Menyongsong JCI Triennial Survey di awal tahun 2022 dengan semangat untuk menjadi
lebih baik khususnya dalam hal pencegahan dan pengendalian infeksi sehingga dapat
lebih meningkatkan peran tenaga kesehatan yang mengabdi di RSUP. Nasional Dr. Cipto
Mangunkusumo (RSCM), KMKP beserta seluruh elemen terkait yang membantu di
Kelompok Kerja PCI (Prevention and Control of Infection) Standar JCI Edisi 7
mengembangkan Fact Sheet Standar Akreditasi Internasional. Fact sheet ini diharapkan
dapat membantu para penyedia layanan, seluruh warga RSCM, peserta didik, dan
pegawai outsource untuk dapat menjalankan peran dan tugasnya dengan lebih baik
senantiasa dijadikan acuan saat dibutuhkan.
Salam Semangat!
Tim Pokja PCI bersama
Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
RSCM/FKUI, Mei 2021
Prevention and Control of Infection (PCI)
Rumah sakit merancang dan mengimplementasikan program yang komprehensif untuk mengurangi
risiko dari pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan infeksi pada pasien dan petugas pelayanan
kesehatan. Adapun program-program penting untuk pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
meliputi:
1. Kewaspadaan isolasi yang terdiri atas:
A. Kewaspadaan Standar
Kebersihan tangan
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Peralatan perawatan pasien
Tatalaksana limbah
Pengendalian lingkungan
Pemrosesan peralatan pasien dan tatalaksana linen
Kesehatan karyawan / perlindungan petugas kesehatan
Penempatan pasien isolasi
Higiene respirasi / etika batuk
Praktik menyuntik yang aman
Praktik untuk lumbal fungsi
B. Program kewaspadaan transmisi
Kewaspadaan kontak
Kewaspadaan droplet
Kewaspadaan udara
2. Program surveilans HAIs (Hospital Acquired Infections) dan bundles HAIs
3. Program pendidikan dan pelatihan PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)
4. Program ICRA (Infection Control Risk Assessment) pembongkaran, konstruksi, dan renovasi bangunan
yang merupakan bagian dari PCRA (Pre-Construction Risk Assessment)
Desinfeksi tingkat rendah terhadap peralatan dan barang serta tempat yang termasuk
non-kritis/non-kritikal sebagai berikut:
1. Etil/isopropil alkohol 70–90% sesuai petunjuk produsen.
2. Klorin 100 ppm (pengenceran 1:500) sesuai petunjuk produsen.
3. Fenol konsentrasi sesuai petunjuk produsen.
4. Iodofor konsentrasi sesuai petunjuk produsen.
5. Quaternary amonium konsentrasi sesuai petunjuk produk. (Guideline for Dsinfection and
Sterilization in Healthcare Facilities,2008)
Pengertian:
1. Dekontaminasi: Suatu proses untuk menghilangkan/memusnahkan mikroorganisme dan kotoran
yang melekat pada peralatan medis/objek, sehingga aman untuk penggunaan selanjutnya, termasuk
pembersihan, desinfeksi, sterilisasi.
2. Desinfeksi: Proses menghancurkan semua mikroorganisme patogen pada permukaan benda mati.
3. Pre-cleaning: Proses perendaman alat medis bekas pakai untuk menghilangkan noda darah, cairan
tubuh menggunakan enzimatik atau detergen (perendaman sampai seluruh permukaan alat)
4. Desinfeksi Tingkat Tinggi dapat membunuh semua mikroorganisme kecuali endospora.
5. Sterilisasi: Suatu proses menghilangkan/memusnahkan semua bentuk mikroorganisme pada
peralatan medis/objek termasuk endospora yang dapat dilakukan melalui proses fisika dan kimiawi
dengan menggunakan alat sterilisator.
Indikasi:
a. Alat medis habis pakai.
b. Permukaan meja/permukaan lain yang tercemar/tumpahan darah atau cairan tubuh pasien
c. Linen bekas pakai yang tercemar darah/cairan tubuh pasien.
