Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka
saya akan menerima sansksi yang telah ditetapkan.
5
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Agama : Islam
Email : egahauviah@gmail.com
6
RIWAYAT PENDIDIKAN
RIWAYAT ORGANISASI
Anggota Divisi Bela Negara dan Olahraga OSIS SMAN 5 PAREPARE tahun
2014
2017
7
Sekretaris Umum Pimpinan Komisariat IMM FK Unismuh tahun 2018/2019
tahun 2018/2019
8
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR
Skripsi, 26 February 2020
1
Egah Auviah Ambri Mas’ud, 2dr. Yasser Ahmad Fananie, MHA
1
Students of the Faculty of Medicine and Health Sciences at the University of
Muhammadiyah Makassar in 2016 / email egahauviah@gmail.com
2
Mentor
ABSTRACT
BACKGROUND: Febrile seizures are seizures that occur at an increase in body
temperature (rectal temperature above 38oC) caused by extracranial processes.
Several demographic factors such as age and sex also form patterns of febrile
seizures. However, until now the incidence of febrile seizures is still quite high
but there is no data on the overall characteristics of febrile seizures.
OBJECTIVE: To determine the distribution of febrile seizures based on
characteristics of febrile seizure type, sex, age, ethnicity, religion of treatment and
length of treatment, through the use of medical records as research data.
METHOD: Quantitative descriptive with retrospective method. The sample of
the study was a febrile seizure sufferer at the Polyclinic Hospital of Pelamonia
Makassar II in 2018. The time of collection and data collection was carried out in
December 2019 - January 2020.
RESULTS: The most common types of febrile seizures were simple febrile
seizures (96%); Febrile seizures are most common at <<1 year of age (32%);
Febrile seizures are more common in men than women (2: 1); Most febrile
seizures in Makassar (82%); Febrile seizures most commonly occur in Muslim
patients (98%); The type of treatment most often used for febrile seizures patients
is diazepam rectal (82%); The most frequent duration of treatment for febrile
seizures is 4 days (26%).
Keywords: febrile convulsions, febrile seizures, sex, age, ethnicity, religion,
treatment, duration of treatment.
9
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Skripsi, 26 Februari 2020
1
Egah Auviah Ambri Mas’ud, 2dr. Yasser Ahmad Fananie, MHA
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Makassar angkatan 2016/ email egahauviah@gmail.com
2
Pembimbing
ABSTRAK
HASIL: Tipe kejang demam yang paling banyak ditemui adalah kejang demam
sederhana (96%); Kejang demam paling banyak ditemui pada usia <=1 tahun
(32%); Kejang demam lebih sering ditemui pada laki-laki daripada perempuan
(2:1); Kejang demam paling banyak pada suku Makassar (82%); Kejang demam
paling banyak terjadi pada pasien beragama Islam (98%); Jenis pengobatan yang
paling sering digunakan untuk pasien kejang demam adalah diazepam rectal
(82%); Lama perawatan pasien kejang demam yang paling sering adalah 4 hari
(26%).
Kata kunci: kejang demam, tipe kejang demam, jenis kelamin, usia, suku, agama,
pengobatan, lama perawatan.
10
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada-
Nyalah bertasbih segala yang ada di langit dan bumi. Segala puji dan syukur
penulis hanturkan hanya kepada Allah swt atas segala nikmat yang diberikan-
Nya untuk menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada nabi Muhammad saw, yang telah mengajak umatnya
mengenal Allah swt dan sebagai penuntun terbaik sehingga umatnya mampu
merasakan nikmatnya iman.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
Untaian rasa terima kasih saya haturkan terkhusus kepada orang tua saya,
ayah saya Ambo Emme dan ibu saya Riska Yulita Mas’ud, adik-adik saya Icyam
Audrian, Arfan Maufiq, Harsya Reyfand, Aqran Dzaky, dan Faqih Asfi, tante saya
dr. Herlina serta seluruh keluarga keluarga saya yang senantiasa memberikan
semangat dan kasih sayang yang tak terhingga, selalu memberikan dukungan dan
semangat serta do’a yang membuat saya bisa sampai ke titik ini untuk
menyelesaikan pendidikan preklinik saya dengan baik.
Saya menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik
tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati saya mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
11
2. dr. H. Mahmud Ghaznawie Ph.D, Sp. PA(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. dr. Samsani selaku dosen pembimbing akademik saya.
4. dr. Yasser Ahmad Fannanie selaku dosen pembimbing saya yang telah meluangkan
waktu, dan pikiran untuk mengarahkan dan membantu saya dalam penyusunan
skripsi ini.
5. dr. Andi Weri Sompa, Sp.S selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan, nasehat, dan kritikan yang membangun dalam penyusunan skripsi ini.
6. Dr. M. Ilham Muchtar, Lc.MA selaku dosen pembimbing sekaligus penguji yang
telah memberikan masukan, nasehat, dan kritikan yang membangun dalam
penyusunan tinjauan keislaman skripsi ini.
7. Teman-teman Angkatan 2016 “Rauvolfia” yang selalu saling mengingatkan dan
menyemangati dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman kelompok dan seperjuangan skripsi saya yaitu Faisal Efendi, A.
Pratiwi Risky, Muliana Hijrah, dan Nirmawana yang telah bersama dan setia
menemani selama pembuatan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat saya yaitu Khintan Larasaty Bay, Dwi Astuti, dan Ida Wahyuni
Mapsan, yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dorongan, dan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepada semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung yang
telah memberikan semangat dan dukungan.
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
Egah Auviah AM
12
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………..…………..…...i
PERNYATAAN PENGESAHAN………………………………….…………...iv
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………vi-viii
ABSTRACT……………………………………………………………………..ix
ABSTRAK……………………………………………………………………….x
KATA PENGANTAR………………………………….………………..…xi-xiii
DAFTAR ISI………………………………….…………………………...xiv-xvi
DAFTAR TABEL…………………………….……………………………….xvii
DAFTAR LAMPIRAN……………………….………………………………xviii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................3
C. TUJUAN PENELITIAN...........................................................................4
1. TUJUAN UMUM.................................................................................4
2. TUJUAN KHUSUS..............................................................................4
D. MANFAAT PENELTIAN.....................................................................4-5
A. DEFINISI……………………….........................………………..…….6-7
13
B. ETIOLOGI…………………………..………………………..………..8-9
C. EPIDEMIOLOGI.................................................................................9-12
D. PATOFISIOLOGI..............................................................................13-17
E. FAKTOR RISIKO..............................................................................17-19
F. KLASIFIKASI....................................................................................19-20
G. PENGOBATAN……………………..……………………..………..20-26
H. TINJAUAN KEISLAMAN................................................................26-29
I. KERANGKA TEORI..............................................................................30
A. KERANGKA KONSEP………………...................................................31
B. VARIABEL PENELITIAN...............................................................31-32
C. DEFINISI OPERASIONAL..............................................................32-35
A. DESAIN PENELITIAN..........................................................................36
E. ALUR PENELITIAN..………...……....……..……………….…….38-39
F. ETIKA PENELITIAN……………………………...………………..…39
14
D. ANALISIS…………………………………………………..………..45-51
BAB VI PEMBAHASAN…………………………………………...............52-59
A. KESIMPULAN…………………………………………….....................60
B. SARAN……………………………………………...………………..60-61
C. KETERBATASAN PENELITIAN…………………..………………...61
DAFTAR PUSTAKA……………………………………..………………....62-64
LAMPIRAN………………………………………...……………………….65-70
15
DAFTAR TABEL
16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1……………………………………………………………………65-67
Lampiran 2……………………………………………………………………68-70
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal diatas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada
kejang demam sebelum mereka mencapai usia 5 tahun. Hampir 1,5 juta kejadian
kejang demam terjadi tiap tahunnya di USA, dan sebagian besar terjadi dalam
rentang usia 6 hingga 36 bulan, dengan puncak pada usia 18 bulan. Angka
10% dan di Jepang 8,8%. Kejadian kejang demam di Asia lebih tinggi kira-kira
Faktor pemicu kejang demam yang utama adalah demam itu sendiri.
