Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar
Latar Belak
Belakang
ang Masa
Masalah
lah

Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan

anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang

dila
dilaku
kuka
kan
n untu
untuk
k bert
bertuk
ukar
ar gaga
gagasa
san,
n, piki
pikira
ran
n dan
dan emos
emosi.
i. Baha
Bahasa
sa bisa
bisa

dieksp
diekspres
resika
ikan
n melalu
melaluii bicara
bicara mengac
mengacu
u pada
pada simbol
simbol verbal
verbal.. Selain
Selain itu

 bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural dan musik.

Baha
Bahasa
sa juga
juga dapa
dapatt menc
mencak
akup
up aspe
aspek
k komu
komuni
nika
kasi
si nonv
nonver
erba
ball sepe
sepert
rtii

gestikulasi, gestural atau pantomim. (1)

Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan

 perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan

  bicara
bicara adalah
adalah keluha
keluhan
n utama
utama yang
yang sering
sering dicema
dicemaska
skan
n dan dikelu
dikeluhka
hkan
n

orang
orang tua kepada
kepada dokter
dokter.. Ganggu
Gangguan
an ini semaki
semakin
n hari
hari tampak
tampak semaki
semakin
n

meningkat pesat.(1)

Laki-la
Laki-laki
ki diiden
diidentifi
tifikas
kasii memilik
memilikii ganggu
gangguan
an bicara
bicara dan bahasa
bahasa

hampir dua kali lebih banyak daripada wanita. Menurut penelitian anak 

dengan riwayat sosial ekonomi yang lemah memiliki insiden gangguan

 bicara dan bahasa yang lebih tinggi daripada anak dengan riwayat sosial

ekonomi menengah ke atas. (2)

Studi
Studi Cochra
Cochrane
ne terakhi
terakhirr telah
telah melapo
melaporka
rkan
n data
data keterl
keterlamb
ambata
atan
n

 bicara, bahasa dan gabungan keduanya pada anak usia prasekolah dan usia

sekolah.
sekolah. Prevalensi
Prevalensi keterlambata
keterlambatan
n perkembang
perkembangan
an bahasa
bahasa dan bicara pada

1
anak
anak usia
usia 2 sampai
sampai 4,5 tahun
tahun adalah
adalah 5-8%,
5-8%, preval
prevalens
ensii keterla
keterlamba
mbatan
tan

 bahasa
 bahasa adalah 2,3-19%. Sebagian besar studi melaporkan prevalensi dari

40% sampai 60%. (2)

Prevalensi
Prevalensi keterlambata
keterlambatan
n perkembanga
perkembangan
n berbahasa
berbahasa di Indonesia
Indonesia

 belum
 belum pernah
pernah diteliti
diteliti secara luas. Kendalanya
Kendalanya dalam menentukan
menentukan kriteria

keterlambatan perkembangan berbahasa. Data di Departemen Rehabilitasi

Medik
Medik RSCM
RSCM tahun
tahun 2006,
2006, dari
dari 1125
1125 jumlah
jumlah kunjun
kunjungan
gan pasien
pasien anak 
anak 

terdap
terdapat
at 10,13%
10,13% anak
anak terdia
terdiagno
gnosis
sis keterl
keterlamb
ambata
atan
n bicara
bicara dan bahasa
bahasa..

Penelitian Wahjuni tahun 1998 di salah satu kelurahan di Jakarta Pusat

menemukan prevalensi keterlambatan bahasa sebesar 9,3% dari 214 anak 

yang berusia bawah tiga tahun. (2)

B. Tu
Tuju
juan
an Penu
Penuli
lisa
san
n

Untuk mengetahui fisiologi bicara, fisiologi pendengaran, etiologi,

 pemeriksaan penunjang dan deteksi dini delayed speech.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Fisi
Fisiol
olog
ogii Bicar
Bicara
a

Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan

anak
anak untu
untuk
k berk
berkom
omun
unik
ikas
asii deng
dengan
an baha
bahasa
sa oral
oral (mul
(mulut
ut)) yang
yang

membut
membutuhk
uhkan
an kombin
kombinasi
asi yang
yang serasi
serasi dari
dari sistem
sistem neurom
neuromusk
uskula
ular 

untu
untuk
k meng
mengelu
eluark
arkan
an fona
fonasi
si dan
dan arti
artiku
kula
lasi
si suara
suara.. Pros
Proses
es bica
bicara
ra

melibat
melibatkan
kan bebera
beberapa
pa sistem
sistem dan fungsi
fungsi tubuh,
tubuh, meliba
melibatka
tkan
n sistem
sistem

  perna
pernapas
pasan,
an, pusat
pusat khusus
khusus pengat
pengatur
ur bicara
bicara di otak
otak dalam
dalam kortek
kortekss

serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi,

resonansi dari mulut serta rongga hidung. (1)

Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris

dan motoris.
motoris. Aspek sensoris meliputi pendengara
pendengaran,
n, penglihatan
penglihatan,, dan

rasa raba berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan

dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi,

tind
tindak
akan
an artik
artikul
ulas
asii dan
dan larin
laring
g yang
yang berta
bertang
nggu
gung
ng jawab
jawab untu
untuk 

 pengeluaran suara.

Di dalam otak terdapat 3 pusat yang mengatur mekanisme

  berbahasa, dua pusat bersifat reseptif yang mengurus penangkapan

 bahasa lisan dan tulisan serta satu pusat lainnya bersifat ekspresif 

yang mengurus pelaksanaan bahsa lisan dan tulisan. Ketiganya berada

di hemisfer dominan dari otak atau sistem susunan saraf pusat.

3
Kedua pusat bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42

disebut area wernick, merupakan pusat persepsi auditoro-leksik yaitu

mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang berkaitan

dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 broadman adalah pusat persepsi

visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu

yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah

 pusat bahasa ekspresif. Ketiga pusat tersebut berhubungan satu sama

lain melalui serabut asosiasi.

B. Fisiol
Fisiologi
ogi Penden
Pendengar
garan
an

Saat
Saat mend
menden
enga
garr pemb
pembica
icara
raan
an maka
maka geta
getaran
ran udar
udaraa yang
yang

diti
ditimb
mbul
ulka
kan
n akan
akan masu
masuk
k mela
melalui
lui luba
lubang
ng teli
teling
ngaa luar
luar kemu
kemudi
dian
an

menimbulkan
menimbulkan getaran pada membrane
membrane timpani.
timpani. Dari sini rangsangan
rangsangan

diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga

  bagia
bagian
n dalam.
dalam. Di teling
telingaa bagian
bagian dalam
dalam terdapa
terdapatt resepto
reseptorr sensor
sensoris
is

untuk
untuk penden
pendengar
garan
an yang
yang disebu
disebutt Coclea
Coclea.. Saat
Saat gelomb
gelombang
ang suara
suara

mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VIII ke area

  pendengaran primer di otak diteruskan ke area wernick. Kemudian

  jawab
jawaban
an diform
diformula
ulasik
sikan
an dan disalu
disalurka
rkan
n dalam
dalam bentuk
bentuk artikul
artikulasi
asi,,

diteruskan ke area motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara.

Selanjutny
Selanjutnyaa proses
proses bicara dihasilkan
dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita

suara yang dibantu oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan bunyi

dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langit-langit). Jadi

4
untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan

sensoris dimana organ pendengaran sangat penting. (1)

 Proses reseptif – Proses dekode

Segera saat rangsangan auditori diterima, formasi retikulum pada

 batang otak akan menyusun tonus untuk otak dan menentukan modalitas

dan rangsang mana yang akan diterima otak. Rangsang tersebut ditangkap

oleh
oleh talamu
talamuss dan selanjut
selanjutnya
nya diteru
diteruska
skan
n ke area kortek
kortekss audito
auditori
ri pada
pada

girus Heschls, dimana sebagian besar signal yang diterima oleh girus ini

 berasal dari sisi telinga yang berlawanan. (3)

