Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN POST ORIF METACARPAL MANUS DEKSTRA DI


RUANG SERLI RUMAH SAKIT UMUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Oleh:
Wisnu Bayu Samudra
202020461011077

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN POST ORIF METACARPAL MANUS DEKSTRA


DI RUANG SERLI RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KELOMPOK - 8

Wisnu Bayu Samudra


NIM: 202020461011077

PERIODE PRAKTEK/MINGGU KE: 29-4 September 2021/MINGGU 6

Malang, 1 September 2021


Mahasiswa, Pembimbing

Wisnu Bayu Samudra ( )


BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Fraktur
Menurut Dorland (2005) fraktu memiliki definisi adanya pecahan atau rupture
pada suatu bagian, khususnya pada tulang. Sedangkan menurut American
College of Surgeons Comittee on Trauma, fraktur adalah terputusnya
kontinuitas korteks tulang yang menimbulkan gerakan yang abnormal disertai
krepitasi dan nyeri. Fraktur tertutup maupun fraktur terbuka biasanya disertai
berbagai bentuk kerusakan jaringan lunak.

B. Anatomi dan Fisiologi Tulang


1. Struktur Tulang
Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi
mereka masih mempunyai struktur yang sama. Lapisan yang paling luar
disebut periosteum dimana terdapat pembuluh darah dan saraf. Lapisan
dibawah periosteum mengikat tulang dengan benang kolagen disebut
benang sharpey, yang masuk ke tulang disebut korteks. Karena itu korteks
sifatnya keras dan tebal sehingga disebut tulang kompak. Korteks
tersusun solid dan sangat kuat yang disusun dalam unit struktural yang
disebut Sistem Haversian. Tiap sistem terdiri atas kanal utama yang
disebut Kanal Haversian. Lapisan melingkar dari matriks tulang disebut
lamellae, ruangan sempit antara lamellae disebut lakunae (didalamnya
terdapat osteosit) dan kanalikuli. Tiap sistem kelihatan seperti lingkaran
yang menyatu. Kanal Haversian terdapat sepanjang tulang panjang dan di
dalamnya terdapat pembuluh darah dan saraf yang masuk ke tulang
melalui Kanal Volkman. Pembuluh darah inilah yang mengangkut nutrisi
untuk tulang dan membuang sisa metabolisme keluar tulang. Lapisan
tengah tulang merupakan akhir dari sistem Haversian, yang didalamnya
terdapat Trabekulae (batang) dari tulang. Trabekulae ini terlihat seperti
spon tapi kuat sehingga disebut Tulang Spon yang didalamnya terdapat
bone marrow yang membentuk sel-sel darah merah. Bone Marrow ini

1
terdiri atas dua macam yaitu bone marrow merah yang memproduksi sel
darah merah melalui proses hematopoiesis dan bone marrow kuning yang
terdiri atas sel-sel lemak dimana jika dalam proses fraktur bisa
menyebabkan Fat Embolism Syndrom (FES).
2. Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast.
Osteoblast merupakan sel pembentuk tulang yang berada di bawah tulang
baru. Osteosit adalah osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan
osteoklast adalah sel penghancur tulang dengan menyerap kembali sel
tulang yang rusak maupun yang tua. Sel tulang ini diikat oleh
elemenelemen ekstra seluler yang disebut matriks. Matriks ini dibentuk
oleh benang kolagen, protein, karbohidrat, mineral, dan substansi dasar
(gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi nutrisi, oksigen, dan
sampah metabolisme antara tulang daengan pembuluh darah. Selain itu,
didalamnya terkandung garam kalsium organik (kalsium dan fosfat) yang
menyebabkan tulang keras, sedangkan aliran darah dalam tulang antara
200 – 400 ml/ menit melalui proses vaskularisasi tulang.
3. Tulang Panjang
Adalah tulang yang panjang berbentuk silinder dimana ujungnya bundar
dan sering menahan beban berat. (Ignatavicius, Donna. D. 1995) Tulang
panjang terdiriatas epifisis, tulang rawan, diafisis, periosteum, dan medula
tulang. Epifisis (ujung tulang) merupakan tempat menempelnya tendon
dan mempengaruhi kestabilan sendi. Tulang rawan menutupi seluruh sisi
dari ujung tulang dan mempermudah pergerakan, karena tulang rawan
sisinya halus dan licin. Diafisis adalah bagian utama dari tulang panjang
yang memberikan struktural tulang. Metafisis merupakan bagian yang
melebar dari tulang panjang antara epifisis dan diafisis. Metafisis ini
merupakan daerah pertumbuhan tulang selama masa pertumbuhan.
Periosteum merupakan penutup tulang sedang rongga medula (marrow)
adalah pusat dari diafisis.

C. Fungsi Tulang
1. Memberi kekuatan pada kerangka tubuh.

2
2. Tempat melekatnya otot.
3. Melindungi organ penting (jantung, paru, otak dll)
4. Tempat pembuatan sel darah.
5. Tempat penyimpanan garam mineral.
D. Etiologi Fraktur
1. Trauma langsung/ direct trauma, yaitu apabila fraktur terjadi di tempat
dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan
yang mengakibatkan patah tulang).
2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma, misalnya penderita jatuh
dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada
pegelangan tangan.
3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu
sendiri rapuh/ ada “underlying disesase” dan hal ini disebut dengan fraktur
patologis (Saputra, 2017).

E. Klasifikasi Fraktur
Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis ,
dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Berdasarkan sifat fraktur.
a) Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit
masih utuh) tanpa komplikasi.
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan
keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
Tipe Deskripsi
Tingkat 0 Fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera
jaringan lunak sekitarnya.
Tingkat 1 Fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit
dan jaringan subkutan.
Tingkat 2 Fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan
lunak bagian dalam dan pembengkakan.
Tingkat 3 Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak
yang nyata dan ancaman sindroma kompartement.

