Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

GLOSSITIS

Disusun Oleh
Jovan Kent Kurniawan G992003082
Naufal Aminur Rahman G991906027
Dinar Fatihah Fauzi G992003044
Azkia Rachmah G992008014

Periode: 12 – 25 Oktober 2020

Pembimbing:
Dr. Widia Susanti, drg., M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS – RUMAH SAKIT UNS
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Referensi artikel ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RS UNS
Surakarta. Makalah dengan judul:

GLOSSITIS

Hari, tanggal: Kamis, 15 Oktober 2020

Oleh:
Jovan Kent Kurniawan G992003082
Naufal Aminur Rahman G991906027
Dinar Fatihah Fauzi G992003044
Azkia Rachmah G992008014

Periode: 12 – 25 Oktober 2020

Mengetahui dan menyetujui,


Pembimbing Makalah

Dr. Widia Susanti, drg., M.Kes


BAB I
PENDAHULUAN

Lidah adalah organ dalam cavum oris yang penting pada tubuh manusia yang
memiliki banyak fungsi. Lidah memiliki peran dalam proses pencernaan, mengisap,
menelan, persepsi rasa, bicara, respirasi, dan perkembangan rahang. Namun, lidah
bukan hanya tempat bagi lesi lokal, tetapi juga merupakan cerminan dari keberadaan
beberapa penyakit sistemik. Lesi lokal dapat dikelompokkan menjadi congenital atau
developmental, traumatik, infeksi, neoplastik atau idiopatik, dan lesi mulut yang
berasal dari kondisi sistemik

Gambar 1. Lidah (lingua) dalam cavum oris.


Lidah dapat mengalami anomali oleh karena gangguan perkembangan,
genetik, dan lingkungan. Lesi pada lidah memiliki diagnosa banding yang sangat luas
yang berkisar dari proses benigna yang idiopatik sampai infeksi, kanker dan kelainan
infiltratif. Lidah juga bisa menderita kelainan atau penyakit.
Penyakit lidah paling sering ditemui dalam klinis sehari-hari akibat kondisi
sistemik adalah glositis median rhomboid, glositis atrofi, lidah pecah-pecah, dan lidah
geografis. Pada kondisi lokal, dapat juga terjadi papiloma, lidah berbulu dan
leukoplakia yang bisa berubah menjadi ganas. Glositis atrofi adalah penyakit
inflamasi dari mukosa lidah, dengan permukaan lidah yang halus (papila
menghilang), dan berwarna merah atau merah muda.
Glossitis atau yang biasa disebut lidah geografik adalah umum dan mengenai
kira – kira 1-2% penduduk. Paling sering mengenai wanita dan orang-orang dewasa
usia muda sampai pertengahan. Keadaan tersebut dapat timbul tiba-tiba dan menetap
selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun. Terlihat hilang spontan dan kambuh
kembali. Pada kasus yang berat, glossitis dapat menyebabkan tersumbatnya jalan
pernafasan ketika lidah yang membengkak cukup parah sehingga membutuhkan
perhatian segera.
Berdasarkan penjelasan diatas kita perlu mengenal lebih lanjut mengenai
penyakit glossitis mulai dari etiologi, perjalanan penyakit hingga penegakkan
diagnosis penyakit glossitis sehingga kita dapat memberikan pengobatan yang sesuai.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Lidah merupakan massa jaringan ikat yang tersusun otot lurik yang diliputi
oleh membran mukosa. Membran mukosa melekat erat pada otot karena jaringan
penyambung lamina propia menembus ke dalam ruang-ruang antar berkas-berkas
otot. Struktur lainnya yang berhubungan dengan lidah sering disebut lingual.
Lidah merupakan bagian tubuh penting untuk indra pengecap / taste buds
(Gambar 2) yang terdapat kemoreseptor untuk merasakan respon rasa asin, asam,
pahit dan rasa manis. Tiap rasa pada zat yang masuk ke dalam rongga mulut akan
direspon oleh lidah di tempat yang berbeda-beda. 

Gambar 2. Anatomi dan Taste buds pada lidah


Lidah sebagian besar terdiri dari dua kelompok otot yaitu otot intrinsik dan
ektrinsik. Otot intrinsik lidah melakukan semua gerakan halus, sementara otot
ektrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian  sekitarnya serta melaksanakan
gerakan-gerakan kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. Lidah
mengaduk makanan, menekannya pada langit-langit dan gigi dan akhirnya
mendorongnya masuk faring.
Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh darah dan urat saraf
masuk dan keluar pada akarnya. Ujung serta pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi-
gigi bawah, sementara dorsum merupakan permukaan melengkung pada bagian atas
lidah.