Girus dan area asosiasi auditori akan memilah informasi bermakna

yang masuk. Selanjutnya masukan linguistik yang sudah dikode, dikirim

ke lobus temporal kiri untuk diproses. Sementara


Sementara masukan paralinguistik 

 berupa intonasi, tekanan, irama dan kecepatan masuk ke lobus temporal

kanan. Analisa linguistik dilakukan pada area Wernicke di lobus temporal

kiri
kiri.. Giru
Giruss angu
angula
larr dan
dan supr
supram
amarg
argin
inal
al memb
memban
antu
tu pros
proses
es inte
integr
gras
asii

inform
informasi
asi visual
visual,, audito
auditori
ri dan raba
raba serta
serta perwak
perwakila
ilan
n lingui
linguisti
stik.
k. Proses

dekode
dekode dimulai
dimulai dengan
dengan dekode
dekode fonologi
fonologi berupa penerimaan
penerimaan unit suara

melalui
melalui telinga,
telinga, dilanjutkan
dilanjutkan dengan dekode
dekode gramatika.
gramatika. Proses
Proses berakhir 
berakhir 

  pad
padaa deko
dekode
de sema
semant
ntik
ik deng
dengan
an pema
pemaha
hama
man
n kons
konsep
ep atau
atau ide
ide yang
yang

disampaikan lewat pengkodean tersebut.

 Proses ekspresif – Proses encode

Proses produksi berlokasi pada area yang sama pada otak. Struktur 

untuk
untuk pesan yang masuk ini diatur
diatur pada area Wernicke,
Wernicke, pesan diteruskan
diteruskan

melalui fasikulus arkuatum ke area Broca untuk penguraian dan koordinasi

5
verbalisasi
verbalisasi pesan tersebut.
tersebut. Signal
Signal kemudian
kemudian melewati
melewati korteks
korteks motorik 
motorik 

yang mengaktifkan otot-otot respirasi, fonasi, resonansi dan artikulasi. Ini

merupakan proses aktif pemilihan lambang dan formulasi pesan. Proses

enkode dimulai dengan enkode semantik yang dilanjutkan dengan enkode

gramatika dan berakhir pada enkode fonologi. Keseluruhan proses enkode

ini terjadi di otak/pusat pembicara.

Di antara
antara proses
proses dekode
dekode dan enkode
enkode terdap
terdapat
at proses
proses transm
transmisi
isi,,

yaitu
yaitu pemind
pemindaha
ahan
n atau
atau penyam
penyampai
paian
an kode
kode atau
atau disebu
disebutt kode
kode bahasa.
bahasa.

Transmisi ini terjadi antara mulut pembicara dan telinga pendengar. Proses

decode
decode-enc
-encode
ode diatas
diatas disimp
disimpulk
ulkan
an sebaga
sebagaii proses
proses komuni
komunikas
kasi.
i. Dalam
Dalam

 proses perkembangan bahasa, kemampuan menggunakan bahasa reseptif 

dan ekspresif harus berkembang dengan baik.

C. Etio
tiolog
logi

Penyebab Gangguan Bicara dan Bahasa menurut Blager BF (4)

Penyebab Efek pada Perkembangan Bicara


1. Lingkungan

a. Sosial ekonomi kurang a. Terlambat

 b. Tekanan keluarga  b. Gagap

c. Keluarga bisu c.Terlambat pemerolehan bahasa

d.Dirumah menggunakan bahasa d.Terlambat pemerolehan struktur ba

hasa bilingual

2. Emosi a. Terlambat pemerolehan bahasa

a. Ibu yang tertekan  b. Terlambat atau gangguan

6
 b.Gangguan serius pada orang tua   perkembangan bahasa

c.Gangguan serius pada anak  c. Terlambat atau gangguan

 perkembangan bahasa

3. Masalah pendengaran

a. Kongenital a.Terlambat atau gangguan bicara perma

nen

 b.Didapat  b.Terlambat atau gangguan bicara perma

nen
4.Perkembangan
4.Perkembangan terlambat

a. Perkembangan lambat a. Terla


erlamb
mbat
at bic
bicar
araa

 b.Retardasi mental  b.


 b. Past
Pastii terl
terlam
amba
batt bic
bicara
ara

5. Cacat bawaan

a.Palatoschizis a.Terlambat dan terganggu kemampuan

 bicara

 b.Sindrom Down  b.Kemampuan bicaranya lebih rendah

6. Kerusakan otak 

a. Kelainan
Kelainan neuromuscu
neuromuscular
lar a. Mempengaru
Mempengaruhi
hi kemampuan
kemampuan

menghisap, menelan, mengunyah

dan akhirnya timbul gangguan

 bicara dan artikulasi seperti disar 

tria

7
 b. Kelainan sensorimotor   b.Mempengaruhi kemampuan me

nghisap,menelan, akhirnya meni

mbulkan gangguan artikulasi, sep

erti dispraksia

c. Palsi serebral c.Berpengaruh pada pernapasan,

makan dan timbul


timbul juga
juga masalah

artikulasi yang
yang dapat mengakiba

tkan disartria dan dispraksia

d.Kelainan persepsi d.Kesulitan membedakan suara,

mengerti bahasa, simbolisaasi, m

engenal konsep, akhirnya menim

 bulkan kesulitan belajar 

di sekolah

Dalam literatur lain, disebutkan


disebutkan beberapa
beberapa penyebab
penyebab keterlambatan
keterlambatan bicara

