Pande Putu Oka - Webinar RUU KUP - BKF - 10.9.21
Pande Putu Oka - Webinar RUU KUP - BKF - 10.9.21
4. RUU KUP
2
01
PERKEMBANGAN
PENERIMAAN PERPAJAKAN
3
PERKEMBANGAN PENERIMAAN PERPAJAKAN
Dalam tahun 2017-2019 rata-rata tumbuh 6,5%, namun terkontraksi cukup dalam di tahun 2020 (-16,9%)
4
KOMPOSISI PENERIMAAN PERPAJAKAN INDONESIA
Kontribusi PPh Non Migas dan PPN mencapai 80%
1,5
1,0
0,5
0,0
-0,5
-1,0
-2,0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
5
BELANJA PERPAJAKAN
Tahun 2020 diperkirakan Rp234,9 T, mayoritas PPN & PPnBM, untuk kesejahteraan masyarakat dan umum
25,5%
UMKM
6
INSENTIF PERPAJAKAN 2020 DAN 2021 DALAM PEN
Mengurangi beban dunia usaha dan masyarakat dan mendorong percepatan pemulihan ekonomi
(Rp Triliun)
Tahun 2021:
Insentif pajak 2021 untuk membantu beban usaha pelaku bisnis dan mendorong
konsumsi masyarakat (PPN Perumahan dan PPnBM Kendaraan Bermotor).
Diharapkan insentif usaha dapat memicu pertumbuhan permintaan agregat.
7
02
TANTANGAN, KEBIJAKAN,
DAN PROYEKSI PENERIMAAN
PERPAJAKAN 2022
8
TANTANGAN PERPAJAKAN TAHUN 2022
Pemulihan ekonomi, basis pajak yang terbatas, tingkat kepatuhan belum optimal
9
KEBIJAKAN UMUM PERPAJAKAN 2022
Pemberian insentif fiskal yang tepat dan terarah, serta peningkatan optimalisasi penerimaan negara
10
KEBIJAKAN KEPABEANAN DAN CUKAI 2022
Kemudahan logistik, perlindungan masyarakat, dan mendorong penerimaan negara
• Pengembangan Pusat Logistik Berikat • Pengawasan, pencegahan dan • Intensifikasi dan ekstensifikasi cukai
(PLB Bahan Pokok dan E-Commerce); pemberantasan BKC illegal; (termasuk Cukai Plastik);
• Optimalisasi fasilitas Kawasan Khusus; • Peningkatan kinerja logistik nasional; • Pengembangan layanan kepabeanan
• Meningkatkan efektivitas • Pengembangan Smart Customs and dan cukai berbasis digital;
PTA/FTA/CEPA dan diplomasi Excise System. • Sinkronisasi data dan percepatan
ekonomi. pelayanan eskpor.
11
KEBIJAKAN PAJAK 2022
Optimalisasi penerimaan pajak melalui peningkatan layanan dan penguatan reformasi perpajakan
Kebijakan Teknis antara lain:
12
PONDASI PERPAJAKAN YANG ADIL, SEHAT, EFEKTIF, DAN AKUNTABEL
Reformasi yang Berkelanjutan Telah Memberikan Hasil Positif, Namun Masih Banyak Tantangan yang Harus Diselesaikan
MENUJU IMPLEMENTASI MODERN GUIDING PRINCIPAL OFTAX POLICY
AKUNTABEL ADIL
Reformasi UU Perpajakan • KURANG ADIL & REGRESIF Antar Sektor
• UU KUP, PPh, PPN Horizontal dan vertical
ADIL
Transparan dan Usaha, Antar
• UU TA
equity belum optimal dapat Kelompok
• UU Akses Keuangan
• UU Cipta Kerja • BASIS PAJAK SEMPIT dipertanggung Penghasilan,
• Perppu 1 Tahun 2020 Perkembangan TaxRatio jawabkan Kepastian Hukum
TANTANGAN KE DEPAN
belum mengikuti PDB,
Sebagian potensi pajak
berada di luar Tax Net
(faktor ekonomi,
AKUNTABEL
kebijakan dan
SEHAT
administrasi)
Reformasi Birokrasi
(Cetak Biru DJP) • DISTORTIF
Beberapa rezim pajak
menimbulkan distorsi
• KOMPLEKSITAS SISTEM &
EFEKTIF SEHAT
KETIDAKSEMPURNAAN
ADMINISTRASI Sederhana, Sumber
Modernisasi Kantor Pajak Kemudahan penerimaan
• TREN PERPAJAKAN GLOBAL Pelayanan,
• Pengawasan Berbasis Fungsi Ekonomi digital dan optimal, adaptif
Pengawasan Kuat, terhadap
• Pembentukan LTO, Khusus, antisipasi penggerusan Administration dan
Madya, Pratama basis pajak EFEKTIF perubahan, sesuai
Compliance Cost
• Perbaikan IT best practice
minimal
13
REFORMASI PERPAJAKAN TERUS DILAKUKAN UNTUK MEWUJUDKAN SISTEM PERPAJAKAN
YANG LEBIH SEHAT DAN ADIL DALAM MENDUKUNG PENDANAAN PEMBANGUNAN
Basis Pajak yang Kuat dan APBN yang Sehat dan Pertumbuhan Ekonomi yang
Berkelanjutan Berkelanjutan Tinggi
Ekonomi yang produktif dan Penerimaan Negara memadai Basis investasi yang produktif dan
kompetitif Risiko APBN rendah dan rasio utang kompetitif
Konsumsi RT yang sehat dan terjaga Mempermudah dan
berkesinambungan menyederhanakan kemudahan
Pendapatan Per Kapita makin berusaha
