Anda di halaman 1dari 11

Penyebab Terjadinya Banjir di Jakarta

Banjir bagi Jakarta bukan lagi bencana yang cukup mengagetkan bagi mereka, karena hampir
setiap tahun warga Jakarta sudah langganan terkena banjir. Mereka pun sudah bisa bersiap-siap
jika tanda-tanda banjir akan segera datang. Bahkan beberapa rumah di Jakarta sengaja
ditinggikan karena tahu bahwa banjir yang terjadi setiap tahun pasti akan mengenai rumah
mereka.

Genangan banjir yang terjadi di jalanan dan rumah-rumah penduduk pun menimbulkan dampak
buruk lainnya seperti timbulnya berbagai macam penyakit. Selain itu, aktivitas warga pun
menjadi terkendala seperti aktivitas bekerja, sekolah, dan lainnya.

Melihat kerepotan orang-orang Jakarta yang bersiap setiap menghadapi banjir datang seolah
tidak ada habisnya. Meskipun pemerintah sudah berusaha keras mengantisipasi terjadinya banjir,
dukungan dari perilaku masyarakat pun tetap diperlukan agar masalah banjir ini segera bisa
diselesaikan bersama.

Selain faktor alam seperti curah hujan yang tinggi, banjir juga bisa disebabkan oleh beberapa
faktor berikut ini:

1. Kurangnya lahan serapan karena penduduk yang semakin padat

Sudah menjadi rahasia umum bahwa jumlah penduduk di Jakarta setiap tahunnya pasti selalu
meningkat karena dampak urbanisasi yang tinggi. Daya tarik Jakarta sebagai pusat pemerintahan,
perekonomian, dan pendidikan menjadi salah satu faktor penyebab tingginya kepadatan
penduduk di sini.

Pertambahan penduduk yang semakin tinggi membuat kebutuhan akan rumah pun semakin
meningkat. Mau tidak mau banyak lahan hijau yang akhirnya harus dipugar untuk dijadikan
kompleks perumahan. Hal ini mengakibatkan lahan serapan di daerah perkotaan pun semakin
berkurang.

Akibat kondisi tersebut, air hujan yang seharusnya bisa diserap tanah pun akhirnya jadi
menggenang dan menyebabkan banjir. Sehingga terjadinya banjir pun tidak bisa terelakkan lagi.
2. Penurunan muka tanah

Pembangunan infrastruktur dan gedung-gedung perkantoran yang tidak pernah ada hentinya
membuat Jakarta memiliki beban lingkungan. Penggunaan air tanah secara berlebihan untuk
mencukupi kebutuhan semua penduduknya membuat Jakarta mengalami penurunan muka tanah
hingga mencapai 5 – 12 cm per tahun.

Kondisi penurunan muka tanah ini akhirnya menimbulkan potensi banjir yang semakin besar.
Apalagi bagi warga pesisir pantai yang terkadang harus mengalami banjir dari air yang berasal
dari laut lantaran tinggi permukaan di dataran lebih rendah dari permukaan air laut.

3. Perilaku Masyarakat

Salah satu faktor utama penyebab banjir di Jakarta adalah perilaku masyarakat yang kurang
peduli terhadap lingkungan. Kesadaran masyarakat ibukota untuk hidup bersih dan sehat masih
kurang sehingga masih sering terlihat banyak penduduknya yang membuang sampah
sembarangan.

Selain itu, banyak masyarakat yang memaksa untuk mendirikan bangunan di bantaran kali
sehingga sampah yang dibuang di sungai atau kali pun tidak bisa dihindari lagi. Hal ini
mengakibatkan dasar sungai menjadi dangkal sehingga tidak mampu menampung lebih banyak
air dan menyebabkan banjir.

Pengelolaan sampah khususnya sampah rumah tangga harus menjadi perhatian dan tanggung
jawab bersama. Pemerintah harus mulai memberikan edukasi tentang pengelolaan sampah
mengingat setiap harinya sebanyak 7 ribu ton sampah dihasilkan di Jakarta.

Melihat fakta yang ada bahwa salah satu penyebab banjir di Jakarta adalah karena perilaku
masyarakatnya, maka sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk mengubah itu. Hal paling
sederhan bisa dimulai dari diri sendiri seperti membuang sampah pada tempatnya, mengurangi
sampah plastik, membuat lahan serapan di depan rumah, dan lain sebagainya.

Namun, faktor-faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya banjir di Jakarta yang sudah tidak
dapat dihindari lagi mau tidak mau membuat setiap warganya harus bersiap setiap tanda-tanda
banjir akan datang. Setidaknya hal tersebut dapat mengurangi dampak buruk yang lebih
membahayakan ketika terjadi banjir.