3
b) Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya
perlukaan kulit.
Klasifikasi fraktur terbuka menurut Gustilo-Anderson:
Tipe Deskripsi
I Fraktur terbuka, luka besih, ukuran luka < 1cm
II Fraktur terbuka, Panjang luka > 1cm tanpa
kerusakan jaringan lunak sekitar dan avulsi
III Fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak
yang luas, laserasi dengan atau tanpa fraktur
segmental. Tipe ini juga termasuk pada fraktur
terbuka dengan kontaminasi tinggi, kerusakan
vaskular, atau terjadi lebih dari 8 jam sebelum
mendapatkan tindakan.
III A Fraktur terbuka tipe III dengan periosteal yang
masih adekuat pada lokasi tulang yang fraktur
meskipun terdapat kerusakan jaringan lunak yang
luas (Tulang bisa ditutup dengan soft tissue)
III B Fraktur terbuka tipe III dengan kerusakan jaringan
lunak yang luas dan hilangnya sebagian jaringan
lunak serta adanya kerusakan periosteum dan
tulang. Sering disertai dengan kontaminasi yang
berat. Sering memerlukan prosedur jaringan lunak
untuk menutup defek (flap) (Tulang tidak bisa
ditutup dengan soft tissue)
III C Fraktur terbuka tipe III dengan disertai adanya
kerusakan arteri yang memerlukan perbaikan
vascular tanpa melihat derajat kersakan jaringan
lunak (Disertai lesi neurovascular)

2. Berdasarkan derajat kerusakan tulang menurut Saputra (2017) dalam


Mansjoer (2002) dibagi menjadi dua, yaitu:

4
a) Patah tulang lengkap (Complete fraktur)
Dikatakan lengkap bila patahan tulang terpisah satu dengan yang
lainya, atau garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari
tulang dan fragmen tulang biasanya berubak tempat.
b) Patah tulang tidak lengkap ( Incomplete fraktur ) Bila antara oatahan
tulang masih ada hubungan sebagian. Salah satu sisi patah yang lainya
biasanya hanya bengkok yang sering disebut green stick. Contoh lain
inkomplit fraktur seperti:
 Hair Line Fraktur
 Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks
dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.
3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme
trauma ada 5 yaitu:
a) Fraktur Transversal : fraktur yang arahnya malintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
b) Fraktur Oblik : fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat dari trauma angulasi
juga.
c) Fraktur Spiral : fraktur yang arah garis patahnya sepiral yang di
sebabkan oleh trauma rotasi.
d) Fraktur Kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi
yang mendorong tulang kearah permukaan lain.
e) Fraktur Afulsi : fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau
traksi otot pada insersinya pada tulang.
4. Berdasarkan jumlah garis patahan ada 3 antara lain:
a) Fraktur Komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan
saling berhubungan.
b) Fraktur Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak berhubungan.
c) Fraktur Multiple : fraktur diman garis patah lebih dari satu tapi tidak
pada tulang yang sama.

5
Gambar. Tipe Fraktur

F. Tanda dan Gejala Fraktur


1. Visible Fracture (Fraktur terlihat)

6
Pada fraktur terbuka, fraktur tulang atau fragmen tulang mungkin terlihat.
2. Deformity (Kelainan bentuk)
Bagian tubuh mungkin tampak cacat karena perpindahan tulang, posisi
yang tidak wajar dari korban, atau angulasi di mana tidak ada sendi
(misalnya, lengan korban adalah "bengkok" bukan lurus).
3. Pain (Rasa sakit)
Korban mungkin akan mengalami rasa sakit di lokasi tertentu. Nyeri
(nyeri tekan) biasanya mengidentifikasi lokasi fraktur. Korban mungkin
dapat "merasakan" tulang yang patah.
4. Swelling (Pembengkakan)
Mungkin ada pembengkakan (edema) di lokasi fraktur yang dicurigai.
5. Discoloration (Perubahan warna)
Area di sekitar lokasi fraktur yang dicurigai mungkin memar atau
memiliki bintik-bintik hemoragik (ekimosis).
6. Crepitation (Kertak)
Tulang patah dapat membuat suara berderak (krepitasi) jika mereka
bergesekan ketika korban bergerak.

G. Patofisiologi Fraktur
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka
terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah
serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus
tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah
hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke
bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi
plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang
merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya (Black, J.M, et
al, 1993)

7
H. Fisiologi Penyembuhan Tulang
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan
membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk
oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:
1. Stadium Satu-Pembentukan Hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur.
Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan
sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini
berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.
2. Stadium Dua-Proliferasi Seluler
Pada stadium initerjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro
kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum,dan bone marrow
yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini
terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast
beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari
terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang
yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai
selesai, tergantung frakturnya.
3. Stadium Tiga-Pembentukan Kallus
Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan
osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai
membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh
kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi
sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang
imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan
endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman
tulang) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur
berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.
4. Stadium Empat-Konsolidasi

8
Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang
berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan
memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis
fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang
tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses
yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat
untuk membawa beban yang normal.
5. Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama
beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh
proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae
yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi,
dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan
akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya (Black, J.M, et
al, 1993 dan Apley, A.Graham,1993).

I. Komplikasi Fraktur
1. Komplikasi Awal
a) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar,
dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan
emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan
reduksi, dan pembedahan.
b) Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena
tekanan dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.
c) Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang
sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena

9
sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran
darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang
ditandai dengan gangguan pernafasan, takikardi, hipertensi,
takipnea, demam.
d) Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan
masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka,
tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan
seperti pin dan plat.
e) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang
rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan
diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.
f) Syok
Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya
oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a) Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi
(menyatu) sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk
menyambung. Ini disebabkan karena penurunan suplai darah ke
tulang.
b) Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-
9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang
berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau
pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang
kurang.
c) Malunion

10
Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah
sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk
sudut atau miring. Malunion dilakukan dengan pembedahan dan
reimobilisasi yang baik.

