Anda di halaman 1dari 7

UKI_VOKASI_FISIOTERAPI_PATOL

OGI_2062030024_INFLUENZA

KODE KASUS
a. ICD 9: 1E30
b. ICD 10: J09
c. ICD 11: 487.0, 487.1, dan 487.8

DEFINISI

Influenza merupakan salah satu penyakit yang paling sering ditemui dan sangat mudah menular
melalui udara. Penyakit influenza merupakan penyakit pada saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh infeksi virus influenza. Sama seperti infeksi virus pada umumnya, influenza
berlangsung sekitar 2-7 hari dan akan sembuh seiring dengan meningkatnya sistem imun
seseorang. Penyakit Influenza merupakan suatu penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
yang dapat menimbulkan kematian. Virus influenza tipe A merupakan virus penyebab influenza
yang paling sering menyebabkan terjadinya pandemi influenza. Influenza merupakan penyakit
yang dapat menjalar dengan cepat di lingkungan masyarakat. Walaupun ringan, penyakit ini
tetap berbahaya untuk mereka yang berusia sangat muda dan orang dewasa dengan fungsi
kardiopulmoner yang terbatas. Juga pasien yang berusia lanjut dengan penyakit ginjal kronik
atau ganggugan metabolik endokrin dapat meninggal akibat penyakit yang dikenal tidak
berbahaya ini. Serangan penyakit ini tercatat paling tinggi pada musim dingin di negara beriklim
dingin dan pada waktu musim hujan di negara tropik.  Pada saat ini sudah diketahui bahwa pada
umumnya dunia dilanda pandemi oleh influenza 2-3 tahun sekali. Jumlah kematian pada
pandemi ini dapat mencapai puluhan ribu orang dan jauh lebih tinggi dari pada angka-angka
UKI_VOKASI_FISIOTERAPI_PATOL
OGI_2062030024_INFLUENZA

pada keadaan non-epidemik. Bahkan pada beberapa kasus, penderita flu dapat menularkan
penyakitnya sebelum gejala muncul. Meskipun sudah pernah menderita influenza, seseorang
tetap beresiko untuk menderita penyakit ini di kemudian hari.

PATOLOGI
a. PATOANATOMI:
Tidak ada masalah anatomi.
b. PATOFISIOLOGI:
Patofisiologi influenza dimulai dari inhalasi droplet virus influenza, diikuti replikasi virus
dan kemudian infeksi virus menyebabkan inflamasi pada saluran pernafasan.
Virus influenza masuk melalui inhalasi dari droplet yang infeksius, aerosol partikel
mikro, maupun inokulasi langsung lewat sentuhan tangan dari penderita. Virus kemudian
mengikat reseptor asam sialat yang terdapat pada sel epitel jalan napas, khususnya di
trakea dan bronkus. Kemudian, replikasi virus mencapai puncaknya dalam 48 jam pasca
infeksi dan jumlah virus berhubungan langsung dengan derajat keparahan penyakit.
Pada kasus yang berat, terdapat perluasan infeksi virus mencapai bagian paru-paru distal
yang sesuai dengan karakteristik pneumonitis interstisial.  Kerusakan pada alveoli yang
disertai pembentukan membran hialin menyebabkan perdarahan dan eksudat keluar dari
kapiler alveolar menuju lumen yang kemudian mengakibatkan gangguan pertukaran gas
dan disfungsi napas berat. Pada kondisi ini, infeksi menyebabkan peradangan pada
kantong-kantong udara (alveoli) di salah satu atau kedua paru-paru. Akibatnya, alveoli
bisa dipenuhi cairan atau nanah sehingga menyebabkan penderitanya sulit bernapas.
Jika penyakit influenza influenza ini mulai berbahaya, biasanya terjadi gejala nyeri dada,
ada kemungkinan itu adalah tanda dari infeksi seperti radang jantung (miokarditis) atau
radang di selaput jantung (perikarditis).
c. PATOMEKANIKA:
Tidak ada masalah mekanika.

d. PATOGENETIKA:
Tidak ada masalah genetika.
UKI_VOKASI_FISIOTERAPI_PATOL
OGI_2062030024_INFLUENZA

e. PATOIMUNOLOGI:
Pada patoimunologi banyak faktor yang membuat seseorang jadi mudah terserang flu,
misalnya punya alergi, atau memang memiliki sistem imun yang lemah. Jika kondisi ini
dibarengi dengan perasaan mudah lelah dan sakit, maka ini bisa jadi tanda imun lemah.
Namun, sebenarnya sulit untuk menentukan apakah daya tahan tubuh seseorang bagus
atau tidak. Beberapa hal seperti perubahan cuaca, pola makan tidak teratur dan gaya
hidup yang buruk berpengaruh pada daya tahan tubuh seseorang. Apalagi ketika selama
musim hujan lonjakan jumlah mikroorganisme terjadi, sistem imun yang mampu
melawannya bisa saja menjadi kewalahan. Akibat sistem imun tidak berhasil melawan
mikroorganisme, tubuh bisa jatuh sakit. Selama sistem pertahanan tubuh sedang
melemah, disarankan untuk melakukan antisipasi agar kuman penyakit tidak
berkembang. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda daya tahan tubuh
yang sedang melemah.

