Anda di halaman 1dari 7

J. Pijar MIPA, Vol. 13 No.

2, September 2018: 140-146 ISSN 1907-1744 (Cetak)


DOI: 10.29303/ jpm.v13i2.750 ISSN 2410-1500 (Online)

PROSES DEGRADASI LIGNIN PADA LIMBAH BATANG TEMBAKAU SEBAGAI PERSIAPAN


PRODUKSI BIOETANOL

LIGNIN DEGRADATION PROCESS ON WASTE OF TOBACCO ROD AS PREPARATION FOR


BIOETHANOL PRODUCTION
*
Sri Seno Handayani1*, Riki Tarnanda1, Bq. Anita Rahayu1, Amrullah2
1
Departement of Chemistry, University of Mataram, Jl. Majapahit no. 62 Mataram, Indonesia,
2
Departement of Mathematics, University of Mataram, Jl. Majapahit no. 62 Mataram, Indonesia
*
Email: srihandayani@unram.ac.id

Diterima: 20 Juli 2018. Disetujui: 25 September 2018. Dipublikasikan: 30 September 2018

Abstrak. Batang tembakau merupakan salah satu bahan lignoselulosa yang banyak tersedia, sehingga
menjadikannya sebagai sumber bahan baku ideal untuk memproduksi bioetanol. Pada kajian ini dilakukan
konversi bahan lignoselulosa menjadi etanol.Pada tulisan ini akan disajikan pengaruh degradasi lignin
terhadap perolehan rendemen gula dan bioetanol dari batang tembakau. Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa degradasi lignin dengan menggunakan 8% HCl dapat menurunkan lignin hingga 41,17%. Kandungan
gula hidrolisis batang tembakau tertinggi diperoleh sebesar 13,66 g / L dengan rendemen bioetanol 6.061%
.
Kata kunci: batang tembakau, degradasi lignin, bioetanol, lignoselulosa.

Abstract. Tobacco rod is one of the lignocellulosic materials that are abundantly available, making it
an ideal source of raw material for producing bioethanol. This research was conducted to convert
lignocellulose material into ethanol. In this paper will be presented the effect of lignin degradationon
the acquisition of sugar and bioethanol rendement from tobacco stems. The results showed that lignin
degradation using 8% HCl was able to degrade lignin up to 41.17%. The highest sugar content of
hydrolysis of tobacco rods was obtained for 13.66 g / L with 6.061% bioethanol yield.

Keywords: tobacco rod, lignin degradation, bioethanol, lignocellulosic

PENDAHULUAN menghindari persaingan pada kebutuhan pangan


maka perlu dikembangkan sumber bahan baku lain
Indonesia mengalami penurunan produksi minyak yang tidak mengganggu pasokan bahan
nasional yang disebabkan menurunnya secara pangan.Salah satunya adalah batang tembakau
alamiah (natural decline) cadangan minyak yang merupakan biomassa dari limbah pertanian
dunia.Namun dilain pihak, pertambahan jumlah yang kurang memiliki nilai jual dan kurang
penduduk telah meningkatkan kebutuhan sarana bermanfaat namun ketersediaannya sangat
transportasi dan aktivitas industri yang berakibat melimpah di Indonesia.
pada peningkatan kebutuhan dan konsumsi Bahan Tanaman tembakau (Nicotiana tobaccum)
Bakar Minyak (BBM) nasional.Pengembangan merupakan tanaman yang mempunyai nilai
sumber energi alternatif bioetanol dapat menjadi ekonomis yang sangat tinggi. Dari data Statistik
salah satu solusi untuk mengatasi masalah krisis Perkebunan Indonesia Komoditas Tembakau
energi tersebut.Penggunaan bioetanol sebagai tercatat bahwa pada tahun 2015 luas lahan untuk
sumber energi alternatif telah mulai diterapkan di tanaman tembakau perkebunan rakyat dan
beberapanegara, seperti: Amerika Serikat, Canada, perkebunan negara mencapai total 197.507 Ha dan
Brasil,Kolombia, Jerman, Prancis, Italia, produksi daun kering tembakau 167.425 ton [4].
Spanyol,Belanda, Belgia, Tiongkok, India, Namun batang tembakau sampai saat ini masih
Thailand,Malaysia, dan Philipina [1]. dianggap sebagai limbah pertanian dan belum
Bioetanol dapat diproduksi dari sumber diolah secara efektif.Dengan kisaran populasi per
daya nabati yang merupakan energi terbaharukan hektar lahan adalah 22.000 pohon serta perkiraan
yang bersih dan ramah lingkungan.Sumber daya berat batang tembakau 0,5 kg, maka akan tersedia
nabati di Indonesia sangat berlimpah dan beragam, 2 juta ton lebih limbah batang tembakau di
mulai dari yang pangan sampai dengan non- Indonesia.
pangan Selama ini pengembangan produksi Batang tembakau selama ini hanya
bioetanol menggunakan bahan baku yang juga dibiarkan mengering begitu saja oleh petani tanpa
merupakan sumber makanan pangan pengganti mengolahnya secara lebih efektif. Seringkali untuk
beras antara lain singkong atau ketela. Untuk menanggulangi limbah ini banyak petani di

