Anda di halaman 1dari 8

Tingkat Keimanan Islam Dan Status Karies Gigi Santri

Rahaju Budiarti
Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Jakarta I
Email : tike1308@hotmail.com

Abstrak reduces tooth decay or increases students’ dental


health.
Penyakit karies gigi masih merupakan salah satu L. Green argues that one’s dental health status is
masalah kesehatan di Indonesia. Hasil Survey determined by his individual or social behavior.
Kesehatan Rumah Tangga mendapatkan kenyataan Oman & Thorensen add faith or religion as a factor
bahwa perilaku masyarakat tentang pemeliharaan to health status because one’s knowledge of
gigi masih rendah, sehingga angka prevalensi religion values can protect and improve his healthy
karies aktif pada anak dan dewasa masih tinggi behavior.
(63%). Method : The primary data of this study is a DMF-
Tujuan penelitian adalah untuk membuktikan T (Decayed/Missing/Filled Teeth) record of
bahwa pengetahuan, perilaku kesehatan gigi, serta students taken with questionnaires and depth
pemahaman keagamaan Islam dapat interviews which then are analyzed for
mempengaruhi status kesehatan gigi santri. Asumsi confirmation.
yang muncul adalah bila pemahaman keagamaan/ Result :This study shows that 44 students (41.9%)
tingkat keimanan tinggi maka kesehatan gigi santri out of 105 have high rate of decayed teeth and an
akan semakin baik. Pernyataan ini sesuai dengan average of 2.16 in DMF-T scale. It also has found
pendapat dari L.Green, bahwa status kesehatan that healthy dental behavior has significant
(gigi) seseorang ditentukan oleh perilaku individu correlation with students’ DMF-T status in which
atau masyarakat, sementara menurut Oman & students with good rate of healthy dental behavior
Thorensen, faktor lain yang dapat mempengaruhi have 3.5 times lower rate of DMF-T than students
kesehatan adalah keyakinan/agama seseorang, with less healthy dental behavior. This study proves
karena pemahaman keagamaan dapat melindungi that knowledge of religion does not have
dan meningkatkan perilaku hidup sehat. significant influence to dental health condition.
Metode: pengambilan data kuantitatif (DMF-T) This is because people do not see if good practices
dengan cara cross sectional digabungkan dengan of religious values would bring about positive
wawancara untuk mendapat informasi tentang health condition. It needs comprehensive and
pemahaman kebersihan dalam Islam. continuous efforts from students, parents, the
Hasil Penelitian : 44 santri (41,9%) dari 105 santri management of the boarding school, as well as
yang diperiksa mempunyai status karies tinggi dan health service staffs in order to improve students’
rata-rata DMF-T sebesar 2,16. Perilaku kesehatan dental health condition.
gigi mempunyai hubungan signifikan dengan status Key words: dental caries index, dental health
kesehatan gigi santri (DMF-T) dimana santri yang behavior, knowledge of religion.
mempunyai perilaku kesehatan gigi baik, risiko
status karies rendah 3,5 kali dibanding santri yang Pendahuluan
perilakunya kurang baik. Pemahaman keagamaan/
tingkat keimanan tidak berpengaruh secara
Kesehatan rongga mulut merupakan
signifikan dengan status kesehatan gigi
Kata kunci: status karies gigi, perilaku kesehatan salah satu cermin keadaan kesehatan yang
gigi, pemahaman keagamaan berkaitan dengan bagian tubuh yang lain.
Penelitian oleh Geerts.SO et al di Belgia
Abstract menyatakan bahwa frekuensi penyakit
penyangga gigi lebih banyak terjadi pada
Dental caries are being a health problem in
Indonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga penderita penyakit arteri koroner daripada
(SKRT) found that dental health care behavior still yang bukan penderita sehingga diambil
bad. Prevalence rate of children and adults were kesimpulan bahwa periodontitis merupakan
height(63%). faktor risiko yang bermakna dalam
The aims of this study to prove that knowledge, menimbulkan penyakit arteri koroner tersebut. 1
behavior, as well as good understanding of Islamic Dampak sosial yang merugikan sebagai akibat
values influence the dental health condition of buruknya kesehatan rongga mulut adalah
students of Islamic boarding school. It is assumed
that better understanding of religious values
1
Rahaju Budiarti, Tingkat Keimanan Islam… 2

