Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS REAL

S2 MATEMATIKA
REVIEW
PROLOG
• Pernyataan dan Logika Matematika
• Pernyataan Berkuantor
• Bukti dan Metode Pembuktian
• Himpunan dan Notasinya
• Fungsi
PERNYATAAN
• Pernyataan adalah suatu kalimat yang
mengandung nilai kebenaran
• Setiap pernyataan dapat bernilai “benar” atau
“salah”, tetapi tidak mungkin benar dan salah
sekaligus.
• Sebagai contoh, “1 + 1 = 2” merupakan sebuah
pernyataan yang benar.
• Pernyataan seperti “n + 1 = 2” merupakan sebuah
kalimat terbuka, yang kebenarannya bergantung
pada nilai n. Bila 𝑛 = 1, maka pernyataan
tersebut benar; tetapi bila 𝑛 ≠ 1, maka
pernyataan tersebut salah.
Pernyataan
• Matematika sarat dengan kalimat atau
pernyataan yang berkaitan antara satu dan
lainnya.
• Dua pernyataan P dan Q dikatakan setara apabila
keduanya mempunyai nilai kebenaran yang sama
(yakni, jika P benar, maka Q benar; dan
sebaliknya, jika P salah, maka Q juga salah).
• Dalam hal P dan Q setara, kita sering menulis “P
jika dan hanya jika Q”. Sebagai contoh, “n + 1 = 2
jika dan hanya jika n = 1.”
Logika
• Terdapat beberapa cara membentuk sebuah
pernyataan baru dari pernyataan yang
diberikan, yaitu dengan menggunakan kaitan
logis.
• Jika P adalah suatu pernyataan, maka “tidak
P” adalah pernyataan baru yang merupakan
negasi dari P.
• Jika P benar, maka negasinya salah; dan jika P
salah, maka negasinya benar.
Logika
• Diberikan dua buah pernyataan P dan Q, kita
dapat membentuk konjungsi dari P dan Q,
yaitu “P dan Q”, yang bernilai benar jika P dan
Q keduanya benar, dan bernilai salah selain
itu.
• Kita juga dapat membentuk disjungsi dari P
dan Q, yaitu “P atau Q”, yang bernilai benar
jika setidaknya satu di antara P dan Q benar.
Logika
• Sebuah implikasi: pernyataan “jika P, maka Q”, yang
sering dilambangkan sebagai “P⇒ Q”.
• Di sini P merupakan syarat cukup bagi Q, sementara
Q merupakan syarat perlu bagi P.
• Dalam implikasi ini P disebut sebagai hipotesis,
sementara Q disebut sebagai kesimpulan.
• Berdasarkan konsensus, pernyataan “jika P, maka
Q” bernilai salah jika P benar dan Q salah, dan
bernilai benar selain itu.
• Dalam hal ”jika P, maka Q” benar dan ”jika Q, maka
P” benar, kita katakan ”P jika dan hanya jika Q”,
yakni, P setara dengan Q.
Kontraposisi dan Konvers
• Implikasi “jika tidak Q, maka tidak P”
merupakan kontraposisi dari “jika P, maka Q”.
• Implikasi “jika Q, maka P” merupakan konvers
dari “jika P, maka Q”.
Kuantor
• Dalam matematika sering kali kita berurusan dengan
pernyataan yang mengandung frase “untuk setiap”,
“untuk semua”, “untuk suatu”, “terdapat”, dan
sejenisnya.
• “Untuk setiap”, “untuk semua”, atau frase yang setara
dengannya, merupakan kuantor universal; sedangkan
“untuk suatu”, “terdapat”, atau yang setara dengannya,
merupakan kuantor eksistensial.
• Catat bahwa dalam matematika, “untuk suatu” berarti
“terdapat setidaknya satu” (bisa satu saja, bisa juga
lebih). Berikut adalah beberapa contoh pernyataan
berkuantor.
Contoh
• Setiap bilangan asli 𝑛 memenuhi
pertaksamaan 𝑛2 > 𝑛.
• Setiap bilangan asli dapat dinyatakan sebagai
jumlah dari beberapa bilangan kuadrat.
(Bilangan kuadrat adalah 12 = 1, 22 = 4, 32 =
9 dan seterusnya.)
• Terdapat bilangan asli yang genap dan ganjil
sekaligus
Negasi Pernyataan berkuantor
• Negasi dari pernyataan “untuk setiap n berlaku P”
adalah “terdapat n yang tidak memenuhi P”.
• Sebagai contoh, negasi dari “setiap bilangan asli 𝑛
memenuhi 𝑛2 > 𝑛” adalah “terdapat bilangan
asli n yang tidak memenuhi 𝑛2 > 𝑛”.
• Negasi dari pernyataan “terdapat n berlaku P”
adalah “untuk setiap n tidak memenuhi P”.
• Cukup sering kita menyimpulkan bahwa suatu
pernyataan salah setelah memeriksa bahwa
negasinya benar, atau sebaliknya.
