Mengisi Formulir Permintaan Sterilisasi rangkap 3 (tiga).

c. Petugas QC Ruangan
− Melakukan uji fungsi alat
− Jika alat tidak layak pakai/habis re-use kirim ke tempat pembuangan sampah medis dan catat
pada kartu monitor.
− Jika alat masih layak pakai/bisa re-use, tanda tangani kartu pemantauan pada kolom “Uji
Kelayakan” dan kolom “QC Ruangan1” serta Formulir Permintaan Sterilisasi.

d. Transporter Unit Kerja


Mengirim alat ke Instalasi Sentral Sterilisasi dan Binatu Pusat/Satelit Sterilisasi untuk disterilkan
dengan membawa Kartu Pemantauan dan Formulir Permintaan Sterilisasi.
Daftar nama alat single-use yang reuse sesuai halaman berikut.

NAMA ALAT KESEHATAN SINGLE USE RE-USE


1. CATHETER DEFLECTABLE DECAPOLAR F-TYPE
2. CATHETER ABLASI DEFLECTABLE 4-mm D-TYPE
3. CATHETER ABLASI DEFLECTABLE 8-mm D-TYPE
4. EP CATHETER FIX QUADRIPOLAR D-TYPE
5. HALO CATHETER DEFLECTABLE
6. CORNAND CATHETER
7. STRAIGHT TIP ARTERIAL CANNULA 12 FR 75312
8. STRAIGHT TIP ARTERIAL CANNULA 16 FR 75316
9. STRAIGHT TIP ARTERIAL CANNULA 22 FR 70422
10. STRAIGHT TIP ARTERIAL CANNULA 24 FR 70424
11. VENOUS CANNULA SINGLE STAGE 12 F - 67312
12. VENOUS CANNULA SINGLE STAGE 14 F - 67314
13. VENOUS CANNULA SINGLE STAGE 18 F - 67318
14. VENOUS CANNULA SINGLE STAGE 20 F - 67320
15. VENOUS CANULA SINGLE STAGE 22 F-69322
16. VENOUS CANULA SINGLE STAGE 24 F-69324
17. VENOUS CANNULA SINGLE STAGE 28 F - 69328
18. VENOUS CANNULA SINGLE STAGE 31 F - 69331
19. LEFT HEART VENT CATHETER REF NO 12002
20. PERICARDIAL SUMP 1/4 15" (38,1 CM ) CONECTOR
21. Y ADAPTER REUR CULATING 10005
22. CURVED TIP ARTERIAL CANNULA NO 22
23. VENOUS CANNULA NO 16 (67316)
24. VENOUS CANULA DLP REFF 30001
25. AORTIC PUNCH 4.0 MM
26. ARTERIAL CANNULA B.TIP INTROD WO GUIDE WIRE 20 FR 6,7 MM
27. VITREKTOMI SET
28. FIBER OPTIK ENDOLASER 23 G
29. TWO STEP DISPOSIBLE CANNULA SYSTEM 23 G
30. MICRO TIP 45 DAN SMOOTH SLEEVE 0,9 MM
31. CYTOMAX DOUBLE LUMEN BILLIARY CYTOLOGY BRUSH
32. GLO-TIP ERCP CATHETER (KANUL ERCP)
33. FUSION OASIS (ONE ATION SENT INTRODUCION SYSTEM) FOR 10 FR
34. HUIBREGTSE SINGLE LUMEN NEEDLE KNIFE
35. INJECTA PLOW VARIABLE INJECTION NEEDLE 23 G DAN 25 G
36. EXTRACTOR BASKET 2X4 DAN 3X6
37. SNARE POLIPECTOMY
NAMA ALAT KESEHATAN SINGLE USE RE-USE
38. TRACER METRO DIRECT WIRE GUIDE UKURAN 0,021— 0,025 DAN 0,035
39. TRI - X RADIOPAQUE BALLON WITH MULTIPLE SIZING
40. INJECTION NEEDLE 23G
41. TRITOME PC PROTECTOR TRIPLE LUMEN SPHINCTEROTOME
42. SPHINCTEROTOME
43. HARMONIC SCALPEL
44. TIP CHUSA
45. COBLATION/ENT CEPS

Formulir pemantauan

VI. Manajemen tertusuk benda tajam


Pengertian:
Terkena benda tajam atau terpajan cairan tubuh pasien adalah kejadian pegawai rumah sakit secara
tidak sengaja terpajan oleh cairan tubuh pasien baik melalui tertusuk benda tajam, pajanan ke mukosa
atau ke kulit yang tidak utuh.