mulai dari hilangnya waktu belajar di sekolah dibandingkan dengan kebersihan rohaninya.
dan tempat bekerja, rasa sakit, penampilan Kebersihan jasmani akan terlihat kasat mata
yang kurang baik, gangguan pada waktu sehingga akan dianggap sebagai orang yang
tidur.2,3 Dengan demikian dapat dikatakan tidak memperhatikan kebersihan dirinya,
bahwa kesehatan rongga mulut dapat sedangkan untuk kebersihan rohani tidak ada
mempengaruhi kualitas hidup manusia. orang lain yang tahu selain diri sendiri. Oleh
Walaupun sudah banyak bukti penelitian tetapi karena itu biasanya manusia lebih
masih banyak orang yang mengabaikan mementingkan kebersihan jasmani, walaupun
kebersihan dan kesehatan rongga mulutnya. sebenarnya keduanya merupakan kesatuan
Kondisi kesehatan rongga mulut yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai manusia
individu tergantung perilaku dalam menjaga yang bertakwa seharusnya kita melakukan hal-
kesehatannya. Sebagian besar perilaku hal yang diperintahkan oleh Allah Swt, yaitu
manusia adalah respons yang timbul dan dengan selalu menjaga kebersihan jasmani
berkembang karena adanya stimulus atau maupun rohani dimanapun kita berada. Salah
perangsang tertentu. Perilaku kesehatan adalah satu bentuk manifestasi dari ayat al-Quran
suatu respon seseorang terhadap stimulus yang menyangkut tentang kebersihan adalah
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, hadits riwayat Muslim yang dalam kehidupan
sistem pelayanan kesehatan, makanan dan sehari-hari terkenal dengan ungkapan
minuman, serta lingkungan. Keyakinan akan “Kebersihan adalah sebagian dari Iman“.
sesuatu hal akan menghasilkan perubahan
perilaku yang pada akhirnya akan menjadi
kebiasaan.4 Kebersihan Gigi dalam Tradisi Islam
Ditinjau dari sisi keyakinan atau budaya
serta nilai-nilai/ norma dalam kehidupan, Gigi merupakan salah satu bagian
keimanan dapat menjadi salah satu unsur penting dalam mulut yang membantu proses
untuk meningkatkan sikap, motivasi dan pencernaan makanan bersama dengan lidah
perilaku seseorang sesuai dengan kepercayaan dan air liur. Sejak zaman dahulu sejarah
yang dianutnya. Sebagai umat muslim menunjukkan bahwa perilaku membersihkan
diharapkan mempunyai perilaku kesehatan gigi dan mulut sudah ada walaupun
yang baik karena dalam Islam terdapat hadits menggunakan bahan yang sederhana. Sejak
yang menganjurkan agar umatnya senantiasa dahulu, manusia telah mengenal beberapa
mengamalkan kebersihan, tidak hanya macam cara dan bahan yang digunakan untuk
kebersihan pribadi tetapi juga kebersihan membersihkan gigi. Mulai dari bulu ayam,
lingkungan yang akan membentuk kehidupan duri landak, tulang, hingga kayu dan ranting-
sejahtera lahir dan bathin. ranting digunakan sebagai alat pembersih
Banyak ayat dalam al-Qur’ān yang gigi.6 Bahan-bahan tersebut digunakan
menyampaikan tentang cara untuk menjaga sebagai pembersih gigi karena pada saat itu
kebersihan dan kesehatan, antara lain seperti belum ditemukan alat yang khusus digunakan
disebut dalam surat Al-Baqarah (2; 222) yang untuk membersihkan gigi. Di beberapa daerah
mengingatkan manusia agar selalu menjaga di Afrika seperti Sudan, Nigeria dan Jazirah
kebersihan dan kesucian. 5 Adapun bunyi Surat Arab penggunaan ranting kayu dan akar
al Baqarah (2; 222) : “Sesungguhnya Allah pohon arak (Salvadora Persica) untuk
mengasihi orang yang banyak bertaubat dan membersihkan gigi sudah dimulai sebelum
mengasihi mengasihi orang-orang yang kedatangan agama Islam. 7 Bahkan pada masa
senantiasa menyucikan diri. Babilonia (7000 SM), Yunani dan kerajaan
Kebersihan jasmani berarti bebas dari Romawi penggunaan ranting kayu (chewing
kotoran ataupun penyakit termasuk penyakit stick) untuk membersihkan gigi sudah dikenal,
rongga mulut/gigi. Pada umumnya orang akan namun baru pada masa Nabi Muhammad Saw
merasa malu bila terlihat kotor jasmaninya yang menganjurkan untuk menggunakan kayu
siwak ini sebagai alat untuk menjaga
kebersihan gigi dan rongga mulut.
3 Jurnal Health Quality Vol. 5 No. 1 November 2014, Hal. 1-66

