Proses Degradasi Lignin Pada Limbah Batang Tembaka
Proses Degradasi Lignin Pada Limbah Batang Tembaka
Abstrak. Batang tembakau merupakan salah satu bahan lignoselulosa yang banyak tersedia, sehingga
menjadikannya sebagai sumber bahan baku ideal untuk memproduksi bioetanol. Pada kajian ini dilakukan
konversi bahan lignoselulosa menjadi etanol.Pada tulisan ini akan disajikan pengaruh degradasi lignin
terhadap perolehan rendemen gula dan bioetanol dari batang tembakau. Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa degradasi lignin dengan menggunakan 8% HCl dapat menurunkan lignin hingga 41,17%. Kandungan
gula hidrolisis batang tembakau tertinggi diperoleh sebesar 13,66 g / L dengan rendemen bioetanol 6.061%
.
Kata kunci: batang tembakau, degradasi lignin, bioetanol, lignoselulosa.
Abstract. Tobacco rod is one of the lignocellulosic materials that are abundantly available, making it
an ideal source of raw material for producing bioethanol. This research was conducted to convert
lignocellulose material into ethanol. In this paper will be presented the effect of lignin degradationon
the acquisition of sugar and bioethanol rendement from tobacco stems. The results showed that lignin
degradation using 8% HCl was able to degrade lignin up to 41.17%. The highest sugar content of
hydrolysis of tobacco rods was obtained for 13.66 g / L with 6.061% bioethanol yield.
140
Indonesia mengatasinya dengan cara membakar sulfat encer untuk mengevaluasi penurunan kadar
batang tembakau. Hal ini tentu saja dapat membuat hemiselulosa limbah pertanian daun tebu.
dampak buruk bagi lingkungan dikarenakan batang Pada kajian ini dilakukan pretreatment
tembakau masih mengandung nikotin.Agar tidak delignifikasi batang tembakau dengan
terus mencemari lingkungan, maka perlu adanya menggunakan asam klorida encer untuk
upaya yang dapat mengolah limbah batang mengetahui penurunan kadar lignin terurai dan
tembakau menjadi suatu bahan yang bermanfaat pengaruhnya terhadap perolehan rendemen gula
dan tidak berbahaya bagi lingkungan.Salah satu reduksi hasil hidrolisis. Efisiensi proses dievaluasi
upaya yang dapat dilakukan untuk menghadapi berdasarkan banyaknya gula reduksi (kadar
pencemaran lingkungan ini adalah dengan glukosa) yang terbentuk. Kadar glukosa yang
memanfaatkan limbah batang tembakau menjadi dihasilkan pada tahap hidrolisis dan kadar etanol
bioetanol. yang dihasilkan pada akhir tahap fermentasi
Batang tembakau mengandung selulosa menjadi faktor penentu dalam mengetahui
dengan jumlah yang relatif tinggi. Menurut [10], pengaruh perlakuan delignifikasi tersebut.
kandungan selulosa tertinggi ditemukan pada
batang tembakau yang mencapai 35-40% dari METODOLOGI
batang tembakau kering.Sedangkan menurut [8]
pada batang tembakau terdapat kandungan nikotin Alat dan Bahan
sebesar 0,26%, selulosa dan lignin berturut-turut Peralatan yang digunakan pada kajian ini adalah
sebesar 56,10% dan 15,11%. Penelitian mengenai peralatan gelas yang ada di laboratorium, gelas
struktur dan komposisi batang tembakau yang ukur, gelas beaker,labu Erlenmeyer, timbangan
dilakukan oleh[10], menyatakan bahwa materi analitik, blender, hot plate, pH meter, pH stick,
lignoselulosa dalam batang tembakau memiliki freezer, termometer, oven, penangas air, pipet
kepadatan relatif rendah (260-350 kg/m3) dan tetes, sendok, tanur, spektrofotometer UV-Vis
dengan struktur dan komposisi kimia anatomi yang SHIMADZU. Alat penunjang : aluminium foil,
mirip dengan materi kayu dari spesies kayu kertas saring, dan kertas label.Bahan-bahan yang
berdaun lebar.Dengan adanya kandungan selulosa digunakan adalah limbah batang tembakau,
yang tinggi menjadikan batang tembakausangat aquades, larutan HCl pekat 37%, H2SO4 72%,
berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber bahan CH3COOH 2 N, Nelson A, Nelson B,
baku energi alternatif bioetanol. Arsenomolibdat
Pembuatan bahan-bahan lignosellulosa
hingga menjadi etanol melalui empat proses utama: Preparasi sampel
praperlakuan (pretreatment), hidrolisa, fermentasi,
dan terakhir adalah pemisahan serta pemurnian Sampel limbah batang tembakau yang telah
produk etanol. Bahan-bahan lignosellulosa dikumpulkan disortir terlebih dahulu kemudian
umumnya terdiri dari sellulosa, hemisellulosa dan dipotong kecil-kecil. Selanjutnya, sampel limbah
lignin.Sellulosa secara alami diikat oleh batang tembakau dikering–anginkan di bawah sinar
hemisellulosa dan dilindungi oleh lignin.Adanya matahari untuk mengurangi kadar airnya. Setelah
senyawa pengikat lignin inilah yang menyebabkan kering limbah batang tembakau dihaluskan
bahan-bahan lignosellulosa sulit untuk dihidrolisa. menggunakan blender.
