Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KELUARGA DAN PENDIDIKAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Kajian Islam Profesi
Dosen Pengampu: Ibu Siti Hajar, S.Th.I., M.Ag

Disusun oleh:
NASHRUL ISLAM (180621019)
MELAKHATUN NAFSIA (180621015)
ENOK IDA NURHAYATI (180621011)
Kelas: Kimia 18.A
Semester : 6

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan ridho-Nya serta
kemudahan yang telah diberikan-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah Kajian Islam Profesi. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu dinantikan syafa’atnya oleh umat
setianya.
Dalam makalah ini, penyusun akan mencoba berbagi dan menjelaskan
mengenai keluarga dalam pendidikan. Mencakup pengertian pendidikan dan
keluarga, pendidikan dalam lingkungan keluarga, fungsi keluarga dalam
pendidikan, metode pendidikan keluarga, dan pelaksanaan pendidikan keluarga.
Adapun judul yang penyusun ambil dalam makalah ini yaitu “Keluarga dan
Pendidikan”.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Kajian
Islam Profesi atas bimbingannya dalam menyelesaikan makalah ini serta teman-
teman yang telah membantu dalam berbagai aspek.
Demikian makalah ini penyusun sampaikan, semoga dapat membantu dan
memberi wawasan pengetahuan bagi kita semua. Penyusun menyadari bahwa
terdapat kekurangan di dalam makalah ini. Untuk itu dengan senang hati kami
senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Sekian,
terimakasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Cirebon, 29 Juni 2021


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI …………………………………..………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Pengertian Keluarga dan Pendidikan ...................................................... 3
B. Pendidikan dalam Lingkungan Keluarga ................................................ 4
1. Pengertian Pendidikan dalam Lingkungan Keluarga ........................ 4
2. Pentingnya Pendidikan dalam Lingkungan Keluarga ........................ 6
C. Fungsi Keluarga dalam Pendidikan ......................................................... 7
D. Metode Pendidikan Keluarga ................................................................... 9
E. Pelaksanaan Pendidikan Keluarga ......................................................... 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 17
A. Kesimpulan ............................................................................................... 17
B. Saran ......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga dan pendidikan adalah dua sisi yang saling berkaitan. Keluarga
adalah kelompok sosial yang paling kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Keluarga merupakan salah satu pusat pendidikan. Keluarga memiliki kekhasannya
sendiri yang berbeda dengan lembaga pendidikan yang lain. Di keluarga,
pendidikan bukan berjalan atas dasar ketentuan yang memang diformalkan, akan
tetapi tumbuh dari kesadaran moral sejati antar orangtua dan anak.
Anak adalah manusia yang masih kecil dan berasal dari sesuatu atau
dilahirkan. Anak merupakan titipan dari Tuhan yang memang harus dijaga oleh
keluarga. Keluarga merupakan sebuah lembaga awal dalam kehidupan anak dan
dianggap sebagai lembaga yang paling dekat dengan anak karena keluarga
mempunyai waktu lebih lama dengan anak. Tentu saja keluarga mempunyai andil
yang besar dalam perkembangan dan pendidikan anak. Di keluargalah anak
memulai proses pendidikannya. Pendidikan yang pertama tenu saja mengenai
pendidikan nilai dan norma.
Keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan tri pusat pendidikan namun
keluarga yang memberikan pengaruh perama kali terhadap anak. Keluarga
merupakan pusat pendidikan yang paling penting karena keluarga adalah lembaga
yang paling berpengaruh dibandingkan lembaga yang lain. Keluarga mempunyai
banyak waktu bersama dengan anak dibanding dengan pusat pendidikan yang
lainnya. Pendidikan dalam keluarga yang baik dan benar, akan sangat
berpengaruh pada perkembangan pribadi dan sosial anak. Kebutuhan yang
diberikan melalui pola asuh, akan memberikan kesempatan pada anak untuk
menunjukkan bahwa dirinya adalah sebagian dari orang-orang yang berada di
sekitarnya.