Demam yang dapat menimbulkan kejang bisa karena infeksi apa saja. Infeksi
saluran pernapasan atas paling sering dikaitkan dengan kejang demam. Penyebab
lain yaitu gastroenteritis, infeksi saluran kemih, otitis media akut, infeksi virus,
dan imunisasi.3
demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana adalah
18
kejang yang terjadi dalam waktu kurang dari 15 menit dan umumnya akan
berhenti sendiri. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam
demam kompleks adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang
berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang, anak tidak sadar.
Secara umum, 2 hingga 5 persen bayi dan anak yang sehat secara neurologis
telah mengalami, setidaknya satu (biasanya sampel) kejang. Dua hingga tujuh
depan. Studi yang dilakukan di berbagai negara mengenai kejang demam berbeda
dalam hal faktor ras, genetik, dan geografis. Sebagai contoh, beberapa
suhu, dan usia kejadian adalah faktor risiko dari kejadian kejang. Beberapa yang
abnormal, dan serangan berulang sebagai faktor yang terlibat dalam meningkatkan
samping dari obat yang diambil untuk prevalensi dan pengobatan penyakit, beban
sosial dan ekonomi yang besar dibebankan pada keluarga dan masyarakat. 4
Dari beberapa sumber, usia 6 bulan sampai 5 tahun adalah masa keemasan
19
menyebutkan bahwa kejadian kejang demam paling sering ditemukan pada usia 6
bulan sampai 5 tahun. Dan seperti yang kita ketahui, bahwa anak-anak merupakan
generasi penerus yang harus diperhatikan kualitasnya agar dapat memberi manfaat
bagi agama, bangsa, negara dan lingkungan sekitarnya. Sebagaimana firman Allah
ِ ً ش ال َّ ِذ ي َن ل َ ْو ت ََر ك ُ وا ِم ْن َخ لْ فِ ِه ْم ذ ُ ِر ي َّ ة
ض ع َ ا ف ً ا َخ ا ف ُوا َ َو لْ ي َ ْخ
عَ ل َ يْ ِه ْم ف َ لْ ي َ ت َّق ُوا َّللاَّ َ َو لْ ي َ ق ُو ل ُوا ق َ ْو ًًل سَ ِد ي د ًا
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah dalam
20
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
b. Untuk mengetahui tipe kejang demam yang terjadi pada pasien anak yang
berobat.
perawatan.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Peneliti :
selanjutnya.
21
3. Bagi Masyarakat
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari
terjadi pada oral temperature >37,2°C. Demam biasanya disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamur, atau parasit), penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat-
obatan.5
Kejang demam adalah jenis kejang yang paling umum ditemukan pada
persen. Namun, dalam sebagian besar studi angka yang dilaporkan telah 2-4
persen (1-2).4 Angka kejadian kejang demam di Swedia, Amerika Utara dan
14
Inggris sebesar 2-5%, terutama pada anak-anak berusia 3 bulan-5 tahun. Di
Indonesia, kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan hingga 5 tahun.
1986) dan 9,7%. Prastiya Indra Gunawan (2012) mengemukakan bahwa kejang
demam lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan
perbandingan 2:1.2
yang tidak disebabkan oleh infeksi sistem saraf pusat (SSP), tanpa adanya riwayat
kejang neonatal atau kejang tanpa sebab sebelumnya, dan tidak memenuhi kriteria
kejang simptomatik lainnya. Secara umum terdapat dua jenis kejang demam, yaitu
23
kejang demam sederhana (KDS), yang mencakup hampir 80% kasus dan kejang
demam kompleks (KDK). Kejang demam merupakan jenis kejang yang paling
banyak terjadi pada anak, mengenai 2-5% anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun
15
dengan puncak onset antara usia 18-22 bulan.
kejang, dan sifat kejang. Klasifikasi ini berpengaruh pada pengobatan dan menjadi
14
salah satu faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari.
mendekati tingkat keseluruhan pada populasi umum. Risiko yang lebih tinggi
demam sederhana di bawah usia 12 bulan (dan mungkin mereka yang lebih dari 3
tahun), dan mereka yang memiliki durasi singkat demam sebelum kejang.Yang
terakhir juga merupakan prediktor kekambuhan kejang demam. Efek jumlah fitur
kompleks dalam kejang demam pada pengembangan epilepsi lebih lanjut masih
Kejang Demam adalah kejang pada anak sekitar usia 6 bulan sampai 6
tahun yang terjadi saat demam yang tidak terkait dengan kelainan intrakranial,
gangguan metabolik, atau riwayat kejang tanpa demam. Kejang demam biasanya
terjadi pada anak berusia < 2 tahun karena keadaan otak belum matang sehingga
24
ambang batas kejang lebih rendah dan mekanisme eksitasi lebih dominan
dibanding inhibisi. Kejang demam lebih sering terjadi pada anak laki daripada
anak perempuan dengan rasio 2:1. Genetik memiliki pengaruh yang kuat dalam
terjadinya kejang demam, hal ini terlihat dari insiden kejang demam pada orang
tua penderita kejang demam sebanyak 8-22% dan saudara kandung anatar 9-
16
17%.
B. ETIOLOGI
Kejang demam adalah suatu kejang yang terjadi pada anak yang sedang
Kejang demam (FS) adalah kejang atau kejang yang terjadi pada anak-
anak antara enam bulan dan enam tahun dan dipicu oleh demam. FS adalah jenis
kejang yang paling umum pada anak-anak. Prevalensinya sekitar 3% -4% pada
anak-anak kulit putih, 6% -9% pada anak-anak Jepang, dan 5% -10% pada anak-
anak India. Penyebab pasti FS masih belum diketahui, meskipun beberapa studi
Demam adalah respons normal terhadap infeksi, dan pelepasan sitokin dalam
kadar tinggi selama demam dapat mengubah aktivitas otak normal, memicu
untuk FS adalah jenis kelamin laki-laki, riwayat keluarga dengan FS, suhu puncak
tubuh yang meningkat, penyebab demam tertentu, komplikasi prenatal dan natal,
kalsium serum rendah, natrium atau gula darah, mikrositik hipokromik anemia,
25
dan defisiensi besi dan seng. Studi lain menunjukkan bahwa FS berhubungan
dengan pewarisan poligenetik, bahkan jika pola pewarisan autosom dominan dari
Akhirnya, mutasi pada gen yang mengkode saluran natrium dan reseptor asam -
sering dikaitkan dengan FS pada anak-anak adalah cacar air, influenza, infeksi
telinga tengah, infeksi saluran napas atas dan bawah (seperti tonsilitis, pneumonia,
bronkitis dan sinusitis), infeksi gigi, dan gastroenteritis (terutama yang disebabkan
oleh rotavirus).6
C. EPIDEMIOLOGY
bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun
pernah menderita kejang demam. Kejang demam sangat tergantung kepada umur,
85% kejang pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara 17-23 bulan.
