Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hak asasi setiap orang sebagaimana telah tercantum dalam
UUD 1945, tak terkecuali anak berkelainan/berkebutuhan khusus seperti anak dengan
hambatan fisik dan motorik termasuk anak yang mengalami cerebral palsy.
Cerebral Palsy (CP) adalah gangguan gerak yang mempengaruhi otot,gerakan dan
ketrampilan motorik ( kemampuan untuk bergerak secara terarah / terkoordinasi ) yang
disebabkan oleh kerusakan otak yang terjadi sebelum atau sesudah kelahiran (menurut
penelitian dokter sering terjadi sebelum kelahiran).
Identifikasi merupakan suatu proses menemukan kelainan secara menyeluruh
dengan teknik tes, observasi dan wawancara dengan lembaga-lembaga terkait. Proses
belajar merupakan lapangan pengalaman bagi mahasiswa. Semakin banyak aktifitas yang
dilakukan dalam situasi belajar secara langsung semakin banyak pula pengalaman yang
diperoleh.
Asesmen merupakan proses perolehan informasi melalui berbagai metode untuk
mengkonfirmasi atau meniadakan suatu kondisi juga untuk menentukan tingkat
fungsional anak termasuk kekuatan dan keterbatasannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu anak yang mengalami cerebral palsy ?
2. Sebutkanlah faktor penyebab anak cerebral palsy ?
3. Sebutkan karakteristik anak cerebral palsy ?
4. Sebutkan klasifikasi anak cerebral palsy ?
5. Sebutkan tanda-tanda anak cerebral palsy ?
6. Bagaimana cara penanganan anak cerebral palsy ?
7. Sebutkan layanan pendidikan bagi anak cerebral palsy ?

C. Tujuan Penelitian
Dalam pembuatan laporan ini penulis memiliki beberapa tujuan diantaranya yaitu :
1. Memahami tentang anak yang mengalami cerebral palsy.
2. Untuk mengetahui perkembangan kemampuan dasar, koordinasi dan
keseimbangan, bina diri serta akademik anak cerebral palsy.
3. Mengetahui keterampilan apa saja yag diberikan kepada anak yang mengalami
cerebral palsy.

D. Metode Penelitian
Dalam pengumpulan data penulis menerapkan beberapa metode diantaranya yaitu :
1. Identifikasi terlebih dahulu terhadap anak untuk mengetahui apakah anak
mengalami cerebral palsy atau tidak.
2. Pengamatan terhadap anak yang memiliki hambatan tersebut.
3. Wawancara dengan guru kelas dan orang tua.