1
2

Mengingat pentingnya hal tersebut untuk dijelaskan, maka penyusun dalam


kesempatan kali ini mencoba untuk membuat makalah yang berjudul “Keluarga
dan Pendidikan”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendidikan dalam lingkungan keluarga?
2. Bagaimana pelaksanaan pendidikan keluarga menurut Islam?

C. Tujuan
1. Mengetahui seperti apa pendidikan dalam lingkungan keluarga
2. Mengetahui seperti apa pelaksanaan pendidikan keluarga
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keluarga dan Pendidikan


Keluarga adalah sekelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
mempunyai hubungan darah, pernikahan, atau adopsi.1 Dalam pengertian lain,
keluarga merupakan sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan
dengan suatu tekad dan cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera
lahir batin.2
Kata pendidikan menurut etimologi berasal dari kata dasar “didik”. Dengan
memberi awalan ”pe” dan akhiran “kan”, maka mengandung arti “perbuatan” (hal,
cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani,
yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah
ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang
berarti pengembangan atau bimbingan.3
Makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara khusus dan
pengertian secara luas. Dalam arti khusus, pendidikan adalah bimbingan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaannya. Selanjutnya para pakar ilmu pengetahuan mengemukakan
beberapa definisi pendidikan sebagai berikut:
1. Menurut Hoogeveld yang dikutip oleh Abu Ahmadi dan Nur Ubhiyati,
mendidik adalah membantu anak supaya anak itu kelak cakap
menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri.
2. Menurut S. Brojonegoro yang dikutip oleh Abu Ahmadi dan Nur Ubhiyati,
mendidik berarti memberi tuntutan kepada manusia yang belum dewasa

1
M.Padil dan Triyo Suprayitno, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta: Sukses Offset, 2007) hlm.
120
2
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2014), hlm. 18
3
Wiji Suwarno, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hlm. 19

3
4

dalam pertumbuhan dan perkembangan, sampai tercapainya kedewasaan


dalam arti rohani dan jasmani.
Jadi, pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang
dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaanya. Setelah anak menjadi dewasa dengan segala cirinya, maka
pendidikan dianggap selesai. Pendidikan dalam arti khusus ini menggambarkan
upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga.

B. Pendidikan dalam Lingkungan Keluarga


1. Pengertian Pendidikan dalam Lingkungan Keluarga
Di dalam pendidikan dalam keluarga perlu diperhatikan dalam
memberikan kasih sayang, jangan berlebih-lebihan dan jangan pula kurang.
Oleh karena itu, keluarga harus pandai dan tepat dalam memberikan kasih
sayang yang dibutuhkan oleh anaknya.
Pendidikan keluarga yang baik adalah pendidikan yang memberikan
dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan-pendidikan
agama. Pendidikan keluarga mempunyai pengaruh yang penting untuk
mendidik anak. Hal tersebut mempunyai pengaruh yang positif dimana
lingkungan keluarga memberikan dorongan atau memberikan motivasi dan
rangsangan untuk menerima, memahami, meyakini, serta mengamalkan
ajaran islam.
Dalam keluarga hendaknya dapat direalisasikan tujuan pendidikan agama
islam. Yang mempunyai tugas untuk merealisasikan itu adalah orang tua.
Oleh karena itu ada beberapa aspek pendidikan yang sangat penting untuk
diberikan dan diperhatikan orang tua, di antaranya:
a. Pendidikan Ibadah
Aspek pendidikan ibadah ini khususnya pendidikan sholat disebutkan
dalam firman Allah yang artinya;
“Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah manusia untuk
mengerjakan yang baik dancegahlah mereka dari perbuatan munkar dan
5

bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu, sesungguhnya hal yang


demikian itu termasuk diwajibkan oleh Allah” (QS. Luqman:17).
Pendidikan dan pengajaran al-Qur’an serta pokok-pokok ajaran islam
yang lain telah disebutkan dalam Hadis yang artinya: “sebaik-baik dari
kamu sekalian adalah orang yang belajar al-Qur’an dan kemudian
mengajarkannya”
Penanaman pendidikan ini harus disertai contoh konkret yang masuk
pemikiran anak, sehingga penghayatan mereka didasari dengan
kesadaran rasional. Dengan demikian, anak sedini mungkin sudah harus
diajarkan mengenai baca dan tulis kelak menjadi generasi Qur’ani yang
tangguh dalam menghadapi zaman.
b. Pendidikan Akhlakul Karimah
Orang tua mempunyai kewajiban untuk menanamkan akhlakul karimah
pada anak-anaknya, dan pendidikan akhlakul karimah sangat penting
untuk diberikan oleh orang tua kepada anak-anknya dalam keluarga,
sebagai firman Alloh yang artinya.
“Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakanlah suaramu
dan sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara himar,”(
QS.Luqman:19 )
Dari ayat ini telah menunjukkan dan menjelaskan bahwa tekanan
pendidikan keluarga dalam islam adalah pendidikan akhlak, dengan jalan
melatih anak membiasakan hal-hal yang baik, menghormati kedua orang
tua, bertingkah laku sopan baik dalam berperilaku keseharian maupun
dalam bertutur kata.
c. Pendidikan Aqidah
Pendidikan islam dalam keluarga harus memperhatikan pendidikan
akidah islamiyah, dimana akidah itu merupakan inti dari dasar keimanan
seseorang yang harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Sejalan dengan
firman Alloh yang artinya:
“Dan ingatlah ketika lukman berkata kepada anaknya di waktu ia
memberi pelajaran padanya: Hai anakku janganlah kamu
6

mempersekutukan Alloh benar-benar merupakan kedlaliman yang


besar” (QS,luqman:13).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa akidah harus ditanamkan kepada anak
yang merupakan dasar pedoman hidup seorang muslim

2. Pentingnya Pendidikan dalam Lingkungan Keluarga


Dalam mendidik anak tugas keluarga sudah sangat berat, oleh karena itu
harus dibantu oleh sekolah. Sekolah melanjutkan pendidikan anak-anak yang
telah dilakukan orang tua dirumah. Berhasil baik atau tidaknya pendidikan di
sekolah bergantung pada pendidikan di dalam keluarga. Jadi, dapat
dinyatakan pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga bagi
perkembangan anak-anak menjadi manusia yang berpribadi dan berguna bagi
masyarakat.
a. Menurut Comenius dalam buku Didagticha magna, menegaskan bahwa
tingkatan permulaan bagi pendidikan anak-anak dilakukan di dalam
keluarga yang disebutnya secola materna (sekolah ibu). Di dalamnya
diutarakan bagaimana orang tua harus mendidik anak-anaknya dengan
bijaksana, untuk memuliakan Tuhan dan untuk keselamatan jiwa anak-
anaknya.
b. J.J Rousseau menganjurkan agar pendidikan anak-anak disesuaikan
dengan tiap-tiap perkembangannya sedari kecil. Dalam bukunya yang
berjudul Emile dijelaskannya pendidikan manakah yang perlu diberikan
kepada anak-anak mengingat masa perkembangan anak itu. Kata-kata
J.J Rousseau yang penting menjadi pedoman bagi kaum pendidik ialah
anak itu bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil. Pikiran, perasaan,
keinginan, dan kemampuan anak itu berbeda dengan kemampuan orang
dewasa.
c. G Salzmann mengatakan bahwa segala kesalahan anak-anak itu adalah
akibat dari perbuatan pendidik-pendidiknya terutama orang tua. Ia juga
menunjukkan betapa besar pengaruh lingkungan alam sekitar terhadap
pertumbuhan dan pendidikan anak-anak.
7

d. Pezztalozi telah mengabdikan tenaga, pikiran dan hidupnya untuk


kepentingan anaknya. Di Neuhof, Stanz, dan Burgdorf ia mendirikan
tempat-tempat pendidikan yang diperuntukan bagi anak-anak yatim
piatu dan anak miskin. Dalam tempat pendidikannya anak itu, ia bekerja
sebagai ayah, ibu, dan guru bagi anak-anak yang dididiknya secara
klasikal itu. Dalam bukunya Liendhard und Getdrud dan Wie Getdrud
Ihre Kimder Lehrt diuraikannya tentang pendidikan keluarga sebagai
unsur pertama dalam kehidupan masyarakat. Diutarakannya pula
bagaimana cara memberi pelajaran dan pendidikan agama kepada anak-
anak.