140
Indonesia mengatasinya dengan cara membakar sulfat encer untuk mengevaluasi penurunan kadar
batang tembakau. Hal ini tentu saja dapat membuat hemiselulosa limbah pertanian daun tebu.
dampak buruk bagi lingkungan dikarenakan batang Pada kajian ini dilakukan pretreatment
tembakau masih mengandung nikotin.Agar tidak delignifikasi batang tembakau dengan
terus mencemari lingkungan, maka perlu adanya menggunakan asam klorida encer untuk
upaya yang dapat mengolah limbah batang mengetahui penurunan kadar lignin terurai dan
tembakau menjadi suatu bahan yang bermanfaat pengaruhnya terhadap perolehan rendemen gula
dan tidak berbahaya bagi lingkungan.Salah satu reduksi hasil hidrolisis. Efisiensi proses dievaluasi
upaya yang dapat dilakukan untuk menghadapi berdasarkan banyaknya gula reduksi (kadar
pencemaran lingkungan ini adalah dengan glukosa) yang terbentuk. Kadar glukosa yang
memanfaatkan limbah batang tembakau menjadi dihasilkan pada tahap hidrolisis dan kadar etanol
bioetanol. yang dihasilkan pada akhir tahap fermentasi
Batang tembakau mengandung selulosa menjadi faktor penentu dalam mengetahui
dengan jumlah yang relatif tinggi. Menurut [10], pengaruh perlakuan delignifikasi tersebut.
kandungan selulosa tertinggi ditemukan pada
batang tembakau yang mencapai 35-40% dari METODOLOGI
batang tembakau kering.Sedangkan menurut [8]
pada batang tembakau terdapat kandungan nikotin Alat dan Bahan
sebesar 0,26%, selulosa dan lignin berturut-turut Peralatan yang digunakan pada kajian ini adalah
sebesar 56,10% dan 15,11%. Penelitian mengenai peralatan gelas yang ada di laboratorium, gelas
struktur dan komposisi batang tembakau yang ukur, gelas beaker,labu Erlenmeyer, timbangan
dilakukan oleh[10], menyatakan bahwa materi analitik, blender, hot plate, pH meter, pH stick,
lignoselulosa dalam batang tembakau memiliki freezer, termometer, oven, penangas air, pipet
kepadatan relatif rendah (260-350 kg/m3) dan tetes, sendok, tanur, spektrofotometer UV-Vis
dengan struktur dan komposisi kimia anatomi yang SHIMADZU. Alat penunjang : aluminium foil,
mirip dengan materi kayu dari spesies kayu kertas saring, dan kertas label.Bahan-bahan yang
berdaun lebar.Dengan adanya kandungan selulosa digunakan adalah limbah batang tembakau,
yang tinggi menjadikan batang tembakausangat aquades, larutan HCl pekat 37%, H2SO4 72%,
berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber bahan CH3COOH 2 N, Nelson A, Nelson B,
baku energi alternatif bioetanol. Arsenomolibdat
Pembuatan bahan-bahan lignosellulosa
hingga menjadi etanol melalui empat proses utama: Preparasi sampel
praperlakuan (pretreatment), hidrolisa, fermentasi,
dan terakhir adalah pemisahan serta pemurnian Sampel limbah batang tembakau yang telah
produk etanol. Bahan-bahan lignosellulosa dikumpulkan disortir terlebih dahulu kemudian
umumnya terdiri dari sellulosa, hemisellulosa dan dipotong kecil-kecil. Selanjutnya, sampel limbah
lignin.Sellulosa secara alami diikat oleh batang tembakau dikering–anginkan di bawah sinar
hemisellulosa dan dilindungi oleh lignin.Adanya matahari untuk mengurangi kadar airnya. Setelah
senyawa pengikat lignin inilah yang menyebabkan kering limbah batang tembakau dihaluskan
bahan-bahan lignosellulosa sulit untuk dihidrolisa. menggunakan blender.
Tahap praperlakuan yang merupakan
tahap degradasi lignin (delignifikasi) bertujuan Pengukuran Kadar Air
untuk mengurangi jumlah lignin supaya tidak
mengganggu proses hidrolisis yang merupakan Kadar air ditetapkan dengan metode oven.
rangkaian pada pembuatan bioetanol. Degradasi Sebanyak 1 gram sampel ditimbang lalu dioven
lignin dilakukan untuk mengkondisikan bahan- selama 1 jam dengan suhu 105 oC. Didinginkan
bahan lignoselulosa baik dari segi struktur dan dalam desikator selama 15 menit.Sampel yang
ukuran dengan memecah dan menghilangkan sudah kering lalu ditimbang.Pengeringan dilakukan
kandungan lignin dan hemiselulosa, merusak berulang-ulang hingga didapat berat konstan.
struktur kristal dari selulosa serta meningkatkan
porositas bahan. Efektivitas delignifikasi dan Analisis kadar abu
hidrolisis sampel dengan perlakuan kimiawi lebih
optimal dibandingkan perlakuan secara fisis dan Sampel ditimbang sebanyak 5 gram pada cawan
biologi [2]. Selain itu, perlakuan secara kimi, porselin yang sebelumnya telah dipanaskan dan
menggunakan H2SO4 1,0 % bahwa penurunan diketahui berat keringnya.Sampel dimasukkan
kadar lignin sebesar 35,1 % pada biomasa serbuk dalam tanur dan dipanaskan sampai suhu 575 oC
kayusengon dan 29,3 % pada biomasa serbuk selama 4 jam.Kemudian didinginkan dalam
pelepahsawit [9,16]. Pada penelitian [5] melakukan desikator dan ditimbang sampai suhunya tetap.
pretreatment delignifikasi menggunakan asam