J. Pemeriksaan Diagnostik Fraktur


1. Pemeriksaan Radiologi
a) X-Ray
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”
menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3
dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2
proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu
diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk
memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi.
Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi
kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan
permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray: Bayangan jaringan
lunak. Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau
biomekanik atau juga rotasi. Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.
Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.
b) Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur
yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan
kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja
tapi pada struktur lain juga mengalaminya.
c) Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan
pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan
akibat trauma.
d) Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak
karena ruda paksa.
e) Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara
transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang
rusak.

11
2. Pemeriksaan Laboratorium
a) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap
penyembuhan tulang.
b) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan
menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
c) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat
Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST),
Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
3. Pemeriksaan lain-lain
a) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas:
didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.
b) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama
dengan pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
c) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang
diakibatkan fraktur.
d) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau
sobek karena trauma yang berlebihan.
e) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya
infeksi pada tulang.
f) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

K. Penatalaksanaan Fraktur

12
Prinsip penatalaksaanannya pada fraktur ada dua jenis yaitu konservatif
dan operatif. Kriteria untuk menentukan pengobatan dapat dilakukan
secara konservatif atau operatif selamanya tidak absolut.
Sebagai pedoman dapat di kemukakan sebagai berikut:
1. Cara konservatif:
a) Anak-anak dan remaja, dimana masih ada pertumbuhan tulang
panjang.
b) Adanya infeksi atau diperkirakan dapat terjadi infeksi.
c) Jenis fraktur tidak cocok untuk pemasangan fiksasi internal.
d) Ada kontraindikasi untuk di lakukan operasi.
Pengobatan konservatif dapat dilakukan dengan:
a) Pemasangan gips.
b) Pemasangan traksi (skin traksi dan skeletal traksi). Beban
maksimal untuk skin traksi adalah 5 Kg.
2. Cara operatif di lakukan apabila:
a) Bila reposisi mengalami kegagalan.
b) Pada orang tua dan lemah (imobilisasi  akibat yang lebih buruk).
c) Fraktur multipel pada ekstrimitas bawah.
d) Fraktur patologik.
e) Penderita yang memerlukan imobilisasi cepat.
Pengobatan operatif:
a) Reposisi.
b) Fiksasi, atau yang lazim di sebut juga dengan tindakan ORIF
(“Open Reduction Internal Fixation”)

Pada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan


pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.
a) Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode dalam reduksi adalah
reduksi tertutup, traksi dan reduksi terbuka, yang masing-masing di
pilih bergantung sifat fraktur.

13
 Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang
ke posisinya (ujung-ujung saling behubungan) dengan manipulasi
dan traksi manual.
 Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang
terjadi.
 Reduksi terbuka , dengan pendekatan pembedahan, fragmen
tulang direduksi. Alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat,
sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai
penyembuhan tulang yang solid terjadi.
b) Imobilisai fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus di
imobilisasi atau di pertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang
benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan
dengan fiksasi eksternal atau inernal. Fiksasi eksternal meliputi
pembalutan, gips, bidai, traksi kontinui, pin dan teknik gips atau
fiksator eksternal. Fiksasi internal dapat dilakukan implan logam
yang berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.
Pada fraktur femur imobilisasi di butuhkan sesuai lokasi fraktur yaitu
intrakapsuler 24 minggu, intra trokhanterik 10-12 minggu, batang 18
minggu dan supra kondiler 12-15 minggu.
c) Mempertahankan dan mengembalikan fungsi, segala upaya
diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu ;
 Mempertahankan reduksi dan imobilisasi
 Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan
 Memantau status neurologi.
 Mengontrol kecemasan dan nyeri
 Latihan isometrik dan setting otot
 Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari
 Kembali keaktivitas secara bertahap.

14
L. Pathway Fraktur
M.
Trauma Langsung Trauma Tidak Langsung Kondisi Patologis

Dikontinuitas tulang Fraktur Pergeseran fragmen tulang Nyeri akut

Perubahan jaringan sekitar Kerusakan fragmen tulang

Pergeseran fragmen tulang Laserasi kulit Spasme otot Tekanan sumsum tulang >
tekanan kapiler

Deformitas Putus vena/ Peningkatan


arteri tekanan kapiler Reaksi stress klien

Gangguan fungsi tubuh


Perdarahan Pelepasan Melepaskan ketokelamin
histamin
Gangguan mobilitas fisik
Hipovolemia Memobilisasi asam lemak
Edema

Risiko syok Bergabung dengan trombosit


Sindrom kompatemen Penekanan
pembuluh
darah Emboli
Perfusi perifer
tidak efektif
Perfusi perifer Menyumbat pembuluh darah
Gangguan
tidak efektif
integritas kulit/
jaringan

15
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGUMPULAN DATA UMUM KEPERAWATAN

Tgl. Pengkajian : 31 Agustus 2021 No. Register : 18011xx


Jam Pengkajian : 17.30 Tgl. MRS : 31 Agustus 2021
Ruang/Kelas : Lily/1

I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Sdr. H Nama : Nn. F
Umur : 23 th Umur : 24th
Jenis Kelamin : Laki-laki Jenis Kelamin :
Perempuan
Agama : Kristen Agama :
Kristen
Pendidikan : S1 Pekerjaan : Perawat
Pekerjaan : Freelance Alamat :
Ciliwung
Gol. Darah :- Hubungan dengan Klien : Tunangan
Alamat : Blimbing

II. KELUHAN UTAMA


1. Keluhan Utama Saat MRS
Pasien datang ke rumah sakit untuk melepas pen akibat kecelakaan beberapa
waktu lalu yang seharusnya di lepas pada bulan Januari lalu, namun karena
kesibukan baru di jadwalkan lagi operasi tanggal 31 Agustus 2021, dan juga
pasien sudah merasa tidak nyaman karena dengan berjalannya waktu tangannya
terasa sakit untuk di buat beraktifitas