Hanya sedikit yang mengalami kejang demam pertama sebelum umur 5-6 bulan
atau setelah berumur 5-8 tahun. Biasanya setelah berumur 6 tahun pasien tidak
kejang demam lagi, walaupun pada beberapa pasien masih dapat megalami
Amerika Serikat, dan puncak usia onset adalah 18 bulan. Anak-anak berusia 12-
30 bulan mewakili 50% dari semua anak-anak dengan FS, sementara proporsi
anak-anak yang mengalami episode FS pertama setelah usia empat tahun rendah
26
(6% -15%). Anak-anak dari semua kelompok etnis dapat mengalami FS, tetapi
ada prevalensi yang lebih tinggi pada beberapa kelompok etnis, khususnya warga
menurun dari masa kanak-kanak menjadi dewasa dalam uji coba komunitas. Hal
ini konsisten dengan temuan dalam penelitian ini, bahwa FS pada anak di bawah 2
tahun lebih tinggi daripada untuk 2- dan Usia 6 tahun, masing-masing 58,8% dan
41,2%. Kejang tonik-kolon angka prevalensi di antara jenis kejang umum lainnya
adalah 78,9% (95% CI: 68,8% -89,2%). Kejang umum diklasifikasikan ke dalam
sering dikaitkan dengan epilepsi dan kejang pada umumnya. Pada anak-anak
antara usia 6 dan 60 bulan, FS sederhana adalah peristiwa yang jinak dan umum,
dan hampir semua anak memiliki prognosis yang sangat baik. Kejang umum lebih
yang disebabkan oleh FS sederhana yang berulang, tidak ada bukti bahwa
hari. Lebih lanjut, tidak ada bukti sampai saat ini bahwa kejang demam sederhana
Insiden puncak terjadi pada usia sekitar 18 bulan dan rendah sebelum 6 bulan atau
27
setelah usia 3 tahun. Secara umum, kejadian FS menurun secara nyata setelah usia
4 tahun (dan kondisi ini jarang terjadi pada anak-anak yang lebih tua dari 7 tahun.
FS terjadi lebih sering pada populasi Asia, mempengaruhi 3,4% -9,3% anak-anak
Amerika Serikat (AS) dan Eropa Barat. Prevalensi tertinggi adalah 14% di Guam.
dengan puncak infeksi saluran pernapasan atas virus, dan Juni-Agustus, ketika
dengan perbedaan dalam definisi kasus, metode penentuan, geografi, dan faktor
budaya.
adalah sederhana, dan setidaknya satu fitur kompleks tercatat pada sekitar 35%
kasus, termasuk fitur dari focality (16.1%), multiple seizure (13.8%), durasi yang
lama (> 15 menit, 9,3%) dan kejang demam berulang dalam 24 jam (16,2%);
6,5% menunjukkan dua fitur kompleks, dan 0,7% menunjukkan tiga fitur
kompleks. Status demam epileptikus, yaitu kejang yang berlangsung lebih dari 30
menit, hanya mewakili 5% FS, dan mewakili sekitar 25% dari semua episode
status anak epileptikus dengan lebih dari dua pertiga kasus terjadi pada usia 2
tahun. Hanya 21% anak-anak yang mengalami kejang sebelum atau dalam 1 jam
28
setelah demam; 57% mengalami kejang setelah 1 hingga 24 jam demam, dan 22%
FS sebagian besar bersifat umum dan kejang, tetapi sekitar 5% dari kasus
sebagai 6 hingga 60 bulan. Insiden puncak biasanya pada tahun kedua kehidupan.
460 / 100.000 pada kelompok usia 0-4 tahun. Kebanyakan FS sederhana; namun,
terkait dengan berbagai faktor, termasuk kelompok usia yang lebih muda, durasi
kejang yang berkepanjangan, tingkat demam, dan riwayat FS pribadi dan keluarga
yang positif. Faktanya, riwayat keluarga positif FS pada kerabat tingkat pertama
diamati pada hingga 40% pasien. Distribusi gender telah dipelajari dalam literatur.
Satu studi sebelumnya menemukan dominasi pria yang ringan, tetapi ini belum
FS cenderung lebih banyak terjadi pada bulan-bulan musim dingin dan lebih
29
D. PATOFISIOLOGI
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium.23
dijumpai pada anak, terutama pada anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir
3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. 23
Hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi dikaitkan faktor resiko
yang penting adalah demam. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan
atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. Faktor
resiko lainnya adalah riwayat keluarga kejang demam, problem pada masa
neonatus, kadar natrium rendah. Setelah kejang demam pertama, kira-kira 33%
anak akan mengalami satu kali rekurensi atau lebih, dan kira-kira 9% akan
Sel dikelilingi oleh suatu membrane yang terdiri dari permukaan dalam
adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionic. Dalam keadaan normal membrane
sel neuron dapat dilalui dngan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui
oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya
konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan
diluar sel terdapat keadaan sebaliknya). Karena perbedaan jenis dan konsentrasi
didalam dan diluar sel, maka disebut potensial membrane. Untuk menjaga
30
keseimbangan potensail membaran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-
suhu tubuh tertentu dapat mempengaruhi keseimbangan dari membrane sel neuron
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium dari
membrane tadi, dengan akibat lepasnya muatan listrik. Lepasnya muatan listrik ini
demikan besar sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun membrane sel
Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda, pada anak yang ambang
kejangnya rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38oC, sedangkan pada anak
dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 oC atau lebih.23
menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari
berlangsung lama yang dapat menjadi matang dikemudian hari, sehingga terjadi
serangan epilepsy spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat
31
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,
klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang
berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa
detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan
saraf. 23
fungsi saraf, termasuk beberapa saluran ion yang sensitif terhadap suhu. Ini
aktivitas neuron masif, yaitu kejang. Juga, proses inflamasi termasuk sekresi
sitokin di pinggiran dan di otak dikenal sebagai bagian dari mekanisme. Kedua,
ditemukan bahwa demam dan hipertermia memiliki mekanisme yang sama dalam
sintesis sitokin ini dalam hippocampus. Selain itu, interleukin-1β telah terbukti
yang tidak memiliki reseptor untuk sitokin ini. Demam etiologi infeksi spesifik,
generasi FS. Ketiga, hiperventilasi dan alkalosis yang diinduksi hipertermia telah
diusulkan sebagai elemen penting generasi FS dalam hal alkalosis otak memicu
32
rangsangan neuron dan berkontribusi pada kejang patofisiologi. Namun, kondisi
Di masa lalu, teori yang paling umum dikaitkan dengan efek langsung
mengapa beberapa anak lebih rentan untuk mengalami fenomena seperti itu
daripada yang lain. Saat ini kita tahu bahwa ada peran besar kerentanan genetik
berdasarkan sekelompok besar varian gen. Susunan genetik ini kemungkinan telah
yang merupakan pirogen endogen, jumlah sitokin akan meningkat seiring kejadian
lipopolisakarida (LPS) dinding bakteri gram negatif sebagai pirogen eksogen. LPS
1ra), dan prostaglandin E2 (PGE2). Reaksi sitokin ini mungkin melalui sel
33
endotelial circumventricular akan menstimulus enzim cyclooxygenase-2 (COX-2)
yang akan mengkatalis konversi asam arakidonat menjadi PGE2 yang kemudian
E. FAKTOR RISIKO
Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Fuad dkk, 2010 bahwa faktor-
a. Faktor demam
demam 4,5 kali lebih besar dibanding anak yang mengalami demam kurang 39 oC
dan anak dengan lama demam kurang dari dua jam untuk terjadinya bangkitan
kejang demam 2,4 kali lebih besar dibanding anak yang mengalami demam lebih
demam, dengan adanya gejala kejang pada suhu badan yang tinggi serta tidak
didapatkan gejala neurologis lain dan anak segera sadar setelah kejang berlalu. 1
34
b. Usia
Anak dengan kejang usia kurang dari dua tahun mempunyai risiko
bangkitan kejang demam 3,4 kali lebih besar dibanding yang lebih dari dua
tahun.11
pada usia anak. Pada neonatus yang terkena demam mempunyai resiko yang lebih
besar terkena penyakit serius dibandingkan dengan anak dengan umur yang lebih
tua. Hal ini dikarenakan infeksi pada neonatus yang berbeda dari infeksi pada
anak pada umumnya dan kemampuan sistem imun neonatus yang belum mampu
mengatasi infeksi.5
c. Riwayat keluarga
relative) yaitu kedua orang tua ataupun saudara kandung. Anak dengan riwayat
kejang dalam keluarga terdekat (first degree relative) mempunyai risiko untuk
menderita bangkitan kejang demam 4,5 kali lebih besar dibanding yang tidak. 11
Kejang demam dengan riwayat keluarga yang positif berisiko lebih tinggi.