(1)
dan berbahasa yang terlihat pada tabel di bawah ini :

8
Penyebab Bahasa Bahasa Kemampuan Pola perkembangan
reseptif  ekspresif  pemecahan
masa
masala
lahh visu
visuo-
o-
motor
Keterlambatan Normal Kurang normal No
Normal Hanya ekspresif yang
fungsional terganggu
Gangguan Kurang Kurang normal no
normal Disosiasi
pendengaran normal
Redartasi mental Kurang Kuran
Kurang
g norm
normal
al Kuran
Kurang
g norm
normal
al Kete
Keterla
rlamb
mbata
atan
n glob
global
al
normal
Gangguan Kurang Kurang normal no
normal Disosiasi, deviansi
komunikasi sentral normal
Kesulitan belajar normal, Normal normal, Disosiasi
kurang kurang normal
normal
Autis Kurang normal, Tampaknya Deviansi, disosiasi
normal kurang normal norm
normalal,, norm
normal
al,,
sela
selalu
lu lebih
lebih baik 
baik 
dari bahasa
Mutisme elektif  Normal Normal normal,
kurang normal

A. Pemer
Pemeriks
iksaan
aan Penu
Penunja
njang
ng

a. TES BERA (Brainstem Evoked Response Auditory) atau ABR 

(Auditory Brainstem Response). (5)

Menguji kinerja seluruh alat pendengaran dari gendang telinga (telinga

luar) sampai ke otak. Cara kerjanya dengan memberikan bunyik klik pada

frekuensi
frekuensi yang berbeda–beda
berbeda–beda pada tingkat
tingkat kekerasan
kekerasan yang berbeda–beda
berbeda–beda

  pula responnya
responnya ditangkap
ditangkap langsung
langsung oleh sensor di otak. Tesnya tidak 

menyak
menyakitk
itkan
an (un-in
(un-invas
vasive
ive),
), tidak
tidak perlu respon
respon aktif
aktif dari
dari pasien
pasien dan

hasilnya menyeluruh. Tes ini adalah tes paling umum dalam mendeteksi

gangguan pendengaran.

9
b. TES OAE (Oto Acoustic Emission).

Menguji kinerja alat pendengaran dari gendang sampai rumah siput tetapi

terutama rumah siput. Cara kerjanya dengan memberikan nada murni ke

telinga dan menangkap responnya melalui perubahan tekanan di saluran

telinga. Tesnya juga tidak menyakitkan dan tidak memerlukan respon aktif 

dari
dari pasi
pasien
en sert
sertaa obye
obyekt
ktif.
if. Bias
Biasan
anya
ya digu
diguna
naka
kan
n untu
untuk
k mend
mendete
eteks
ksii

gangguan
gangguan pendengaran
pendengaran khususny
khususnyaa akibat
akibat gangguan
gangguan di telinga
telinga tengah
tengah

karena OME, OMA atau sensorinerual hearing loss

(SNHL) yaitu kerusakan sel saraf di rumah siput.

c. TES
TES TYMP
TYMPAN
ANOM
OMET
ETRI
RI

Mengu
Menguji
ji kinerja
kinerja alat penden
pendengar
garan
an dari
dari gendan
gendang
g sampai
sampai teling
telingaa tengah
tengah

(tulan
(tulang
g sanggu
sanggurdi
rdi).
). Carany
Caranyaa mirip
mirip dengan
dengan OAE tapi
tapi respon
responnya
nya dari
dari

defl
deflek
eksi
si (per
(perub
ubah
ahan
an gera
gerak)
k) gend
gendan
ang
g teli
teling
nga.
a. Tesn
Tesnya
ya juga
juga tida
tidak 

menyakitkan, obyektif dan tidak


tidak perlu respon aktif dari pasien. Biasanya

digunakan
digunakan untuk
untuk mengelimina
mengeliminasi
si kemungkin
kemungkinan
an gangguan
gangguan telinga
telinga tengah
tengah

 jika hasil OAE menunjukkan respon negatif.