2. Keluhan Utama Saat Pengkajian


Nyeri pada telapak tangan sebelah kanan terutama saat di buat menggenggam dan
beraktifitas

16
III. DIAGNOSA MEDIS
Post orift metacarpal manus dekstra
Pro aff implan

IV. RIWAYAT KESEHATAN


1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh tidak nyaman di bagian telapak tangan kanan, pasien di
jadwalkan operasi pada bulan januari lalu dan dapat melakukan tindakan
tersebut bulan agustus tgl 1 di karenakan suatu kesibukan
2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Asma sudah lama tidak kambuh, pernah ambien, tipes

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Diabetes melitus

V. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN

1. Pola Aktifitas Sehari-hari (ADL)


ADL Di Rumah Di Rumah Sakit
Pola pemenuhan kebutuhan Makan / Minum Makan / Minum
nutrisi dan cairan (Makan Jumlah : 3x/hari Sesuai yg di resepkan Gizi
dan Minum ) Jenis : Jumlah :
- Nasi : tim Jenis :
- Lauk : semua makan - Nasi :
- Sayur : jarang makan - Lauk :
sayur - Sayur :
- Minum : 3L/hari - Minum/Infus :
Pantangan : Pantangan :
Kesulitan Makan / Minum : Kesulitan Makan / Minum :
Jarang makan sayur Sulit makan setelah operasi
Usaha Mengatasi kesulitan : Usaha Mengatasi kesulitan :
di suap tunangan
Pola Eliminasi
BAK : Jumlah, Warna, Bau, 5x/hari dan bening >5x
Masalah, Cara Mengatasi.

17
Simpdrom kompartemen

BAB : Jumlah, Warna, Bau, 1x/ hari biasanya pagi hari 2x


Konsistensi, Masalah, Cara 
Mengatasi. 5s

Pola Istirahat Tidur Tidur jam 02.00-09.00 Jam 11.00-08.00


- Jumlah/Waktu
- Gangguan Tidur
- Upaya Mengatasi
gangguan tidur
- Apakah mudah terbanguan
- Jika terbangun berapa
menit bisa tertidur lagi
- Hal-hal yang
mempermudah tidur
- Hal-hal yang
mempermudah bangun
Pola Kebersihan Diri (PH) 2-3x/hari 1x sehari
- Frekuensi mandi
- Frekuensi Mencuci rambut
- Frekuensi Gosok gigi
- Keadaan kuku
- Melakukan mandiri/
dibantu
Aktivitas Lain
Aktivitas apa yang dilakukan
klien untuk mengisi waktu
luang ?

2. Riwayat Psikologi

3. Riwayat Sosial
Dekat sengan sepupu

18
4. Riwayat Spiritual
Rajin beribadah

VI. KONSEP DIRI


A. Gambaran diri : sebagai seorang yang ingin menjadi suami

B. Identitas diri : sebagai pekerja

C. Peran : anak

D. Ideal diri : sebagai seorang yang mandiri

E. Harga diri : tinggi dan tidak ingin menyusahkan orang lain

VII. PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 31/8/2021)


A. Keadaan Umum
Baik

B. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital


SAAT SEBELUM SAKIT SAAT PENGKAJIAN
TD: 100/70 TD: 110/80
N: mnt N: 85X/mnt
RR: RR: 20
S: S: 36
Spo2: Spo2: 98%

3. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata( + / - ), Kelopak mata/palpebra oedem ( + /
- ), ptosis/dalam kondisi tidak sadar mata tetap membuka ( + / - ), peradangan
( + / - ), luka( + / - ), benjolan ( + / - ), Bulu mata rontok atau tidak, Konjunctiva

19
dan sclera perubahan warna (anemis / an anemis), Warna iris (hitam, hijau, biru),
Reaksi pupil terhadap cahaya (miosis/midriasis), Pupil (isokor / an isokor),
Warna Kornea
b.Hidung
Inspeksi dan palpasi : Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi
(adakah pembengkokan atau tidak). Amati meatus : perdarahan ( + / - ), Kotoran
( + / - ), Pembengkakan ( + / - ), pembesaran / polip ( + / - ), menggunakan
Oksigen………
c. Mulut
Amati bibir : Kelainan konginetal ( labioscisis, palatoscisis, atau
labiopalatoscisis), warna bibir, lesi ( + / - ), Bibir pecah (+ / - ), Amati gigi
,gusi, dan lidah : Caries ( + / - ), Kotoran (+/- ), Gigi palsu (+ / - ), Gingivitis
( + / - ), Warna lidah, Perdarahan (+ / - ) dan abses (+ / - ).
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut, Benda asing : ( ada / tidak )
d.Telinga
Amati bagian telinga luar: Bentuk …Ukuran … Warna …, lesi ( + / - ), nyeri
tekan ( + / - ), peradangan ( + / - ), penumpukan serumen ( + / - ). Dengan
otoskop periksa membran tympany amati, warna ....., transparansi ......,
perdarahan ( + / - ), perforasi ( + / - ).
e. Keluhan lain:

1. Pemeriksaan Kepala, Dan Leher


a. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala (dolicephalus/lonjong, Brakhiocephalus/ bulat),
kesimetrisan (+/- ). Hidrochepalus ( + / - ), Luka ( + / - ), darah ( +/-),
Trepanasi ( + / - ).
Palpasi : Nyeri tekan ( + / - ), fontanella / pada bayi (cekung / tidak)
b. Leher
Inspeksi : Bentuk leher (simetris atau asimetris), peradangan ( + / - ), jaringan
parut ( + / - ), perubahan warna ( + / - ), massa ( + / - )
Palpasi : pembesaran kelenjar limfe ( + / - ), pembesaran kelenjar tiroid ( + / - ),
posisi trakea (simetris/tidak simetris), pembesaran Vena jugularis ( + / - )
c. Keluhan lain:

2. Pemeriksaan Thoraks/dada
a. PEMERIKSAAN PARU
INSPEKSI
- Bentuk torak (Normal chest / Pigeon chest / Funnel chest / Barrel chest),
- Susunan ruas tulang belakang (Kyposis / Scoliosis / Lordosis),
- Bentuk dada (simetris / asimetris),
- keadaan kulit ?
- Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta ( + / - ), retraksi
suprasternal ( + / - ), Sternomastoid ( + / - ), pernafasan cuping hidung ( + / -
).