E. Lokasi Observasi
Observasi yang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 21 September 2016, bertempat di
SLB Negeri 02 Padang dan wawancara orang tua ddirumah anak yang beralamat Teratai
Indah RT.03,RW.09 Kec. Koto Tangah
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Anak Cerebral palsy
Cerebral Palsy adalah sebutan yang diberikan para medis pada mereka yang
terkena kerusakan otak. Karena adanya kerusakan otak inilah, gerakan tubuh seseorang
akan terpengaruh kontrol dan koordinasinya pada otot, gerakan refleks serta tonusnya,
berpengaruh besar pada bentuk tubuh dan posturnya. Kerusakan otaknya juga akan
mempengaruhi keseimbangan tubuh juga pada keterampilan motorik halusnya atau
kasarnya dan bahkan fungsi motorik oralnya.
Kelainan yang disebabkan adanya kerusakan otak ini tidak dapat disembuhkan
atau dibentuk normal kembali karena sifatnya yang permanen dan sulit untuk diperbaiki.
Yang berarti bahwa belum ditemukannya obat atau bahan pemulih bagi mereka yang
mengalami kelainan karena kerusakan otak. Namun, untuk membantu dalam pengelolaan
tubuh yang menderita Cerebral Palsy, terapi menjadi salah satu hal yang diperlukan.
Cerebral Palsy tidak akan berubah menjadi lebih baik atau lebih buruk selama
masa hidupnya. Akan tetapi, jika kondisi asosiatifnya tidak mendapat perawatan yang
intensif serta benar dan disesuaikan dengan tingkatan kerusakan otak seorang penderita
tersebut, kondisinya akan menjadi buruk dari waktu ke waktu. Dengan kata lain, mereka
yang menderita Cerebral Palsy membutuhkan terapi pengobatan seperti operasi, obat-
obatan serta teknologi yang dapat membantu mereka memaksimalkan kemandirian,
mengurangi kesulitan yang menjadi hambatan mereka, dan meningkatkan inklusi mereka,
karena hal itulah yang membantu mereka untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
B. Faktor Penyebab Anak Cerebral Palsy
Penyebab dari Cerebral Palsy ini dapat di lihat dalam 3 proses. Yaitu proses
pranatal (saat bayi dalam kandungan), proses perinatal (saat bayi dilahirkan), dan proses
pascanatal (sesudah bayi dilahirkan atau berada di luar kandungan).
1. Pranatal ( Proses ketika bayi berada di dalam kandungan)
Pada saat janin berada dalam kandungan, kemungkinan terjadinya gangguan
perkembangan pada otak bayi sangatlah besar. Gangguan tersebutlah yang
menyebabkan otak bayi menjadi abnormal atau memiliki cedera. Hal ini dapat
terjadi apabila ibu hamil terkena infeksi toksoplasma, rubela, CMV, Cacar air, atau
herpes sangat rentan sekali mempengaruhi keadaan bayi di dalam kandungan.
2. Perinatal (Proses Persalinan)
Ketika bayi berada pada proses persalinan terutama persalinan yang lama
bahkan sulit kemudian dibutuhkan alat bantu melahirkannya, kemungkinan terjadi
luka di kepala bayi juga dapat dijadikan penyebab terjadinya Cerebral Palsy.
Kemudian terjadi tali pusar yang melilit bayi yang menyebabkan bayi kesulitan
bernapas dapat menyebabkan cedera otak akibat kekurangan asupan oksigen yang
membuat bayi tersebut kejang lalu mengalami pendarahan. Bayi prematur juga
rentan terkena infeksi otak dan pendarahan otak. Kasus Cerebral Palsy pada masa
Perinatal ini terjadi sampai 10-15%.
3. Pascanatal (Proses sesudah dilahirkan/di luar kandungan)
Bayi yang lahir prematur dan memiliki berat badan yang berada di bawah 2 kg
akan rentan terkena penyakit kuning yang juga menjadi salah satu faktor penyebab
terjadinya Cerebral Palsy. Dan bayi yang menderita malaria dan infeksi otak
seperti meningitis, radang selaput otak lalu mengalami panas tinggi dan juga
mengalami kecelakaan akibat kelalaian orang tuanya seperti terjatuh yang
kemudian menyebabkan luka pada kepala yang lalu mempengaruhi otak sehingga
menimbulkan trauma juga berpengaruh terjadinya Cerebral Palsy.
` Selain faktor diatas ada beberapa faktor yang lainnya.
a. Faktor kongenital ketidak normalan sel kelamin pria
b. Pendarahan waktu kehamilan
c. Trauma atau infeksi pada waktu kehamilan
d. kelahiran prematur
e. Keguguran yang sering dialami ibu
f. usia ibu yang sudah lanjut pada waktu melahirkan anak
g. Penggunaan alat-alat pada waktu proses kelahiran yang sulit
h. penggunaan obat bius pada waktu proses kelahiran
i. penyakit tuberculosis
j. radang selaput otak
k. radang otak
C. Karakteristik Anak Cerebral Palsy
Menurut Yulianto (Abdul Salim, 2007: 178-182), cerebral palsy diklasifikasikan
menjadi enam, yaitu:
1. Spasticity, anak yang mengalami kekakuan otot atau ketegangan otot, menyebabkan
sebagian otot menjai kaku, gerakan-gerakan lambat dan canggung. 
2. Athetosis, merupakan salah satu jenis cerebral palsi dengan ciri menonjol, gerakan-
gerakan tidak terkontrol, terdapat pada kaki, lengan, tangan, atau otot-otot wajah
yang lambat bergeliat-geliut tiba-tiba dan cepat.