A. Definisi Glossitis
Glositis merupakan suatu kondisi peradangan yang terjadi pada lidah yang
ditandai dengan terjadinya deskuamasi papila filiformis sehingga menghasilkan
daerah kemerahan yang halus dan mengkilat. Glositis bisa terjadi akut atau kronis.
Penyakit ini dapat mencerminkan kondisi dari lidah itu sendiri atau merupakan
cerminan dari penyakit tubuh yang gejalanya muncul pada lidah. Keadaan ini dapat
menyerang pada semua tingkatan usia.

Gambar 3. Glossitis
B. Etiologi Glossitis
Penyebab glositis bermacam-macam, baik lokal dan sistemik. Penyebab glositis
bisa diuraikan sebagai berikut:
a. Sistemik: Malnutrisi (kurang asupan vitamin B12, niasin, riboflavin, asam
folat); Anemia (kekurangan Fe); Penyakit kulit (lichenplanus, erythema
multiforme, syphilis, lesi apthous); HIV (candidiasis, HSV, kehilangan
papillae); Obat lanzoprazole, amoxicillin, metronidazole.
b. Lokal: Infeksi (streptococcal, candidiasis, Tb, HSV, EBV); Trauma (luka
bakar); Iritan primer (alkohol, tembakau, makanan pedas, permen berlebihan)
Faktor resiko: Nutrisi yang kurang bagus; Merokok; Mengkomsumsi alcohol;
Usia; Stres, gelisah, depresi.

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari glositis bervariasi oleh karena penyebab yang bervariasi
diantaranya:

 Tanda dasar kelainan ini adalah perubahan warna lidah dan rasa nyeri
 Warna yang dihasilkan bervariasi dari gelap merah sampai dengan
merah terang
 Kesulitan mengunyah, menelan atau berbicara
 Lidah yang mempunyai kelainan ini permukaannya akan terlihat halus
 Terdapat beberapa ulserasi yang terlihat pada lidah
 Lidah akan tampak pucat atau berwarna merah terang, dan tampak
bengkak

Perawatan dari glositis tergantung pada penyakit yang mendasari. Apabila


glositis terjadi pada anemia pernisiosa maka lidah akan tampak merah dan terasa
panas.
D. Diagnosis
Penegakan diagnosis dimulai dari anamnesis. Dari anamnesis, dapat
ditemukan keluhan nyeri lidah, ada massa atau pembengkakan (massa fokal; fibroma,
lipoma. Massa difus; sengatan tawon, kista mukosa, erythema bollusum).
Pada pemeriksaan fisik, dilihat nodul atau papilla lidah yang menghilang.
Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan tambahan seperti biopsi, kikisan KOH,
CBC, tes serologi untuk sifilis, tes untuk defisiensi vitamin B12, tes glukosa
postprandial, profil kimia darah, kultur lesi dan smear bila terdapat indikasi.

E. Jenis-Jenis Glossitis
a. Atrofi Glositis
Glositis atrofi atau hunter glossitis adalah suatu kondisi yang ditandai oleh lidah
mengkilap halus dan nyeri yang disebabkan oleh atrofi dari papila lingual
(depapillation).  Permukaan lidah dorsal mungkin akan terasa panas, nyeri dan/atau
eritema. Atrophic glossitis memiliki banyak penyebab, biasanya terkait dengan
kekurangan nutrisi atau faktor lain seperti xerostomia (mulut kering) atau anemia. 

Gambar . Atrofi Glositis


Gambar. Glossitis atrofi sebelum dan sesudah tatalaksana.

b. Benign Migratory Glossitis ( Geografis Lidah)


Lidah Geografis atau Benign Migratory Glossitis adalah kondisi
peradangan selaput lendir dari lidah, biasanya terjadi pada permukaan lidah.  Hal ini
ditandai dengan lidah yang halus, depapillation dengan warna merah
(hilangnya papila lingual) yang berpindah atau meluas dari waktu ke waktu. Istilah
migratory berasal dari gambaran lidah yang berubah menjadi seperti peta, dengan
patch menyerupai gambaran pulau-pulau.  Penyebabnya tidak diketahui, tetapi
kondisi ini sepenuhnya jinak dan tidak ada pengobatan kuratif.
Tanda dan gejala dari geographic glositis diantaranya adalah:
 Lesi yang ireguler, halus dan berwarna merah pada lidah. Umumnya
lesi berwarna merah yang muncul dikelilingi denganbatas berwarna
putih atau abu-abu
 Lesi sering berganti lokasi, ukuran dan bentuk
 Adanya rasa yang tidak nyaman, beberapa terasa adanya burning
sensation. Burning sensation terutama muncul pada saat makan. Rasa
tidak nyaman umumnya cukup ringan dan dapat hilang timbulnya lesi.
Gambar. Geographic tongue.