d. TES AUDI
AUDIOM
OMET
ETRI
RI

Pemeriksaan
Pemeriksaan audiometri
audiometri memerlukan
memerlukan : audiometer,
audiometer, ruang kedap suara,

dan pasien yang kooperatif. yang adalah : (6)


kooperatif. Pemeriksaan standar yang

* audiometri nada murni

* audiometri tutur 

Audiom
Audiometri
etri nada
nada murni
murni adalah
adalah tes dasar
dasar untuk
untuk menget
mengetahu
ahuii ada

tidakn
tidaknya
ya ganggu
gangguan
an penden
pendengar
garan.
an. Selama
Selama tes,
tes, orang
orang yang
yang dites
dites akan
akan

menden
mendengar
gar nada
nada murni
murni yang
yang diberik
diberikan
an pada
pada frekwen
frekwensi
si yang
yang berbed
berbedaa

10
melalui
melalui sebuah
sebuah headph
headphone
one atau
atau ear phone.
phone. Intens
Intensitas
itas nada
nada berang
berangsur
sur--

angsur dikurangi sampai ambang dengar, titik dimana suara terkecil yang

dapat didengar akan diketahui. Hasilnya ditunjukkan dalam desibel (dB)

(7)
dan dimasukkan ke bentuk audiogram.

Caranya dengan memberikan nada murni baik melalui earphone

(direct to ear) ataupun speaker (free field test) dan meminta respon balik 

dari pasien apakah bunyi terdengar atau tidak. Tesnya tidak menyakitkan

namun agak subyektif dan memerlukan respon aktif dari pasien. Cukup

sulit dilakukan khususnya untuk anak – anak. (8)

Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran

 pasien pada stimulus nada murni. Nilai ambang diukur dengan frkwensi

yang berbeda-beda.
berbeda-beda. Secara kasar bahwa pendengara
pendengaran
n yang normal grafik 

 berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala desibel. Suara dipresentasikan

dengan earphone (air conduction) dan skull vibrator (bone conduction).

Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya

nilai ambang pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL.

(6)

Untuk anak–anak biasanya dilakukan “Play Audiometri” yaitu uji

  pendengara
pendengaran
n dengan
dengan bermain
bermain dan diperlukan
diperlukan audiologis
audiologistt yang

  berpe
berpenga
ngalam
laman
an untuk
untuk mendap
mendapatk
atkan
an hasil
hasil yang
yang baik.
baik. Biasan
Biasanya
ya untuk 
untuk 

menguji kemajuan/kemunduran fungsi pendengaran terutama pada pasien

gangguan pendengaran. (8)

Seda
Sedang
ngka
kan
n pada
pada audi
audiom
omet
etri
ricc tutu
tuturr dite
ditess sebe
sebera
rapa
pa bany
banyak 
ak 

kemampuan mengerti percakapan pada intensitas yang berbeda. Tes terdiri

11
dari sejumlah kata-kata tertentu yang diberikan melalui headphone atau

  pengeras suara free field. Kata-kata tersebut harus diulangi oleh orang

yang
yang dites.
dites. Setelah
Setelah selesa
selesai,
i, persen
persentas
tasee berapa
berapa kata
kata yang
yang dapat
dapat diulan
diulang
g

(7)
dengan benar dapat diketahui.

12
e. TES
TES ASSR
ASSR (Audit
(Auditory
ory Stea
Steady
dy State
State Respo
Respons
nse).
e).

Menguji kinerja seluruh alat pendengaran dari gendang telinga sampai ke

otak. Cara kerjanya seperti BERA tapi yang diberikan


diberikan adalah nada murni

seperti layaknya tes audiometri. Namun tidak diperlukan partisipasi aktif 

dari pasien karena respon langsung dicatat oleh sensor yang menangkap

aktifitas otak. Tes ini tidak menyakitkan dan tidak memerlukan respon

aktif namun pasien harus diam dan tenang dalam waktu yang cukup

lama, kurang lebih 1 jam.