3. Ataxia, ditandai gerakan-gerakan tidak terorganisasi dan kehilangan keseimbangan.
Jadi keseimbangan buruk, ia mengalami kesulitan untuk memulai duduk dan
berdiri.
4. Tremor, ditandai dengan adanya otot yang sangat kaku, demikian juga gerakannya,
otot terlalu tegang diseluruh tubuh, cenderung menyerupai robot waktu berjalan
tahan-tahan dan kaku.
5. Rigiditi, ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kecil tanpa disadari, dengan
irama tetap. Lebih mirip dengan getaran.
6. Campuran, yang disebut dengan campuran anak yang memiliki beberapa jenis
kelainan cerebral palsy.
Sedangkan menurut Bakwin-Bakwin, cerebral palsy daat dibedakan sabagai berikut :
1. Spasticity, yaitu kerusakan pada cortex celebri yang menyebabkan hiperactive
reflex dan stretch reflex, spasticity dapat dibedakan menjadi :
a. Paraglea, apabila kelainan menyerang kedua tungkai.
b. Quadriplegia, apabila kelainan menyerang kedua lengan dan kedua tungkai.
c. Hemiplegia, apabila kelainan menyerang satu lengan dan satu tungkai yang
terletak pada belahan tubuh yang sama.
2. Athetosis, yaitu kerusakan pada basal banglia yang mengakibatkan gerakan-
gerakan menjadi tidak terkendali dan tidak terarah.
3. Ataxia, yaitu kerusakan pada cereblum yang mengakibatkan adanya gangguan
pada keseimbangan.
4. Tremor, yaitu kerusakan pada basal ganglia yang berakibat timbu8lnya gertaran-
getaran berirama, baik yang bertujuan maupun yang tidak bertujuan.
5. Rigidity, yaitu kerusakan pada basal ganglia yang mengakibatkan kekakuan pada
otot-otot.
D. Klasifikasi Anak Cerebral Palsy
1.    Dilihat dari sudut pergerakan otot-otot
Dalam kategori ini, Cerebral palsy dibagi menjadi 5, yaitu :
a)      Jenis Spastis
Perkataan “Spastic” dapat diganti dalam bahasa Belanda, dengan “Kramp” kalua dalam
bahasa Indonesia yang mendekati “kejang”. Pada anak yang menderita Cerebral Palsy
dengan jenis Spastic terdapat kekejangan pada otot-ototnya atau sebagian dari otot-
ototnya. Kekejangan tadi terutama timbul kalau otot akan digerakkan dan dapat hilang
pada waktu anak tidur. Misalnya: kalau lutut anak tadi sekonyong-konyong hendak kita
luruskan, maka terasa bahwa otot tadi menjadi kejang, sehingga sukar diluruskan. Akan
tetapi, kalau anak tadi tidur maka lutut dengan mudah diluruskan.
Pada umumnya kekejangan-kekejangan tadi menjadi main hebat jikalau anak marah atau
takut/anak tidak tenang. Karena itu, pada umumnya melatih anak cacat Cerebral Palsy
haruslah dalam suasana ketenangan. Jenis “Spastic” merupakan jenis Cerebral Palsy
yang terbanyak jumlahnya diantara jenis-jenis lainnya
b)      Jenis Athetoid
Pada jenis ini tidak terdapat kekejangan atau kekakuan, otot-ototnya dapat digerakkan
dengan mudah, akan tetapi jenis ini selalu terdapat gerakan-gerakan yang tidak dapat
dicegah oleh anak sendirian yang tiap-tiap waktu datang. Misalnya: Anak tidak dapat
memegang salah satu barang, oleh karena tangan dan jari-jarinya selalu bergerak sendiri
yang tidak dapat dicegah. Jenis Athetoi dini meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak
tapi merupakan cacat yang sangat sukar diperbaiki. Gerakan-gerakan akan berkuarang
kalau anak tadi dalam keadaan tenang atau sedang tidur. Gerakan-gerakan otomatis tadi
selain pada tangan dan kaki juga terdapat pada lidah, bibir, mata, dan sebagainya.
c)      Ataxia
Pada jenis ini anak seakan-akan kehilangan perasaan keseimbangan. Walaupun otot-
ototnya tidak kaku, namun anak kadang-kadang tidak dapat berdiri atau berjalan. Karena
anak tadi tidak dapat meletakkan badannya dalam keseimbangan, maka ia selalu akan
jatuh. Kalau ia berjalan maka jalannya seperti orang mabuk, kadang-kadang langkahnya
terlalu lebar atau bisa juga langkahnya terlalu pendek. Kalau anak misalnya mengambil
barang, maka juga salah perhitungan, misalnya: jaraknya terlampau jauh, sehingga
melewati barang yang akan diambil atau terlalu pendek sehingga belum sampai pada
barang yang akan diambil. Pada jenis Ataxia ini merupakan jenis cacat yang berat.
d)     Tremor
Pada jenis ini selalu terdapat gerakan-gerakan kecil terus-menerus, sehingga merupakan
getaran. Getaran tadi dapat juga sangat mengganggu fungsi anak. Kadang-kadang
terdapat getaran-getaran yang mengenai mata, sehinnga matanya selalu bergerak. Bisa
juga getaran tadi terdapat pada kepala, atau padatangan yang selalu gemetar. 
e)      Rigid
Pada jenis ini terdapat otot-otot yang selalu kaku, seakan-akan bukan merupakan daging,
akan tetapi sebagai benda yang agak kaku. Misalnya seperti mesin yang tidak ada
gemuknya, kalau digerakkan kelihatan selalu ada remnya, sehingga gerakannya selalu
tidak dapat lemah dan tidak dapat halus dan tidak cepat. Selain itu, terdapat pula
campuaran antara jenis yang satu dengan jenis yang lainnya. Misalnya: Jenis athetoid
bercampur dengan jenis tremor, dan sebagainya.