Gunung Meletus

Gunung meletus merupakan fenomena alam yang terjadi akibat adanya endapan magma pada
perut bumi dan disemburkan oleh gas yang memiliki kekuatan tinggi. Letusan gunung berapi
merupakan salah satu bencana alam yang sangat dahsyat

Walaupun begitu, gunung berapi terbentuk oleh letusan yang sangat dahsyatnya itu. Beberapa
gunung berapi di Indonesia adalah Gunung Krakatau, Gunung Merapi, Gunung Toba, Gunung
Kerinci, Gunung Tambora, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Hampir semua aktivitas gunung berapi berhubungan dengan zona kegempaan yang aktif karena
berhubungan langsung dengan batas lempeng bumi. Fenomena gunung meletus diawali dengan
aktivitas pada batas lempeng bumi yang mengalami perubahan tekanan dan suhu yang
signifikan.

Sehingga mampu melelehkan material batuan di sekitarnya itu, yang biasa disebut dengan
magma atau cairan pijar. Magma akan mengintrusi material yang berada disekitarnya melalui
rekahan-rekahan yang mendekati permukaan bumi.

Magma dibentuk melalui suhu yang sangat panas di dalam perut bumi. Pada kedalaman yang
relatif, suhu yang sangat tinggi mampu melelehkan seluruh material yang ada didalam perut
bumi.

Pada saat material-material ini meleleh maka akan menghasilkan gas yang nantinya akan
bercampur dengan magma tersebut. Magma yang akan dikeluarkan oleh gunung meletus
terbentuk pada kedalaman kurang lebih 60 sampai 160 KM dibawah permukaan bumi.

Kemudian magma yang mengandung gas, berada dibawah tekanan batu-batuan padat yang
terdapat disekitar kawah. Tekanan ini menyebabkan magma meletus dan bergerak keluar menuju
permukaan bum
Gas dan magma ini bersamaan meledak dan membentuk lubang yang biasa disebut dengan
lubang utama. Sebagian besar magma dan material vulkanik lainnya kemudian menyembur
melalui lubang utama ini.

Setelah semburan berhenti, kawah yang menyerupai mangkuk ini biasanya terbentuk pada bagian
puncak gunung berapi. Sementara itu, lubang utama berada di dasar kawah tersebut.

Dampak dari letusan gunung berapi terhadap lingkungan dapat berupa dampak positif dan juga
dampak negatif. Dampak negatif dari letusan gunung berapi adalah berupa bahaya langsung yang
dapat dirasakan oleh manusia dan makhluk hidup yang lainnya.

Seperti awan panas, gas beracun, debu vulkanik, dan jatuhan piroklastik yang keluar dari gunung
berapi tersebut. Sedangkan bahaya yang tidak langsung setelah erupsi berakhir adalah terjadi
hujan lahar, rusaknya lahan pertanian dan perkebunan, serta ancaman berbagai penyakit seperti
penyakit saluran pernapasan.

Adapun dampak positif yang dapat dirasakan adalah lahan yang subur, material yang keluar dari
perut bumi dapat dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat, energi panas bumi, areal
wisata alam, dan sumber daya air.

Oleh karena itu, sampai saat ini gunung berapi masih menjadi sebuah momok yang mengerikan
untuk masyarakat. Karena kedahsyatan letusan gunung berapi mampu membelah pulau dan
membentuk danau.
Globalisasi

Globalisasi berasal dari kata  "globe" (peta dunia yang berbentuk bola). Dari kata ini lahirlah
istilah "global" yang berarti (meliputi seluruh dunia). Jadi globalisasi adalah  suatu proses
tatanan sosial yang mendunia. Seiring datangnya era globalisasi saat ini, perkembangan
teknologi juga berkembang sangat pesat. Perkembangan teknologi di era globalisasi ini juga
mempengaruhi kehidupan sosial dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan
lain-lain.

Seiring berkembangnya teknologi otak manusia semakin canggih, banyak budaya luar yang
masuk ke negeri kita yang akan meracuni moral dan mental generasi medatang. Dengan adanya
komputer, laptop, handphone bahkan internet yang sangat digemari remaja saat ini. Tidak hanya
remaja bahkan internet berhasil meracuni semua jenis umur dari anak-anak hingga orang tua.
Kata "internet"yang memang sudah tak asing di telinga kita memang memiliki banyak manfaat.
Internet merupakan sarana komunikasi yang dapat mempermudah interaksi antar individu
maupun kelompok dengan mudah. Hal ini sangat memudahkan seseorang untuk berinteraksi
meskipun jarak yang begitu jauh. Tidak hanya sebatas komunikasi internet juga dapat
mempermudah aktivitas diberbagai bidang semisal pendidikan, politik, perekonomian,  dan lain
sebagainya.