Tahap praperlakuan yang merupakan
tahap degradasi lignin (delignifikasi) bertujuan Pengukuran Kadar Air
untuk mengurangi jumlah lignin supaya tidak
mengganggu proses hidrolisis yang merupakan Kadar air ditetapkan dengan metode oven.
rangkaian pada pembuatan bioetanol. Degradasi Sebanyak 1 gram sampel ditimbang lalu dioven
lignin dilakukan untuk mengkondisikan bahan- selama 1 jam dengan suhu 105 oC. Didinginkan
bahan lignoselulosa baik dari segi struktur dan dalam desikator selama 15 menit.Sampel yang
ukuran dengan memecah dan menghilangkan sudah kering lalu ditimbang.Pengeringan dilakukan
kandungan lignin dan hemiselulosa, merusak berulang-ulang hingga didapat berat konstan.
struktur kristal dari selulosa serta meningkatkan
porositas bahan. Efektivitas delignifikasi dan Analisis kadar abu
hidrolisis sampel dengan perlakuan kimiawi lebih
optimal dibandingkan perlakuan secara fisis dan Sampel ditimbang sebanyak 5 gram pada cawan
biologi [2]. Selain itu, perlakuan secara kimi, porselin yang sebelumnya telah dipanaskan dan
menggunakan H2SO4 1,0 % bahwa penurunan diketahui berat keringnya.Sampel dimasukkan
kadar lignin sebesar 35,1 % pada biomasa serbuk dalam tanur dan dipanaskan sampai suhu 575 oC
kayusengon dan 29,3 % pada biomasa serbuk selama 4 jam.Kemudian didinginkan dalam
pelepahsawit [9,16]. Pada penelitian [5] melakukan desikator dan ditimbang sampai suhunya tetap.
pretreatment delignifikasi menggunakan asam
141
Analisis Kadar Selulosa HCl 2 % dengan perbandingan volume (1:1,5)
dalam wadah erlenmeyer yang dilengkapi dengan
Sebanyak 3 gram sampel kering dimasukkan ke magnetic stirer. Proses pemanasan dilakukan di
dalam gelas kimia 250 ml. Sampel dibasakan atas hot plate pada suhu 80 oC selama 1 jam [7].
dengan 15 ml NaOH 17,5% dan dimaserasi selama
1 menit, lalu ditambahkan 10 ml NaOH 17,5%, Analisis kadar glukosa
diaduk dan dibiarkan selama 3 menit. Kemudian
ditambahkan kembali 3x10 ml NaOH 17,5% setiap Kadar glukosa hasil hidrolisis diukur dengan
2,5 ; 5 ; 7,5 menit dan dibiarkan selama 30 menit. metode Nelson Somogy dengan mempersiapkan
Setelah itu ditambahkan 100 ml aquades dan kurva standar terlebih dahulu. Kurva standar
dibiarkan selama 30 menit, lalu campuran disaring diperoleh dari larutan glukosa standar dengan
dan endapan dicuci dengan 5x50 ml aquades. konsentrasi masing-masing 10 ppm, 30 ppm, 50
Kertas saring yang berisi endapan dipindahkan ke ppm, dan 70 ppm yang digunakan pada
gelas kimia dan dicuci kembali dengan 400 ml pengukuran dengan menggunakan spektrofotometri
aquades, ditambahkan 10 ml asam asetat glasial 2N UV vis. Sampel uji kadar glukosa1 ml dimasukkan
dan diaduk selama 5 menit. Endapan disaring dan ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering.
dikeringkan dalam oven dengan suhu 105 0C, Setelah itu ditambahkan 1 ml pereaksi Nelson A
kemudian didinginkan dalam desikator dan dan Nelson B. selanjutkan diperlakukan seperti
ditimbang hingga berat konstan pada penyiapan kurva standar.Jumlah gula reduksi
dapat ditentukan berdasarkan absorbansi larutan
Delignifikasi sampel, lalu dimasukkan melalui persamaan regresi
atau kurva standar larutan glukosa.