2.    Pembagian menurut jumlah anggota badan yang cacat


a)    Monoplegia
Merupakan cacat Cerebral palsy yang hanya mempunyai cacat pada sebuah dari anggota
geraknya. Misalnya hanya kaki kiri sedangkan kaki kanannya dan kedua tangannya
sehat.
b)   Diplegia
Pada diplegia terdapat dua anggota gerak yang dalam keadaan cacat. Kalau pada
diplegia ini terdapat cacat pada kedua belah kakinya, maka cacat ini dinamakan
Paraplegia. Jikalau yang cacat sebelah dari anggota geraknya misalnya tangan kanan dan
kaki kanan atau tangan kiri dengan kaki kiri, maka disebut hemiplegia.
c)    Triplegia
Pada triplegia maka cacat 3 buah dari keempat anggota geraknya.
d)   Quadriplegia atau tetraplegia
Dalam golongan ini termasuk anak-anak Cerebral Palsy yang cacat pada seluruh anggota
geraknya. Jadi cacat pada kedua tangan dan kedua kakinya.

3.    Pembagian Cerebral Palsy menurut derajat berat, sedang, dan ringannya sebagai
berikut :
a)      Golongan ringan
Tidak memerlukan pertolongan karena anak tadi dapat mengurus dirinya sendiri dalam
kehidupan sehari – hari, dapat bergerak (jalan) tanpa alat – alat dan dapat berbicara
tegas.
b)      Golongan sedang
Anak – anak yang memerlukan pertolongan khusus, agar anak tadi dapat mengurus
dirinya sendiri, dapat bergerak dan dapat berbicara. Mungkin untuk anak ini diperlukan
alat – alat khusus misalnya brace untuk memperbaiki cacadnya. Dengan pertolongan
secara khusus masih dapat diharapkan bahwa anak akan dapat mengurus dirinya sendiri,
dapat berjalan dan dapat berbicara sehingga akan dapat hidup di tengah – tengah
masyarakat.
c)      Golongan berat
Anak – anak cerebral palsy yang mempunyai cacat sedemikian rupa sehingga anak tak
mungkin dapat hidup tanpa pertolongan orang lain. Akan tetapi yang paling sukar ialah
menentukan apakah seorang anak cerebral palsy masuk golongan ringan, apakah masuk
golongan sedang dan apakah masuk golongan berat.
Tidak mudah untuk menentukan apakah bayi yang diperiksa mempunyai cacat atau
tidak. Kalau bayi sudah mencapai umur satu tahun atau lebih, maka cacatnya akan lebih
mudah dilihat. Akan tetapi pada bayi di bawah umur satu tahun kadang – kadang sangat
sukar untuk menentukan apakah bayi tadi sehat atau mempunyai cacat.
Maka kita perlu mengetahui bagaimana sifat – sifat bayi yang sehat, supaya kita dapat
membedakan dengan bayi yang mungkin mempunyai cacat.
1)      Dari lahir sampai umur 4 minggu
Pada umur ini umumnya bayi masih lemah dan segala – galanya masih memerlukan
pertolongan, namun bayi yang sehat pada umumnya kelihatan bersemangat kelihatan
menunjukan reaksi jika dipegang dan kelihatan dapat aktif minum tetek. Adanya cacat
dapat dibuka jika misalnya bayi kelihatan lemah, tidak bersemangat, meneteknya kurang
aktif, pernapasanya lemah, menangisnya lembek, adanya setuip (kejang), banyak muntah
– muntah, bersifat acuh – tak acuh terhadap ibunya. Tanda – tanda tadi dapat merupakan
tanda – tanda kemungkinan adanya cacat serebral palsy.
2)      Umur 1 bulan – 2 bulan
Pada umur ini bayi menunjukan gerak yang aktif pada kepalanya, jika ada suara
misalnya permainan atau panggilan dari ibunya atau suara – suara lain maka kepalanya
berputar ke arah suara tadi dan pada umumnya kedua tangannya dibengkokkan dan
kakinya diluruskan. Gerakan tersebut merupakan gerakan pada bayi yang sehat. Jika
gerak tersebut tidak terdapat maka kemungkinan bayi tersebut cacat serebral palsy.