C. Fungsi Keluarga dalam Pendidikan


Keluarga yang telah terbentuk mempunyai fungsi-fungsi yang sangat erat
sekali dengan keluarga kehidupan itu sendiri dimana yang dimaksud fungsi adalah
tugas-tugas yang harus dijalankan sesuai dengan peranan masing-masing. Maka
hal tersebut yang merupakan kunci keberhasilan suatu keluarga.
Adapun fungsi-fungsi keluarga tersebut menurut BKKBN, yakni:4
1. Fungsi Keagamaan
Pada hakekatnya pendidikan agama merupakan salah satu faktor penting
dalam pembentukan kepribadian manusia. Dalam keluarga sangat perlu
menanamkan nilai-nilai agama sedini mungkin pada anggota keluarga
khususnya anak-anak, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan budi pekerti dan kepribadian anak.
2. Fungsi Sosial Budaya
Keluarga merupakan tempat membina dan mempersemaikan nilai luhur
budaya bangsa, karena keluarga merupakan tempat yang sangat strategis
untuk membina sikap dan perilaku anak-anak. Dengan demikian anak-anak
dapat menilai baik buruknya budaya asing yang datang dari luar.
3. Fungsi Cinta Kasih
4
Djuju Sujana, Peran Keluarga di Lingkungan Masyarakat, dalam Keluarga Muslim Dalam
Masyarakat Modern, (Bandung: Remaja Rosyda Karya, 2000), hlm. 20-22
8

Kasih sayang pertama diperoleh anak adalah di dalam keluarga. Sebab


keluarga merupakan tempat membina rasa cinta dan kasih sayang antara
anggota keluarga. Untuk itu kewajiban orang tua tidak terlepas pada
pemenuhan materi saja tetapi juga perhatian dan kasih sayang.
4. Fungsi Perlindungan
Keluarga harus memberikan rasa aman, nyaman, adil dan sejahtera bagi
anggota keluarga. Untuk itu membina rasa kebersamaan dan berbagi suka dan
duka adalah di dalam keluarga.
5. Fungsi Reproduksi
Salah satu tujuan membangun keluarga adalah untuk menyalurkan kebutuhan
seksual yang sehat dan baik, sehingga diharapkan akan memperoleh
keturunan yang baik dan sehat pula. Fungsi ini merupakan dasar
kelangsungan hidup masyarakat, untuk itu keluarga perlu menjaga
pelaksanaan reproduksi yang baik dan sehat.
6. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi ini menunjukkan kepada peranan keluarga dalam
membentuk kepribadian anak, sikap, tanggapan emosionil serta cita-cita
dalam rangka mencari identitas diri atau jati diri karena itu keluarga disebut
sebagai wahana pendidikan pertama dan utama bagi anak. Dalam hal ini
melalui interaksi dalam keluarga, anak-anak mempelajari pola-pola tingkah
laku, sikap dan keyakinan dan nilai-nilai dalam masyarakat.
7. Fungsi Ekonomi
Setiap keluarga memerlukan pemenuhan kebutuhan hidup fisik material yang
layak untuk memenuhi kesejahteraan keluarga. Untuk memenuhi kebutuhan
keluarga dalam hal sandang, pangan dan papan.
8. Fungsi Pembinaan Lingkungan
Dari keluarga dapat dibiasakan hidup sadar baik sosial maupun alam. Sebagai
makhluk sosial manusia selalu hidup bermasyarakat atau berkelompok yang
selanjutnya berkembang menjadi negara. Dengan demikian, keluarga
merupakan wahana penanaman kebiasaan hidup bermasyarakat agar dapat
menyesuaikan dengan kehidupan lingkungan. Apabila keluarga telah
9

menjalani fungsinya dengan baik maka keluarga tersebut telah berhasil


memberikan pendidikan dasar yang ditanamkan terhadap anak-anaknya.