20
- Pola nafas : (Eupnea / Takipneu / Bradipnea / Apnea / Chene Stokes / Biot’s
/ Kusmaul)
- Amati : cianosis ( + / - ), batuk (produktif / kering / darah ).
PALPASI
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama /
tidak sama). Lebih bergetar sisi ............................
PERKUSI
Area paru : ( sonor / Hipersonor / dullnes )
AUSKULTASI
- Suara nafas Area Vesikuler : ( bersih / halus / kasar ) , Area Bronchial :
( bersih / halus / kasar ) Area Bronkovesikuler ( bersih / halus / kasar )
- Suara Ucapan Terdengar : Bronkophoni ( + / - ), Egophoni ( + / - ),
Pectoriloqui ( + / - )
- Suara tambahan Terdengar : Rales ( + / - ), Ronchi ( + / - ), Wheezing ( + /
- ), Pleural fricion rub ( + / - ), bunyi tambahan lain …………………….
- Keluhan lain yang dirasakan terkait Px. Torak dan Paru : ................
Keluhan lain terkait dengan paru: ……………….

b. PEMERIKSAAN JANTUNG
INSPEKSI
Ictus cordis ( + / - ), pelebaran ........cm
PALPASI
Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Lemah / Kuat / Tidak teraba )
PERKUSI
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ………………….. ( N = ICS II )
Batas bawah : …....................... ( N = ICS V)
Batas Kiri : …………………... ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra)
Batas Kanan : ……………….. ( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra)
AUSKULTASI
BJ I terdengar (tunggal / ganda, ( keras / lemah ), ( reguler / irreguler )
BJ II terdengar (tunggal / ganda ), (keras / lemah), ( reguler / irreguler )
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( + / - ), Gallop Rhythm (+ / -), Murmur (+ /
-)
Keluhan lain terkait dengan jantung : ............................................................

3. Pemeriksaan Abdomen
INSPEKSI
Bentuk abdomen : (cembung/cekung/datar ), Massa/Benjolan (+/- ),
Kesimetrisan ( + / - ),
Bayangan pembuluh darah vena (+ /-)
AUSKULTASI
Frekuensi peristaltic usus ........... x/menit ( N = 5 – 35 x/menit, Borborygmi ( + /
-)

21
PALPASI
Palpasi Hepar : diskripsikan :Nyeri tekan ( + / - ), pembesaran ( + / - ), perabaan
(keras / lunak), permukaan (halus / berbenjol-benjol), tepi hepar (tumpul / tajam)
. ( N = hepar tidak teraba).
Palpasi Lien : Gambarkan garis bayangan Schuffner dan pembesarannya ............
Dengan Bimanual lakukan palpasi dan diskrpisikan nyeri tekan terletak pada
garis Scuffner ke berapa ? .............( menunjukan pembesaran lien )
Palpasi Appendik : Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc. Burney.
nyeri tekan ( + / - ), nyeri lepas ( + / - ), nyeri menjalar kontralateral ( + / - ).
Palpasi Ginjal : Bimanual diskripsikan : nyeri tekan( + / - ), pembesaran ( + / - ).
(N = ginjal tidak teraba).
PERKUSI
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Abdomen : ..............

4. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal


a. Genetalia Pria
Inspeksi :
Rambut pubis (bersih / tidak bersih ), lesi ( + / - ), benjolan ( + / - ) Lubang
uretra : penyumbatan ( + / - ), Hipospadia ( + / - ), Epispadia ( + / - )
Palpasi
Penis : nyeri tekan ( + / - ), benjolan ( + / - ), cairan ...................... Scrotum dan
testis : beniolan ( + / - ), nyeri tekan ( + / - ),
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
Hidrochele ( + / - ), Scrotal Hernia ( + / - ), Spermatochele ( + / - ) Epididimal
Mass/Nodularyti ( + / - ) Epididimitis ( + / - ), Torsi pada saluran sperma ( + / - ),
Tumor testiscular ( + / - )
Inspeksi dan palpasi Hernia :
Inguinal hernia ( + / - ), femoral hernia ( + / - ), pembengkakan ( + / - )
b. Pada Wanita
Inspeksi
Kebersihan rambut pubis (bersih / kotor), lesi ( + / - ),eritema ( + / - ), keputihan
( + / - ), peradangan ( + / - ).Lubang uretra : stenosis /sumbatan ( + / - )
c. Keluhan lain:

8. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang Belakang


Periksa ada tidaknya lesi pada kulit punggung, Apakah terdapat kelainan bentuk
tulang belakang, Apakah terdapat deformitas pada tulang belakang, apakah
terdapat fraktur atau tidak, adakah nyeri tekan.
Keluhan lain:

9. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal
a. Inspeksi

22
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris), deformitas (+), fraktur (+)
lokasi fraktur manus, jenis fraktur tertutup kebersihan luka bersih, terpasang Gib (
- ), Traksi ( - )

b. Palpasi
Oedem : Lingkar lengan : …………Lakukan uji kekuatan
otot :
54
55

c. Keluhan lain: sulit menggenggam dan masi terasa sakit

2. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran/Penghidu/tengorokan


Uji ketajaman pendengaran :Tes bisik, Dengan arloji, Uji weber : seimbang /
lateralisasi kanan / lateralisasi kiri, Uji rinne : hantaran tulang lebih keras /
lemah / sama dibanding dengan hantaran udara, Uji swabach : memanjang /
memendek / sama
Uji Ketajaman Penciuman dengan menggunakan rangsang bau-bauan.
Pemeriksaan tenggorokan: lakukan pemeriksaan tonsil, adakah nyeri telan.
Keluhan lain:

5.Pemeriksaan Fungsi Penglihatan


oPemeriksaan Visus Dengan Snellen's Cart : OD ............. OS ............
oTanpa Snelen Cart : Ketajaman Penglihatan ( Baik / Kurang )
oPemeriksaan lapang pandang : Normal / Haemi anoxia / Haemoxia
o Pemeriksaan tekanan bola mata Dengan tonometri …………, dengan palpasi
taraba ……
o Keluhan lain:

12. Pemeriksaan Fungsi Neurologis


a. Menguji tingkat kesadaran dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
Menilai respon membuka mata …………..
Menilai respon Verbal ………….
Menilai respon motorik …………..
Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan : (Compos Mentis /
Apatis / Somnolen / Delirium / Sporo coma / Coma)
b. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak
Penigkatan suhu tubuh ( + / -), nyeri kepala ( + / -), kaku kuduk ( + / -), mual –
muntah ( + / -) kejang ( + / -) penurunan tingkat kesadaran ( + / -)
c. Memeriksa nervus cranialis
Nervus I - Olfaktorius (pembau ), Nervus II - Opticus ( penglihatan ), Nervus
III - Ocumulatorius, Nervus IV- Throclearis, Nervus V – Thrigeminus, Nervus
VI-Abdusen, Nervus VII – Facialis, Nervus VIII- Auditorius, Nervus IX-
Glosopharingeal, Nervus X – Vagus, Nervus XI- Accessorius, Nervus XII-
Hypoglosal

23
d. Memeriksa fungsi motorik
Ukuran otot (simetris / asimetris), atropi ( + / -) gerakan-gerakan yang tidak
disadari oleh klien ( + / -)
e. Memeriksa fungsi sensorik
Kepekaan saraf perifer : benda tumpul , benda tajam. Menguji sensai panas /
dingin, kapas halus, minyak wangi.
f. Memeriksa reflek kedalaman tendon
Reflek fisiologis : R.Bisep, R. Trisep, R. Brachioradialis, R. Patella, R. Achiles

Reflek Pathologis, Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-


kasus tertentu. Yang diperiksa adalah R. Babinski, R. Chaddok, R.Schaefer, R.
Oppenheim, R. Gordon, R. Bing, R.Gonad.
g. Keluhan lain yang terkait dengan Neurologis :

2. Pemeriksaan Kulit/Integument
a. Integument/Kulit
Inspeksi : Adakah luka ( +) di punggung kanan, Jaringan parut ( + / - ), Warna
Kulit, Bila ada luka bakar dimana saja lokasinya, dengan luas : .............. %,
cyanotik ( + / -)
Palpasi : Tekstur (halus/ kasar ), Turgor/Kelenturan(baik ), Struktur
(keriput/tegang), Lemak subcutan ( tebal / tipis ), nyeri tekan ( + / - ) pada
daerah mana?
Identifikasi luka / lesi pada kulit
1. Tipe Primer : Makula ( + / - ), Papula ( + / - ) Nodule ( + / - ) Vesikula ( + / -
)
2. Tipe Sekunder : Pustula (+/-), Ulkus (+/-), Crusta (+/-), Exsoriasi (+/-), Scar
(+/-), Lichenifikasi ( + / - )
Kelainan- kelainan pada kulit : Naevus Pigmentosus ( + / - ), Hiperpigmentasi (
+ / - ), Vitiligo/Hipopigmentasi (+/ - ), Tatto (+ /- ), Haemangioma (+/-),
Angioma/toh(+ /-), Spider Naevi (+ /- ), Striae (+ /-)
b. Pemeriksaan Rambut
Ispeksi dan Palpasi : Penyebaran (merata / tidak), Bau …. rontok (+/-),
warna .......... Alopesia ( + / - ), Hirsutisme ( + / - ), alopesia ( + / - )
c. Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi : warna, bentuk, dan kebersihan kuku, CRT kembali
dalam…….
d. Keluhan lain: terdapat luka post aff implant di tangan kanan

14. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Medik (tanggal ……../……./20…)


A. DARAH LENGKAP
Leukosit : 5810 ( N : 4.800 – 10.800 / µL )
Eritrosit : 5.210.000 ( N : 3 juta – 6 juta µL )
Trombosit : 451.000 ( N : 150.000 – 400.000 / µL )
Haemoglobin : 14,3 ( N : 14.0 – 18 gr/dl )
Haematokrit : 45,6 ( N : 42 – 52 gr / dl )

24
B. KIMIA DARAH
Laju endap darah: 69 ( N : 0-20 mm/jam)
Ureum : ............................. ( N : 10 – 50 mg / dl )
Creatinin : ............................. ( N : 07 – 1.5 mg / dl )
SGOT : ............................. ( N : 2 – 17 )
SGPT : ............................. ( N : 3 – 19 )
BUN : ............................. ( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
Bilirubin : ............................. ( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein : ............................. ( N : 6.7 – 8.7 mg /dl )
GD puasa : ............................ ( N : 100 mg/dl )
GDS : 105 ( N : <130 mg / dl )
C. ANALISA ELEKTROLIT
Natrium : ............................. ( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium : ............................. ( N ; 3,5 – 5,0 mmol / l )
Clorida : ............................. ( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium : ............................. ( N : 7.6 – 11.0 mg / dl )
Phospor : ............................. ( N : 2.5 – 7.07 mg / dl )

D. PEMERIKSAAN LAB LAIN :

E. PEMERIKSAAN RADIOLOGI :
Jika ada jelaskan gambaran hasil foto Rongent, USG, EEG, EKG, CT-Scan,
MRI, Endoscopy dll.

VII. TINDAKAN DAN TERAPI


Tindakan apa saja yang sudah dilakukan untuk menolong keselamatan klien dan
terapi farmakologis (obat-obatan) apa saja yang sudah diberikan.