3)      Umur 2 bulan – 4 bulan
Pada umur ini bayi telah dapat menunjukkan ekspresi atau pernyataan dengan mukanya
dari gerak muka kita dapat mengetahui keadaan bayi tadi, misalnya mulai tersenyum
atau tertawa, menangis atau bersungut. Dapat pula mengarahkan padangan matanya
pada suatu benda yang bergerak. Jika tanda – tanda tersebut tidak di dapat maka
kemungkinan bayi menpunyai cacad serebral palsy.
4)      Umur 4 bulan – 8 bulan
Pada umur ini bayi kelihatan sudah dapat menguasai letak dan gerak kepalanya.
Misalnya kalau ia didudukan, maka kepalanya tidak akan jatuh dan kepala tadi dapat
digerakkan ke kanan dan kiri secara aktif. Anak tersebut juga belajar mengulurkan
tangannya untuk memegang salah satu benda. Ia mulai dapat mengeluarkan beberapa
perkataan. Ia mulai dapat sungguh – sungguh tertawa dan menaruh perhatian
sekelilingnya. Jika pada umur tadi kepalanya masih lemah matanya tidak dapat
memandang dengan tegas, ibu jarinya selalu di tekan ke dalam kepalan ke 4 jarinya,
maka hal – hal tadi merupakan tranda – tanda adanya cacat serebral palsy.
5)      Umur 8 – 10 bulan
Pada umur 8 bulan bayi sudah dapat berbalik- balik dari tertelungkup ke terlentang, serta
sebaliknya. Dan ia sudah dapat duduk tanpa di pegang. Dia mulai belajar merangkak, ia
dapat memegang benda dengan tepat, dan membawa benda yang di pegang ke dalam
mulutnya. Dan dapat memindahkan benda yang di pegang dari tangan satu ke tangan
yang lainnya. Ia dapat menirukan suara – suara, dapat mengenal ibu dan ayahnya. Dan ia
dengan aktif menginginkan makanannya. Jika tidak ada tanda –tanda tersebut maka
kemungkinan ada cacad serebral palsy.
6)      Umur 10 bulan – 1 tahun
Pada umur ini anak sudah dapat duduk dengan sempurna, ia dapat duduk sendiri dari
berbaring. Ia telah dapat makan – makanan yang telah ada dalam tangannya dan juga
telah dapat memegang botol minumannya. Ia dapat mengucapkan dengan spontan
beberapa perkataan misalnya ibu, bapak dan lain – lain. Ia dapat didirikan meskipun
masih dengan layanan. Jika pada umur 10 bulan tadi kakinya kelihatan terseret jika
merangkak, atau jika kakinya lurus pada waktu coba didirikan, atau dari mulutnya selalu
keluar ludah sehingga pakainya terus basah dan ia belum dapat makan – makanan yang
keras misalnya roti, maka hal – hal tadi dapat merupakan tanda – tanda kemungkinan
adanya cacad serebral palsy.
7)      Umur 1 tahun
Pada umur 1 tahun anak telah mulai belajar berjalan dan pada umumnya dalam umur 15
bulan sudah dapat berjalan sendiri. Ia telah dapat pula memegang benda – benda yang
kecil diantara ibu jari dan jari telunjuk. Sudah tentu jalannya belum tetap, akan tetapi
makin lama makin baik. Memang sesungguhnya sukar untuk menetapkan apakah ada
cacat cerebral palsy sebelum anak mencapai umur yang dapat menentukan bahwa ia
dapat berjalan dengan tetap.
Setelah anak menjadi besar misalnya diatas 2 tahun ke atas, maka tanda-tanda menjadi
lebih tampak dan akan bersifat menurut jenis-jenis cacat cerebral palsy sebagaimana
telah diuraikan dimuka. Anak makin menjadi besar, makin terang tampak tanda-tanda
cacat pada cerebral palsy. Namun demikian kadang-kadang masih perlu pemeriksaan
dokter yang lebih teliti dan pula kadang-kadang masih perlu observasi beberapa waktu
untuk dapat menetapkan ada atau tidaknya cacat, jenis cacat, dan berat cacat.