Ditimbang sebanyak 12 gram sampel, masing-
masing dimasukkan dalam erlenmeyer 250 ml dan HASIL DAN PEMBAHASAN
diberi label. Selanjutnya ditambahkan larutan
larutan HCl dengan variasi konsentrasi 1%; 2%; Kajian ini diawali dengan uji pendahuluan pada
3%; 4%; 5%; 6%;7% dan 8% dipanaskan dalam sampel batang tembakau berupa analisis kadar air,
penangas air dengan waktu 60 menit pada suhu analisis kadar selulosa, analisis kadar lignin dan
70oC. Selanjutnya sampel disaring dan dicuci analisis kadar abu. Sampel batang tembakau
dengan aquadest berlebih, lalu dikeringkan dalam diambil dari perkebunan rakyat di daerah Lombok
oven selama 2-3 jam pada suhu 100 oC.Selanjutnya Utara-Nusa Tenggara Barat. Dari hasil uji
sampel didinginkan pada suhu kamar. Setelah pendahuluan diperoleh kadar selulosa batang
kering, sebagian sampel hasil delignifikasi diuji tembakau cukup besar yaitu sebesar 50% dengan
kadar ligninnya dengan metode gravimetri. kadar lignin 17%.
Hidrolisis 0
Batang tembakau yang sudah didelignifikasi, 0 2 4 6 8
diambil sebanyak 10 gr, kemudian ditambahkan Konsentrasi HCl (%)
aquades 80 ml dan direfluks selama 3 jam.Sampel Gambar 1. Pengaruh konsentrasi HCl
didinginkan dan disaring hingga didapatkan terhadap persen Lignin Terurai
filtratnya. Filtrat yang didapatkan ditambahkan
142
Proses Hidrolisis (Cu2O) atau karena adanya gula reduksi (endapan
merah bata). Jumlah endapan merah bata
Proses hidrolisis dilakukan menggunakan asam sebanding dengan jumlah gula reduksi.Larutan
klorida dengan konsentrasi rendah. Hal ini hasil hidrolisis ditambahkan pereaksi nelson A dan
dikarenakan jika hidrolisis menggunakan asam Nelson B kemudian dipanaskan di air mendidih
dengan konsentrasi tinggi akan mempercepat selama 20 menit dengan tujuan untuk mempercepat
prosesnya, namun dapat menurunkan jumlah hasil proses reduksi kuprioksida menjadi kuprooksida
gula reduksi. Hal ini dikarenakan sifat dari glukosa (Cu2O). Selanjutnya larutan didinginkan sampai
yang mudah terurai. Jika hidrolisis menggunakan suhunya 25oC supaya reaksi berjalan stabil, karena
asam dengan konsentrasi rendah, proses hidrolisis apabila terlalu panas dapat menyebabkan ada
berlangsung lama namun dapat mengurangi komponen senyawa yang rusak atau habis
penguraian glukosa oleh asam (Olivia, 2004). menguap. Kemudian ditambahkan kembali dengan
Hidrolisis lignoselulosa dengan asam encer adalah reagen arsenomolibdat agar bisa bereaksi dengan
yang paling umum diaplikasikan untuk endapan kuprooksida (Cu2O) yang menghasilkan
mendapatkan gula sebagai bahan baku fermentasi larutan berwarna biru. Adapun reaksi yang terjadi :
menjadi bioetanol. Umumnya, hidrolisis asam
encer menggunakan asam mineral seperti Gulapereduksi + 2Cu2+ Cu2O(s)
H2SO4dan HCl, pada suhu antara 120-200oC
[11]. Hidrolisis kimiawi cenderung memutuskan Pada peristiwa ini kuprooksida akan mereduksi
ikatan glikosida secara acak. Terjadinya pemutusan kembali arsenomolibdat menjadi molibdene blue
ikatan ini berpengaruh terhadap kadar glukosa yang berwarna biru. Larutan tersebut kemudian
yang diperoleh. Proses hidrolisis berbahan digojog hingga endapan merah bata hilang secara
lignoselulosa yang telah dilakukan antara lain perlahan dan ditambahkan dengan aquades yang
hidrolisis serbuk gergaji menggunakan larutan bertujuan untuk mengurangi kepekatan larutan
H2SO4 0,5% mendapatkan gula dengan kadar sehingga dapat terbaca absorbansinya.Selanjutnya,
11,53 mg/ml [13]. Hidrolisis sampah buah dan sampel diuji dengan UV-Vis pada panjang
sayur menggunakan larutan H2SO4 0,25% gelombang 540 nm. Selanjutnya nilai absrorbansi
menghasilkan gula 17,92 mg/ml [15]. sampel yang didapatkan dari hasil analisis
spektrofotometer UV-Vis dimasukkan ke dalam
Pada kajian ini, dilakukan proses hidrolisis persamaan regresi kurva standar untuk penentuan
menggunakan larutan HCl 2% yang dipanaskan kadar glukosanya.
dengan refluks selama 1 jam dengan suhu 80 oC.