menunjukkan dua kali lipat lebih berisiko pada anak yang kedua orangtuanya
35
Faktor risiko berulangnya kejang demam, adalah riwayat kejang demam
dalam keluarga, usia kurang dari 18 bulan, temperatur suhu saat kejang makin
rendah temperatur saat kejang makin sering berulang dan lamanya demam.
Adapun faktor risiko terjadinya epilepsi dikemudian hari adalah adanya gangguan
dengan FS, usia di bawah 18 bulan saat kejang, suhu tinggi, dan durasi demam
yang rendah, dan temperatur tubuh yang tinggi merupakan faktor risiko terjadinya
kejang demam. Bila ada 2 atau lebih faktor risiko, kemungkinan terjadinya kejang
F. KLASIFIKASI
sederhana" dan "kejang epilepsi yang dipicu oleh demam" untuk menunjuk dua
aktivitas tonik dan klonik umum tanpa komponen fokus, dan tanpa kekambuhan
36
dalam 24 jam atau dalam penyakit demam yang sama. FS kompleks atau rumit
didefinisikan sebagai satu atau lebih pada point berikut: (1) onset parsial; (2)
durasi lebih dari 15 menit; (3) kejang demam berulang dalam waktu 24 jam dari
episode pertama; dan (4) hubungan dengan kelainan neurologis postictal, seperti
Kejang demam dibagi dua yaitu kejang demam sederhana dan kejang
lamanya lebih dari 15 menit, kejang fokal / parsial atau fokal / persial menjadi
umum dan berulang dalam 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan kejang
sendiri, bentuk kejang umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang
G. PENGOBATAN
tindakan yang tepat, hal ini dikarenakan pada saat seorang anak sedang dalam
keadaan kejang maka suplai oksigen ke otak semakin berkurang. Pengobatan fase
akut pada waktu kejang dengan memiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau
muntahan dan diusahakan jalan nafas harus bebas agar oksigenisasi terjamin.
Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernafasan, dan
1
fungsi jantung.
37
Pasien juga mendapatkan pengobatan stesolid suppositoria 5 mg berisi
menghentikan kejang merupakan tindakan tepat. Hal ini dimaksudkan agar kejang
dapat segera dihentikan. Dosis diazepam per rektal yang dapat digunakan adalah 5
mg untuk berat badan kurang dari 10 kg. Namun, seharusnya bila kejang telah
berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam dan
intermiten dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis saat pasien
demam. Diazepam dapat juga diberikan secara intra rektal tiap 8 jam sebanyak 5
mg (berat badan dibawah 10 kg) dan 10 mg (berat badan diatas 10 kg) setiap
o 1
pasien menunjukan suhu lebih dari 38,5 C.
mg/kgBB/kali dapat diulang 4 jam pada pasien ini sudah tepat karena salah satu
penyebab terjadinya kejang demam akibat adanya demam, maka tujuan utama
6 jam atau ibuprofen 5–10 mg/kgBB/hari setiap 4–6 jam. Pemberian antipiretik
tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan obat ini mengurangi resiko terjadinya
kejang demam (level I, rekomendasi E), namun para ahli di Indonesia sepakat
bahwa antipiretik tetap dapat diberikan (level III, rekomendasi B). Dosis
38
parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kgBB/kali diberikan dalam 4 kali
1
pemberian per hari dan tidak lebih dari 5 kali.
badan 8,9 kg, ceftriakson yang diberikan 445mg/12 jam. Ceftriakson merupakan
antibiotik sefalosoprin generasi ketiga dengan aktivitas yang lebih luas terhadap
bakteri gram negatif. Pada pasien ini hasil pemeriksaan darah rutin didapatkan
kesan leukositosis (leukosit: 21.500 /ul). Infeksi virus dan bakteri salah satu
dilaporkan seorang anak laki-laki, usia 1 tahun dengan kejang demam sederhana
39oC dan pada kedua ekstremitas teraba dingin. Pada pemeriksaan laboratorium
faktor risiko terjadinya kejang demam, yaitu riwayat kejang demam pada saudara
kandung dan infeksi bakteri. Kedua faktor yang terdapat pada pasien ini
antipiretik, dan antibiotik yang sesuai dengan manajemen terapi kejang demam
satu faktor risiko terbesar penyumbang terjadinya kejang demam sederhana pada
1
anak.
39
1) Tatalaksana saat kejang
waktu pasien dating, kejang sudah berhenti. Apabila saat pasien datang dalam
keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah
lahan dengan kecepatan 2mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis
mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan dari 12 kg dan
diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila
setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah
Antipiretik
40
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko
digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10
Antikonvulsan
Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat celcius
dengan cepat.
Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau
rektal 0,5 mg/kg/kali, sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum diazepam
7,5 mg/kali. Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam pertama demam. Perlu
diinformasikan pada orangtua bahwa dosis tersebut cukup tinggi dan dapat
41
Pemberian obat antikonvulsan rumat
Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan
obat dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan, maka pengobatan
rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek. 24
1. Kejang fokal
Keterangan :
Pada anak dengan kelainan neurologis berat dapat diberikan edukasi untuk
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproate setiap hari efektif dalam
menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat
pilihan saat ini adalah asam valproate. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang
42
berumur kurang dari 2 tahun, asam valproate dapat menyebabkan gangguan
fungsi hati. Dosis asam valproate adalah 15-40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis,
kejang demam tidak membutuhkan tapering off, namun dilakukan pada saat anak
H. TINJAUAN KEISLAMAN
Masa keemasan (golden age) seorang anak adalah merupakan masa paling
penelitian para ahli mereka sepakat bahwa otak manusia itu mengalami proses
Menurut catatan Gordon Dryden dan Jeannette Vos, seperti ditulis dalam bukunya
belajar anak ditentukan dalam 4 tahun pertamanya, dan 30%-nya sebelum usianya
mencapai 8 tahun. Tapi ini tidak berarti bahwa si anak menyerap 50%
pengetahuan, atau 50% kearifan, atau 50% kecerdasan pada usia ke empat.
Maksudnya adalah, dalam empat tahun pertama itu anak membentuk jalur-jalur
belajar utama di otaknya (koneksi dalam otak). Materi apapun yang ia pelajari
43
Golden age adalah masa dimana jalur belajar anak tentang karakter, sikap,
pengasuhannya, berarti semakin banyak dan bagus jalur belajar yang terbentuk di
Dari beberapa sumber, usia 0 sampai 5 tahun adalah masa keemasan (golden
menyebutkan bahwa kejadian kejang demam paling sering ditemukan pada usia 6
bulan sampai 5 tahun. Dan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa
dapat memberi manfaat bagi agama, bangsa, negara dan lingkungan sekitarnya.
ِ ً ش ال َّ ِذ ي َن ل َ ْو ت ََر ك ُ وا ِم ْن َخ لْ فِ ِه ْم ذ ُ ِر ي َّ ة
ض ع َ ا ف ً ا َخ ا ف ُوا َ َو لْ ي َ ْخ
عَ ل َ يْ ِه ْم ف َ لْ ي َ ت َّق ُوا َّللاَّ َ َو لْ ي َ ق ُو ل ُوا ق َ ْو ًًل سَ ِد ي د ًا
kebaikan kepada anak sejak dini “minal mahdi ilal lahdi (dari buaian sampai liang
44
lahad)” dengan pola pendekatan melalui permainan yang menggembirakan, tidak
yang beragama Islam. Hal ini guna menciptakan masyarakat yang aman, tenteram
dan damai, maka perlu diwujudkan terlebih dahulu manusianya yang memahami
adalah kumpulan-kumpulan dari keluarga dan insya Allah generasi emas akan
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
diperintahkan.
menciptakan generasi emas berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw dan hal
itu dimulai dari keluarga masing-masing. Anak adalah titipan Allah dan bagi yang
45
shalihah. Anak-anak di didik menjadi baik, penurut, sehat dan cerdas. Tumbuh
kembang anak yang terbesar adalah dari penglihatan dan pengamatan lingkungan
sekitar dan yang paling dekat dengan mereka adalah kedua orang tuanya, sehingga
(menyeluruh). 21
Maka dari itu, jika pada masa golden age atau masa keemasan anak-anak
terbina dan terjaga dengan baik maka kesehatan fisik dan psikis anak akan
terpantau dengan baik pula sehingga kejadian kejang demam dapat dihindari sejak
dini.
46
I. KERANGKA TEORI
Epidemiology :
1. Umur 6 bulan – 5 tahun 2-5%
Faktor Risiko :
2. Jepang 3,4 – 9,3 %
1. Faktor Demam
India 5 – 10 %
2. Usia
AS & Eropa barat 2 – 5%
3. Riwayat Keluarga
3. Laki-laki : Perempuan =
1,1-2 : 1
Klasifikasi :
1. Kejang Demam Sederhana
2. Kejang Demam Kompleks
47
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. KERANGKA KONSEP
Makassar adalah :
Karakteristik Pasien :
2. Usia
Pasien Kejang
3. Jenis Kelamin
demam
4. Suku
5. Agama
6. Jenis Pengobatan
7. Lama Perawatan
B. VARIABEL PENELITIAN
48
Variabel dependen : Penyakit kejang demam, tipe kejang demam, usia,
perawatan.
C. DEFINISI OPERASIONAL
1) Definisi : Ada dua tipe kejang demam yang sering terjadi pada anak-
anak yang akan diteliti yaitu kejang demam sederhana ; kejang kurang
3) Hasil ukur :
49
3. Usia
Makassar
3) Hasil ukur :
a) 0 tahun
b) 1 tahun
c) 2 tahun
d) 3 tahun
e) 4 tahun
f) 5 tahun
g) 6 tahun
h) 7 tahun
i) 8 tahun
4. Jenis Kelamin
3) Hasil ukur :
a) Laki-laki
b) Perempuan
50
5. Suku
Pelamonia Makassar.
3) Hasil ukur :
a) Bugis
b) Makassar
c) Toraja
6. Agama
3) Hasil ukur :
a) Islam
b) Kristen
7. Pengobatan
3) Hasil ukur :
51
a. Diazepam rektal
b. Diazepam oral
c. Diazepam intravena
8. Lama perawatan
3) Hasil ukur :
a) 1 hari f) 6 hari
b) 2 hari g) 7 hari
c) 3 hari h) 9 hari
d) 4 hari i) 10 hari
e) 5 hari
52
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
2. Lokasi Penelitian
3. Waktu Penelitian
53
B. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
1. Populasi Penelitian
demam yang dirawat inap di Rumah Sakit Pelamonia, dari bulan Januari 2018
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah semua pasien kejang demam yang dirawat inap di
3. Kriteria Inklusi
Pasien dengan penyakit Kejang demam di Poli Anak yang memiliki rekam
4. Kriteria Ekslusi
penderita Kejang demam, berasal dari rekam medis Rumah Sakit Pelamonia,
54
D. METOE ANALISA DATA
SPSS (Statistical Product and Service Solution) secara deskriptif dan hasil
langkah-langkah berikut :
penelitian.
komputer.
E. ALUR PENELITIAN
Penetapan populasi
55
Pengumpulan data menggunakan rekam medik
Pengolahan data
F. ETIKA PENELITIAN
Pelamonia Makassar
56
BAB V
HASIL PENELITIAN
demam di Poli anak Rumah Sakit Pelamonia Makassar tahun 2018. Penelitian
retrospektif berdasarkan data dari buku register dan rekam medis pasien kejang
demam selama tahun 2018. Pengambilan data untuk penelitian ini telah
dilakukan pada Desember 2019 – Januari 2020 di Poli anak Rumah Sakit
Pelamonia Makassar.
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data dari rekam medik di Poli
termasuk dalam kriteria ekslusi disebabkan karena nama dan nomor register
pada rekam medik berbeda, dan 50 sampel termasuk dalam kriteria inklusi.
berdasarkan tipe kejang demam, usia, jenis kelamin, suku, agama, pengobatan
Data yang telah terkumpul selanjutnya disusun dalam suatu table induk
57
statistic spss seri 20 di perangkat komputer kemudian disajikan dalam bentuk
tabel frekuensi.