1. Metoclopramide 10mg
2. Ceftriaxone st- 2gram 2x1
3. Katerolac 3x30mg
4. Ranitidine 2x1

25
TTD PERAWAT

( Wisnu Bayu Samudra )

Analisa Data

DATA PENYEBAB MASALAH DIAGNOSA


(Tanda mayor & KEPERAWAT KEPERAWATAN
minor) AN
DS : Agen pencedera Nyeri akut (D.0077) Nyeri akut b.d Agen
Klien mengeluh nyeri fisik(prosedur pencedera fisik(prosedur
pada tangan bagian pengangkatan pengangkatan implant)
kanan, nyeri saat implant) d.d Mengeluh nyeri,
menggenggam, nyeri Nadi meningkat 85
sedang sebelumnya 79, Protektif
saat di cek jaringan
DO: perifer, Kondisi terkait
1. Mengeluh nyeri pembedahan
2. Nadi meningkat 85 P: trauma
sebelumnya 79 Q: tajam
3. Protektif saat di cek R: menetap
jaringan perifer S: 3
T: hilang timbul
4. Kondisi terkait
pembedahan
P: trauma
Q: tajam
R: menetap
S: 3
T: hilang timbul
DS : Factor mekanis Gangguan integritas Gangguan integritas
1. pasien mengatakan (fraktur pada jaringan (D.0129) jaringan b.d Factor
telah melakukan metacarpal manus) mekanis (fraktur pada
operasi dan ingin metacarpal manus) d.d
melepas implant Terdapat luka post
pada tangan kanan operasi

DO :
1. Terdapat luka post
operasi
DS : Fraktur Resiko disfungsi Resiko disfungsi
Pasien mengatakan sulit neurovaskuler perifer neurovaskuler perifer

26
untuk menggenggam D. 0067 d.d fraktur

DO :
1. kekuatan otot tangan
kanan 4
2. meringis saat
menggenggam
3. nadi meningkat 79
menjadi 85x/mnt
4. pergerakan sendi
terbatas
1.

Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik(prosedur pengangkatan implant) d.d Mengeluh nyeri,
Nadi meningkat 85 sebelumnya 79, Protektif saat di cek jaringan perifer, Kondisi terkait
pembedahan P: trauma Q: tajam R: menetap S: 3
2. Gangguan integritas jaringan b.d Factor mekanis (fraktur pada metacarpal manus) d.d
Terdapat luka post operasi
3. Resiko disfungsi neurovaskuler perifer d.d fraktur

27
N SDKI SLKI SIKI Wkt Implementasi wkt Evaluasi /catatan
o perkembangan
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Pemberian Analgetik Pasien pre operasi
31/8/2021
Agen pencedera intervensi Observasi 31/8/2021 1. TTV( TD:110/80, N:85x, S : pasien mengatakan
fisik(prosedur keperawatan 2x24 1. identifikasi karakteristik 09.00 S:35, RR: 20, Spo2: 98%) tangannya terasa sedikit sakit
pengangkatan nyeri 2. pemasangan infus dan dan tidak nyaman
jam maka
implant) d.d
Tingkat Nyeri 2. identifikasi riwayat alergi pemberian katerolac O : keluhan nyeri berkurang,
Mengeluh nyeri,
Nadi meningkat (L.08066) obat 3. kia pasien untuk meringis menurun
85 sebelumnya menurun dengan 3. identifikasi kesesuaian penjadwalan operasi jam 6 A : masalah belum teratasi
79, Protektif kriteria hasil : jenis analgesik sore P : lanjutkan intervesi dan
saat di cek 1. Keluhan nyeri 4. monitor tanda-tanda vital 4. kia pasien untuk puasa 6-8 observasi
jaringan perifer, menurun
sebelum dan sesudah jam sebelum operasi (jam 11
Kondisi terkait pemberian analgesik siang pasien di minta puasa) 1/9/2021 Pasien operasi jam 17.00-
1/9/2021
2. Meringis
pembedahan 5. monitor efektifitas 5. melakukan skin tes (SC) 18.00
P: trauma menurun 20.00
analgesik ceftriaxone dan pemberian S: pasien mengatakan
Q: tajam 3. Sikap protektif
Terapiutik metoclopramide 10mg, tangannya terasa sakit
R: menetap menurun 1. pertimbangkan ketorolac, dan ranitidine setelah pengangkatan
S: 3 4. Gelisah penggunaan infus 6. efaluasi skin tes setelah 15 implant terutama di buat
T: hilang timbul menurun kontinu min (tidak ada efek alergi) menggenggam, skala nyeri 5,
2. terapkan target efektifitas dan injeksi ceftriaxone hilang timbul, seperti terkena
analgesik untuk 7. dokumentasi tindakan dan benda tajam
mengoptimalkan respon hasil skin tes O: mengeluh nyeri skala 5,
pasien TD: 110/80, N: 90
3. dokumentasi respon A: masalah belum teratasi
terhadap efek anakgesik P: lanjutkan intervensi dan
dan efek yang tidak di observasi
inginkan
Edukasi
1. jelaskan efek terapi dan 2/9/2021
S: keluhan nyeri pada telapak
efek samping obat tangan kanan berkurang, skala

28
Kolaborasi 3, timbul saat menggenggam,
1. kolaborasi pemberian seperti di remas
dosis dan jenis analgetik O:keluhan nyeri berkurang,
gelisah menurun, meringis
menurun
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi,
observasi dan edukasi terapi
setelah operasi