Siwak berbentuk batang, diambil dari dan rongga mulut menurut Islam.9 Kemudian
akar dan ranting segar tanaman arak diperkuat oleh sunnah beliau untuk
(Salvadora Persica) yang berdiameter mulai menggunakan siwak sebelum melakukan
dari 0,1 cm sampai 5 cm. Pohon Arak adalah ibadah (sebelum shalat, membaca al-Qur’an).
pohon yang kecil, dengan batang yang Sebagaimana disebutkan di atas bahwa
bercabang-cabang dan diameternya lebih dari menjaga kesehatan gigi dan mulut akan sangat
1 kaki. Jika kulitnya dikelupas, warnanya agak menentukan kualitas hidup manusia, di dalam
keputihan dan memiliki banyak juntaian serat. Islam pun telah ditunjukkan adanya perintah
Akarnya berwarna coklat dan bagian dalamnya ataupun anjuran Nabi Muhammad Saw yang
berwarna putih serta mempunyai aroma seperti berhubungan dengan kesehatan dan kebersihan
seledri dan rasanya agak sedikit pedas. gigi yang berbunyi:
‫صالَة‬ ‫َش َّق علَى أ َُّميِت ألَمرتُهم يِب ي ي‬
َ ‫لس َواك َم َع ُكل‬
ِّ ْ ُ ْ َ ْ َ ُ ‫لَ ْوالَأَ ْن أ‬
Artinya: Sekiranya arahanku tidak
memberatkan umat mukmin ,niscaya aku akan
memerintahkan mereka untuk bersiwak/
menggosok gigi setiap kali mereka akan
mendirikan shalat (HR Bukhari dan Muslim).
Perintah ini menunjukkan bagaimana
Nabi sangat memperhatikan kebersihan (gigi
khususnya) sewaktu akan berkomunikasi
dengan Allah SWT. Shalat adalah ibadah
wajib yang dilakukan 5 (lima) kali sehari,
dengan demikian kebersihan gigi akan terjaga
sepanjang hari dan dapat mengurangi
Gambar 1 : kayu siwak kemungkinan terjadinya penyakit gigi. Hal ini
sumber:http//www.dentalhealthsite.com/wp.co menunjukkan, bahwa Rasulullah adalah
ntent/uploads/2008/10/miswak picture.jpg. tauladan bagi umat Islam yang mengajarkan
manusia untuk memelihara kesehatan gigi.
Siwak dapat juga berfungsi untuk Pada kenyataannya setelah diteliti ternyata
mengikis dan membersihkan bagian dalam siwak mempunyai keunggulan sebagai alat
(jaringan lunak) mulut sehingga siwak pembersih gigi yang baik hingga saat ini.
memiliki manfaat lebih dari hanya sekedar Hadits di atas menegaskan betapa
sikat gigi biasa. Bahkan batang siwak yang pentingnya manusia menjaga kebersihan (gigi)
berdiameter kecil, memiliki kemampuan demi menghindarkan dari berbagai penyakit,
fleksibilitas yang tinggi untuk menekuk ke namun ada kekhawatiran Nabi Saw bahwa
daerah mulut secara tepat untuk mengeluarkan hadits ini akan memberatkan umat Islam
sisa-sisa makanan dari sela-sela gigi dan sehingga beliau tidak mewajibkannya
menghilangkan plaque.8 Bahkan pada walaupun dalam kehidupan sehari-hari beliau
beberapa keadaan, bakteri juga menghasilkan menggosok gigi beberapa kali. Para sahabat
gas sisa aktivitas pembusukan yang menggambarkan keadaan gigi Nabi Saw
menyebabkan bau mulut menjadi tak sedap. adalah giginya teratur rapi, walaupun agak
Dengan demikian berarti siwak selain untuk jarang tetapi selalu bersih berkilau.10 Dengan
membersihkan gigi juga aman dan sehat bagi penghayatan dan pengamalan nilai-nilai agama
perkembangan gusi dan dapat menjaga Islam dalam perilaku sehari-hari secara tidak
keseimbangan flora dalam mulut. disadari merupakan upaya pencegahan
Pada masa hidupnya Rasulullah penyakit termasuk menjaga kesehatan rongga
menggunakan siwak sebagai alat untuk mulut.
membersihkan mulut dan giginya dengan Untuk mengetahui apakah ada
tujuan untuk pencegahan terhadap terjadinya hubungan antara pemahaman
penyakit gigi serta menyegarkan rongga mulut. keagamaan/keimanan seseorang dengan status
Sejarah ini membuat kesan bahwa penggunaan kesehatan gigi maka dilakukan penelitian pada
siwak merupakan tradisi membersihkan gigi
Rahaju Budiarti, Tingkat Keimanan Islam… 4