Jl. Jend. Sudirman No.27, Pisang Utara, Kec. Ujung Pandang, Kota Makassar,
Sulawesi Selatan 90157. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit kelas tipe B.
yang diambil dapat dilihat dalam table disertai narasi sebagai penjelasan tabel
sebagai berikut.
Simple 48 96
Kompleks 2 4
Jumlah 50 100
58
Tabel 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia
≤1 16 32
2 9 18
3 8 16
4 6 12
5 7 14
6 1 2
7 2 4
8 1 3
Jumlah 50 100
orang (32%), usia 2 tahun berjumlah 9 orang (18%), usia 3 tahun berjumlah 8
orang (16%), usia 4 tahun berjumlah 6 orang (12%), usia 5 tahun berjumlah 7
orang (14%), usia 6 tahun berjumlah 1 orang (2%), usia 7 tahun berjumlah 2
Laki-laki 33 66
Perempuan 17 34
Jumlah 50 100
59
Berdasarkan tabel 3 diketahui sampel dengan jenis kelamin laki-laki
Bugis 8 16
Makassar 41 82
Toraja 1 2
Jumlah 50 100
orang (16%), suku Makassar berjumlah 41 orang (82%) dan suku Toraja
Islam 49 98
Kristen 1 2
Jumlah 50 100
orang (98%) sedangkan sampel dengan agama Kristen berjumlah 1 orang (2%).
60
Tabel 5.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Pengobatan
Diazepam IV 5 10
Diazepam Oral 3 6
Diazepam Rectal 41 82
Diazepam Oral
Jumlah 50 100
1 1 2
2 4 8
3 8 16
4 13 26
5 12 24
6 4 8
7 4 8
9 3 6
61
10 1 2
Jumlah 50 100
berjumlah 1 orang (2%), lama perawatan 2 hari berjumlah 4 orang (8%), lama
orang (26%), lama perawatan 5 hari berjumlah 12 orang (24%), lama perawatan 6
hari berjumlah 4 orang (8%), lama perawatan 7 hari berjumlah 4 orang (8%), lama
perawatan 9 hari berjumlah 3 orang (6%), dan lama perawatan 10 hari berjumlah
1 orang (2%).
D. ANALISIS
1. Analisis Univariat
mengenai tipe kejang demam pada pasien kejang demam di Poli anak dahlia
Simple 48 96
Kompleks 2 4
62
Jumlah 50 100
tipe kejang demam pada pasien Kejang demam di Rumah Sakit Pelamonia
distribusi tipe kejang demam pada pasien kejang demam di Rumah Sakit
b. Usia
mengenai tipe kejang demam pada pasien kejang demam di Poli anak
≤1 16 32
2 9 18
3 8 16
4 6 12
5 7 14
6 1 2
7 2 4
8 1 3
Jumlah 50 100
63
Berdasarkan hasil penelitian tabel 2 di atas menunjukkan distribusi
tahun yaitu sebanyak 16 pasien dengan presentasi 32%. Rata-rata usia dari
c. Jenis Kelamin
mengenai jenis kelamin pada pasien kejang demam di Poli anak dahlia
Laki-laki 33 66
Perempuan 17 34
Jumlah 50 100
64
Pelamonia Makassar adalah jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 33
d. Suku
mengenai suku pada pasien kejang demam di Poli anak dahlia Rumah
Bugis 8 16
Makassar 41 82
Toraja 1 2
Jumlah 50 100
e. Agama
65
mengenai agama pada pasien kejang demam di Poli anak dahlia Rumah
Islam 49 98
Kristen 1 2
Jumlah 50 100
f. Pengobatan
Diazepam IV 5 10
Diazepam Oral 3 6
66
Diazepam Rectal 41 82
Diazepam Oral
Jumlah 50 100
g. Lama Perawatan
mengenai lama perawatan pada pasien kejang demam di Poli anak dahlia
1 1 2
2 4 8
3 8 16
4 13 26
67
5 12 24
6 4 8
7 4 8
9 3 6
10 1 2
Jumlah 50 100
68
BAB VI
PEMBAHASAN
pada pasien kejang demam di Rumah Sakit Pelamonia Makassar, maka berikut
2018 didapatkan 50 total sampel. Pada table 5.1, diketahui bahwa tipe kejang
demam simple adalah yang terbanyak yaitu 48 orang (96%), sedangkan tipe
kejang demam kompleks adalah yang paling sedikit yaitu 2 orang (4%).
dilakukan di Rumah Sakit Besat, kota Sanandj, Iran yang menemukan tipe kejang
demam simpleks dengan presentase 81%. Juga penelitian Han Na Jang, MD dan
Eun Hye Lee, MD, PhD (2018) yang dilakukan di Departemen Pediatric, Kyung-
Hee University Hospital, Soul, menemukan tipe kejang demam simpleks >
kompleks dengan ratio presentasi 84,7% : 15%. Dan penelitian Yunita vivit
2018 didapatkan 50 total sampel. Pada table 5.2, diketahui bahwa usia ≤1 tahun
adalah yang terbanyak yaitu 16 orang (32%), sedangkan usia 6 dan 8 tahun adalah
69
Hal ini sesuai dengan penelitian Pratiya Indra Gunawan dan Darto Saharso
(2012) yang dilakukan di Rumah Sakit Dr. Soetomo, Surabaya yang menemukan
usia <12 bulan adalah sampel terbanyak yaitu 77,5%. Dan penelitian Wardhani
A.K (2013), di RS Abdul Moeloek, Lampung yang meneliti pasien kejang demam
sederhana berusia 1 tahun. Dan juga penelitian Nindela Rini, dkk (2014) di Poli
anak Bagian Anak RS Muhammad Hoesin Palembang yang menemukan usia 1-2
Hal ini dikaitkan dengan dengan perkembangan otak anak. Anak di bawah
usia satu tahun rentan terkena kejang demam karena pada usia ini otak anak
sangat rentan terhadap peningkatan suhu tubuh yang mendadak. Pada usia 5
tahun, sebagian besar anak telah dapat mengatasi kerentanannya terhadap kejang
demam.22
Hal ini pun sejalan dengan teori bahwa insiden terjadinya kejang demam
terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak
yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam
sangat tergantung kepada umur, 85% kejang pertama sebelum umur 4 tahun,
Adapun pada penelitian ini ditemukan adanya pasien kejang demam yang
berumur lebih dari 5 tahun. Hal ini sesuai dengan teori bahwa hanya sedikit yang
mengalami kejang demam pertama sebelum umur 5-6 bulan atau setelah berumur
5-8 tahun. Biasanya setelah berumur 6 tahun pasien tidak kejang demam lagi,
walaupun pada beberapa pasien masih dapat megalami sampai umur lebih dari 5-8
tahun.1
70
Pada pasien Kejang demam di Rumah Sakit Pelamonia Makassar tahun
2018 didapatkan 50 total sampel. Pada table 5.3, diketahui bahwa jenis kelamin
laki-laki adalah yang terbanyak yaitu 33 orang (66%), sedangkan jenis kelamin
Hal ini sesuai dengan penelitian Nindela Rini (2014) yang dilakukan di
bahwa ratio perbandingan terjadinya kejang demam pada laki-laki dan perempuan
yaitu 1,3 : 1. Dan penelitian Hardika Made & Mahalini Dewi (2019) di RSUP
laki > perempuan. Dan juga penelitian Rani Syafni (2012) di RSUD dr. Pirngadi
Medan, yang menemukan kasus kejang demam pada laki-laki sebanyak 57,5%
dibandingkan anak laki- laki, sehingga pada anak perempuan lebih rentan
2018 didapatkan 50 total sampel. Pada table 5.4, diketahui suku Makassar adalah
yang terbanyak yaitu 41 orang (82%), sedangkan suku Toraja adalah yang paling
sedikit yaitu 1 orang (2%). Hal ini kemungkinan disebabkan karena RS Pelamonia
Makassar merupakan salah satu Rumah Sakit rujukan tingkat 2 di Makassar jadi
memungkinkan pasiennya berasal dari berbagai daerah dan suku. Namun pada
penelitian ini, dominan pasien kejang demam bersuku Makassar, karena pasien
71
Adapun berdasarkan studi literatur peneliti, data tentang kejadian kejang
2018 didapatkan 50 total sampel. Pada table 5.5, diketahui agama Islam adalah
yang terbanyak yaitu 49 orang (98%), sedangkan agama Kristen adalah yang
paling sedikit yaitu 1 orang (2%). Hal ini kemungkinan disebabkan karena
beragama Islam. Adapun berdasarkan studi literatur peneliti, data tentang kejadian
2018 didapatkan 50 total sampel. Pada table 5.6, diketahui pengobatan dengan
pengobatan dengan diazepam oral adalah yang paling sedikit yaitu 3 orang (6%).