Teknologi memang memiliki peranan yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Tapi
penyalahgunaan penggunaan teknologi di era globalisasi yang sangat pesat ini dapat
mempengaruhi negara kita bahkan dunia ini. Misalnya remaja saat ini lebih terkesan acuh ketika
ada orang lain berbicara dan lebih memperhatikan gadget mereka. Tidak hanya itu, di internet
banyak sekali informasi-informasi yang tak layak baca ataupun tak layak untuk dipertontonkan
kepada anak yang belum cukup umur berhasil meracuni otak mereka. Hal ini seperti narkoba
bagi para pengguna teknologi di era globalisasi, karena mereka sudah kecanduan dan tidak
menyadari akan penyalahgunaan teknologi. 

Seperti yang kita ketahui perkembangan teknologi yang berkembang begitu pesat membuat kita
selalu ketergantungan pada teknologi terutama internet. Padahal jika kita ingin melihat ke
belakang sebelum globalisasi berkembang begitu cepat orang-orang lebih suka bekerja sama,
mencari inovasi tentang hal-hal baru, dan memanfaatkan sumber daya yang ada. Tetapi hal itu
sudah terbalik, bahwa di era globalisasi ini kita tidak memanfaatkan sumber daya yang ada
melainkan merusak sumber daya yang ada, bermalas-malasan, dan lain sebagainya.

Maka dari itu, kita sebagai bangsa yang mengerti akan dampak dan manfaat teknologi di era
globalisasi jangan sampai untuk menyalahgunakannya. Hal ini mampu menjadi peluang dan
tantantang tersendiri bagi kita, terutama dengan  adanya internet. Perkembangan teknologi era
globalisasi merupakan hal yang sangat mengerikan jika mampu merubah nilai-nilai luhur dan
budaya bangsa kita. Namun, perkembangan teknologi era  globalisasi juga memiliki dampak dan
manfaat yang positif bagi bangsa kita. Oleh karena itu, kita harus memiliki filter untuk
menangkal dampak negatif teknologi di era globalisasi ini.

Kemiskinan

Pada 2019, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah orang miskin di Indonesia diperkirakan
mencapai hampir 25 juta orang. Jumlah yang banyak tentunya. Secara ekonomi, yang dimaksud
orang miskin adalah orang yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Mereka inilah yang disebut orang yang mengalami kemiskinan.

Kemiskinan dilihat dari sebabnya, ada dua macam kemiskinan. Pertama, ada kemiskinan
individual. Kemudian yang kedua, ada kemiskinan struktural.
Kemiskinan individual adalah kemiskinan yang dakibatkan oleh perilaku diri sendiri. Misalnya,
karena orang tersebut melakukan berbagai hal yang berisiko secara hitung-hitungan logis bakal
mengakibatkan kemiskinan.

Contohnya adalah orang yang miskin karena kalah judi, karena tidak bekerja namun suka
berfoya-foya, punya kemampuan bekerja tapi memilih menganggur, dan sebagainya.

Sedangkan kemiskinan struktur adalah kemiskinan yang dialami orang-orang yang sebetulnya
sudah berusaha tidak miskin, namun struktur kehidupan memaksanya untuk menjadi miskin.
Kemiskinannya lebih disebabkan pada aturan yang diterapkan dalam kehidupan atau
ketiadaan privilege yang dimiliki.

Mereka ini adalah orang-orang yang tidak bisa mengakses pendidikan bagus untuk
meningkatkan kariernya karena pendidikan mahal, atau orang yang terlahir dari orang tua miskin
lalu terpaksa putus sekolah karena tidak ada yang melakukan covering terhadap kebutuhan
hidupnya.

Dari kedua macam penyebab kemiskinan ini, kita tidak bisa sembarangan menghakimi orang
yang miskin itu semuanya pemalas dan orang-orang yang bodoh, karena tidak semua kasus
kemiskinan karena itu. Bahkan lebih banyak karena ketiadaan kesempatan. Untuk itulah, kita
yang sekarang berkecukupan mesti peduli dengan mereka.

