Anda di halaman 1dari 9

PENILAIAN DERAJAT KEDALAMAN LUKA BAKAR

1. Luka bakar grade I


a. Disebut juga luka bakar superficial
b. Mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai mengenai
daerah dermis. Sering disebut sebagai epidermal burn
c. Kulit tampak kemerahan, sedikit oedem, dan terasa nyeri.
d. Pada hari ke empat akan terjadi deskuamasi epitel (peeling).
e. Contoh: sunburn
2. Luka bakar grade II
a. Superficial partial thickness:
i. Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis
ii. Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat
daripada luka bakar grade I
iii. Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah
terkena luka
iv. Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna merah
muda yang basah
v. Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih pucat bila
terkena tekanan
vi. Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu ( bila
tidak terkena infeksi), tapi warna kulit tidak akan sama
seperti sebelumnya.
b. Deep partial thickness
i. Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari
dermis
ii. disertai juga dengan bula
iii. permukaan luka berbecak merah muda dan putih karena
variasi dari vaskularisasi pembuluh darah( bagian yang
putih punya hanya sedikit pembuluh darah dan yang merah
muda mempunyai beberapa aliran darah
iv. luka akan sembuh dalam 3-9 minggu.
3. Luka bakar grade III
a. Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen
b. Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan
pembuluh darah sudah hancur
c. Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot
dan tulang
4. Luka bakar grade IV
a. Seluruh lapisan kulit, subkutan, otot dan tendon terkena luka bakar
b. Ada carbonized appeareance atau hangus (Yasti, et al., 2015)

Gambar 1. Derajat kedalaman luka bakar

PENILAIAN DERAJAT LUAS LUKA BAKAR

Dalam pengukuran luas luka bakar, dapat menggunakan rules of nine


untuk mengestimasi luka bakar pada pasien dewasa. Untuk pasien anak-anak,
dapat menggunakan diagram Lund Browder. Estimasi secara klinis juga dapat
diukur menggunakan luas telapak tangan pasien sendiri atau disebut dengan palm
estimation. Setiap satu luas tapak tangan menunjukkan 1% luas luka bakar pasien
(Jeschke, et al., 2020).
Gambar 2. Rules of nine

Gambar 3. Estimasi luka bakar dengan telapak tangan


Gambar 4. Lund-Browder schema

KLASIFIKASI DERAJAT KEPARAHAN LUKA BAKAR

1. Luka bakar minor


a. Luka bakar derajat II pada dewasa dengan luas <15% dari luas
TBSA (Total Body Surface Area)
b. Luka bakar derajat II pada anak dengan luas <10% TBSA (Total
Body Surface Area)
c. Luka bakar derajat III pada anak dengan luas <2% TBSA
2. Luka bakar moderat
a. Luka bakar derajat II pada dewasa dengan luas 15-25% TBSA
b. Luka bakar derajat II pada anak dengan luas 10-20% TBSA
c. Luka bakar derajat III pada anak atau dewasa dengan luas 2-10%
TBSA
3. Luka bakar mayor
a. Dewasa: luka bakar derajat II >25% TBSA
b. Anak: luka bakar derajat II >20% TBSA
c. Luka bakar derajat III >10% pada dewasa atau anak
d. Trauma inhalasi
e. Electrical burns
f. Luka bakar dengan adanya trauma (trauma kepala, intra-abdominal
injury, fraktur)
g. Luka bakar selama kehamilan
h. Komorbiditas (diabetes mellitus, penggunaan kortikosteroid, dan
supresi imun)
i. Luka bakar pada telinga, mata, wajah,kepala, tangan, kaki, sendi
besar dan genitalia

TATALAKSANA LUKA BAKAR

Tatalaksana dari luka bakar dapat diklasifikasikan menjadi beberapa fase.


Pada fase I, atau fase beberapa jam setelah kejadian terbakar terjadi, hal yang
perlu segera dilakukan adalah sebagai berikut (Jeschke, et al., 2020):

1. Stop burning process


2. Hindarkan pasien dari hal hal yang berpotensi mencederai
3. Segera lakukan primary survey (Airway, Breathing, Circulation,
Diability, dan Environment)
4. Lakukan secondary survey (assessment injury lain yang terjadi,
estimas persentase TBSA yang terlibat)
5. Mulai resusitasi (kalkulasi inisiasi resusitasi cairan)
Selanjutnya, pada fase II, hal hal yang perlu dilakukan adalah Mulai resusitasi
dalam 0-48 jam:
a. Titrasi cairan IV per jamnya dengan evaluasi urine output (0,5
ml/kgBB per jam untuk dewasa, 1 ml/kgBB perjam untuk anak)
b. Cairan inisiasi dapat menggunakan balanced crystalloid,
seringmenggunakan ringer laktat yang sudah dihangatkan
c. Pemberian albumin dapat diberikan jika ada resiko over-
resucitation, sering terjadi pada pasien dengan luka bakar derajat
berat
d. Pertimbangkan penggunaan adjuvant lain seperti plasma, vitamin C
dosis tinggi sebagai scavanger oksigen reaktif untuk menghambat
proses peroksidasi dan plasmapharesis
e. Evaluasi secara bertahap mengenai morbiditas dari resusitasi