meningkat dan merata (adil) Penciptaan lapangan kerja yang
berkualitas
15
KONTRIBUSI SEKTORAL TERHADAP PDB DAN PPN DN
Fasilitas PPN turut mengakibatkan ketimpangan kontribusi sektor usaha pada PDB dan PPN DN, antara lain
terlihat pada sektor Pertanian, Pertambangan, Jasa Keuangan, Jasa Pendidikan, dan Jasa Kesehatan
Share PDB Nominal Rata-rata 2016-2019 Share PPN DN Bruto Share PDB Nominal Tahun 2020 Share PPN DN Bruto
2,9% Akomodasi & Mamin 0,2% 2,0% Akomodasi & Mamin 0,5%
1,9% Jasa Lainnya 0,6% 2,0% Jasa Lainnya 5,1%
1,1% Jasa Kesehatan 0,2% 1,4% Jasa Kesehatan 0,2%
16
BENCHMARK TARIF PPN GLOBAL
Tarif PPN di Indonesia 10% relatif lebih rendah dibandingkan negara- negara lain yang menerapkan VAT dan GST 15,4%
18
BENCHMARK NEGARA-NEGARA YANG MENERAPKAN PPN MULTITARIF
19
TANTANGAN TERKAIT CUKAI DAN PAJAK KARBON
Cukai
Terbatasnya jenis barang kena cukai, yaitu etil alkohol, minuman beralkohol, dan hasil
tembakau
Pajak Karbon
1. Komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 26%
(2020) dan 29% (2030) sesuai kesepakatan konvensi perubahan iklim dengan
tujuan untuk mengendalikan emisi gas rumah kaca dan mengubah perilaku
ekonomi yang menghasilkan emisi karbon
2. Belum ada dasar regulasi untuk mengenakan pungutan atas emisi karbon sebagai
salah satu instrumen untuk mengendalikan emisi gas rumah kaca sehingga
diperlukan ketentuan mengenai pengenaan pajak karbon
20
PAJAK KARBON UNTUK MENGENDALIKAN EMISI GRK
Gap Pembiayaan Perubahan Iklim
100%
90%
Selama 5 tahun terakhir, rata-rata alokasi
80%
anggaran perubahan iklim di APBN mencapai
70% 52,7% 4,1% per tahun
60% 68,1% 68,6%
80,3%
50%
40%
30%
Selama tahun 2016-2019 APBN telah
20% 47,3% berkontribusi sekitar 32,6% per tahun dari total
10% 19,7%
31,9% 31,4% kebutuhan pembiayaan mitigasi perubahan
0% iklim yang rata-rata memerlukan Rp266,2
2016 2017 2018 2019 triliun per tahun (sesuai dengan kebutuhan
Kekurangan Pendanaan pendanaan pada Indonesia Second Biennial
Belanja Mitigasi Perubahan Iklim
Update Report)
Pajak karbon dapat berkontribusi untuk:
• Mengendalikan emisi gas rumah kaca • Mengatasi celah pembiayaan Perubahan Iklim
untuk mendukung pencapaian Nationally • Peluang penerimaan negara
Determined Contribution (NDC) Indonesia • Mendorong Pertumbuhan berkelanjutan
• Mendorong investasi hijau • Mendorong internalisasi biaya eksternalitas
21
BENCHMARK PENGENAAN PAJAK KARBON
Negara/ Tahun Tarif
Sektor Sektor yang dikecualikan Objek Pajak
implementasi (USD$/tCO2e)
Jepang Sektor industri, pembangkit, transportasi,
3 Semua sektor Semua bahan bakar fosil
(2012) pertanian, dan kehutanan.
Penggunaan bahan bakar tertentu, seperti
Singapura Sektor industri dan
3.66 pembakaran dari biomasa dan penggunaan Semua bahan bakar fosil
(2019) pembangkit
perlengkapan lemari es/AC non-manufaktur.
Konsumsi gas alam yang tidak termasuk di sektor Bahan bakar fosil cair
Kolombia
4.45 Semua sektor petrokimia dan kilang minyak, dan konsumen dan gas yang digunakan
(2017)
yang tersertifikasi karbon netral untuk pembakaran
Semua sektor Emisi GRK
Spanyol Emisi GRK dari gas HFCs,
17.48 dari gas HFCs, PFCs, and Ekspor dan penggunaan gas F
(2014) PFCs, and SF6
SF6
Operator yang sudah terkover EU ETS
France Sektor industri,
Proses industry tertentu (penggunaan non- Semua bahan bakar fosil
(2014) 49 bangunan, dan
combustion), produksi energi, pengangkutan,
transportasi.
penerbangan, transportasi publik
Sektor pembangkit dan
Chile 5 industry pada instalasi Semua bahan bakar fosil
-
(2017) yang mengeluarkan emisi
diatas 25,000 tCO2
Ket: Tarif pajak karbon dihitung berdasarkan nilai nominal per ton emisi CO2 ekuivalen (diolah dari berbagai sumber)
22
KERANGKA REFORMASI
PERPAJAKAN 2021 (RUU KUP)
23
23
MATERI RUU KUP
24
2.e. PENERAPAN ALTERNATIVE MINIMUM TAX
26
3.b. PENGENAAN PPN MULTI TARIF
27
Hal-hal yang perlu pengaturan lebih lanjut di PP dan PMK
28
PAJAK KARBON DALAM RUU KUP