Budaya ‘Bau Nyale’ Terdapat Beberapa Remaja Yang Kurang Beretika”

Jika dianalisis lebih jauh lagi, budaya Indonesia yang beragam tersebut sebenarnya banyak yang
bertentangan dari etika atau norma sosial bahkan norma agama. Akan tetapi karena kegiatan
tersebut merupakan budaya yang sudah dilakukan semenjak dahulu kala oleh nenek moyang
suatu ras maka, menurut pernyataan kebanyakan orang mengatakan budaya sangat perlu
dilestarikan untuk tetap menjaga identitas suatu ras tersebut.

Salah satu contoh budaya yang dirasa terlalu mengenyampingkan etika adalah budaya warga
suku sasak core event “bau nyale”. Bau nyale artinya menangkap nyale, nyale merupakan hewan
laut berupa cacing laut yang dapat di konsumsi. Cacing laut tersebut muncul sekali setahun pada
bulan, hari, dan pantai tertentu. Itulah yang menyebabkan event “bau Nyale” menjadi sangat
spesial bagi masyarakat sasak.

Konon cacing tersebut merupakan jelmaan putri Mandalika yang melakukan bunuh diri di laut
dikarenakan masalah dilema percintaannya. Tradisi “bau nyale” merupakan tradisi turun temurun
yang dilakukan masyarakat lombok terutama Lombok tengah pada waktu tertentu yakni sekitar
akhir bulan februari atau pertengahan bulan maret.

Yang menjadi keganjalan dalam tradisi tersebut adalah cara dan etika para pemuda-pemudi
dalam melestarikan budayanya. Nyale yang di biasnya muncul pada waktu 3 sampai 5 pagi hari
sehingga para pemburu harus begadang semalaman menunggu munculnya nyale ke permukaan
laut. Selama semalaman tersebut untuk mengusir rasa jenuh mereka biasanya melakukan hal-hal
di luar etika.

Karena menangkap nyale di ruangan terbuka dan bebas, setiap orang bebas melakukan apa saja
selama tidak menyebabkan kerusuhan. Kondisi tersebut dimanfaatkan para pemuda yang
melakukan tindakan asusila dengan pasangannya. Apalagi ketika nyale sudah mulai keluar,
mereka akan meneriaki kata-kata kotor berupa umpatan yang dipercaya dapat menarik perhatian
cacing laut tersebut.

Tentu saja kemeriahan acara tersebut mengandung nilai-nilai negatif jika dilihat dari sisi norma
dan etika yang dilakukan oleh para remaja sehingga sangat tidak patut dilakukan oleh anak di
bawah umur. Akan tetapi kembali lagi pada pernyataan bahwa budaya merupakan hal yang harus
dilestarikan menjadikan budaya yang dirasa kurang beretika dan melanggar norma sosial tersebut
masih dipertahankan hingga kini.
Pengangguran

Pengangguran merupakan salah satu fenomena sosial yang berkaitan dengan aspek
ketenagakerjaan yang menjadi masalah di masyarakat. Seperti sebuah penyakit, yang secara
kronik menyerang segi kehidupan bermasyarakat. Sudah banyak formula penanganan yang
diambil, namun permasalahan ini belum juga tuntas. Bukan hanya di Indonesia, permasalahan
pengangguran ini ditemukan di hampir semua negara.

Setiap pemerintahan di dunia, menjadikan masalah pengangguran menjadi agenda utama. Secara
umum banyak yang mengartikan bahwa pengangguran adalah orang dewasa yang tidak bekerja,
sedang mencari pekerjaan, atau tidak memiliki pekerjaan secara formal dan tidak mendapatkan
penghasilan. Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) secara spesifik memberikan definisi tentang
pengangguran yaitu orang-orang yang bekerja kurang dan 1 jam setiap minggu.

Ada beberapa faktor yang sangat mendasar yang menjadi penyebab terjadinya pengangguran.
Pengangguran biasanya terjadi karena adanya kesenjangan antara pencari kerja dan kesempatan
kerja. Pengangguran juga dapat sebabkan oleh adanya perubahan struktural dalam
perekonomian.

Perubahan ini menimbulkan kebutuhan terhadap tenaga kerja dengan jenis atau tingkat
keterampilan yang berbeda. Sehingga, kualifikasi yang dimiliki oleh pencari kerja tidak sesuai
dengan tuntutan yang ada. Dan yang sering juga terjadi adalah pengangguran yang disebabkan
oleh pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan dan buruh.

Akibat terjadinya pengangguran, yaitu menimbulkan berbagai persoalan ekonomi dan sosial bagi
yang mengalaminya. Orang yang tidak mempunyai mata pencaharian juga tidak mendapat
penghasilan, dan yang tidak berpenghasilan tidak dapat membelanjakan uang untuk membeli
barang kebutuhan hidup. Bila jumlah penganggur banyak pasti, akan timbul kekacauan sosial,
jumlah gelandangan meningkat pesat, selanjutnya berpotensi menimbulkan kriminal.