Hal ini dikarenakan apabila saat pasien datang dalam keadaan kejang, obat
yang paling praktis dan mudah untuk menghentikan kejang adalah diazepam
rectal. Menurut teori, pada umumnya kejang berlangsung singkat dan pada waktu
pasien datang, kejang sudah berhenti. Dan saat terjadi kejang berulang diberikan
diazepam intravena.
yang menderita kejang demam sederhana diberikan diazepam secara oral untuk
profilaksis intermiten.
72
Pada penelitian ini, penggunaan diazepam terbanyak kedua adalah dengan
bolus diazepam per intravena, kemungkinan hal ini dikarenakan pasien datang
setelah bangkitan kejang telah selesai, sehingga saat terjadi kejang demam yang
berulang maka perawat atau dokter langsung memberikan bolus diazepam IV.
2018 didapatkan 50 total sampel. Pada table 5.7, diketahui Lama Perawatan 4 hari
adalah yang terbanyak yaitu 13 orang (826%), sedangkan lama perwatan 1 hari
dan 10 hari adalah yang paling sedikit yaitu masing-masing 1 orang (2%).
Hal ini sesuai dengan penelitian Wardhani, A.K (2013) yang dilakukan di
Rumah Sakit Abdul Moeloek, Lampung yang juga menemukan lama perawatan
Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda, pada anak yang ambang
kejangnya rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38oC, sedangkan pada anak
dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 oC atau lebih.23
menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari
73
klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang
berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa
detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan
saraf. 23
maka suhu tubuh pasien harus di observasi selama beberapa jam-hari setelah
bangkitan pertama.
Adapun anak dengan lama perawatan hanya sehari, perlu diteliti kembali
apakah anak tersebut meninggal atau pihak keluarga meminta pulang setelah
Masa keemasan (golden age) seorang anak adalah merupakan masa paling
penelitian para ahli mereka sepakat bahwa otak manusia itu mengalami proses
Menurut catatan Gordon Dryden dan Jeannette Vos, seperti ditulis dalam bukunya
belajar anak ditentukan dalam 4 tahun pertamanya, dan 30%-nya sebelum usianya
mencapai 8 tahun. Tapi ini tidak berarti bahwa si anak menyerap 50%
pengetahuan, atau 50% kearifan, atau 50% kecerdasan pada usia ke empat.
Maksudnya adalah, dalam empat tahun pertama itu anak membentuk jalur-jalur
belajar utama di otaknya (koneksi dalam otak). Materi apapun yang ia pelajari
74
Golden age adalah masa dimana jalur belajar anak tentang karakter, sikap,
pengasuhannya, berarti semakin banyak dan bagus jalur belajar yang terbentuk di
Dari beberapa sumber, usia 0 sampai 5 tahun adalah masa keemasan (golden
menyebutkan bahwa kejadian kejang demam paling sering ditemukan pada usia 6
bulan sampai 5 tahun. Dan seperti yang kita ketahui, bahwa anak-anak merupakan
generasi penerus yang harus diperhatikan kualitasnya agar dapat memberi manfaat
bagi agama, bangsa, negara dan lingkungan sekitarnya. Sebagaimana firman Allah
ِ ً ش ال َّ ِذ ي َن ل َ ْو ت ََر ك ُ وا ِم ْن َخ لْ فِ ِه ْم ذ ُ ِر ي َّ ة
ض ع َ ا ف ً ا َخ ا ف ُوا َ َو لْ ي َ ْخ
عَ ل َ يْ ِه ْم ف َ لْ ي َ ت َّق ُوا َّللاَّ َ َو لْ ي َ ق ُو ل ُوا ق َ ْو ًًل سَ ِد ي د ًا
75
Allah subhanahuwata’ala berfirman dalam Al-Quran Surah Ath-Tahrim: 6,
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
menciptakan generasi emas berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw dan hal
itu dimulai dari keluarga masing-masing. Anak adalah titipan Allah dan bagi yang
shalihah. Anak-anak di didik menjadi baik, penurut, sehat dan cerdas. Tumbuh
kembang anak yang terbesar adalah dari penglihatan dan pengamatan lingkungan
sekitar dan yang paling dekat dengan mereka adalah kedua orang tuanya, sehingga
(Menyeluruh). 21
Maka dari itu, jika pada masa golden age atau masa keemasan anak-anak
terbina dan terjaga dengan baik maka kejadian kejang demam dapat dihindari.
76
BAB VII
A. KESIMPULAN
1. Tipe kejang demam yang paling banyak ditemui adalah kejang demam
sederhana (96%);
2. Kejang demam paling banyak ditemui pada usia <=1 tahun (32%);
(98%);
hari (26%).
B. SARAN
77
atau melakukan penelitian analitik. Juga dapat menggunakan metode
berdasarkan teknologi agar rekam medik pasien lebih aman dan lebih
C. KETERBATASAN PENELITIAN
dan usia sementara masih ada factor lain yang bisa diteliti seperti
sebelumnya.
78
DAFTAR PUSTAKA
1. Wardhani, AK. Kejang Demam Sederhana pada Anak Usia Satu Tahun.
2. Gunawan PI, Saharso D. Faktor Risiko Kejang Demam Berulang pada Anak.
3. Fauzia NA. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Mengenai Kejang demam
15(2232): 1-6.
37.
79
9. Khair AM, Elmagrabi D. Febrile Seizures and Febrile Seizure Syndromes: An
10. Arief RF. Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta : RSI Cempaka Putih.
12. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati
326-329.
14. Nindela Rini, dkk. Karakteristik Penderita Kejang Demam di Poli anak
15. Hardika, Made Sebastian Dwi Putra & Mahalini, Dewi Sutriani. Faktor-
2014.