D. Metode Pendidikan Keluarga


Menurut Kadar M. Yusuf pendidikan keluarga adalah bimbingan atau
pembelajaran yang diberikan terhadap anggota dari kumpulan suatu keturunan
atau satu tempat tinggal, yang terdiri dari ayah, ibu, anak-anak dan lain
sebagainya.
Metode atau metoda berasal dari bahasa Yunani yaitu metha dan hodos.
Metha berarti melalui atau melewati, dan hodos berarti jalan atau cara. Metode
berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
bahasa Arab disebut thariqat. Mengajar berarti menyajikan atau menyampaikan.
Jadi, metode mengajar berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan
bahan pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran.
Langgulung berpendapat bahwa penggunaan metode didasarkan atas tiga
aspek pokok yaitu:
1. Sifat-sifat dan kepentingan yang berkenaan dengan tujuan utama pendidikan
Islam, yaitu pembinaan manusia mukmin yang mengaku sebagai hamba
Allah.
2. Berkenaan dengan metode-metode yang betul-betul berlaku yang disebutkan
dalam Al-Qur‟an atau disimpulkan daripadanya.
3. Membicarakan tentang pergerakan (motivation) dan disiplin dalam istilah Al-
Qur‟an disebut ganjaran (sawab) dan hukuman (iqab).Berhasil atau tidaknya
suatu pendidikan, antara lain juga tergantung pada metode yang
dipergunakannya. Karena metode pendidikan atau pengajaran merupakan
salah satu komponen yang ikut menentukan keberhasilan pendidikan
disamping komponen-komponen yang lain, seperti tujuan materi dan lain-lain
sebagainya.
Demikian pula halnya pendidikan keluarga, juga memerlukan adanya
metode sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Rasulullah telah
memberikan contoh bagaimana metode mendidik agama yang tepat yang dapat
10

dipergunakan dalam lembaga pendidikan formal di sekolah, informal dalam


keluarga atau non formal di masyarakat. Adapun metode-metode yang
dipergunakan oleh Rasulullah dahulu antara lain:
a. Metode Uswatun Hasanah
Metode uswatun hasanah atau pemberian contoh teladan yang baik, sangat
cocok untuk diterapkan sebagai salah satu metode mendidik agama dalam
keluarga. Yaitu dengan pemberian contoh tauladan dari orang tua dalam
segala sikap, kata-kata maupun dalam perbuatannya. Karena anak-anak
pertama kali yang akan ditiru adalah orang tuanya baru kemudian guru-guru
atau masyarakat sekitarnya.5 Dalam Al- Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21 di
sebutkan:

Artinya:“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang


baik bagimu”.(QS. Al-Ahzab: 21)
b. Metode Nasehat, Ceramah
Metode pemberian nasehat adalah metode yang sangat tepat untuk diterapkan
dalam pendidikan keluarga. Lebih-lebih metode ini dicontohkan dalam Al-
Qur’an, yaitu pada saat Luqmanul Hakim mendidik kepada anaknya,
sebagaimana disebutkan dalam surat Luqman ayat 13:

Artinya: “Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, dan dia
menasehatinya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedhaliman yang
besar”. (QS. Luqman: 13)
Kemudian juga disebutkan dalam surat An-Nahl ayat 125:

5
Zuhairini, Pendidikan Islam Dalam Keluarga, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2003), hlm. 29
11

Artinya: “Ajaklah kepada Tuhanmu dengan bijaksana dan dengan


memberikan nasehat yang baik”. (QS. An-Nahl: 125)
Disamping pemberian nasehat, juga dapat dipergunakan metode cerita,
menceritakan Nabi-Nabi, pahlawan-pahlawan Islam dan lain-lain sebagainya.
Metode ini dapat dimasukkan dalam metode ceramah, karena pada dasarnya
metode ceramah adalah penuturan lewat lisan. Metode ini banyak
dipergunakan oleh para Rasul, seperti dalam do’a Nabi Musa:

“Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan


lepaskanlah kekeluan lidahku, agar mereka faham kata-kataku”.
c. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab ini dapat dipergunakan dalam pendidikan keluarga,
karena pada umumnya anak-anak sejak kecil mereka sering bertanya,
misalnya tentang siapa yang membuat bumi seisinya, siapa Tuhan dan lain-
lain sebagainya. Semakin besar anak tersebut, maka pertanyaannya juga
semakin beragam. Karena itu maka orang tua harus pandai-pandai dalam
menjawab pertanyaan itu, agar jangan menimbulkan keraguan dalam jiwa
anak.6 Metode tanya jawab ini juga dipergunakan pada masa Rasulullah, pada
saat beliau mengutus Mu’az bin Jabal untuk menjadi hakim di Yaman,
tentang penentuan Hukum Islam.
d. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi yaitu, memperlihatkan kepada anak car-cara melakukan
suatu perbuatan, seperti misalnya cara wudlu, cara sholat dan lain sebagainya.
Metode ini juga dipergunakan oleh Rasulullah pada saat beliau akan
mengajarkan sholat.Sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi yang artinya:

6
Zuhairini, Pendidikan Islam Dalam Keluarga, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2003), hlm. 30
12

“Sholatlah kamu sekalian seperti kamu lihat aku melakukan sholat”. (H.R.
Bukhari)
Metode demonstrasi ini sangat penting artinya bagi pendidikan keluarga,
yang dipergunakan untuk mengajarkan kepada anak cara- cara melakukan
ibadah. Setelah diperlihatkan kepada mereka cara-cara berwudlu dan cara-
cara melakukan sholat, maka selanjutnya melatih mereka untuk
melakukannya sendiri.
e. Metode Musyawarah dan Diskusi
Adakalanya dalam mendidik agama dalam keluarga, kita mempergunakan
metode musyawarah, dimana anak-anak dilihatkan untuk ikut memecahkan
suatu masalah. Sehingga dengan demikian anak-anak merasa diakui
keberadaannya, terutama baik anak yang sudah remaja. Sebagai contoh:
mengadakan musyawarah tentang pembagian harta, zakat, jumlahnya,
macamnya zakat, siapa-siapa yang akan mendapatkan bagian dan lain
sebagainya. Secara langsung anak- anak akan mendapatkan pendidikan
tentang zakat dan sekaligus mempraktekannya.7
f. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata ialah suatu metode mendidik agama dengan jalan
mengajak anak-anak untuk melihat keagungan ciptaan Allah. Suatu waktu
memang kita sebagai orang tua perlu mengajak anak-anak untuk melakukan
wisata, disamping untuk rekreasi, juga ada manfaat lain, untuk menunjukkan
kepada anak-anak ciptaan Allah Yang Maha Kuasa. Seperti melihat pantai,
gunung-gunung, air terjun dan lain sebagainya. Dan dengan cara ini
diharapkan akan dapat meningkatkan keimanannya kepada Allah SWT.
Disamping enam metode yang disebutkan diatas, masih ada metode- metode
lain yang dapat dipergunakan, seperti metode drill, sosio drama dan lain
sebagainya. Yang penting harus diperhatikan adalah dalam memilih metode-

7
Zuhairini, Pendidikan Islam Dalam Keluarga, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2003), hlm. 30
13

metode itu hendaknya selalu disesuaikan dengan situasi dan kondisi anak dan
sesuai pula dengan pokok materi yang akan ditanamkan kepada mereka.