Tujuan:
Mencegah terjadinya penularan virus HIV-AIDS, Hepatitis B, dan Hepatitis C pada pegawai rumah sakit
yang terpajan olah cairan tubuh pasien yang terinfeksi.
Prosedur:
 Lepaskan sarung tangan atau APD yang melindungi yang dipakai.
 Cuci dengan air mengalir dengan sabun cair atau sabun antiseptik sampai darah berhenti, tidak perlu
ditekan-tekan.
 Jika di dalam jam kerja → lapor ke Poli Pegawai untuk pegawai
 Jika di luar jam kerja dan jam kerja → lapor ke IGD bagi peserta didik, outsourcing dan pegawai

Prosedur terpapar cairan infeksius:


• Jika mengenai mata atau mukosa lakukan pembilasan dengan air bersih atau WFI (Water for
Injection) atau eye washer selama 15 menit
• Kulit yang tidak utuh → segera bersihkan dengan air mengalir dengan menggunakan sabun
antiseptik
• Jika mengenai mukosa rongga mulut lakukan kumur dengan air bersih selama 15 menit

Prosedur terpapar bahan kimia ke mata:


1. Jangan panik
2. Pergi menuju lokasi eye washer
3. Gunakan eye washer dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Buka tutup plastik merah pada kedua kran.
b. Dorong tuas hijau bertuliskan PUSH perlahan-lahan, sampai dengan tinggi air yang memancur
dapat digunakan membilas mata.
c. Arahkan mata yang terpercik bahan kimia ke air yang memancur.
d. Bilas mata selama kurang lebih 15 menit.
e. Hentikan pancuran air dengan menarik kembali tuas hijau ke posisi awal
f. Tutup kedua kran dengan plastik merah seperti semula

VII. Penatalaksanaan pasien infeksi lewat udara di ruang isolasi


Apa itu ruang isolasi
Ruangan isolasi bertekanan negatif adalah ruang dengan sistem ventilasi yang menjamin terjadinya
pertukaran udara di dalam ruangan ke luar ruangan dengan aman. Dengan menggunakan sistem
ventilasi terdiri dari: Ventilasi alamiah (membuka jendela), Ventilasi Campuran (membuka jendela,
exhaust fan dan kipas angin), dan Ventilasi mekanik (Hepafilter)
Di mana saja ruangan bertekanan negatif di RSCM
Ruang Isolasi IGD lantai 1, Lantai 7 Gedung A, lantai 4 RSCM Kencana, RPT, RSCM Kiara lantai 1 Poli
demam, lantai 3,4, 5, 6,7 dan lantai 8

Kriteria pasien yang masuk ruang Isolasi?


Pasien batuk > 2 Minggu, pasien suspek TBC, pasien TB aktif, Suspek emerging disease (Mers-CoV,
H5N1, Ebola dan MDR TB, difteri, varisella, rubella, Covid-19 dll).

Apakah pasien Emerging Disease dirawat di RSCM?