MANIFESTASI KLINIS
a. TANDA:
Adapun tanda dari penyakit influenza yaitu:
 Orang yang sedang mengalami flu biasanya merasa kurang bersemangat dan
sensitif
 Penurunan nafsu makan
 menggigil
 Hidung memerah karena hidung tersumbat dan pilek
 Mata sayu atau berair
 Susah tidur karena merasa tidak enak badan
 Lemas
 Tekanan darah tinggi
b. GEJALA:
Adapun gejala dari penyakit influenza yaitu:
 Sesak nafas / pneumonia pada pasien yang mengalami komplikasi
 Hidung tersumbat
UKI_VOKASI_FISIOTERAPI_PATOL
OGI_2062030024_INFLUENZA

 Pilek
 Bersin-bersin
 Tenggorokan gatal
 Batuk
 Nyeri dada biasanya terjadi pada pasien yang mengalami komplikasi atau
penyakit kronis
 Demam ≥37,5 ° C
 Sakit kepala
 Pegal linu

TATA LAKSANA
a. TATA LAKSANA MEDIS
1. Prosedur tata laksana
Penatalaksanaan untuk sebagian besar pasien dengan infeksi influenza adalah pengobatan
suportif dengan istirahat, paracetamol dan hidrasi cukup. Penatalaksanaan
influenza mencakup pengenalan dini komplikasi seperti pneumonia dan pengobatan yang
tepat. Obat antivirus tertentu tersedia influenza namun memberikan sedikit pengurangan
gejala atau durasi penyakit. Pemberian obat antivirus (oseltamivir oral atau zanamivir
inhalasi) dapat dilakukan apabila pasien termasuk dalam kategori kelompok berisiko
yang memiliki prognosis lebih buruk dibanding orang sehat yang terinfeksi influenza.
Oseltamivir adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi virus influenza tipe A
(misalnya flu burung) atau B. Gejala-gejala seperti batuk, hidung tersumbat, radang
tenggorokan, meriang, hingga lemas, bisa diatasi dalam waktu lebih cepat atau dipangkas
sebanyak 1-2 hari dengan mengonsumsi obat ini, Zanamivir adalah obat untuk mengatasi
sekaligus mencegah influenza. Obat hirup (inhaler) ini tersedia dalam bentuk kemasan
bubuk 5 mg, Zanamivir termasuk dalam golongan obat antivirus. Obat ini bekerja dengan
cara menghentikan perkembangan sekaligus menghambat penyebaran virus influenza dari
sel terinfeksi ke sel lain yang sehat. Selain mengatasi influenza, zanamivir juga diduga
dapat digunakan untuk mengatasi flu babi.
Pertimbangkan oseltamivir oral walaupun pasien bukan kelompok berisiko namun secara
klinis berpotensi mengalami komplikasi serius dari influenza. Lakukan evaluasi
UKI_VOKASI_FISIOTERAPI_PATOL
OGI_2062030024_INFLUENZA

pengobatan setelah satu minggu untuk memastikan perbaikan gejala dan menyingkirkan
adanya komplikasi sekunder.
2. Tujuan tata laksana
Oseltamivir
Oseltamivir juga dikonsumsi untuk mencegah flu pada pasien yang baru terpapar oleh
virus influenza, dari penderita atau lingkungan yang sedang terjangkit virus ini.
Oseltamivir tergolong ke dalam obat antivirus yang bekerja dengan cara menghentikan
aktivitas virus untuk berkembang. Seperti obat antivirus lainnya, oseltamivir tidak efektif
dalam mencegah infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Zanamivir
Zanamivir dapat mencegah dan mengatasi influenza serta flu babi.
3. Efek samping tata laksana
Oseltamivir
Di samping manfaat yang diberikan, tiap obat juga menimbulkan efek samping bagi
orang yang mengonsumsi atau menggunakannya. Sejumlah efek samping yang dapat
terjadi setelah mengonsumsi oseltamivir adalah:
Sering : nyeri perut, gejala dispepsia, sakit kepala, mual, muntah
Jarang : gangguan kesadaran, ruam, gangguan irama jantung, perdarahan saluran cerna.
Zanamivir
Penggunaan zanamivir bisa menyebabkan beberapa efek samping, seperti:
 Pusing dan sakit kepala.
 Batuk.
 Pilek, hidung tersumbat, dan bersin-bersin.
 Sakit tenggorokan.
 Nyeri sendi.
 Nyeri telinga
 Mual, muntah, dan diare.
 Perubahan suasana hati, terutama bila digunakan oleh anak-anak.