141
Analisis Kadar Selulosa HCl 2 % dengan perbandingan volume (1:1,5)
dalam wadah erlenmeyer yang dilengkapi dengan
Sebanyak 3 gram sampel kering dimasukkan ke magnetic stirer. Proses pemanasan dilakukan di
dalam gelas kimia 250 ml. Sampel dibasakan atas hot plate pada suhu 80 oC selama 1 jam [7].
dengan 15 ml NaOH 17,5% dan dimaserasi selama
1 menit, lalu ditambahkan 10 ml NaOH 17,5%, Analisis kadar glukosa
diaduk dan dibiarkan selama 3 menit. Kemudian
ditambahkan kembali 3x10 ml NaOH 17,5% setiap Kadar glukosa hasil hidrolisis diukur dengan
2,5 ; 5 ; 7,5 menit dan dibiarkan selama 30 menit. metode Nelson Somogy dengan mempersiapkan
Setelah itu ditambahkan 100 ml aquades dan kurva standar terlebih dahulu. Kurva standar
dibiarkan selama 30 menit, lalu campuran disaring diperoleh dari larutan glukosa standar dengan
dan endapan dicuci dengan 5x50 ml aquades. konsentrasi masing-masing 10 ppm, 30 ppm, 50
Kertas saring yang berisi endapan dipindahkan ke ppm, dan 70 ppm yang digunakan pada
gelas kimia dan dicuci kembali dengan 400 ml pengukuran dengan menggunakan spektrofotometri
aquades, ditambahkan 10 ml asam asetat glasial 2N UV vis. Sampel uji kadar glukosa1 ml dimasukkan
dan diaduk selama 5 menit. Endapan disaring dan ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering.
dikeringkan dalam oven dengan suhu 105 0C, Setelah itu ditambahkan 1 ml pereaksi Nelson A
kemudian didinginkan dalam desikator dan dan Nelson B. selanjutkan diperlakukan seperti
ditimbang hingga berat konstan pada penyiapan kurva standar.Jumlah gula reduksi
dapat ditentukan berdasarkan absorbansi larutan
Delignifikasi sampel, lalu dimasukkan melalui persamaan regresi
atau kurva standar larutan glukosa.
Ditimbang sebanyak 12 gram sampel, masing-
masing dimasukkan dalam erlenmeyer 250 ml dan HASIL DAN PEMBAHASAN
diberi label. Selanjutnya ditambahkan larutan
larutan HCl dengan variasi konsentrasi 1%; 2%; Kajian ini diawali dengan uji pendahuluan pada
3%; 4%; 5%; 6%;7% dan 8% dipanaskan dalam sampel batang tembakau berupa analisis kadar air,
penangas air dengan waktu 60 menit pada suhu analisis kadar selulosa, analisis kadar lignin dan
70oC. Selanjutnya sampel disaring dan dicuci analisis kadar abu. Sampel batang tembakau
dengan aquadest berlebih, lalu dikeringkan dalam diambil dari perkebunan rakyat di daerah Lombok
oven selama 2-3 jam pada suhu 100 oC.Selanjutnya Utara-Nusa Tenggara Barat. Dari hasil uji
sampel didinginkan pada suhu kamar. Setelah pendahuluan diperoleh kadar selulosa batang
kering, sebagian sampel hasil delignifikasi diuji tembakau cukup besar yaitu sebesar 50% dengan
kadar ligninnya dengan metode gravimetri. kadar lignin 17%.