Ya, dan ditangani oleh TIM PINERE dan multidisiplin lainya

Tata laksana apa yang dilakukan petugas di ruang triase IGD ketika menangani pasien dengan infeksi
yang menular lewat udara?
- Dilakukan skrining suhu dan riwayat batuk
- Petugas, pasien dan keluarga pasien menggunakan masker bedah
- Edukasi Pasien dan Keluarga untuk kebutuhan isolasi
- Mengisi dokumen terkait: SPR, CPPT, formulir transfer pasien dan formulir edukasi (tertulis
instruksi pasien masuk kamar isolasi airborne)

Apa saja yang perlu diperhatikan/didokumentasikan dalam ruang isolasi?


o Tekanan negatif, suhu dan kelembaban dipantau setiap hari
o Petugas menggunakan masker N95 single use, jika disimpan hanya satu shift dimasukkan dalam
kantong kertas yang sudah diberi lubang, tuliskan nama pemilik, tanggal, dan jam kadaluarsa.
o Pembersihan permukaan lingkungan dan peralatan dengan klorin 0,5% (1liter/1000ml: 100ml
clorine) setiap hari
o Alat bekas makan pasien direndam dengan klorin 0,5% dan/atau alat makan single use/sekali
pakai
o Edukasi pasien dan keluarga pasien terkait kebersihan tangan, penggunaan APD, dan etika batuk
o Pemilahan pasien di IGD masuk ke ruang isolasi: kemudian pasien ditransfer ke ged A lantai 7
(Kamar 718 -722):
o Kamar 718: untuk kasus Varicella, Morbili, dll (kasus airborne)
o Kamar 719: untuk suspect TB
o Kamar 720: TB Dewasa Laki-Laki
o Kamar 721: TB Dewasa Perempuan
o Kamar 722: TB anak
o Pelayanan pasien Covid di RSCM Kiara berada di poli demam, rawat inap lantai 4 sampai lantai 8
dan kamar bedah lantai 3
o RSCM Kiara untuk perawatan Covid -19, IGD lantai 1 ruang isolasi
Bagaimana cara mengukur tekanan negatif secara manual?
- Dengan menggunakan tisu tipis, tisu dipegang di bawah pintu atau dengan membuka sedikit
pintu jika tisu tertarik ke dalam artinya ruangan bertekanan negatif.
- Dapat juga menempelkan pita warna di Exhaust Fan, jika pita menempel ke fan berarti ruangan
bertekanan negatif.

Apa yang anda lakukan jika ruangan isolasi penuh sementara pasien terinfeksi memerlukan ruang
isolasi? (penanganan sementara)
- Dilakukan kohort pasien, pasien menggunakan masker bedah, memasang Hepafilter Portable di
ruangan tersebut
- Jika terjadi peningkatan jumlah pasien, maka dibuka satu ruangan yang jendelanya bisa dibuka,
pasien tetap menggunakan masker, jendela dibuka dan memasang kipas ke arah jendela.

Bagaimana prosedur persiapan penggunaan Hepafilter Portabel?


1. User alat memastikan tirai terpasang di hepafilter portabel.
2. User alat memastikan posisi hepafilter portabel berada di dekat saluran buang (exhaust) atau
berada di dekat jendela.
3. User alat menghubungkan power listrik dari hepafilter portabel ke outlet listrik yang bisa
dijangkau.
4. Setelah user memastikan power dari hepafilter portabel terhubung dengan baik ke outlet listrik,
user mengaktifkan hepafilter portabel dengan menekan tombol power berwarna hijau yang
berada di sisi atas mesin hepa pada posisi “ON”.
5. Sebelum pemakaian, user memastikan bahwa mesin hepafilter portabel berfungsi baik dengan
cara menempelkan tisu kering ke permukaan hepafilter. Jika tisu terhisap dengan baik dan
menempel di permukaan hepafilter, maka hepafilter portabel siap digunakan

Bagaimana penggunaan Hepafilter Portable?


1. Hepafilter portabel digunakan ketika:
a. ruang isolasi penuh
b. di kamar operasi dengan kasus operasi pasien terinfeksi lewat udara
c. di kamar Intensive Care Unit (ICU) dengan kasus terinfeksi lewat udara, yang membutuhkan
ventilasi mekanik.
2. Bagi petugas yang mengoperasikan hepafilter portabel menggunakan masker bedah
Bagaimana cara membersihkan Hepafilter Portable?
1. Petugas menggunakan APD (masker N95, sarung tangan, topi dan apron). Hepafilter
dibersihkan dengan klorin 0,5% setiap selesai pemakaian dan didokumentasikan di formulir
pemantauan.
2. Jika hepafilter tidak digunakan, petugas menonaktifkan mesin hepafilter dengan menekan
tombol power berwarna hijau yang berada di sisi atas mesin hepa pada posisi “OFF”.
3. User memutuskan suplai listrik dengan mencabut konektor listrik hepafilter portabel dari outlet
power listrik.