Daerah yang mengalami depapillation biasanya sedikit terangkat, berwarna


putih, kuning atau abu-abu.  Sebuah lesi lidah geografis biasanya dimulai sebagai
patch putih Pada awal terjadinya penyakit, biasanya hanya terdapat satu lesi, tapi ini
jarang terjadi dan biasanya lesi dapat berada di beberapa lokasi yang berbeda di
lidah, dan kemudian seiring waktu, lesi-lesi tersebut meluas dan menyatu untuk
membentuk gambaran khas seperti peta. Lesi biasanya berubah bentuk, ukuran dan
berpindah ke bagian lidah lain.  Kondisi ini dapat mempengaruhi hanya sebagian dari
lidah, dengan kecenderungan dimulai pada ujung dan sisi lidah, yang akan
berkembang ke seluruh permukaan lidah. Glositis geografis seringkali tidak
menimbulkan gejala, tetapi dalam beberapa kasus, pasien dapat mengalami rasa sakit
atau terbakar misalnya ketika makan panas, asam, pedas atau lainnya jenis makanan
(misalnya keju, tomat, buah). 
Beberapa penelitian melaporkan hubungan penyakit ini dengan
beberapa antigen pada leukosit manusia , seperti peningkatan insiden dengan HLA-
DR5 , HLA-DRW6 dan HLA-Cw6 dan penurunan insiden di HLA-B51.  Kekurangan
vitamin B2 (ariboflavinosis) dapat menyebabkan beberapa tanda-tanda di mulut,
termasuk lidah geografis. Lidah pecah-pecah sering terjadi bersamaan dengan lidah
geografis  dan beberapa menganggap lidah pecah-pecah menjadi tahap akhir
geografis lidah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lidah geografis dikaitkan
dengan diabetes , dermatitis seboroik dan atopi.

Gambar. Geographic tongue

c. Median Rhomboid Glositis


Median rhomboid glossitis  atau atrofi papila sentral adalah suatu kondisi yang
ditandai oleh daerah kemerahan dan kehilangan papilla lidah, terletak di dorsum lidah
dalam garis tengah di depan papila sirkumvalata. Median rhomboid glossitis diduga
diakibatkan oleh infeksi jamur kronis, dan biasanya adalah jenis kandidiasis oral.

Gambar. Median rhomboid glossitis


Rasa sakit jarang terdapat pada kondisi tersebut.  Penampilan khas lesi adalah
daerah berbentuk oval atau belah ketupat yang terletak di garis tengah permukaan
dorsal lidah, hanya anterior (depan) dari terminalis sulkus . Lesi biasanya simetris,
batas jelas, eritematosa dan depapillated. Biasanya dapat ditemukan pula lesi kandida
di tempat lain di mulut. Faktor predisposisi, yaitu merokok, penggunaan gigi tiruan,
kortikosteroid semprotan atau inhaler dan human immunodeficiency
virus (HIV). Kultur mikrobiologi dari lesi biasanya menunjukkan Candida yang
bercampur dengan bakteri. 
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, dan biopsi
jaringan, tetpai biasanya tidak diperlukan.  Pengobatan dilakukan bersamaan dengan
penghentian konsumsi rokok dan pengobatan topikal atau obat antijamur oral.

Gambar . Lesi kandida di palatum pada pasien dengan Median Rhomboid Glositis

d.Geometric Glossitis
Glossitis geometris, juga disebut geometris herpetic glossitis adalah istilah
yang digunakan untuk lesi kronis yang berhubungan dengan infeksi virus herpes
simpleks (HSV) tipe I, dimana ditemukan celah (fissure) yang bercabang di garis
tengah lidah. 
Gambar. Geomatric glossitis

Lesi biasanya sangat menyakitkan, dan terdapat erosi di kedalaman celah. 


Istilah geometric glossitis ini berasal dari pola geometris pada celah yang membujur,
menyeberang atau bercabang. Hubungan antara herpes simpleks dan glossitis
geometris ini dibantah oleh beberapa peneliti dan klinisi, karena belum ada gold
standard untuk diagnosis lesi herpes intraoral.

Gambar . Geometric glossitis

F. Terapi Glossitis
Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi peradangan. Perawatan biasanya
tidak memerlukan rawat inap kecuali lidah bengkak sangat parah. Kebersihan mulut
sangat perlu, termasuk menyikat gigi menyeluruh setidaknya dua kali sehari dan
flossing sedikitnya setiap hari.
Kortikosteroid seperti prednisone dapat diberikan untuk mengurangi
peradangan glositis. Untuk kasus ringan, aplikasi topis (seperti berkumur prednisone
yang tidak ditelan) dapat disarankan untuk menghindari efek samping dari
kortikosteroid yang ditelan atau disuntik.
Antibiotik, obat anti jamur, atau anti mikroba lainnya mungkin diberikan jika
penyebab glositis adalah infeksi.