santri/santriwati pada pesantren Darunnajah. Hasil Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk
membuktikan apakah pengetahuan kesehatan Berdasarkan hasil pemeriksaan status
gigi, perilaku, serta pengetahuan keagamaan karies gigi pada 105 santri didapatkan
tentang kebersihan gigi dalam Islam berperan gambaran bahwa santri yang mempunyai
dalam meningkatkan status kesehatan gigi status karies tinggi adalah 41,9% (44 santri),
(karies gigi) santri Madrasah Aliyah sedangkan 58,1% (61 santri) status karies
Keagamaan di Pesantren Darunnajah. rendah atau kesehatan giginya baik,
diantaranya 26 santri (24,76%) belum pernah
Metode Penelitian terkena karies pada giginya.Adapun nilai rata-
rata DMF-T para santri adalah 2,16 yang
Pada penelitian ini digunakan berarti masih jauh di atas target nasional yaitu
pendekatan kuantitatif dan kualitatif karena ≤ 1.
selain untuk mengetahui status karies gigi Namun bila dibandingkan dengan penelitian
santri juga untuk mengetahui pengaruh sejenis yang dilakukan oleh Noviani (2010); di
pengetahuan kebersihan menurut Islam pada Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman Parung.
perilaku kesehatan giginya. Alat yang Dari hasil penelitian tersebut ditemukan angka
digunakan untuk membersihkan gigi adalah pengalaman karies (DMFT) = 4,81 pada santri
sikat gigi yang diidentikkan dengan yg berusia 12 tahun. Angka tersebut sangat
penggunaan siwak, karena saat ini umumnya tinggi bila dibandingkan dengan target WHO
masyarakat termasuk umat muslim sudah 2010 untuk indeks DMFT adalah 1, artinya
menggunakan sikat gigi. status kesehatan gigi santri buruk. 12.
Adapun variabel-variabel yang diukur Status karies pada santri Darunnajah relatif
adalah status karies (DMF-T) sebagai lebih baik karena pada kenyataannya banyak
variabel terikat/dependen. DMF-T adalah faktor yang dapat mempengaruhi status karies
penilaian keadaan gigi-gigi yang pernah suatu populasi.
mengalami penyakit lubang gigi, baik yang
belum ditambal (Decay/D), yang sudah Faktor- Faktor Eksternal Yang Dapat
ditambal (Filling/F) maupun sisa akar atau Mempengaruhi Status Karies Gigi
yang sudah dicabut (Missing/M). Untuk
menentukan apakah status karies mereka Beberapa faktor luar yang dapat
tinggi atau rendah, sebagai pedoman mempengaruhi status karies gigi antara lain
digunakan standard WHO 2010 yaitu indeks perilaku kesehatan yang termasuk di dalamnya
DMF-T adalah 1 (satu). 11 Bila pada responden pengetahuan, sikap, nilai-nilai (tradisi, budaya,
ditemukan DMF-T ≤ 1, berarti status kariesnya kepercayaan), peran pelayanan kesehatan baik
rendah dan bila didapatkan hasil pemeriksaan petugas maupun sarana dan prasarana.
DMF-T > 1 berarti status karies nya tinggi. 1. Pengetahuan kesehatan Gigi
Sedangkan perilaku pemeliharaan gigi, Hasil penelitian tingkat pengetahuan
pengetahuan, pemahaman/pengetahuan agama, santri tentang kesehatan gigi didapatkan
lingkungan serta pelayanan kesehatan sebagai bahwa 43,8% santri mempunyai pengetahuan
variabel bebas. yang baik sedangkan 56,2% menunjukkan
Pada penelitian ini sebagai responden pengetahuan yang kurang tentang cara-cara
dipilih para santri yang mengikuti pendidikan pemeliharaan gigi.
Aliyah di Pondok Pesantren Darunnajah, Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 56,2%
dimana para santri yang dalam menuntut ilmu (59 santri) mempunyai pengetahuan yang
serta kehidupan sehari-hari diwarnai oleh kurang dalam hal pengetahuan kesehatan
nilai-nilai keagamaan yang kental. giginya, sedangkan yang mempunyai
Diharapkan para santri yang menuntut ilmu di pengetahuan baik tentang kesehatan gigi hanya
Darunnajah mempunyai perilaku sesuai 43,8 % atau 46 santri. Hasil analisis data
dengan ajaran yang mereka dapatkan, tentang hubungan antara status karies gigi
termasuk perilaku yang berkaitan dengan dengan pengetahuan kesehatan gigi terlihat
kebersihan dan kesehatan. pada tabel dibawah ini:
5 Jurnal Health Quality Vol. 5 No. 1 November 2014, Hal. 1-66