Dan seluruh uraian di atas, maka sudah jelas bahwa pengangguran adalah masalah besar yang
harus segera dicarikan solusi. Langkah nyata yang dapat ditempuh adalah dengan memperbaiki
kondisi lapangan kerja. Dengan semakin banknya kondisi lapangan kerja, kekerasan sosial akibat
pengangguran bisa dikurangi atau diatasi.

Di samping itu, memperbaiki komposisi lulusan sarjana yang dihasilkan dan disesuaikan dengan
kebutuhan pasar tenaga kerja. Langkah yang lebih baik lagi adalah jika kita mampu memberikan
keterampilan yang memadai untuk mereka usia kerja sehingga dapat menciptakan lapangan kerja
sendiri. Semua langkah ini harus segera kita ambil agar masalah pengangguran segera
terselesaikan.

Kekeringan

Kekeringan merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi ketika musim kemarau
berkepanjangan. Hal itu disebabkan karena sumber air seperti sungai, danau, sumur, kali, dan
lain sebagainya mulai mengering. Sehingga banyak masyarakat yang mengeluh mengenai
pendapatan air bersih ketika terjadi kekeringan.

Adapun daerah yang biasanya terkena bencana kekeringan yang cukup parah adalah di padang
rumput, gurun, dan pegunungan. Terutama di wilayah benua Afrika yangmana bila memasuki
musim kemarau, banyak binatang berpindah tempat untuk mencari air demi kelangsungan
hidupnya. Bahkan bukan hanya binatang, melainkan banyak manusia yang tinggal di wilayah
Afrika sibuk mencari sumber air untuk mendapatkan air.
Begitupun dengan negara Indonesia, banyak wilayah yang terkena musibah kekeringan bila
terjadi musim kemarau. Terutama pada daerah yang berada di dataran tinggi atau sekitar
pegunungan.

Istilah kekeringan sendiri memiliki arti yaitu kurangnya cadangan air atau pasokan air yang
berada di dalam tanah pada suatu daerah, ketika musim kemarau tiba dalam waktu yang panjang.
Selain itu, intensitas turunnya hujan sangat sedikit sehingga harus menunggu waktu yang lama.
Tanpa adanya hujan maka tidak ada air yang turun untuk mengisi cadangan air di dalam tanah,
melainkan air terus menguap dan terjadilah kekeringan.

Jika bencana kekeringan ini akan terus berlangsung hingga jangka waktu yang sangat lama,
maka akan menimbulkan bencana lainnya. Seperti terganggunya ekosistem alam dan banyak
makhluk hidup yang terkena penyakit dehidrasi, bahkan menyebabkan kematian.

Selain dikarenakan musim kemarau yang panjang, kekeringan juga bisa terjadi karena kesalahan
manusia. Misalnya, penebangan hutan secara liar yang dilakukan terus-menerus oleh manusia
tanpa melakukan reboisasi atau penanaman ulang. Hal tersebut bisa membuat pohon yang
berfungsi untuk menampung air di dalam tanah habis, sehingga tanah akan menjadi tandus dan
kering yang menyebabkan pasokan air kurang.

Lahan hutan yang dibuat menjadi lahan pertanian juga bisa memicu terjadinya kekeringan.
Karena pasokan air tidak disimpan dalam tanah melainkan sebaliknya, lahan pertanian akan
membutuhkan banyak air dalam tanah sehingga tanah menjadi kering.

Banyaknya pembangunan yang terus-menerus dilakukan seperti pembangunan pabrik atau


perusahaan, dan pembangunan perumahan juga memicu terjadinya kekeringan. Hal tersebut
dikarenakan bisa membuat volume sumber air dalam sumur atau tanah semakin berkurang,
terlebih ketika terjadi kemarau panjang. Seharusnya tanah ditanam pohon agar lahan menjadi
rindang dan bisa menyimpan cadangan air lebih banyak.

Solusi lainnya untuk mengatasi kekeringan adalah dengan membuat banyak bendungan di aliran
sungai. Sehingga, warga bisa mendapatkan dan memanfaatkannya secara maksimal.

Dengan mengoptimalkan air bersih (air dalam tanah, serta air hujan) dan memanfaatkannya
secara maksimal, maka hal tersebut merupakan salah satu solusi yang bisa dilakukan oleh setiap
manusia. Sehingga ketika musim kemarau tiba dalam waktu yang panjang, peristiwa kekeringan
masih bisa untuk ditanggulangi.

Anda mungkin juga menyukai