Kuantor universal dan Implikasi
• Perhatikan bahwa pernyataan “setiap bilangan
asli n memenuhi 𝑛2 > 𝑛” dapat ditulis ulang
sebagai implikasi “jika n adalah bilangan asli,
maka 𝑛2 > 𝑛”
• Jadi, selain melalui negasinya, kita dapat pula
memeriksa kebenaran suatu pernyataan
berkuantor universal sebagai sebuah implikasi.
Pembuktian
• Bukti (Bhs. Ing. ‘proof’) merupakan sesuatu yang
membedakan matematika dari ilmu lainnya seperti
fisika atau kimia yang berpijak pada eksperimen.
• Dalam matematika, eksperimen juga penting tetapi
bukti lebih esensial. Pernyataan seperti “setiap
bilangan kuadrat mempunyai sisa 0 atau 1 ketika dibagi
dengan 4” tidak dapat disimpulkan benar melalui
eksperimen dengan bilangan-bilangan kuadrat, karena
terdapat tak terhingga banyaknya bilangan kuadrat
• Eksperimen dapat menghasilkan suatu dugaan, namun
kita perlu bukti untuk meyakinkan bahwa pernyataan
itu memang benar adanya.
Langkah Pembuktian
• Dihadapkan pada sebuah pernyataan, langkah pertama
yang perlu dilakukan adalah memahami maksud
pernyataan tersebut: apa yang diketahui (hipotesis)
dan apa yang harus dibuktikan (kesimpulan).
• Kadang kita harus mengetahui konteks yang terkait
dengan pernyataan tersebut.
• Sebagai contoh, dalam pernyataan “setiap bilangan
kuadrat mempunyai sisa 0 atau 1 ketika dibagi dengan
4”, kita berurusan dengan bilangan asli (1, 2, 3, . . . ).
• Selain itu, pernyataan di atas juga mengandung
kuantor ‘setiap’, yang memerlukan aksi tertentu dalam
pembuktiannya kelak.
Langkah Pembuktian
• Sebelum kita membahas bagaimana membuktikan
suatu pernyataan berkuantor seperti di atas, marilah
kita pelajari bagaimana membuktikan pernyataan
tanpa kuantor yang berbentuk konjungsi, disjungsi,
atau implikasi.
• Untuk membuktikan bahwa “P dan Q” benar, tentunya
kita harus membuktikan bahwa P benar dan juga Q
benar.
• Sementara itu, untuk membuktikan bahwa “P atau Q”
benar, kita dapat memulainya dengan memisalkan P
salah dan kemudian berusaha menunjukkan bahwa Q
benar. (Jika P benar, maka “P atau Q” benar, sehingga
tidak ada yang harus dilakukan.)
Langkah Pembuktian
• Untuk membuktikan bahwa implikasi “jika P, maka Q”
benar, kita mulai dengan memisalkan bahwa P benar
dan kemudian berusaha menunjukkan bahwa Q juga
benar. (Jika P salah, maka “P ⇒ Q” otomatis benar,
sehingga tidak ada yang harus dilakukan.)
• Implikasi ini dapat pula dibuktikan melalui
kontraposisinya, yaitu “jika tidak Q, maka tidak P”.
• Cara lainnya adalah dengan metode pembuktian tak
langsung, yaitu dengan memisalkan P benar dan Q
salah, dan kemudian berusaha mendapatkan suatu
kontradiksi, sesuatu yang senantiasa salah.
• Yang dimaksud dengan kontradiksi adalah konjungsi “R
dan tidak R”, untuk suatu pernyataan R. Sebagai
contoh, n genap dan ganjil (tidak genap) sekaligus
merupakan suatu kontradiksi.
Contoh Pembuktian Langsung
• Buktikan jika n memenuhi 𝑛2 = 𝑛, maka 𝑛 =
0 atau 𝑛 = 1.
• (Di sini kita berhadapan dengan sebuah
implikasi dengan hipotesis n memenuhi 𝑛2 =
𝑛 dan kesimpulan berupa suatu disjungsi 𝑛 =
0 atau 𝑛 = 1.)
• Note: the first thing to do is specify what you
are assuming, and what it is you are trying to
prove.
Bukti
• Misalkan n memenuhi 𝑛2 = 𝑛, (yaitu hipotesis
benar). Akan ditunjukkan bahwa 𝑛 = 0 atau 𝑛 =
1 (yaitu, kesimpulan benar).
• Untuk itu, misalkan 𝑛 = 0 salah, yakni 𝑛 ≠ 0.
Tugas kita sekarang adalah menunjukkan bahwa
𝑛 = 1.
• Untuk itu, perhatikan bahwa 𝑛2 = 𝑛 setara
dengan 𝑛(𝑛 − 1) = 0.
• Karena 𝑛 ≠ 0, maka mestilah 𝑛 − 1 = 0. Jadi
mestilah 𝑛 = 1∎
Catatan pembuktian langsung
• Proof Suppose that P is true
…..(argumentation)…. Then Q is true
• Untuk membuktikan jika P maka Q kadang-
kadang lebih mudah menggunakan
pernyataan kontra positifnya yaitu jika tidak Q
maka tidak P
• Proof. Suppose that Q is false....
(argumentation) ….. Then P is false
Pembuktian Pernyataan Berkuantor
• Secara umum, untuk membuktikan pernyataan
“terdapat 𝑛 ∈ 𝑈 sehingga berlaku 𝑃(𝑛)”, kita
harus mendapatkan n (entah bagaimana caranya)
yang membuat P benar.
• Misalkan 𝑛 = ⋯ …… (argunentasi) …. Maka 𝑛 ∈
𝑈 …. (argunentasi) …. Maka 𝑃(𝑛) benar
• Sebagai contoh, pernyataan “terdapat bilangan
asli n sehingga 𝑛2 ≤ 𝑛” terbukti benar setelah
kita menemukan bilangan 𝑛 = 1 yang memenuhi
𝑛2 ≤ 𝑛.
Pembuktian Pernyataan Berkuantor
• Sementara itu, untuk membuktikan pernyataan
“untuk setiap 𝑛 ∈ 𝑈 berlaku 𝑃(𝑛)”, kita harus
memulainya dengan mengambil sembarang 𝑛 ∈
𝑈 (tentunya dalam konteks yang sesuai), dan
kemudian berusaha menunjukkan bahwa P
berlaku untuk n (𝑃(𝑛) benar).
• Cara lainnya adalah dengan menuliskan
pernyataan berkuantor ini sebagai sebuah
implikasi, baru kemudian kita membuktikannya.
Contoh
• Buktikan bahwa setiap bilangan kuadrat
mempunyai sisa 0 atau 1 ketika dibagi dengan 4.
• Bukti. Ambil sebarang bilangan kuadrat, sebutlah
𝑛2 . Ada dua kemungkinan tentang n, yaitu n
genap atau n ganjil. Jika n genap, sebutlah 𝑛 =
2𝑘, maka 𝑛2 = 4𝑘 2 . Dalam hal ini 𝑛2 mempunyai
sisa 0 ketika dibagi dengan 4. Sementara itu, jika
n ganjil, sebutlah 𝑛 = 2𝑘 + 1, maka 𝑛2 = 4𝑘 2 +
4𝑘 + 1 = 4 𝑘 2 + 𝑘 + 1. Dalam hal ini n akan
mempunyai sisa 1 ketika dibagi dengan 4. Jadi,
berapa pun n, n akan mempunyai sisa 0 atau 1
ketika dibagi dengan 4.
• Q.E.D (singkatan dari frasa Latin quod erat
demonstrandum yang berarti "yang sudah
dibuktikan" atau "yang sudah terbukti“)
Contoh
• Prove: For every real number 𝑎, there exists a
real number 𝑏 such that 𝑎2 − 𝑏 2 + 4 = 0
Contoh
• Misalkan 𝑎0 suatu bilangan real. Misalkan pilih
𝑏0 = (𝑎0 )2 +4 maka
(𝑎0 )2 − 𝑏0 2 + 4
2
2 2
= 𝑎0 − 𝑎0 +4 +4=0
• Jadi untuk setiap bilangan real 𝑎0 , kita
menemukan suatu bilangan real 𝑏0 sehingga
(𝑎0 )2 − 𝑏0 2 + 4 = 0 ∎
Pembuktian Tak Langsung (Kontradiksi)
• Kita mulai dengan mengasumsikan bahwa
teorema (atau proposisi) tersebut salah.
• Lalu dengan langkah yang matematis, akan
diperoleh keganjilan, keganjalan, dan
ketidakmungkinan (sejenis itu lah pokoknya) yang
berlawanan dengan yang telah kita ketahui
(misalnya 2 adalah bilangan ganjil, 1 adalah
bilangan negatif, dan sebagainya).
• Akibatnya, asumsi kita salah, sehingga teorema
tersebut benar.
Contoh Pembutian Tak Langsung
Proposisi Untuk n bilangan bulat, jika 𝑛2 genap
maka n genap.
Bukti:
• Asumsikan 𝑛2 genap dan n ganjil. Karena n ganjil,
maka 𝑛 = 2𝑘 + 1 untuk suatu bilangan bulat 𝑘.
Dengan menguadratkan diperoleh
𝑛2 = (2𝑘 + 1)2 = 4𝑘 2 + 4𝑘 + 1 = 2 2𝑘 2 + 2 + 1
• Sehingga 𝑛2 = 2𝑡 + 1 dengan 𝑡 = 2𝑘 2 + 2.
Dengan kata lain, 𝑛2 ganjil. Akibatnya 𝑛2 genap
sekaligus ganjil. Tidak mungkin bilangan bulat
genap sekaligus ganjil. Kontradiksi.
Soal Latihan
1. Buktikan jika 𝑛2 ganjil maka 𝑛 ganjil
2. Buktikan jika 𝑚2 + 𝑛2 = 0 maka 𝑚 = 0 dan 𝑛 =
0
3. Implikasi “jika Q, maka P” merupakan konvers
dari “jika P, maka Q”. Berikan sebuah contoh
implikasi yang benar tetapi konversnya salah.
4. Buatlah tabel kebenaran untuk “P dan tidak Q”
dan bandingkan dengan tabel kebenaran untuk
“jika P, maka Q”. Apa kesimpulan anda?

Anda mungkin juga menyukai