Analisis Kadar Lignin Delignifikasi

Sampel ditimbang sebanyak 2 gram kemudian Delignifikasi batang tembakau dilakukan


dimasukkan dalam gelas kimia dan ditambahkan menggunakan asam klorida encer dengan variasi
sedikit demi sedikit H2SO4 72% sebanyak 40 ml konsentrasi 2,0%, 4,0%, 6,0%, dan 8,0%(v/v) pada
sambil diaduk sampai semua sampel terendam dan suhu 70oC selama 1 jam. Hubungan kadar lignin
terdispersi. Setelah terdispersi, gelas kimia ditutup teruran dengan konsentasi HCl dapat dilhat pada
dan dijaga pada temperatur 20oC selama 2 jam Gambar 1.
kemudian ditambahkan 400 mL aquades ke dalam
gelas kimia, larutan didihkan selama 4 jam dalam 50
Kadar Lignin Terurai (%)

gelas kimia, kemudian didiamkan sampai endapan


40
lignin mengendap kemudian endapan lignin
disaring untuk mendapatkan lignin. Lignin dicuci 30
dengan air panas lalu dikeringkan dalam oven dan
setelah kering didinginkan di dalam desikator dan 20
ditimbang tiap 15 menit sampai berat lignin
konstan. 10

Hidrolisis 0
Batang tembakau yang sudah didelignifikasi, 0 2 4 6 8
diambil sebanyak 10 gr, kemudian ditambahkan Konsentrasi HCl (%)
aquades 80 ml dan direfluks selama 3 jam.Sampel Gambar 1. Pengaruh konsentrasi HCl
didinginkan dan disaring hingga didapatkan terhadap persen Lignin Terurai
filtratnya. Filtrat yang didapatkan ditambahkan

142
Proses Hidrolisis (Cu2O) atau karena adanya gula reduksi (endapan
merah bata). Jumlah endapan merah bata
Proses hidrolisis dilakukan menggunakan asam sebanding dengan jumlah gula reduksi.Larutan
klorida dengan konsentrasi rendah. Hal ini hasil hidrolisis ditambahkan pereaksi nelson A dan
dikarenakan jika hidrolisis menggunakan asam Nelson B kemudian dipanaskan di air mendidih
dengan konsentrasi tinggi akan mempercepat selama 20 menit dengan tujuan untuk mempercepat
prosesnya, namun dapat menurunkan jumlah hasil proses reduksi kuprioksida menjadi kuprooksida
gula reduksi. Hal ini dikarenakan sifat dari glukosa (Cu2O). Selanjutnya larutan didinginkan sampai
yang mudah terurai. Jika hidrolisis menggunakan suhunya 25oC supaya reaksi berjalan stabil, karena
asam dengan konsentrasi rendah, proses hidrolisis apabila terlalu panas dapat menyebabkan ada
berlangsung lama namun dapat mengurangi komponen senyawa yang rusak atau habis
penguraian glukosa oleh asam (Olivia, 2004). menguap. Kemudian ditambahkan kembali dengan
Hidrolisis lignoselulosa dengan asam encer adalah reagen arsenomolibdat agar bisa bereaksi dengan
yang paling umum diaplikasikan untuk endapan kuprooksida (Cu2O) yang menghasilkan
mendapatkan gula sebagai bahan baku fermentasi larutan berwarna biru. Adapun reaksi yang terjadi :
menjadi bioetanol. Umumnya, hidrolisis asam
encer menggunakan asam mineral seperti Gulapereduksi + 2Cu2+ Cu2O(s)
H2SO4dan HCl, pada suhu antara 120-200oC
[11]. Hidrolisis kimiawi cenderung memutuskan Pada peristiwa ini kuprooksida akan mereduksi
ikatan glikosida secara acak. Terjadinya pemutusan kembali arsenomolibdat menjadi molibdene blue
ikatan ini berpengaruh terhadap kadar glukosa yang berwarna biru. Larutan tersebut kemudian
yang diperoleh. Proses hidrolisis berbahan digojog hingga endapan merah bata hilang secara
lignoselulosa yang telah dilakukan antara lain perlahan dan ditambahkan dengan aquades yang
hidrolisis serbuk gergaji menggunakan larutan bertujuan untuk mengurangi kepekatan larutan
H2SO4 0,5% mendapatkan gula dengan kadar sehingga dapat terbaca absorbansinya.Selanjutnya,
11,53 mg/ml [13]. Hidrolisis sampah buah dan sampel diuji dengan UV-Vis pada panjang
sayur menggunakan larutan H2SO4 0,25% gelombang 540 nm. Selanjutnya nilai absrorbansi
menghasilkan gula 17,92 mg/ml [15]. sampel yang didapatkan dari hasil analisis
spektrofotometer UV-Vis dimasukkan ke dalam
Pada kajian ini, dilakukan proses hidrolisis persamaan regresi kurva standar untuk penentuan
menggunakan larutan HCl 2% yang dipanaskan kadar glukosanya.
dengan refluks selama 1 jam dengan suhu 80 oC.
16
Penggunaan suhu yang terlalu tinggi pada saat
proses hidrolisis akan mengakibatkan glukosa 14
terdegradasi dan menghasilkan furfural sehingga 12
Glukosa(mg/mL)