Seringkali dianjurkan agar pasien ditidurkan atau diberi obat tidur 

 jika memang sulit, diminta untuk tetap tenang dan diam. Digunakan

untuk mendeteksi gangguan pendengaran pada bayi dan

anak - anak yang masih kecil. (8)

A. Deteks
Deteksii Dini
Dini Delay
Delay Speec
Speech
h

Semaki
Semakin
n dini
dini kita
kita mendet
mendeteks
eksii kelain
kelainan
an atau
atau ganggu
gangguan
an terseb
tersebut
ut

maka
maka sema
semaki
kin
n baik
baik pemu
pemuli
liha
han
n gang
ganggu
guan
an ters
terseb
ebut
ut.. Sema
Semaki
kin
n cepa
cepatt

diketahui penyebab gangguan bicara dan bahasa pada maka semakin cepat

stimulasi
stimulasi dan intervensi
intervensi dapat dilakukan
dilakukan pada anak tersebut.
tersebut. Deteksi dini

gangguan bicara dan bahsa ini harus dilakukan oleh semua individu yang

terlibat dalam penanganan anak ini, mulai dari orang tua, keluarga, dokter 

kandungan yang merawat sejak kehamilan dan dokter anak yang merawat

anak tersebut.(3)

13
Ada beberapa
beberapa tahap bicara yang sebaiknya diperhatikan
diperhatikan orangtua,
orangtua,

(9)
dijabarkan sebagai berikut :

Usia Kemampuan

0-1
0-1 bula
bulan
n Resp
Respon
onss bayi
bayi saat
saat mend
menden
enga
garr suara
suara deng
dengan
an

melebarkan
melebarkan mata atau perubahan irama pernafasan
pernafasan

atau kecepatan menghisap susu

2-3
2-3 bula
bulan
n Resp
Respon
onss bayi
bayi deng
dengan
an memp
memper
erha
hati
tika
kan
n dan
dan

mendengar orang yang sedang bicara

4 bulan Menoleh
Menoleh atau mencari
mencari suara orang yang namanya
namanya

dipanggil

6-9 bulan Babbling (mengucapkan satu suku kata), mengerti

 bila namanya disebut

9 bulan Mengerti arti kata "jangan"

10-12 bulan Imitasi suara, mengucapkan mama/papa dari tidak 

  bera
berart
rtii samp
sampai
ai berar
berarti
ti kada
kadang
ng meni
meniru
ru 2-3
2-3 kata
kata

Mengerti perintah sederhana seperti "Ayo berikan

 pada saya"

13-1
13-15
5 bula
bulan
n Perb
Perben
enda
daha
hara
raan
an 4-7
4-7 kata
kata,, 20%
20% bicar
bicaraa mula
mulaii

dimengerti orang lain

16-18 bulan Perbendahara


Perbendaharan
n 10 kata, beberapa
beberapa ekolalia
ekolalia (meniru
(meniru

kata
kata yang
yang diuc
diucap
apka
kan
n oran
orang
g lain
lain),
), 25%
25% dapa
dapatt

dimengerti orang lain

22-24 bulan Perbendahara


Perbendaharan
n 50 kata, kalimat
kalimat 2 kata, 75% dapat

dimengerti orang lain

2-2,5 tahun Perbendaharan > 400 kata, termasuk nama, kalimat

14
2-3 kata, mengerti 2 perintah sederhana sekaligus

3-4 tahun
tahun Kalima
Kalimatt dengan
dengan 3-6 kata
kata ; bertan
bertanya,
ya, bercer
bercerita,
ita,

  berhubun
berhubungan
gan dengan
dengan pengalaman
pengalaman,, hampir
hampir semua

dimengerti orang lain

4-5
4-5 tahu
tahun
n Kali
Kalima
matt dega
degan
n 6-8
6-8 kata
kata,, meny
menyeb
ebut
ut 4 warn
warna,
a,

menghitung sampai 10

Untuk memudahkan orangtua ada beberapa tahap bicara yang dapat dijadikan

  para
parame
mete
ter.
r. Sepe
Sepert
rtii tela
telah
h dije
dijela
lask
skan
an bahw
bahwaa sema
semaki
kin
n dini
dini dike
diketa
tahu
huii adan
adanya
ya

ganggu
gangguan
an perkem
perkemban
bangan
gan,, semaki
semakin
n cepat
cepat dapat
dapat dilaku
dilakukan
kan interv
intervens
ensii berupa
berupa