Tabel 1.Distribusi Responden Menurut Hubungan antara Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Status
Karies pada Santri MA Pesantren Darunnajah, Jakarta Selatan Tahun 2012

Pengetahuan Status Karies


kesehatan gigi Total OR
P
Tinggi Rendah (95%
Value
CI)
N % N % N %
Kurang 31 52,5 28 47,5 59 100 2,8 0.02
Baik 13 28,3 33 71,7 46 100 1,2 -6,3
Jumlah 44 41,9 61 58,1 105 100

Dari tabel di atas dapat kita ketahui Perilaku yang diamati pada penelitian ini
bahwa proporsi santri dengan status karies antara lain cara, frekuensi dan waktu
rendah dan pengetahuan tinggi sebesar 71,7% menyikat gigi, kebiasaan mengkonsumsi
berarti lebih tinggi dari proporsi santri yang makanan manis dan frekuensi kunjungan ke
pengetahuannya rendah, yaitu 47,5 %. Hasil klinik gigi. Berdasarkan hasil penelitian
uji statistik membuktikan perbedaan proporsi didapatkan hasil skor perilaku santri MA
tsb bermakna atau pengetahuan berhubungan Darunnajah didapatkan hasil bahwa santri
dengan status karies karena p value = 0,02 (p yang berperilaku kesehatan gigi baik adalah 47
< 0,05). santri (44,8%) dan yang perilakunya kurang
Diperoleh nilai OR = 2,8 (95% CI = baik sejumlah 58 santri (55,2%) dengan skor
1,2 – 6,3), artinya santri yang pengetahuan rata-rata 8,04. Hasil ini menunjukkan bahwa
kesehatan giginya baik berisiko memiliki kesadaran santri dalam hal pemeliharaan gigi
status karies rendah 2,8 kali dibandingkan masih kurang karena lebih dari 50% santri
dengan santri yang pengetahuannya kurang. yang berperilaku kurang baik.
2. Perilaku Kesehatan Gigi Setelah dilakukan uji statistik dengan analisis
bivariat didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel .2. Distribusi Responden Menurut Hubungan antara Perilaku Kesehatan Gigi Status
Karies pada Santri MAK Pesantren Darunnajah, Jakarta Selatan, tahun 2012

Perilaku Status Karies OR


Total P
Kesehatan Tinggi Rendah (95%
Gigi N % N % N % value
CI)
Kurang 31 53,4 27 46,6 58 100 3,0 0,01
Baik 13 27,7 34 72.3 47 100 1,3 – 6,8

Jumlah 44 41,9 61 58,1 105 100

Dari tabel di atas didapatkan ternyata santri yang mempunyai perilaku baik berisiko
santri dengan perilaku baik dan status karies memiliki status karies rendah 3,0 kali
rendah sebesar 72,3% (34 santri) , persentase dibandingkan dengan santri yang perilakunya
ini lebih tinggi dari santri yang perilaku kurang baik, berarti semakin baik perilaku
kurang baik yaitu 46,6 % yang juga kesehatan gigi santri makin besar
mempunyai status karies yang rendah. kemungkinan mempunyai lubang gigi/karies
Hasil uji statistik membuktikan yang rendah.
perbedaan proporsi tsb bermakna/signifikan
atau perilaku kesehatan gigi berhubungan 3. Pemahaman kebersihan (gigi) dalam
dengan status karies karena p value = 0,01 ( Islam.
p< 0,05). Diperoleh nilai faktor risiko/ Odds Santri dan santriwati di Pesantren
Ratio (OR) = 3,0 (95% CI = 1,3 – 6,8 ), artinya Darunnajah mendapatkan pendidikan
Rahaju Budiarti, Tingkat Keimanan Islam… 6