larutan akan menjadi lebih gelap atau warna


larutan hasil hidrolisis akan semakin tua sehingga 10
dapat menghambat proses selanjutnya. Proses 8
hidrolisis disini menghasilkan larutan berwarna
6
kuning sedikit bening yang menunjukkan larutan
mengandung glukosa. 4
2
Uji Kadar Glukosa
0
Gula reduksi hasil hidrolisis asam dapat dianalisis 10 11 12 15.8 17
secara kualitatif untuk mengidentifikasi apakah Lignin Sisa (%)
sampel mengandung gula reduksi atau tidakdan Gambar 2. Kadar glukosa hasil hidrolisis
secara kuantitatif untuk menentukan kadar gula sampel serbuk batang tembakau
reduksiyang terbentuk. Untuk maksud
tersebut,analisis gula reduksi secara kualitatif dapat Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dilihat
dilakukan denganujiBenedict, uji Fehling, uji pengaruh lignin sisa terhadap kadar gula reduksi
Barfoed, uji Tollens, dan uji Molisch.Analisis gula yang dihasilkan dari hasil hidrolisis selulosa batang
reduksi secara kuantitatif dapat dilakukan dengan tembakau. Dimana pada lignin sisa 10%
berbagai cara, antara lain dengan metode Luff didapatkan kadar gula reduksi yang cukup tinggi
Schoorl, Nelson-Somogyi dan metode DNS. yaitu 13,66 g/L dengan total dua kali pengulangan.
Pada kajian ini kadar glukosa hasil hidrolisis Sedangkan pada lignin sisa 11%, diperoleh total
batang tembakau diukur dengan metode Nelson- gula pereduksi sebesar 7,66 g/L. Hal ini
Somogy. Prinsip kerja metode ini adalah menunjukkan semakin rendah lignin sisa yang
kuprioksida akan bereaksi menjadi kuprooksida dihasilkan maka semakin besar pula kadar gula

143
reduksi yang diperoleh. Konsentrasi lignin yang pembentukan alkohol seperti yang ditunjukkan
rendah dalam bahan inilah yang merupakan faktor persamaan berikut:
utama dalam meningkatkan derajat hidrolisis
[6,12]. Hasil ini membuktikan bahwa kehilangan C2H12O6 2 CH3CH2OH + 2 CO2
lignin setelah delignifikasi merupakan faktor kunci Glukosa etanol
pendorong untuk memproduksi gula reduksi yang
tinggi. Gambar 3.Reaksi pembentukan etanol