VIII. Pencegahan Infeksi HAIs dengan menerapkan bundles:


Salah satu upaya menurunkan kejadian infeksi akibat perawatan selama di rumah sakit, terkait
pemasangan alat dan insisi daerah operasi adalah dengan menerapkan bundles HAIs. Bundles HAIs
merupakan sekumpulan praktik berbasis bukti sahih yang menghasilkan perbaikan keluaran proses
pelayanan kesehatan bila dilakukan secara kolektif dan konsisten (PMK No 27 Tahun 2017). Bundles HAIs
memudahkan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien yang berisiko
infeksi akibat pemasangan alat seperti ventilasi mekanik/ETT, intravaskuler, kateter urin menetap, dan
akibat insisi daerah operasi. Bundles HAIs dilakukan oleh dokter, perawat yang memberikan pelayanan
perawatan langsung terhadap pasien dan dilakukan secara bersama-sama pada setiap tindakan. Area
berisiko yang mengelola bundles HAI's adalah ruangan atau unit yang merawat pasien dengan terpasang
alat seperti ventilasi mekanik/ETT, intravaskuler, kateter urin menetap, dan insisi daerah operasi.

A. Di bawah ini adalah bundles terkait pencegahan dan pengendalian infeksi daerah operasi (IDO)
Pre Operasi
1. Mandi seluruh badan sore dan pagi hari sebelum operasi (dari ujung kepala sampai ujung
kaki) dengan klorheksidin 4%
2. Hindari pencukuran kecuali mengganggu operasi
3. Pasien tidak merokok 30 (tiga puluh) hari untuk operasi elektif
4. Kontrol kadar gula darah

Intra Operasi
1. Lakukan kebersihan tangan dengan klorheksidin 4%
2. Gunakan APD maksimal sesuai indikasi
3. Preparasi kulit dengan alkohol klorheksidin 4% tunggu hingga kering
4. Antibiotik profilaksis 30-60 menit sebelum pembedahan
5. Pertahankan suhu tubuh normotermi
6. Minimalkan petugas yang masuk kamar operasi
Post Operasi
1. Lakukan kebersihan tangan
2. Gunakan APD sesuai indikasi
3. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
4. Perawatan luka 3x24 jam setelah operasi
5. Edukasi pasien dan keluarga (nutrisi selama di rumah, personal higiene, dan kebersihan
tangan )

B. Bundles terkait pencegahan dan pengendalian infeksi aliran darah terkait pemasangan
intravaskuler:
Pemasangan intravaskuler
1. Lakukan kebersihan tangan
2. Gunakan APD maksimal sesuai indikasi
3. Lakukan persiapan kulit dengan mengunakan Alcohol-based CHX 2% tunggu hingga
kering
4. Pilih vena yang tepat, hindari area femoral

Perawatan CVC
1. Lakukan kebersihan tangan
2. Gunakan APD maksimal sesuai indikasi
3. Observasi setiap hari kebutuhan perawatan dan pengantian CVC jika diperlukan
(transparent film dressing dan tulis tanggal pemasangan)
4. Cabut CVC sesegera mungkin jika tidak ada indikasi
5. Mengosok hubs dengan desinfektan tunggu kering sebelum memberikan obat (10 detik)
6. Segera ganti selang infus setelah pemberian darah dan lemak