E. Tanda-Tanda Anak Cerebal Palsy


Bayi yang terlahir premature sangat rentan terhadap cerebral palsy, karena
pembuluh darah pada bayi yang menuju ke otak belum berkembang dengan sempurna
sehingga sangat mudah mengalami sebuah pendarahan. Sepertiga dari bayi yang
menderita cerebral palsy biasanya dilahirkan sebelum usia kehamilan ibu menginjak 37
minggu dan sepuluh persennya lagi terjadi pada bayi yang lahir pada usia kehamilan
sebelum 28 minggu.Tanda-tanda bayi menderita cerebral palsy biasanya mulai tampak
ketika bayi tersebut tidak menunjukkan perkembangan yang cukup sederhana seperti
menggenggam, mengangkat kepala dan lain sebagainya. Berikut ini adalah tanda-tanda
awal bayi menderita cerebral palsy.

1. Bayi normal pada umumnya ketika diangkat dengan posisi menghadap ke


bawah, biasanya posisi kepala dan punggungnya segaris. Sedngkan bayi yang
menderita cerebral palsy akan terkulai ke bawah sehingga antara kepala bayi dan
kaki sekan-akan membentuk huruf U.
2. Adanya kelainan motorik yang bisa diketahui pada tahun pertama setelah proses
kelahiran. Pada saat bayi terlahir biasanya tubuh terlihat lemah dan terkulai.
3. Bayi yang lahir dengan =tanda-tanda kerusakan otak biasanya bayi tersebut akan
kesulitan untuk bernafas, tubuh akan terkulai lemah serta tubuh terlihat seperti
membiru, berbeda dengan bayi pada umumnya.
4. Selama dalam masa tumbuh kembang bayi, seorang bayi dengan ciri-ciri cerebral
palsy biasanya akan lambat menegakkan kepala, sulit duduk dan juga bergerak
dibandingkan dengan bayi-bayi normal pada umumnya. Selain itu, bayi penderita
cerebral palsy juga sangat jarang menggunakan kedua tangannya.
5. Tubuh bayi dengan gangguan cerebral palsy cenderung kaku. Bayi dapat
menangisa dalam jangka waktu yang lama atau sebaliknya bisa sangat diam dan
bahkan hampir tidak pernah menangis maupun tersenyum.
6. Bayi dengan gangguan cerebral palsy juga akan kesulitan dalam berkomunikasi,
terlambat belajar berbicara atau bahkan kesulitan berbicara. Semua ini karena
terdapat gangguan otot pada bayi. Cerebral palsy menyerang saraf motorik.
Mengenai kecerdasan, mereka tidak ada bedanya dengan anak normal pada
umumnya.
7. Wajah bayi terlihat aneh, berbeda dengan wajah bayi pada umumnya. Itu semua
disebabkan karena ada kelemahan pada otot wajah. Ada juga yang dengan tanda
bayi mengeluarkan air liur secara terus menerus karena bayi tidak dapat
mengontrol dan kesulitan untuk menelan.
Cerebral palsy sendiri bukanlah sebuah penyakit khusus, akan tetapi
gangguan ini menyebabkan serangkaian gangguan pada gerakan. Kondisi bayi
dengan gangguan cerebral palsy sangat bervariasi seperti yang telah dibahas di
atas. Yang perlu dilakukan untuk setiap penderita adalah menjalani terapi setiap
hari agar kondisi tidak semakin parah. Bayi dan anak-anak harus diajarkan
bagaimana untuk bisa mengontrol dirinya. Ada beberapa cara yaitu dengan
fisioterapi, terapi wicara, okupasi terapi dan terapi perilaku.