Proses Fermentasi Bioetanol yang dihasilkan dari proses fermentasi


ini masih mengandung gas CO2. Proses
Proses selanjutnya adalah fermentasi. Dalam pembersihan (washing) CO2 dapat dilakukan
proses ini terjadi perombakan molekul-molekul dengan menyaring bioetanol yang terikat oleh CO2,
glukosa menjadi alkohol dan CO2 dengan bantuan sehingga diperoleh bioetanol yang bersih dari gas
mikroba. Prinsip dasar fermentasi adalah CO2
mengaktifkan kegiatan mikroba tertentu untuk
tujuan mengubah sifat bahan, agar dapat dihasilkan Destilasi
sesuatu yang bermanfaat.
Pemisahkan bioetanol dari produk-produk lainnya
Pada kajian ini dilakukan dua tahap fermentasi dilakukan dengan proses destilasi. Destilasi
yaitu pada 24 jam pertama dilakukan proses agitasi merupakan metode pemisahan berdasarkan
menggunakan water bath shaker pada suhu 250C- perbedaan titik didih. Proses ini dilakukan untuk
300C dengan tujuan untuk meningkatkan kontak mengambil bioetanol dari hasil fermentasi.
antara mikroba dengan nutrisi yang ditambahkan Bioetanol mempunyai titik didih lebih rendah
kedalam substrat sehingga tersuspensi dengan daripada air, yaitu 78,4 oC, sedangkan air 100 oC
homogen. Proses agitasi juga bertujuan untuk pada kondisi standar sehingga destilasi dilakukan
mempermudah difusi oksigen sehingga kadar pada suhu sekitar 70-80 °C. Kadar etanol
oksigen terlarut dalam media cukup untuk meningkat seiring dengan kenaikkan persentase
mendukung pertumbuhan sel secara aerobik. kadar gula. Menurut [3]kadar glukosa yang
Saccharomyces cereviceae mampu optimum untuk menghasilkan kadar etanol adalah
meghasilkan enzim zimase dan intervase. Enzim 14-28%.
zimase berfungsi memecahkan selulosa yang masih
terdapat saat proses hidrolisis untuk mengubah Analisis GC-MS
menjadi glukosa, sedangkan enzim intervase yang
mengubah glukosa menjadi alkohol dengan proses Untuk mengetahui hasil destilasi yang terbentuk
fermentasi [14]. merupakan etanol maka dilakukan pengujian
Setelah dilakukan proses agitasi selama sampel etanol hasil destilasi dengan menggunakan
24 jam, proses fermentasi dilanjutkan dengan alat GC-MS. Standar yang digunakan yaitu etanol
penyimpanan didalam ruang tertutup pada suhu murni dan bioetanol hasil fermentasi kemudian
kamar selam 6 hari dan suhu dipertahankan tetap diinjeksikan kedalam kolom kromatogafi gas.
26-300C. Dalam proses fermentasi terjadi reaksi Kromatogram hasil GC ditunjukkan pada Gambar
berikut:

Gambar 3. Kromatogram hasil GC


sebesar 100 dan persentase kemurnian sebesar
Dari hasil analisis GC-MS diatas, dapat dilihat 100%. Pada analisis MS, senyawa yang terdeteksi
bahwa etanol adalah produk utama dalam oleh GC akan diionisasi kembali oleh MS. Dengan
pembuatan bioetanol dari proses fermentasi adanya serangan elektron yang membentuk
hidrolisat batang tembakau menggunakan bakteri fragmen-fragmen, oleh MS akan terbaca menjadi
Saccharomyces cereviceae dengan luas area puncak-puncak fragmen molekul bermuatan yang

144
dapat diukur dengan rasio per muatan (m/z) yang dimiliki.

Gambar 4. Hasil spektrometri Massa (MS)

Berdasarkan pola fragmentasi pada spektroskopi [2] Agustini dan Efiyanti, 2015. Pengaruh
massa tersebut, diketahui senyawa puncak dasar perlakuan delegnifikasi terhadap hidrolisis
ion molekul (M+) dengan m/z = 45 menunjukkan selulosa, Journal of Forest Product Research,
bahwa senyawa tersebut adalah etanol. 33 (1): 69-80.