C. Bundles terkait pencegahan dan pengendalian infeksi saluran kemih terkait


pemasangan kateter urin menetap
Pemasangan Kateter Urin
1. Pemasangan kateter urin sesuai indikasi
2. Lakukan kebersihan tangan
3. Gunakan APD maksimal sesuai indikasi
4. Gunakan teknik aseptik saat pemasangan kateter (sarung tangan steril)
5. Lakukan perineal hygiene
Perawatan Kateter urin
1. Lakukan kebersihan tangan
2. Gunakan APD sesuai indikasi
3. Fiksasi kateter dengan benar
4. Lakukan perineal hygiene minimal 2 kali sehari
5. Periksa selang sesering mungkin cegah terlipat (kinking).
6. Menjaga sistem drainage tertutup.
7. Cabut kateter urin sesegera mungkin
D. Bundles terkait pencegahan dan pengendalian Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
terkait pemasangan ventilasi mekanik
1. Lakukan kebersihan tangan sesuai 5 indikasi dari WHO
2. Ganti posisi pasien tiap 4 jam dan elevasi kepala 30°-45°
3. Kebersihan mulut (minimal setiap 8 jam) dengan klorheksidin atau air bersih yang
sudah terlebih dahulu dimasak atau sikat gigi jika kondisi pasien memungkinkan.
4. Kaji kebutuhan ekstubasi minimal setiap 24 jam
5. Gunakan suction closed system.

Tambahan
a) Profilaksis stress ulcer jika diperlukan.
b) Profilaksis DVT jika diperlukan.
c) Perawatan alat (Mesin, Ventilator Circuit, dan ETT).

IX. Engineering controls


Sistim Tata Udara pada Rumah Sakit merupakan salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan dan dikendalikan agar kemungkinan terjadi penyebaran mikroorganisme yang
berbahaya melalui udara (airbone) dapat dikurangi. Hal utama yang harus diperhatikan
adalah aplikasi dan penerapan sistem tata udara yang baik dan benar untuk
ruangan-ruangan pada rumah sakit. Hal–hal yang harus di perhatikan dalam engineering
controls di ruangan dan pelayanan pasien adalah sebagai berikut:
1. Ventilasi dan Kualitas udara yaitu dengan cara:
- Ventilasi Alamiah: sistem ventilasi yang mengandalkan pada pintu dan jendela
terbuka
- Ventilasi Mekanik: sistem ventilasi yang menggunakan peralatan mekanik untuk
mengalirkan dan mensirkulasi udara di dalam ruangan secara paksa untuk
menyalurkan/menyedot udara ke arah tertentu sehingga terjadi tekanan udara
positif dan negatif termasuk exhaust fan, kipas angin berdiri (standing fan) atau
duduk.
- Ventilasi campuran (hybrid): sistem ventilasi alamiah ditambah dengan penggunaan
peralatan mekanik untuk menambah efektivitas penyaluran udara.
2. Pengaturan Gerakan Udara dan pertukaran udara / Air changes per hour (ACH)
Pengaturan gerakan udara harus diusahakan untuk meminimalkan sumber penyakit
agar tidak menyebar ke udara (airborne) yang memperbesar kemungkinan terjadinya
penularan di antara pasien, tenaga medis dan pengunjung (khusus untuk ruang isolasi
tidak ada pengunjung) pergerakan udara harus dipastikan dari area bersih ke area
kotor. Pengaturan pergerakan dan pengaturan udara di area isolasi minimal 12 kali/jam.
3.Pengaturan suhu dan kelembaban ruangan
- Melakukan pencatatan suhu dan kelembaban ruangan dilakukan setiap hari
- Memastikan suhu dan kelembaban terkontrol sesuai standar baku mutu sesuai PMK
dan SPO Rumah Sakit
4. Tekanan udara
- Tekanan udara untuk pasien infeksius lewat udara, bertekanan negatif dengan
perbedaan tekanan minimal -2,5 Pascal.
- Tekanan positif untuk pasien dengan penurunan daya tahan tubuh, ruangan dengan
bertekanan positif dengan perbedaan tekanan positif. Dengan perbedaan tekanan
minimal + 2,5 pascal.

Anda mungkin juga menyukai