Klasifikasi/kriteria pembersihan alat-alat medis menurut Dr. Earl Spaulding:
Pengertian:
Scope adalah scope flexibel dan rigid, meliputi gastrointestinal endoskopi fleksibel, bronkoskopi,
sigmoidoskopi rigid, proktoskopi rigid, dan endoskopi yang dimasukkan ke dalam bagian tubuh yang
steril. (The Newcastle Upon Tyne NHS Hospital Foundation Trust cleaning and disinfection of endoscope
policy, 2012)
Endoskopi termasuk dalam klasifikasi semi kritikal karena kontak dengan membran mukosa sehingga
memerlukan setidaknya proses desinfeksi tingkat tinggi setiap selesai digunakan.
IV. Jenis prosedur endoskopi dan pemrosesannya:
Perhatian :
Jangan Menggunakan Larutan Melebihi Batasan yang telah ditetapkan.
Tgl Pembuatan Tanggal Kadaluarsa Tanggal Kadaluarsa Tanggal Lokasi Hasil Tes Petugas Pelaksana Keterangan
Larutan Larutan strip test Uji (Inisial)
V. Pengelolaan Peralatan Single Use Reuse
Peralatan single use adalah suatu alat atau bagian dari suatu benda termasuk segala macam komponen,
suku cadang, aksesori yang ditujukan untuk sekali pakai dalam diagnosis atau terapi medis pada manusia
yang dikelompokkan ke dalam peralatan kritikal yang harus disediakan dalam keadaan steril. Peralatan
kritikal adalah peralatan yang masuk ke dalam pembuluh darah pasien. Di bawah ini adalah persyaratan
alat single use yang dapat reuse:
1. Peralatan kritikal yang masuk dalam pembuluh darah (high risk), penggunaan sering (high volume),
harga mahal (high cost) atau murah tetapi sulit untuk didapatkan
2. Melihat literatur atau IFU (Instruction For Use) atau bukti yang menyatakan alat tersebut dapat
diproses ulang.
3. Memiliki evidence based, terdapat literatur atau bukti yang menyatakan bahwa peralatan single-use
dapat re-use.
4. Staf yang berhak menyatakan bahwa peralatan masih baik dan dapat dilakukan proses re-use adalah
dokter terakhir yang menggunakan alat atau perawat penanggung jawab alat.
5. Peralatan single-use yang re-use harus ditandai dengan kode warna sesuai aturan.
6. Penandaan warna dilakukan setelah proses pre-cleaning oleh penanggung jawab alat di unit kerja
masing-masing.
7. Penanda yang dimaksud terbuat dari bahan karet atau selotip sesuai kode warna yang sudah
ditetapkan.
8. Proses untuk pre-cleaning, cleaning, dan sterilisasi harus sesuai dengan spesifikasi masing-masing
alat.
9. Harus ada prosedur tertulis (Standar Prosedur Operasional) tentang pembersihan dan sterilisasi
peralatan single-use
10. Reprocessing alat yang terkontaminasi harus dilakukan pada area yang dirancang dan digunakan
khusus untuk proses pre-cleaning / cleaning sesuai dengan persyaratan ruangan yang terdapat
dalam buku Pedoman Pelayanan Instalasi Sentral Sterilisasi dan Binatu.
c. Petugas QC Ruangan
− Melakukan uji fungsi alat
− Jika alat tidak layak pakai/habis re-use kirim ke tempat pembuangan sampah medis dan catat
pada kartu monitor.
− Jika alat masih layak pakai/bisa re-use, tanda tangani kartu pemantauan pada kolom “Uji
Kelayakan” dan kolom “QC Ruangan1” serta Formulir Permintaan Sterilisasi.
Formulir pemantauan
Tujuan:
Mencegah terjadinya penularan virus HIV-AIDS, Hepatitis B, dan Hepatitis C pada pegawai rumah sakit
yang terpajan olah cairan tubuh pasien yang terinfeksi.