E. Pelaksanaan Pendidikan Keluarga


Pendidikan keluarga dilaksanakan di lingkungan keluarga. Pendidikan
keluarga dilaksanakan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Anak menyerap
norma-norma pada anggota keluarganya, baik ayah, ibu, maupun kanak-
kanaknya. Keluarga merupakan ajang pertama dimana sifat-sifat kepribadian anak
bertumbuh dan terbentuk.
Pelaksanaan kegiatan pendidikan ini tanpa suatu organisasi yang ketat tanpa
adanya program waktu (tak terbatas) dan tanpa adanya evaluasi. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pendidikan keluarga:
1. Usaha untuk menciptakan suasana yang bersih dalam lingkungan keluarga.
2. Sikap anggota keluarga hendaklah belajar berpegang pada hak dan kewajiban
masing-masing.
3. Orang tua hendaklah mengetahui tabiat untuk anak-anaknya.
4. Hindari segala sesuatu yang menusuk perkembangan jiwa anak.
5. Biarkan anak bergaul dengan teman-temannya di luar lingkungan keluarga.
6. Ciptakan kondisi yang harmonis antara anggota keluarga.
Konsepsi pendidikan Islam dalam keluarga dapat dibagi menjadi tiga
periode, yaitu:
a. Periode Pendidikan Pra-Konsepsi
Yaitu dimaksud periode pendidikan Pra-Konsepsi adalah salah satu upaya
persiapan pendidikan yang dimulai semenjak seseorang merancang untuk
membentuk keluarga, yang dimulai dengan memilih calon pasangan
hidupnya, dan kemudian melaksanakan perkawinan dulunya.
Dalam hal ini Islam telah mengajarkan hal-hal sebagai berikut:
1) Pada saat seseorang akan memilih jodoh, maka agama Islam mengajarkan,
agar supaya mengutamakan segi agamanya. Yang berarti seorang Muslim
atau Muslimah hendaknya mencari pasangan hidupnya yang sama-sama
beragama Islam, agar kelak rumah tangganya menjadi tenang tentram
14

(sakinah) serta bahagia lahir dan batin. Sebagaimana diajarkan dalam


firman Allah dalam surat Al-Baqaroh ayat 221:

Artinya: “Dan janganlah kamu menikah dengan wanita-wanita musyrik


sampai mereka beriman. Sesungguhnya budak perempuan yang mukmin
itu lebih baik daripada perempuan yang musyrik, walaupun dia itu
sangat mempesona kamu. Dan janganlah kamu menikahkan (anak
perempuanmu) dengan pria musyrik sampai mereka beriman.
Sesungguhnya budak laki-laki yang mukmin itu lebih baik daripada laki-
laki musyrik; walaupun mereka amat menggiurkan kamu. Mereka itu
mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan pengampunan
dengan izin-Nya”. (QS. Al-Baqarah: 221)
Berdasarkan ayat tersebut diatas, maka jelaslah pada kita, bahwa Islam
telah memberikan acuan kepada kita bagaimana cara memilih calon istri
dan calon suami, yaitu pertimbangan pertama harus yang seagama dan
berbudi pekerti yang baik, kemudian barulah masalah keturunan, harta
dan kebagusan atau kecantikannya. Karena ketika seseorang hendak
menikah, haruslah sudah terbayang akan tanggug jawab terhadap
anakanak yang akan lahir kelak.
2) Setelah mendapat calon suami atau istri yang beriman atau seagama, maka
dilanjutkan ke jenjang perkawinan. Perkawinan tersebut haruslah sesuai
dengan hukum syari’at Islam, Yang berarti bahwa perkawinan tersebut
haruslah syah menurut syariat Islam dan syah menurut hukum
negara.
15

Dengan adanya perkawinan yang syah tersebut, maka akan mempunyai


dampak positif dalam kehidupan rumah tangganya dan juga bagi
keturunannya. Sehingga dengan demikian akan dapat terwujud tujuan
perkawinan sesuai dengan ajaran Islam yaitu terciptanya keluarga
sakinah, selalu rukun dan harmonis dan penuh dengan cinta kasih
diantara anggota keluarga.
3) Setelah terbentuknya rumah tangga Muslim itu, maka langkah berikutnya
adalah mencari rizki yang halal dan juga makan makanan yang halal
pula. Sebagaimana disebutkan Al-Qur’an ayat 114 surat an-Nahl:

Artinya: “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah
diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu
hanya kepada-Nya saja menyembah”. (QS. An-Nahl: 114)
4) Langkah selanjutnya dalam pendidikan pra-konsepsi tersebut, adalah
mengucapkan do’a-do’a bilamana suami istri melakukan
senggama.
b. Periode Pendidikan Pra-Natal
Pendidikan Pra-Natal, adalah pendidikan yang dilaksanakan pada saat anak
masih merupakan janin/embrio yaitu pada saat anak masih berada dalam
rahim ibunya. Al-Qur’an telah memberikan contoh kepada kita tentang
pendidikan pra-natal, sebagaimana disebutkan dalam surat Ali Imran ayat 35:

Artinya: “(Ingatlah), ketika istri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya


aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi
hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). karena itu terimalah
16

(nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar


lagi Maha Mengetahui". (QS. Al- Imran: 35)
Dari ayat tersebut memberikan contoh kepada kita ummat Islam untuk
melaksanakan pendidikan pra-natal dengan cara berdo’a kepada Allah,
agar anak yang dikandungnya menjadi anak yang sholeh.
c. Periode Pendidikan Post-Natal
Pendidikan Post-Natal yaitu pendidikan yang dilakukan setelah lahirnya anak
sampai pada saat anak meninggal dunia. Setelah bayi itu lahir, barulah dia
diakui sebagai pribadi yang mandiri, sebagaimana dikemukakan oleh Habsi
Ashidiqi dalam buku Pengantar Hukum Islam. Beliau mengemukakan:
Apabila janin lahir, barulah diakui berdiri sendiri sebagai seorang pribadi, dan
sempurnalah pertanggungannya dan barulah dia dipandang ahli untuk
memperoleh hak.
Dalam kaitannya dengan pendidikan Islam dalam keluarga, semenjak anak
tersebut dilahirkan, maka sejak itu pula orang tua wajib memberikan
pendidikan kepada anaknya utamanya pendidikan Islam. Namun, dalam
pemberian pendidikan itu harus disesuaikan dengan perkembangan jiwa anak.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada pendidikan dalam lingkungan keluarga perlu diperhatikan tekait
pemberian kasih sayang, jangan berlebih-lebihan dan jangan pula kurang. Oleh
karena itu, keluarga harus pandai dan tepat dalam memberikan kasih sayang yang
dibutuhkan oleh anaknya. Pendidikan keluarga yang baik adalah pendidikan yang
memberikan dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan-
pendidikan agama. Pendidikan keluarga mempunyai pengaruh yang penting untuk
mendidik anak. Dalam keluarga hendaknya dapat direalisasikan tujuan
pendidikan agama islam. Yang mempunyai tugas untuk merealisasikan itu adalah
orang tua.
Pendidikan keluarga dilaksanakan di lingkungan keluarga. Pendidikan
keluarga dilaksanakan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Anak menyerap
norma-norma pada anggota keluarganya, baik ayah, ibu, maupun kanak-
kanaknya. Keluarga merupakan ajang pertama dimana sifat-sifat kepribadian anak
bertumbuh dan terbentuk. Oleh karnanya pemberian pemahaman tentang Islam
dalam keluarga akan sangat membantu membentuk kepribadian yang baik kepada
anak, sehingga nantinya anak memiliki akhlaqul karimah dan dapat bersikap baik
pula terhadap lingkungannya.

B. Saran
Antara keluarga dan pendidikan adalah dua istilah yang tidak dapat
dipisahkan. Sebab, dimana ada keluarga di situ ada pendidikan. Maka dari itu
orang tua harus melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk mendidik anak
dengan baik, sehingga pada waktu yang sama anak menghajatkan pendidikan dari
orang tuanya. Pendidikan agama harus selalu ditanamkan sedini mungkin kepada
anak, agar anak memiliki akhlak yang baik dan terhindar dari perilaku
menyimpang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, S.B. (2014). Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga.
Jakarta: Rineka Cipta.

Padil, M dan Suprayitno, T. (2007). Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Sukses


Offset.

Sujana, D. (2000). Peran Keluarga di Lingkungan Masyarakat, dalam Keluarga


Muslim Dalam Masyarakat Modern. Bandung: Remaja Rosyda Karya.

Suwarno, W. (2009). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Zuhairini. (2003). Pendidikan Islam Dalam Keluarga. Surabaya: IAIN Sunan


Ampel.

Anda mungkin juga menyukai