Anemia dan kekurangan iritasi gizi harus diperlukan, sering dengan


perubahan pola makan atau suplemen lainnya. Hindari (seperti makan panas atau
pedas, alkohol, dan tembakau) untuk meminimalkan ketidaknyamanan.

G. Komplikasi, Prevensi, dan Prognosis


Komplikasi pada glositis antara lain bisa terjadi kegelisahan pada penderita,
penghambatan jalan nafas, kesulitan berbicara, kesulitan mengunyah atau menelan,
bahkan pada kondisi yang berat bisa terjadi peradangan lidah yang kronis.
Pencegahan pada glositis bisa dilakukan dengan cara;
 Menjaga kesehatan mulut dengan baik (sikat gigi yang baik dan benar)
 Flossing, pembersihan teratur oleh profesional dan pemeriksaan yang rutin
 Minimalkan iritasi atau cedera mulut bila memungkinkan
 Hindari penggunaan berlebihan makanan atau zat yang mengganggu mulut
atau lidah
Dalam beberapa kasus, prognosis glositis bisa menyebabkan lidah bengkak yang
dapat menghambat jalan nafas. Namun dengan penanganan yang tepat dan adekuat,
gangguan pada lidah ini dapat teratasi dan dicegah kekambuhannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Glositis merupakan suatu peradangan yang terjadi pada lidah yang ditandai
dengan terjadinya deskuamasi papilla filiformis sehingga menghasilkan daerah
kemerahan yang mengkilat. Glositis biasanya dapat disebabkan oleh defisiensi zat
besi (Fe), vitamin B kompleks, infeksi, trauma, serta bisa karena penyebab lain.
Glositis dapat dibedakan menjadi empat antara lain atrofi glositis, median
rhomboid glositis, glositis jinak bermigrasi dan geometric glossitis. Perawatan pada
glositis ini tergantung dari kasusnya. Antibiotik dipergunakan bila kelainan ini
melibatkan bakteri. Bila penyebabnya adalah defisiensi gizi, maka diperlukan
supplement yang memadai yaitu harus diberikan zat besi yang merupakan ciri utama
glositis akibat defisiensi zat besi.

B. Saran
Penderita glositis disarankan untuk menjaga kebersihan rongga mulut yaitu
dengan sikat gigi dan penggunaan dental floss atau benang gigi. Jangan lupa untuk
membersihkan lidah setelah makan. Kemudian kunjungi dokter gigi secara teratur.
Jangan gunakan bahan-bahan obat atau makanan yang merangsang lidah untuk terjadi
iritasi atau agen-agen yang dapat menimbulkan sensitisasi. Selain itu juga hentikan
merokok dan hentikan penggunaan tembakau dalam jenis apapun serta hindari
alkohol.
DAFTAR PUSTAKA

Chiang, C.P., Chang, J.Y.F., Wang, Y.P., Wu, Y.H., Wu, Y.C. and Sun, A., 2020.

Atrophic glossitis: etiology, serum autoantibodies, anemia, hematinic

deficiencies, hyperhomocysteinemia, and management. Journal of the Formosan

Medical Association, 119(4), pp.774-780.

de Campos, W.G., Esteves, C.V., Fernandes, L.G., Domaneschi, C. and Júnior,

C.A.L., 2018. Treatment of symptomatic benign migratory glossitis: a systematic

review. Clinical Oral Investigations, 22(7), pp.2487-2493.

Erriu, M., Pili, F.M.G., Cadoni, S. and Garau, V., 2016. Diagnosis of lingual atrophic

conditions: associations with local and systemic factors. A descriptive review.

The open dentistry journal, 10, p.619.

Najafi, S., Gholizadeh, N., Rezayat, E.A. and Kharrazifard, M.J., 2016. Treatment of

symptomatic geographic tongue with triamcinolone acetonide alone and in

combination with retinoic acid: A randomized clinical trial. Journal of dentistry

(Tehran, Iran), 13(1), p.23.

Robinson, A.N. and Loh, J.S., 2019. Atrophic glossitis. N Engl J Med., 381, p.1568.

Sivapathasundharam, B., 2020. Shafer's Textbook of Oral Pathology E-book. Elsevier

Health Sciences.

Stoopler, E.T. and Kuperstein, A.S., 2013. Glossitis secondary to vitamin B12

deficiency anemia. CMAJ, 185(12), pp.E582-E582.

Anda mungkin juga menyukai