16
Penggunaan suhu yang terlalu tinggi pada saat
proses hidrolisis akan mengakibatkan glukosa 14
terdegradasi dan menghasilkan furfural sehingga 12
Glukosa(mg/mL)
143
reduksi yang diperoleh. Konsentrasi lignin yang pembentukan alkohol seperti yang ditunjukkan
rendah dalam bahan inilah yang merupakan faktor persamaan berikut:
utama dalam meningkatkan derajat hidrolisis
[6,12]. Hasil ini membuktikan bahwa kehilangan C2H12O6 2 CH3CH2OH + 2 CO2
lignin setelah delignifikasi merupakan faktor kunci Glukosa etanol
pendorong untuk memproduksi gula reduksi yang
tinggi. Gambar 3.Reaksi pembentukan etanol
144
dapat diukur dengan rasio per muatan (m/z) yang dimiliki.
Berdasarkan pola fragmentasi pada spektroskopi [2] Agustini dan Efiyanti, 2015. Pengaruh
massa tersebut, diketahui senyawa puncak dasar perlakuan delegnifikasi terhadap hidrolisis
ion molekul (M+) dengan m/z = 45 menunjukkan selulosa, Journal of Forest Product Research,
bahwa senyawa tersebut adalah etanol. 33 (1): 69-80.
Ucapan terima kasihdisampaikan kepadaProgram [8] Liu, Y., Dong, J., Liu, G., Yang, H., Liu, W.,
Hibah Produk Terapan Ristek DIKTI” 2017, Wang, L., Kong, C., Zheng, D., Yang, J.,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidika Deng, L., and Wang, S. 2015. Co-Digestion of
Tinggi yang telah mendanai kajian ini. Tobacco Waste With Different Biocultural
Biomass Feedstocks and The Inhibition of
DAFTAR PUSTAKA Tobacco Viruses by Anaerobic Digestion.
Bioresour. Technol. 189, 210-216.
[1] Walter, A., F. Rosillo-Calle, P. Dolzan, E.
Pracente, and K.B. da Cunha. (2008). [9] Mutreja, R., Das, D., Goyal, D., and Goyal, A.,
Perspective on Fuel Ethanol Consumption (2011), Bioconversion of Agricultural Waste
and Trade.Biomass and Bioenergy, 32, 730- to Ethanol by SSF Using Recombinant
748 Cellulase from Clostridium thermocellum,
Enzyme Research, Vol. 2011, Article ID
340279, pp. 1-6.
145
[13] Sediawan, W. B., Megawati, Millati, R., and
[10] Pesevski, M.D., Iliev, B.M., Zivkovic, D.J., Syamsiah, S., 2007, “Hydrolysis of
Popovska, V.T.J.,Srbinoska, M.A., Lignocellulosic Waste for Ethanol
Filiposki,B. Possibilities for utilization of Production”, International Biofuel
tobacco stems for production of energetic Conference, Bali
briquettes. Journal of Agricultural [14] Afriani, Suryono & H. Lukman. 2011.
Sciences.V.55,n.1, 45-54, 2010. Karakteristik Dadih Susu Sapi Hasil
Fermentasi Beberapa Starter Bakteri Asam
[11] Taherzadeh, M.J., dan Keikhosro Karimi. Laktat yang Diisolasi Dari Dadih Asal
2007. Pretreatment of Lignocellulosic Wastes Kabupaten Kerinci. Agrinak.1 (1): 36-42
to Improve Ethanol and Biogas Production: A
Review International Journal of Molecular [15] Wicakso, D.R. dan Mirwan, A., 2008,
Science. Isfahan : Department of Chemical “Hidrolisis Karbohidrat Dari Sampah Sayur
Engineering. dan Buah Dengan Katalisator H2SO4 Encer
Sebagai Bahan Baku Bioetanol”, Jurnal Info-
[12] Sun, S., S. Sun, X. Cao, and R. Sun. 2016. Teknik, 2008.
The role of pretreatment in improving the
enzymatic hydrolysis of lignocellulosic [16] Handayani, S. S., Hadi, S., & Patmala, H.
materials. Bioresource Technology 199: 49– (2016). Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis
58. Buah Kumbi untuk Bahan Baku
Bioetanol. Jurnal Pijar Mipa, 11(1).
146