F. Cara Penanganan Anak Cerebral Palsy


Anak dengan Cerebral Palsy membutuhkan pendampingan secara intensif. Dalam hal
ini perhatian dari orangtua harus mampu memantau perkembangan anak itu sendiri. Ketika
anak menunjukkan gejala kelemahan atau kelumpuhan fisik, orangtua seharusnya cepat
tanggap dan memeriksakan anaknya. Pada awalnya, gejala Cerebral Palsy mungkin sangat
ringan dan hanya terdeteksi dengan kesulitan gerak. Namun anak dengan Cerebral Palsy
juga dapat menunjukkan segala yang lebih dalam seperti fisik yang sama sekali tidak dapat
berbuat apapun. Pada umumnya penanganan penderita Cerebral Palsy meliputi :

1. Medik
Pada keadaan ini perlu kerja sama yang baik dan merupakan suatu tim dokter anak,
neurolog, psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikolog, fisioterapi,
occupatiional therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa dan orangtua pasien.

2. Aspek non medis yang dilakukan


Untuk mengatasi kecacatan motorik yang disertai kecacatan mental memerlukan
pendidikan yang khusus. Kesembuhan dalam arti regenerasi otak yang sehat dapat diraih
dengan pengobatan dan perawatan yang tepat.

3. Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut membantu program
latihan dirumah. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi pasien pada waktu
istirahat atau tidur. Bagi pasien yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal dipusat
latihan. Fisioterapi ini dilakukan sepanjang pasien hidup.
4. Tindakan bedah
Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan
pembedahan otot, tendon atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut. Pembedahan
stereotatik dianjurkan pada pasien dengan pergerakan koreotetosis yang berlebihan.
Bertujuan untuk mengurangi spasme otot, menyamakan kekuatan otot yang antagonis,
menstabilkan sendi-sendi dan mengoreksi deformitas. Tindakan operasi lebih sering
dilakukan pada tipe spastik dari pada tipe lainnya. Juga lebih sering dilakukan pada
anggota gerak bawah dibanding -dengan anggota gerak atas. Prosedur operasi yang
dilakukan disesuaikan dengan jenis operasinya, apakah operasi itu dilakukan pada saraf
motorik, tendon, otot atau pada tulang.