Prosedur:
Lepaskan sarung tangan atau APD yang melindungi yang dipakai.
Cuci dengan air mengalir dengan sabun cair atau sabun antiseptik sampai darah berhenti, tidak perlu
ditekan-tekan.
Jika di dalam jam kerja → lapor ke Poli Pegawai untuk pegawai
Jika di luar jam kerja dan jam kerja → lapor ke IGD bagi peserta didik, outsourcing dan pegawai
Tata laksana apa yang dilakukan petugas di ruang triase IGD ketika menangani pasien dengan infeksi
yang menular lewat udara?
- Dilakukan skrining suhu dan riwayat batuk
- Petugas, pasien dan keluarga pasien menggunakan masker bedah
- Edukasi Pasien dan Keluarga untuk kebutuhan isolasi
- Mengisi dokumen terkait: SPR, CPPT, formulir transfer pasien dan formulir edukasi (tertulis
instruksi pasien masuk kamar isolasi airborne)
Apa yang anda lakukan jika ruangan isolasi penuh sementara pasien terinfeksi memerlukan ruang
isolasi? (penanganan sementara)
- Dilakukan kohort pasien, pasien menggunakan masker bedah, memasang Hepafilter Portable di
ruangan tersebut
- Jika terjadi peningkatan jumlah pasien, maka dibuka satu ruangan yang jendelanya bisa dibuka,
pasien tetap menggunakan masker, jendela dibuka dan memasang kipas ke arah jendela.
A. Di bawah ini adalah bundles terkait pencegahan dan pengendalian infeksi daerah operasi (IDO)
Pre Operasi
1. Mandi seluruh badan sore dan pagi hari sebelum operasi (dari ujung kepala sampai ujung
kaki) dengan klorheksidin 4%
2. Hindari pencukuran kecuali mengganggu operasi
3. Pasien tidak merokok 30 (tiga puluh) hari untuk operasi elektif
4. Kontrol kadar gula darah
Intra Operasi
1. Lakukan kebersihan tangan dengan klorheksidin 4%
2. Gunakan APD maksimal sesuai indikasi
3. Preparasi kulit dengan alkohol klorheksidin 4% tunggu hingga kering
4. Antibiotik profilaksis 30-60 menit sebelum pembedahan
5. Pertahankan suhu tubuh normotermi
6. Minimalkan petugas yang masuk kamar operasi
Post Operasi
1. Lakukan kebersihan tangan
2. Gunakan APD sesuai indikasi
3. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
4. Perawatan luka 3x24 jam setelah operasi
5. Edukasi pasien dan keluarga (nutrisi selama di rumah, personal higiene, dan kebersihan
tangan )
B. Bundles terkait pencegahan dan pengendalian infeksi aliran darah terkait pemasangan
intravaskuler:
Pemasangan intravaskuler
1. Lakukan kebersihan tangan
2. Gunakan APD maksimal sesuai indikasi
3. Lakukan persiapan kulit dengan mengunakan Alcohol-based CHX 2% tunggu hingga
kering
4. Pilih vena yang tepat, hindari area femoral
Perawatan CVC
1. Lakukan kebersihan tangan
2. Gunakan APD maksimal sesuai indikasi
3. Observasi setiap hari kebutuhan perawatan dan pengantian CVC jika diperlukan
(transparent film dressing dan tulis tanggal pemasangan)
4. Cabut CVC sesegera mungkin jika tidak ada indikasi
5. Mengosok hubs dengan desinfektan tunggu kering sebelum memberikan obat (10 detik)
6. Segera ganti selang infus setelah pemberian darah dan lemak
Tambahan
a) Profilaksis stress ulcer jika diperlukan.
b) Profilaksis DVT jika diperlukan.
c) Perawatan alat (Mesin, Ventilator Circuit, dan ETT).