KESIMPULAN [3] Budiyanto, M. A. K. 2003. Mikrobiologi


Terapan . Malang: UMM Press.
Berdasar hasil kajian ini diperoleh kesimpulan
bahwa [4] DirJen Perkebunan, Statistik Perkebunan
1.Kandungan selulosa pada limbah batang Indonesia Komoditas Tembakau 2014 – 2016,
tembakau mencapai 50% sehingga berpotensi Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta, 2015.
untuk dijadikan bahan baku bioetanol.
2. Kandungan lignin dalam batang tembakau yang [5] Jimmy, Poespowati, T., Noertjahjono, S.
cukup tinggi yaitu mencapai 17% Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN:
mengharuskan tahapan proses konversi batang 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA
tembakau menjadi bioetanol melewati Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober
praperlakuan delignifikasi 2015
3. Degradasi lignin tertinggi diperoleh pada Jumino, 2013, Konsep pengelohan barang
perlakuan delignifikasi dengan HCl 8% yang tembakau menjadi bubur selulosa dan uji
menghasilkan kadar ligin terurai sebesar speifikasinya sebagai bahan kertas
41,17% [6] Kim, J.S., Y.Y. Lee, and T.H. Kim. 2016. A
4. Kehilangan lignin setelah delignifikasi review on alkaline pretreatment technology for
merupakan faktor pendorong untuk bioconversion of lignocellulosic biomass.
memproduksi gula reduksi yang tinggi. Kadar Bioresource Technology 199: 42–48.
gula reduksi hasil hidrolisis batang tembakau
tertinggi diperoleh sebesar13,66 g/L [7] Kusuma, Indra.D. P. 2012.Optimasi Pembuatan
Bioetanol dari Limbah Tahu.Mataram.
UCAPAN TERIMAKASIH UNRAM press.

Ucapan terima kasihdisampaikan kepadaProgram [8] Liu, Y., Dong, J., Liu, G., Yang, H., Liu, W.,
Hibah Produk Terapan Ristek DIKTI” 2017, Wang, L., Kong, C., Zheng, D., Yang, J.,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidika Deng, L., and Wang, S. 2015. Co-Digestion of
Tinggi yang telah mendanai kajian ini. Tobacco Waste With Different Biocultural
Biomass Feedstocks and The Inhibition of
DAFTAR PUSTAKA Tobacco Viruses by Anaerobic Digestion.
Bioresour. Technol. 189, 210-216.
[1] Walter, A., F. Rosillo-Calle, P. Dolzan, E.
Pracente, and K.B. da Cunha. (2008). [9] Mutreja, R., Das, D., Goyal, D., and Goyal, A.,
Perspective on Fuel Ethanol Consumption (2011), Bioconversion of Agricultural Waste
and Trade.Biomass and Bioenergy, 32, 730- to Ethanol by SSF Using Recombinant
748 Cellulase from Clostridium thermocellum,
Enzyme Research, Vol. 2011, Article ID
340279, pp. 1-6.

145
[13] Sediawan, W. B., Megawati, Millati, R., and
[10] Pesevski, M.D., Iliev, B.M., Zivkovic, D.J., Syamsiah, S., 2007, “Hydrolysis of
Popovska, V.T.J.,Srbinoska, M.A., Lignocellulosic Waste for Ethanol
Filiposki,B. Possibilities for utilization of Production”, International Biofuel
tobacco stems for production of energetic Conference, Bali
briquettes. Journal of Agricultural [14] Afriani, Suryono & H. Lukman. 2011.
Sciences.V.55,n.1, 45-54, 2010. Karakteristik Dadih Susu Sapi Hasil
Fermentasi Beberapa Starter Bakteri Asam
[11] Taherzadeh, M.J., dan Keikhosro Karimi. Laktat yang Diisolasi Dari Dadih Asal
2007. Pretreatment of Lignocellulosic Wastes Kabupaten Kerinci. Agrinak.1 (1): 36-42
to Improve Ethanol and Biogas Production: A
Review International Journal of Molecular [15] Wicakso, D.R. dan Mirwan, A., 2008,
Science. Isfahan : Department of Chemical “Hidrolisis Karbohidrat Dari Sampah Sayur
Engineering. dan Buah Dengan Katalisator H2SO4 Encer
Sebagai Bahan Baku Bioetanol”, Jurnal Info-
[12] Sun, S., S. Sun, X. Cao, and R. Sun. 2016. Teknik, 2008.
The role of pretreatment in improving the
enzymatic hydrolysis of lignocellulosic [16] Handayani, S. S., Hadi, S., & Patmala, H.
materials. Bioresource Technology 199: 49– (2016). Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis
58. Buah Kumbi untuk Bahan Baku
Bioetanol. Jurnal Pijar Mipa, 11(1).

146

Anda mungkin juga menyukai