5. Obat-obatan
Pasien Cerebral Palsy yang dengan gejala motorik ringan adalah baik, makin banyak
gejala penyertanya dan makin berat gejala motoriknya makin buruk prognosisnya. Bila di
negara maju ada tersedia institute cerebral palsy untuk merawat atau untuk menempung
pasien ini. Pemberian obat-obatan pada Cerebral Palsy bertujuan untuk memperbaiki
gangguan tingkah laku, neuro-motorik dan untuk mengontrol serangan kejang. Pada
penderita Cerebral Palsy yang kejang. pemberian obat anti kejang memeerkan hasil yang
baik dalam mengontrol kejang, tetapi pada Cerebral Palsy tipe spastik dan atetosis obat
ini kurang berhasil. Demikian pula obat muskulorelaksan kurang berhasil menurunkan
tonus otot pada Cerebral Palsy tipe spastik dan atetosis. Pada penderita dengan kejang
diberikan maintenance anti kejang yang disesuaikan dengan karakteristik kejangnya,
misalnya luminal, dilantin dan sebagainya. Pada keadaan tonus otot yang berlebihan, obat
golongan benzodiazepine, misalnya : valium, librium atau mogadon dapat dicoba. Pada
keadaan choreoathetosis diberikan artane. Tofranil (imipramine) diberikan pada keadaan
depresi. Pada penderita yang hiperaktif dapat diberikan dextroamphetamine 5 – 10 mg
pada pagi hari dan 2,5 – 5 mg pada waktu tengah hari.

6. Tindakan keperawatan
Mengobservasi dengan cermat bayi-bayi yang baru lahir yang beresiko (baca status bayi
secara cermat mengenai riwayat kehamilan/ kelahirannya). jika dijumpai adanya kejang
atau sikap bayi yang tidak biasa pada neonatus segera memberitahukan dokter agar dapat
dilakukan penanganan semestinya. Jika telah diketahui bayi lahir dengan resiko terjadi
gangguan pada otak walaupun selama di ruang perawatan tidak terjadi kelainan agar
dipesankan kepad orangtua/ibunya jika melihat sikap bayi tidak normal supaya segera
dibawa konsultasi ke dokter.

7. Terapi SI
Terapi SI adalah terapi yang sering digunakan sebagai pendampingan utama penderita
Cerebral Palsy. Terapi ini menggunakan permainan yang dirancang khusus untuk
penderita Cerebral Palsy, contohnya permainan perosotan dengan derajat kemiringan
tertentu agar fisik anak terlatih dan dapat mengurangi kekakuan atau kelemahan.

8. Occupational therapy
Ditujukan untuk meningkatkan kemampuan untuk menolong diri sendiri, memperbaiki
kemampuan motorik halus, penderita dilatih supaya bisa mengenakan pakaian, makan,
minum dan keterampilan lainnya.

9. Redukasi dan rehabilitasi.


Dengan adanya kecacatan yang bersifat multifaset, seseorang penderita Cerebral Palsy
perlu mendapatkan terapi yang sesuai dengan kecacatannya. Evaluasi terhadap tujuan
perlu dibuat oleh masing-masing terapist. Tujuan yang akan dicapai perlu juga
disampaikan kepada orang tua/famili penderita, sebab dengan demikian ia dapat
merelakan anaknya mendapat perawatan yang cocok serta ikut pula melakukan perawatan
tadi di lingkungan hidupnya sendiri. Fisio terapi bertujuan untuk mengembangkan
berbagai gerakan yang diperlukan untuk memperoleh keterampilan secara independent
untuk aktivitas sehari-hari. Fisio terapi ini harus segera dimulai secara intensif. Untuk
mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi penderita sewaktu istirahat atau tidur.
Bagi penderita yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal di suatu pusat latihan. Fisio
terapi dilakukan sepanjang hidup penderita. Selain fisio terapi, penderita Cerebral Palsy
perlu dididik sesuai dengan tingkat inteligensinya, di Sekolah Luar Biasa dan bila
mungkin di sekolah biasa bersama-sama dengan anak yang normal. Di Sekolah Luar
Biasa dapat dilakukan speech therapy dan occupational therapy yang disesuaikan dengan
keadaan penderita. Mereka sebaiknya diperlakukan sebagai anak biasa yang pulang ke
rumah dengan kendaraan bersanrm-sama sehingga tidak merasa diasingkan, hidup dalam
suasana normal. Orang tua janganlah melindungi anak secara berlebihan dan untuk itu
pekerja sosial dapat membantu di rumah dengan melihat seperlunya.
  
G. Layanan Pendidikan Bagi Anak Cerebral Palsy

Anda mungkin juga menyukai