keagamaan dengan persentasi lebih besar santri pengetahuannya sangat baik dan hanya
daripada siswa di sekolah umum. Diharapkan 12% yang pengetahuannya kurang.
mereka mempunyai pemahaman tentang Tingkat pemahaman kebersihan dalam Islam
kebersihan menurut Islam yang baik, para santri bila dihubungkan dengan status
Berdasarkan hasil penelitian terbukti 88% karies gigi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.Distribusi Responden Menurut Hubungan antara Pengetahuan Kebersihan dalam Islam dan
Status Karies pada Santri MA KeagamaanPesantren Darunnajah, Jakarta Selatan, Tahun 2012

Pengetahuan tentang Status Karies OR


Total
nilai2 kebersihan Tinggi Rendah (95% P value
dalam Islam N % N % N % CI)
Kurang 5 38,5 8 61, 13 100 0,8 1,0
5 0,2 – 2,7
Baik 3 42,4 53 64, 92 100
9 3
Jumlah 4 41,9 61 58, 100
4 1 105

Mencermati hasil analisis data di atas Pengetahuan ini mereka dapatkan dari
terlihat bahwa dari santri yang informasi yang ada di media cetak (buku,
pengetahuannya baik terdapat 42,4% (39 majalah dan surat kabar), media elektronik
santri) yang status kariesnya tinggi dan santri (radio, televisi) dan juga dunia maya seperti
yang pengetahuannya kurang ada 38,5% (5 website, blog dan lain-lain. Saat ini bentuk
santri) yang status kariesnya tinggi. Dari hasil penyampaian informasi tentang kesehatan
uji statistik didapatkan nilai p value = 1,0 atau sudah sangat meluas dengan tujuan untuk
nilai p ≥ 0,05, hal ini menunjukkan bahwa meningkatkan pengetahuan masyarakat
tidak ada pengaruh yang signifikan dari tentang kesehatan.
pengetahuan tentang kebersihan menurut Dari hasil penelitian ini juga ternyata
Islam dengan status karies gigi. Pengetahuan menunjukkan efektifitas penyebaran informasi
santri yang baik maupun yang kurang baik melalui media massa karena dapat
sama-sama mempunyai kemungkinan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan
terjadinya karies tetap tinggi. gigi. Namun sangat disayangkan pengetahuan
tentang karies gigi tidak didapatkan dari
Pembahasan petugas kesehatan karena tidak ada
penyuluhan khusus untuk kesehatan gigi baik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari klinik gigi yang ada di pesantren maupun
dari 105 santri ada 58,1% yang status karies dari puskesmas di lingkungan pondok
rendah dan di antaranya ada 26 santri yang pesantren. Penyuluhan tentang kesehatan gigi
bebas karies dan yang mempunyai status diberikan tidak terjadwal dan bukan
karies tinggi adalah 41,9%. DMF-T rata-rata merupakan kegiatan rutin. Hal ini terjadi
adalah 2,16 yang bila dibandingkan dengan karena terbatasnya tenaga dan waktu yang
target WHO 2010 masih cukup tinggi. disediakan oleh pihak pengelola pondok
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007 pesantren dan pelayanan kesehatan gigi masih
menyatakan bahwa prevalensi karies gigi aktif difokuskan pada pengobatan kuratif
pada usia 12 tahun sebesar 29,8% dan indeks (mengobati penyakit yang sudah terjadi seperti
DMF-T mencapai 4,46 pada usia 35-44 penambalan dan pencabutan)
tahun.13 Dengan demikian berarti status karies Hasil analisis didapatkan santri yang
para santri masih lebih baik bila ditinjau secara berperilaku kesehatan gigi baik adalah 47
nasional. santri (44,8%) dan yang perilakunya kurang
Keadaan ini didukung oleh kenyataan baik sejumlah 58 santri (55,2%) dengan skor
bahwa pengetahuan mereka yang cukup baik rata-rata 8,04. Hasil ini menunjukkan bahwa
dalam hal pemeliharaan kesehatan gigi. kesadaran santri dalam hal pemeliharaan gigi
masih kurang karena lebih dari 50% santri
yang berperilaku kurang baik.
7 Jurnal Health Quality Vol. 5 No. 1 November 2014, Hal. 1-66