2. Gangguan Setelah dilakukan Perawatan luka 1/9/2021 1. melihan tanda tanda infeksi 1/9/2021 S: terdapat luka bekas operasi
integritas intervensi Observasi 2. menjelaskan ke pasien tanda O: terdapat luka aff implant,
jaringan b.d keperawatan 2x24 1. monitor karakteristik luka gejala infeksi kira-kira 5cm, luka tertutup
Factor mekanis 2. monitor tanda infeksi 3.kolaborasi dengan gizi kasa, tidak ada rembesan
jam maka
(fraktur pada
integritas kulit Terapiutik pemberian tinggi protein dan A: masalah belum teratasi
metacarpal
manus) d.d dan jaringan 1. lepas balutan dan plaster kalori P: lanjutkan intervensi dan
secara perlahan 20.00 4. pemberian observasi
Terdapat luka meningkat dengan
post operasi kriteria hasil 2. bersihkan dengan NaCl antibiotic(ceftriaxone),
1.kerusakan 3. berikan salep yang sesuai metoclopramide, katerolac, S: terdapat luka bekas operasi
jaringan menurun
4. pasang balutan ayng sesuai ranitidine 2/9/2021 O: terdapat luka aff implant,
ke kulit kira-kira 5cm, luka tertutup
2. kerusakan
5. pertahankan teknik steril 2/9/2021 1. melihan tanda tanda infeksi kasa, tidak ada rembesan,
lapisan kulit
saat melakukan perawatan 2. kolaborasi dengan gizi kulit area lokasi tidak ada
menurun luka pemberian tinggi protein dan tanda infeksi
3. nyeri menurun Edukasi kalori A: maslah belum teratasi
4. sensasi 1. jelaskan tanda dan gejala 20.00 3. pemberian P: edukasi pasien untuk
membaik infeksi antibiotic(ceftriaxone), perawatan lanjutan melalui
2. anjurkan mengkonsumsi metoclopramide, katerolac, poli dan konsul dokter
tinggi kalori dan protein ranitidine
Kolaborasi 20.00 4. edukasi perawatan luka post

29
1. kolaborasi pemberian aff implant, dan jadwal rawat
antibiotik luka melalui poli
3. Resiko disfungsi Setelah dikakukan Manajemen sensasi 31/8/2021 1. memeriksa sesasi nyeri pada 31/8/2021 S: pasien mengeluh takut
09.00
neurovaskuler intervensi 2x24 perifer jari dan telapak tangan menggenggam kuat
perifer d.d jam maka Observasi 2. pemberian analgesik O: pergerakan sendi terbatas
fraktur 1. identifikasi perubahan A: masalah belum teratasi
neurovaskuler
sensasi 1/9/2021 1. memeriksa sesasi benda P: lanjutkan terapi dan latihan
periffer dengan
kriteria hasil 2. periksa perbedaan sensasi 20.00 tumpul dan tajam (pasien menggenggam
1. pergerakan tajam dan tumpul dapat membedakan benda
sendiri meningkat 3. periksa kemampuan tumpul dan tajam) 1/9/2021 S: pasien masih kesulitan
2. pergerakan mengidentifikasi dan 2. memeriksa kemampuan untuk menggenggam kuat
tekstur benda mennetukan tekstur (dengan O: pergerakan sendi terbatas,
ekstremitas
Terapiutik buku dan tangan) pergerakan ekstremitas
meningkat
1. hindari pemakaian benda- 3. melakukan latihan terbatas, mengeluh nyeri skala
3. nyeri menurun
benda yang suhunya menggenggam 5, nadi 90x, tekanan darah
4. nadi membaik berlebihan 4. pemberian analgesik 110/80
5. tekanan darah Edukasi A : masalah belum teratasi
membaik 1. ajarkan latihan P: lanjutkan latihan
menggengam secara teratur 2/9/2021 1. melakukan latihan menggenggam
Kolaborasi menggenggam
1. pemberian analgesik 2. pemberian analgesik 2/9/2021 S: pasien dapat menggenggam
O: pergerakan sendi membaik,
pergerakan ekstremitas
membaik, mengeluh nyeri
skala 3, nadi 85x, tekanan
darah 110/80
A : masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan latihan
menggenggam

30
31
Daftar Pustaka

American College of Surgeons Comittee on Trauma. Advanced Trauma Life Support


for Doctors (ATLS) Student Course Manual. 8th ed. Chicago, IL : American
College of Surgeons ; 2008

Apley, A. Graham , Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya Medika,
Jakarta, 1995.

Black, J.M, et al, Luckman and Sorensen’s. (1995). Medikal Nursing : A Nursing
Process Approach, 4 th Edition, W.B. Saunder Company.

Dorland, (2005). Kamus Kedokteran Dorland, Edisi ke-25, EGC, Jakarta 1996.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Risnah et al. (2019). Terapi Non Farmakologi dalam Penanganan Diagnosis Nyeri Akut
pada Fraktur: Systematic Review. Journal of Islamic Nursing 4(2): 77-87

Saputra, M., D., Y. (2017). Laporan Pendahuluan Fraktur. Program Pendidikan Profesi
Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

Sumber Video Youtube: Carrington College. (2016, Oktober 12). How to Do Active
Range of Motion Exercises. Diakses dari https://www.youtube.com/watch?
v=m9k4aVPYJOA&list=LLNjWjAXRQMtfVcGVHaEviA&index=12

Sumber Video Youtube: Larry Mellick. (2017, April 6). IRIG-8 Wound Irrigation
System Trial. Diakses dari https://www.youtube.com/watch?
v=xl9ayhJqBpc&list=LLNjWjAXRQMtfVcGVHaEviA&index=2

Sumber Video Youtube: Nabil Ebraheim. (2019, juni 27). Open Fractures Of The Tibia
- Everything You Need To Know - Dr. Nabil Ebraheim. Diakses dari
https://www.youtube.com/watch?
v=ytzuDJ84O7A&list=LLNjWjAXRQMtfVcGVHaEviA&index=21

32
Sumber Video Youtube: All Health TV. (2018, Agustur 4). Pain Relief and Breathing
Techniques. Diakses dari https://www.youtube.com/watch?
v=TuNE8QKy1jY&list=LLNjWjAXRQMtfVcGVHaEviA&index=9&t=1s

33

Anda mungkin juga menyukai