80
17. Han Na Jang & Eun Hye Lee. Impact of Influenza Infection on Febrile
Seizures: Clinical Implication. J Korean Chlid Neurol Soc. 2018; 26(4): 221-
226.
islam.com/read/muslimah/2009/07/25/456/masa-keemasan-anak/ [Accesed
WITA].
22. Yunita Vivit Erdina, et all. Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan
23. Purwanti, Okti Sri & Maliya, Arina. Kegawatdaruratan Kejang demam.
81
Lampiran 1
Karakteristik
No.
No Nama Pasien Tipe
Register Jenis Jenis Lama
Kejang Usia Suku Agama
Kelamin Pengobatan Perawatan
Demam
Diazepam
1 25 01 88 Rizki Simple 5 th L Makassar Islam 6 hr
rectal
Saiyed Al Diazepam
2 27 40 71 simple 2 th L Makassar islam 6 hr
Ghazali rectal
Diazepam
5 29 01 71 Raffi Al-Farth simple 3 th L Makassar Islam 7 hr
rectal
Diazepam
6 29 89 71 Asirah simple 7 th P Makassar Islam 4 hr
rectal
Diazepam
7 30 43 01 Sarah Aulia simple 5 th P Makassar Islam 5 hr
rectal
Diazepam
8 30 71 09 M. Ghaly Afaya simple 4 th L Makassar islam 5 hr
rectal
Diazepam
9 31 65 01 Ratifah Kompleks 3 th P Bugis Islam 4 hr
rectal
Diazepam
10 31 65 70 Nur azizah simple 3 th P Makassar Islam 3 hr
rectal
Diazepam
11 32 00 84 M. Bagindo Simple 5 th L Makassar Islam 5 hr
rectal
Diazepam
12 32 56 02 Faiqah Z. Simple 1 th P Makassar Islam 5 hr
rectal
Diazepam
13 59 34 65 Keyla Adriana Simple 4 th P Makassar Islam 9 hr
rectal
Diazepam
14 59 80 58 Nur Aulia Suci Simple 1 th P Makassar Islam 4 hr
rectal
82
Diazepam
16 60 00 39 M. Farid Simple 1 th L Makassar Islam 5 hr
rectal
Diazepam
17 60 20 59 Kiandra Zhafran Simple 1 th L Makassar Islam 3 hr
rectal
Diazepam
18 60 29 92 Alifa Ayudia Simple 2 th P Selayar Islam 3 hr
rectal
Diazepam
19 61 48 21 M. Fairuz Simple 2 th L Makassar Islam 3 hr
rectal
Diazepam
20 61 50 58 Rahman Harun Simple 4 th L Bugis Islam 1 hr
rectal
Diazepam
21 61 77 44 Abd. Rahman Simple 4 th L Bugis Islam 5 hr
rectal
Diazepam
22 61 77 80 M. Aslam Simple 4 th L Makassar Islam 4 hr
rectal
Diazepam
23 61 90 57 M. Arsyad Simple 1 th L Makassar Islam 4 hr
rectal
Diazepam
24 61 93 49 M. Aditya Simple 2 th L Makassar Islam 5 hr
rectal
Diazepam
25 62 08 03 M. Arifin Coni Simple 1 th L Makassar Islam 6 hr
rectal
Diazepam
27 62 26 40 M. Adnan Simple 2 bl L Makassar Islam 5 hr
rectal
Diazepam
29 62 39 33 Abizar Faizar Simple 1 th L Makassar Islam 7 hr
rectal
Diazepam
30 62 41 15 Ibrohim Simple 3 th L Makassar Islam 3 hr
rectal
Diazepam
31 62 53 55 M. Raihan Simple 1 th L Makassar Islam 3 hr
rectal
Diazepam
33 62 58 99 M. Fahri Simple 5 th L Bugis Islam 3 hr
rectal
83
34 62 68 13 M. Faisal Simple 9 bl L Makassar Islam Diazepam oral 2 hr
Diazepam
35 62 71 80 M. Nizam Simple 3 th L Makassar Islam 4 hr
rectal
Diazepam
36 62 86 67 Nur labibah Simple 1 th P Bugis Islam 10 hr
rectal
Diazepam
37 62 95 56 Nur Aulia Putri Simple 2 th P Bugis Islam 5 hr
rectal
Diazepam
39 63 12 95 Aiman simple 5 th L Makassar Islam 5 hr
rectal
Diazepam
M. Fathur
40 63 27 22 Simple 4 th L Bugis Islam rectal & 5 hr
Rahman
Diazepam oral
Diazepam
41 63 34 68 M. Arkam Simple 2 th L Makassar Islam 7 hr
rectal
Diazepam
42 63 35 28 Ghasia Hafizah Simple 9 bl P Makassar Islam 4 hr
rectal
Diazepam
43 63 54 67 Dion Silis Pedro Simple 3 th L Toraja Kristen 6 hr
rectal
Diazepam
44 63 60 01 Nurfadillah Simple 2 th P Makassar Islam 4 hr
rectal
Diazepam
45 63 73 43 Aprilia Kompleks 7 th P Makassar Islam 4 hr
rectal
Diazepam
46 63 73 44 Awal Simple 1 th L Makassar Islam 5 hr
rectal
M. Basira Diazepam
47 63 93 42 Simple 5 bl L Makassar Islam 6 hr
Syaputra rectal
Diazepam
48 63 98 85 M. Farham Simple 1 th L Makassar Islam 7 hr
rectal
Diazepam
49 63 99 14 M. Al Fajrin Simple 3 th L Makassar Islam 4 hr
rectal
11 Diazepam
50 64 04 18 Erlita Simple P Makassar Islam 4 hr
bl rectal
84
Lampiran 2
Frequencies
Statistics
TKD Usia JK Suku Agama PO LP
N Valid 50 50 50 50 50 50 50
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 2.9000 4.6800
Median 2.5000 4.0000
Frequency Table
TKD
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kompleks 2 4.0 4.0 4.0
Simple 48 96.0 96.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1.00 16 32.0 32.0 32.0
2.00 9 18.0 18.0 50.0
3.00 8 16.0 16.0 66.0
4.00 6 12.0 12.0 78.0
5.00 7 14.0 14.0 92.0
6.00 1 2.0 2.0 94.0
7.00 2 4.0 4.0 98.0
8.00 1 2.0 2.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
85
JK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid L 33 66.0 66.0 66.0
P 17 34.0 34.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Suku
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Bugis 8 16.0 16.0 16.0
Makassar 41 82.0 82.0 98.0
Toraja 1 2.0 2.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Agama
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Islam 49 98.0 98.0 98.0
Kristen 1 2.0 2.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
PO
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Diazepam IV 5 10.0 10.0 10.0
Diazepam oral 3 6.0 6.0 16.0
Diazepam rectal 41 82.0 82.0 98.0
Diazepam rectal & 1 2.0 2.0 100.0
Diazepam oral
Total 50 100.0 100.0
86
LP
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1.00 1 2.0 2.0 2.0
2.00 4 8.0 8.0 10.0
3.00 8 16.0 16.0 26.0
4.00 13 26.0 26.0 52.0
5.00 12 24.0 24.0 76.0
6.00 4 8.0 8.0 84.0
7.00 4 8.0 8.0 92.0
9.00 3 6.0 6.0 98.0
10.00 1 2.0 2.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
87
88
89