Pada fase III, dapat dilakukan burn wound coverage

1. Penggunaan krim antimikroba topikal atau dressing untuk menghindari


infeksi
2. Surgical debridement, eksisi luka bakar, dan autografting atau
temporary coverage dengan substitusi kulit
3. Optimasi kondisi wound healing (hemodinamik, suport organ dan
suport nutrisi)

Gambar 5. Autograft

Untuk pasien dengan derajat luka bakar yang sangat berat, luka bakar
perlu dieksisi dan ditutup. Penggunaan allograft atau substitusi biologis lain
mungkin digunakan, namun pada kondisi luka bakat yang berat, hanya kulit
pasien sendiri yang dapat digunakan untuk penutup yang permanen. Terdapat
beberapa jenis metode graft yag dapat dilakukan menggunakan kulit pasien.

Sheet graft merupakan meode graft yangpaling banyak memuaskan


secara estetika namun membutuhkan jumlah kulit yang sangat banyak. Metode ini
sering digunakan untuk menutup luka bakar yang berukuran kecil atau luka bakar
yang terjadi pada beberapa bagian tubuh yang vital seperti wajah, tangan, atau
payudara. Full thickness skin grafts dapat digunakan untuk luka defek yang kecil
seperti kelopak mata bawah dan atas (Jeschke, et al., 2020).

Untuk menutup area yang lebih besar, dapat menggunakan meshed split
thickness skin grafts. Tujuan metode ini adalah untuk memperluas area yang dapat
dicover oleh kulit donor. Rasio yang erig digunakan adalah 1:1,5, 1:2, 1:3, 1:4
ataupun 1:6 (Jeschke, et al., 2020).

Selanjutnya pada fase IV meliputi terapi suportif dan critical care

1. Cegah dan segera atasi komplikasi infeksi


2. Atasi komplikasi yang muncul di rumah sakit dan suport organ
3. Suport nutrisi

Pada tahap selanjutnya, fase V merupakan tahap rehabilitasi dari pasien. Hal
yang perlu dilakukan adalah:

1. Posisikan lengan dengan nyaman dan posisi yang memadai untuk


menghindari terjadinya striktur
2. Agresive rehabilitation dilakukan dengan melakukan latihan ROM
aktif
3. Suport psikososial
4. Latihan penguatan anggota gerak yang terkena luka bakar

PERSYARATAN WOUND CARE

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi lokasi atau


tempat terbaik untuk perawatan luka. Idealnya, debridemen luka harus dilakukan
di ruang operasi. Namun pada kondisi darurat seperti perawatan luka korban
massal perlu dilakukan di bangsal atau unit perawatan intensif. Sebelum
dilakukan debridemen, pasien sebelumnya diberikan anestesi seperti
benzodiazepin jika persediaan memungkinkan. Ketamine dapat digunakan jika
luka yang harus dirawat cukup besar ukurannya.

Proses dari dressing harus dilakukan dengan bertahap dan sesuai. Poin poin
yang harus diperhatikan dalam melakukan dressing adalah; debridemen dan
pembersihan luka, permedikasi, inspeksi pada luka, identifikasi, dan eksisi luka
bakar yang terinfeksi jika diperlukan. Eksisi dini dilakukan dalam kurun waktu
24-48 jam setelah injuri. Karena kemampuan untuk mengeluarkan dan
mencangkok luka bakar secara akut terbatas di sebagian besar lokasi yang keras,
pasien sering datang dengan terlambat dengan luka yang sudah terinfeksi yang
disebabkan oleh perawatan luka yang tidak memadai, jarang, atau tidak ada.

Krim mafenide acetate 11% efektif dalam mengatasi kondisi infeksi pada
luka. Mafenide asetat memiliki khasiat yang tak tertandingi melawan organisme
Gram-negatif, menembus luka dengan ketebalan penuh dan lapisan jaringan
vaskularisasi buruk lainnya, dan telah secara efektif digunakan dalam pengobatan
luka pertempuran selama beberapa kali konflik selama periode 50 tahun.

Mafenide asetat memiliki cakupan yang unggul untuk organisme yang


resisten terhadap berbagai obat (Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae
penghasil β-laktamase spektrum luas, kompleks Acinetobacter baumannii, dan
Staphylococcus aureus yang resisten methicillin), tetapi efektivitasnya terbatas
terhadap jamur. Perak sulfadiazin dapat digunakan secara bergantian untuk
memperluas cakupan dalam praktik yang disebut "agen pengganti". Silver
sulfadiazin memiliki cakupan yang buruk terhadap spesies Enterobacters, dan ada
beberapa strain Pseudomonas yang resisten. Perawatan luka dilakukan dua kali
sehari; krim mafenide asetat diterapkan di pagi hari; dan krim silver sulfadiazin
dioleskan malam hari.
Gambar 6. Alur tatalaksana luka bakar.

Anda mungkin juga menyukai