(9)
stimulasi. Orangtua harus mulai waspada bila :

• Pada usia 6 bulan, bayi tidak melirik atau menoleh pada sumber suara

yang datang dari belakang atau sampingnya

• Pada usia 10 bulan, bayi tidak merespons bila dipanggil namanya

• Pada usia 15 bulan, anak tidak mengerti atau merespons terhadap kata

"tidak" atau "jangan"

• Pada
Pada usia
usia 21 bulan,
bulan, anak
anak tidak
tidak meresp
merespons
ons terhadap
terhadap perint
perintah
ah : duduk,
duduk,

kesini, atau berdiri

• Pada usia 24 bulan, anak tidak dapat menunjuk dan menyebutkan bagian

tubuh seperti mulut, hidung, mata atau kuping.

15
BAB III

KESIMPULAN

1. Proses
Proses terjadinya
terjadinya bicara ada
ada dua, yaitu proses
proses sensoris
sensoris dan
dan motoris.
motoris.

2. Etiolo
Etiologi
gi delayed
delayed speech
speech antara lain faktor
faktor lingkun
lingkungan
gan,, emosi,
emosi, masalah
masalah

 pendengaran, perkembangan terlambat, cacat bawaan dan kerusakan otak.

3. Pemerik
Pemeriksaa
saan
n penunj
penunjang
ang pada
pada delaye
delayed
d speech
speech dapat
dapat berupa
berupa BERA,
BERA, OAE,

tympanometri, audiometri dan ASSR.

4. Deteks
Deteksii dini
dini delaye
delayed
d speech
speech sangat
sangat penting
penting agar stimula
stimulasi
si dan interv
intervens
ensii

dapat segera dilakukan.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Judarwa
Judarwantonto,, W. 2008.
2008. Keterla
Keterlamba
mbatan
tan bicara
bicara pada
pada anak,
anak, normal
normalkah
kah?.
?.
Diakses dari http://www.wi
http:// www.wikimu.com
kimu.com/News/D
/News/Display
isplay News.aspx?
News.asp x?
id=10328&post=1
2. Judarwanto, W. 2009. Epidemiologi : gangguan bicara pada anak. Diakses
dari http://speechclinic.wordpress.com/2009/06/28/epidemiologi-
gangguan-bicara-pada-anak/
3. Judarwa
Judarwantonto,, W. 2009.
2009. Proses
Proses mekani
mekanisme
sme bicara
bicara dan bahasa
bahasa : proses
proses
fisiologi bicara. Diakses dari
http://speechclinic.wordpress.com/2009/06/28/proses-mekanisme-bicara-
dan-bahasa-proses-fisiologi-bicara/
4. Juda
Judarw
rwan
anto
to,, W. 20062006.. Keter
Keterla
lamb
mbata
atan
n bica
bicara,
ra, berb
berbahahay
ayaa atau
atau tida
tidak 

 berbahaya. Diakses dari http://www.keterlambatan-bicara.blogspot.com/
5. Audi
Audiyayant
nti.
i. 2008
2008.. Shar
Sharining
g meng
mengenenai
ai tes
tes pend
penden
enga
garan
ran.. Diak
Diakse
sess dari
dari
http://audiyanti.multiply.com/journal/item/28/Sharing_Mengenai_Tes_Pen
dengaran
6. Kartika, H. 2007. Audiometri dasar. Diakses dari
http://hennykartika.wordpress.com/2007/03/11/audiometri-dasar/
7. Judarwanto, W. 2009. Penyebab gangguan bicara dan bahasa. Diakses dari
http://speechclinic.wordpress.com/2009/06/28/penyebab-gangguan-bicara-
dan-bahasa-2/
8. Anonim. 2009. Audiometri nada murni dan audiometri tutur. Diakses dari
http://www.alatbantudengar.com/ask-hearing-specialist.php
9. Partiwi,
Partiwi, A. 2005.
2005. Pentingny
Pentingnyaa deteksi
deteksi dini keterlambatan
keterlambatan bicara pada bayi
dan anak. Diakses dari http://rafikamilani.multiply.com/journal/item/7

17

Anda mungkin juga menyukai