Perilaku yang kurang baik terlihat dari cara giginya. Penelitian ini menunjukkan bahwa
menyikat gigi yang sebagian santri dengan para santri baru sebatas mengetahui saja dalam
gerakan horisontal atau mendatar. Cara ini hal anjuran untuk membersihkan gigi sebelum
akan menyebabkan sisa makanan masih shalat dan belum pada tingkat pemahaman
tertinggal di sela antara dua gigi yang apalagi belum sampai pada tingkat aplikatif
memungkinkan untuk terjadinya lubang gigi. dimana para santri belum melakukan tindakan
Gerakan menyikat gigi yang dianjurkan adalah pembersihan gigi setiap akan melakukan shalat
gerakan vertikal yang searah dengan seperti sunah Nabi tersebut.
tumbuhnya gigi dan cara ini juga dapat Pengetahuan tentang sunah Nabi
mengurangi terkikisnya permukaan gigi. tersebut belum menimbulkan kesadaran untuk
Perilaku kurang baik juga ditemukan melakukan kebiasaan yang positif dalam
pada waktu yang paling tepat untuk menyikat pemeliharaan gigi sehari hari. Keadaan ini
gigi. Untuk mencegah terjadinya lubang gigi dapat terjadi karena adanya perbedaan sikap
pembentukan asam yang merusak permukaan dan perilaku para santri pada saat
gigi dapat dicegah dengan menghilangkan mengimplementasikan nilai – nilai yang
lapisan yang mengandung sisa makanan berkaitan dengan kesehatan dan kebersihan itu.
sesegera mungkin. Oleh karena itu dianjurkan Masih ada santri menganggap bahwa nilai
untuk menyikat gigi setelah makan pagi dan kesehatan gigi bukanlah suatu hal yang terlalu
sebelum tidur pada malam hari. Sebagian penting yang dapat mengganggu aktivitas
santri melakukan penyikatan gigi pada pagi mereka sehari-hari sehingga dapat diabaikan.
hari bersamaan dengan waktu mandi pagi Kadang kala bila terasa sakit gigi dapat
sebelum sarapan pagi, akibatnya sisa makanan dilakukan penyembuhan sendiri dengan
melekat lebih lama di permukaan gigi dan hal minum obat yang dapat dibeli bebas di toko
ini akan menjadi faktor pemicu terjadinya obat bahkan di warung. Sesudah minum obat
lubang gigi. beberapa saat kemudian mereka sudah dapat
Perilaku mengkonsumsi makanan beraktifitas kembali.
yang manis dan melekat di antara waktu
makan juga merupakan faktor yang dapat Simpulan
menyebabkan terjadinya karies gigi. Dari hasil
wawancara didapatkan bahwa makanan Agama Islam menganjurkan agar
selingan seperti disebut di atas merupakan umatnya selalu menjaga kebersihan baik
kegemaran para remaja seperti biskuit, roti jasmani maupun rohani. Kebersihan jasmani
manis dan kudapan lain, tetapi ada juga santri termasuk kebersihan gigi yang ditunjukkan
yang mengkonsumsi makanan tersebut karena dengan adanya sunah Nabi Saw tentang
diajak oleh temannya atau sekedar untuk anjuran untuk menyikat gigi sebelum
mengisi waktu dan tidak menjadi kebiasaan melakukan ibadah sholat wajib. Dari penelitian
untuk selalu makan yang manis. Hasil ini didapatkan bahwa perilaku pemeliharaan
penelitian menunjukkan bahwa 74 santri kesehatan gigi merupakan faktor yang paling
(70,5%) sangat menyukai makanan manis dan berperanan dalam menentukan keadaan
sering memakannya pada waktu senggang di kesehatan gigi para santri MAK Darunnajah.
antara 2 waktu makan, hal ini menunjukkan Semakin baik perilaku pelihara kesehatan gigi
perilaku yang kurang baik karena dapat santri maka keadaan kesehatan giginya juga
menyebabkan mudah terjadinya lubang gigi. baik, dimana santri yang perilaku baik
Penelitian di Medan menyatakan bahwa mempunyai risiko memiliki status karies gigi
meningkatnya konsumsi makanan cepat saji lebih rendah 3,5 kali dibandingkan santri yang
dan kudapan ringan/snack yang mengandung perilakunya kurang baik
gula menyebabkan orang sukar mengurangi Pengetahuan dan pemahaman
intake/asupan gula yang dapat menjadi awal keagamaan serta tingkat keimanan yang baik
kemungkinan terjadinya lubang gigi. 14 belum menjamin baiknya status kesehatan gigi
Tingginya pengetahuan tentang karena tidak diiringi dengan sikap dan perilaku
kebersihan dalam Islam ternyata tidak yang sesuai dengan anjuran tentang menjaga
menjamin akan baik pula status kesehatan kebersihan gigi itu sendiri. Hal ini terbukti dari
masih tingginya angka karies gigi pada santri
MAK Darunnajah.
Rahaju Budiarti, Tingkat Keimanan Islam… 8

2. Dolan, Teresa A 1995 “Research Issues Related to


Saran Optimal Oral Health Outcomes”, Jurnal Medical
Care, vol 33, Number 11
1. Penyuluhan kesehatan gigi sebaiknya 3. Milestone, ”Oral Health, Looking Back”, pdf,
diberikan juga pada pengasuh maupun www.asph.org/Milestone,/ doc/ Chaptertext / chapter
guru/ ustadz dan ustadzah sehingga 9
mereka juga dapat menjadi perpanjangan 4. Al Mostehy M Ragai and friends, 1998 “ Siwak As
An Oral Health Device”, Journal Pharmacology,
tangan petugas kesehatan untuk selalu Departement of Odontology, Faculty of Dentistry
memberi motivasi pada santri dalam (Kuwait, University of Kuwait,).
berperilaku bersih dan sehat. 5. www.masoofi.com/index.php?function=page&page_i
2. Para ustadz/ustadzah dalam menjelaskan d=52, Dr MA Soofi., Medical Science and Islamic
tentang sunah/hadits atau ayat-ayat dalam History,Pakistan, di akses 15 Juli 2012.
6. Shihab Quraish M 2011, Membaca Sirah Nabi Saw
al-Quran yang ada hubungannya dengan Muhammad SAW, Dalam Sorotan Al-Quran dan
kebersihan dan kesehatan sekaligus dapat Hadits-Hadits Shahih (Jakarta: Lentera Hati)
menjelaskan tentang akibat yang terjadi 7. Notoatmodjo, Soekidjo 2007, Promosi Kesehatan
apabila mengabaikannya. Diharapkan bila dan Ilmu Perilaku ,Jakarta: PT.Rineka Cipta.
8. Jayaprakash, 2004, Text Book of Preventive &
pengetahuan diberikan oleh orang yang Community Dentistry, Dental Health
mereka teladani akan dapat memberikan Education New Delhi: Jaypee Brothers, Medical
pemahaman yang lebih baik dan akan Publisher(P) LTD.
meningkatkan kesadaran santri akan 9. Bellis, Mary Inventors about.com/od/
manfaat dari ayat-ayat tersebut dan akan dstartinventions/a/dentistry_2.htm, History of
Dentistry and Dental Care, di akses 30 Juli 2012.
terwujud dalam perilaku santri sehari-hari. 10. Bos ,Gerrit 1993, the Miswak, An Aspect of Dental
3. Adanya kebijakan dari pengasuh pesantren Care in Islam, Medical History, 37; 68-79
yang selaras antara ajaran Islam dan 11. Chaime, Vardit,R 1992 The Siwak: A Medieval
praktik kebersihan gigi misalnya ada Islamic Contribution in Dental Care, Journal Royal
Asiatic Soc,3, vol 2, part 1.
aturan harus membersihkan gigi sebelum 12. Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar, Pedoman
menjalankan shalat dan sebelum membaca Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS), 2010
al-Quran. (Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina
4. Adanya pengawasan oleh pengasuh Upaya Kesehatan
pesantren pada jenis makanan kecil yang 13. Noviani, Nita 2010, “ Faktor Faktor yang
Berhubungan Dengan Status Karies Gigi
dikonsumsi santri yang dapat (DMFT) Santri Pesantren Al Ashriyyah Nurul
mempermudah terjadinya karies gigi Iman,Parung Bogor,” Tesis, FKM UI
sehingga dapat menekan angka karies gigi. 14. Departemen Kesehatan, “ Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2007” ( Jakarta,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan RI, 2008).
15. Dumasari B, Albiner S, 2008“ Hubungan Kebiasaan
1. Geerts, Sabine O et al 2004, “Further Evidence of
Makan dan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan
the Association Between Periodontal Condition and
Karies Gigi pada Anak SD 060935 di jalan Pintu Air
Coronary Artery Disease,” dalam Journal of
II Simpang Gudang Kota Medan” , Tesis, USU.
Periodontology, vol 75, no.9

Anda mungkin juga menyukai