Demikian juga jika Anda mengalami efek samping yang lebih serius, yaitu:

 Merasa linglung dan hilang konsentrasi.


UKI_VOKASI_FISIOTERAPI_PATOL
OGI_2062030024_INFLUENZA

 Gemetar
 Kesulitan berbicara atau menelan.
 Mengalami halusinasi.
 Sesak napas.
 Kejang
4. Risiko tata laksana
Pertimbangkan pemberian oseltamivir oral walaupun pasien bukan kelompok berisiko
namun secara klinis berpotensi mengalami komplikasi serius dari influenza. Lakukan
evaluasi pengobatan setelah satu minggu untuk memastikan perbaikan gejala dan
menyingkirkan adanya komplikasi sekunder. Pengawasan klinis pemberian oseltamivir
harus dilakukan karena berhubungan dengan sifat farmakologis dan efek samping obat,
antara lain:
influenza dapat berhubungan dengan berbagai gejala neurologis dan perubahan perilaku
seperti halusinasi, delirium, dan perilaku abnormal yang dapat berakibat fatal. Terdapat
beberapa laporan postmarketing mengenai kejadian delirium dan perilaku abnormal pada
pasien dengan influenza yang mendapat oseltamivir. Kontribusi oseltamivir pada
munculnya gejala ini belum diketahui secara pasti, akan tetapi diperlukan monitoring
ketat untuk pasien influenza dengan gejala tersebut dan diperlukan evaluasi risiko-
manfaat pemberian oseltamivir pada kasus ini.
b. TATA LAKSANA NON MEDIS
Tata laksana non medis pada penyakit influenza biasanya difokuskan ke perubahan gaya
hidup untuk meningkatkan imun atau sistem kekebalan tubuh. Sebagian penelitian
menyarankan Latihan aerobic sedang dapat membantu mengurangi resiko infeksi
influenza dan meningkatkan kekebalan terhadap vaksinasi influenza pada orang dewasa
yang lebih tua. Efek olahraga sedang pada respons antibodi terhadap vaksinasi influenza
pada orang dewasa yang lebih tua menunjukkan peningkatan titer antibodi yang jauh
lebih besar. olahraga teratur (intensitas tidak ditentukan) secara signifikan dapat
meningkatkan respons antibodi terhadap vaksinasi influenza, olahraga sedang dan berat
menunjukkan respons antibodi yang lebih tinggi.
Selain berolahraga dengan Latihan aerobic makan-makanan bergizi dan bernutrisi pun
sangat penting untuk meningkatkan sistem imun atau sistem kekebalan tubuh, contohnya
UKI_VOKASI_FISIOTERAPI_PATOL
OGI_2062030024_INFLUENZA

mineral zinc penting untuk sistem kekebalan tubuh. Nutrisi ini membantu tubuh membuat
sel darah putih yang memerangi kuman. Penelitian yang dipublikasikan Jurnal Sabinet
menunjukkan bahwa zinc dapat membantu meredakan gejala pilek dan flu. Karena zinc
membantu tubuh melawan virus flu dan dapat memperlambat virus berkembang biak.
Selain itu, orang yang mengalami flu dapat mengonsumsi suplemen zinc atau
multivitamin yang mengandung zinc selama musim flu. Berikut makanan yang
mengandung banyak zinc yaitu: daging merah, kerang, kacang-kacangan, buncis, kacang
polong, biji, susu, dan telur.

DAFTAR PUSTAKA
Song, Y.; Ren, F.; Sun, D.; Wang, M.; Baker, J.S.; István, B.; Gu, Y. Benefits of Exercise on
Influenza or Pneumonia in Older Adults: A Systematic Review. Int. J. Environ. Res. Public
Health 2020, 17, 2655. https://doi.org/10.3390/ijerph17082655
C.P, Ioanna.; A. Malamatemia.; G. Javier.; A. Thomas.; V. George.; V. Aspostolos. Global avian
influenza outbreaks 2010–2016: a systematic review of their distribution, avian species and virus
subtype. (2018). Systematic Reviews volume 7, Article number: 17 (2018).

A.K, Melissa.; M. Sarah.; G. Judith.; M.E, Janet.; L. Jason.; H.F, Todd.; B. William.; K. Kevin.;
M. Allison.; S. Makeda.; M. Shelly. Persistent Functional Decline Following Hospitalization
with Influenza or Acute Respiratory Illness. (2020). AGS Journals.
https://doi.org/10.1111/jgs.16950

dr. Sunita. Penyakit Infeksi Influenza. Diakses dari


https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/influenza pada tanggal 12 Maret 2021.
dr. Merry Dame Cristy Pane. Oseltamivir. Diakses dari https://www.alodokter.com/oseltamivir
pada tanggal 12 Maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai