Pneumonia adalah kondisi inflamasi yang terjadi saat seseorang mengalami infeksi pada kantung-
kantung udara dalam paru-paru.
Kantung udara yang terinfeksi tersebut akan terisi oleh cairan maupun pus (dahak purulen). Gangguan
ini dapat menyebabkan batuk berdahak atau bernanah, demam, menggigil, hingga kesulitan bernapas.
Infeksi yang ditimbulkan pneumonia bisa terjadi pada salah satu sisi paru-paru maupun keduanya.
Penyebab utama dari gangguan inflamasi ini adalah infeksi virus, bakteri, ataupun jamur.
Pneumonia lebih dikenal sebagai paru-paru basah di Indonesia. Penyakit ini bukan hanya dapat
menimpa orang dewasa, melainkan juga terjadi pada anak-anak, bahkan bayi yang baru lahir.
Baik pneumonia virus dan bakteri adalah penyakit yang menular. Berarti, seseorang yang mengidapnya
dapat menyebarkan ke orang lain melalui menghirup tetesan udara dari bersin atau batuk.
Maka dari itu, pengidap gangguan ini perlu menghindari cairan keluar dari mulutnya dengan
menggunakan masker.
Penyebab Pneumonia
Penyebab dari pneumonia beragam, tetapi berdasarkan organisme dan tempat penyebarannya,
pneumonia dibedakan menjadi dua, yaitu pneumonia komunitas yang penyebarannya terjadi di
komunitas (lingkungan umum) dan pneumonia yang ditularkan di rumah sakit.
Organisme yang bisa menjadi penyebab pneumonia ditularkan di lingkungan umum berbeda dengan di
rumah sakit, umumnya organisme yang mengakibatkan pneumonia yang ditularkan pada rumah sakit
lebih sulit untuk diobati.
Contoh organisme yang menyebabkan pneumonia yang ditularkan di tempat umum, antara lain:
Jamur, biasanya jamur akan menyerang orang dengan gangguan sistem imun.
Virus.
Penyakit ini bisa terjadi di rumah sakit dan menjadi serius karena bakteri yang menyebabkannya
mungkin lebih kebal terhadap antibiotik.
Selain itu, hal ini juga bisa lebih berbahaya karena orang yang mengidapnya terkena suatu penyakit.
Orang yang menggunakan mesin pernapasan (ventilator), sering digunakan di unit perawatan intensif,
berisiko lebih tinggi terkena pneumonia jenis ini.
Penyakit paru-paru yang didapat dari perawatan kesehatan ini rentan terjadi pada orang yang dirawat di
fasilitas perawatan dalam jangka panjang atau rutin menerima perawatan di klinik rawat jalan, termasuk
pusat dialisis ginjal.
Layaknya penyebab infeksi yang didapat di rumah sakit, gangguan inflamasi pada paru-paru ini dapat
disebabkan oleh bakteri yang lebih resisten terhadap antibiotik.
Meskipun bisa terjadi pada siapa saja, tetapi beberapa orang lebih rentan untuk terkena pneumonia,
seperti:
Merokok.
Orang yang memiliki imunitas tubuh rendah (seperti pengidap HIV) atau orang yang mengonsumsi obat
yang mensupresi sistem imun, dan sedang berada di rangkaian pengobatan kemoterapi.
Gejala Pneumonia
Indikasi dan juga gejala ringan pneumonia umumnya menyerupai gejala flu, seperti demam dan batuk.
Gejala tersebut memiliki durasi yang lebih lama bila dibandingkan flu biasa. Jika dibiarkan dan tidak
diberikan penanganan, gejala yang berat dapat muncul, seperti:
Mudah lelah.
Sesak napas.
Gangguan pada kesadaran (terutama pada pengidap yang berusia >65 tahun).
Pada pengidap yang berusia >65 tahun dan punya gangguan sistem imun, umumnya mengalami
hipotermia.
Pada anak-anak dan bayi, biasanya gejala yang muncul berupa demam tinggi, anak tampak selalu
kelelahan, tidak mau makan, batuk produktif, dan sesak napas, hingga napas anak menjadi cepat.
Diagnosis Pneumonia
Pertama-tama, dokter akan bertanya tentang gejala dan riwayat kesehatan yang pernah dialami,
termasuk juga kebiasaan tidak sehat yang rutin dilakukan.
Setelahnya, dokter akan mendengarkan suara dari paru-paru. Pengidap pneumonia umumnya
mengalami adanya suara retak, menggelegak, atau bahkan gemuruh saat menarik napas.
Tes darah.
Rontgen dada.
Oksimetri nadi.
Tes dahak.
Selain itu, ada beberapa pemeriksaan lebih dalam jika seseorang memiliki masalah kesehatan lain atau
dicurigai tertular saat di rumah sakit, yaitu:
Bronkoskopi.
CT Scan.
Memang, pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan adalah melalui pencitraan, yaitu foto
rontgen dada.
Dari hasil pemeriksaan tersebut, dokter melihat lokasi dari infeksi yang terjadi. Selain itu, pemeriksaan
laboratorium darah dilakukan untuk mengetahui organisme apa yang menyebabkan terjadinya infeksi.
Pengobatan Pneumonia
Pengobatan dan penanganan untuk kasus pneumonia adalah dengan mengatasi infeksi yang terjadi dan
memberikan terapi suportif.
Dokter akan memberikan antibiotik yang harus dikonsumsi sampai habis jika infeksi disebabkan karena
bakteri. Sedangkan terapi suportif yang diberikan dapat berupa:
Obat penurun demam jika pengidap menderita demam tinggi dan membuat aktivitas terganggu.
Obat batuk untuk mengurangi frekuensi batuk maupun mencairkan dahak yang tidak bisa keluar.
Dokter juga menganjurkan agar pengidap dirawat inap, jika terjadi beberapa kondisi ini:
Komplikasi Pneumonia
Komplikasi pneumonia lebih sering terjadi pada anak kecil, orang tua dan mereka yang sudah memiliki
kondisi kesehatan sebelumnya, seperti diabetes. Komplikasi pneumonia yang mungkin bisa terjadi yaitu:
Radang selaput dada, yaitu kondisi yang terjadi saat lapisan tipis antara paru-paru dan tulang rusuk
(pleura) meradang. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan pernapasan.
Abses paru-paru, yaitu komplikasi langka yang kebanyakan ditemukan pada orang dengan penyakit
serius yang sudah ada sebelumnya atau memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol yang parah.
Keracunan darah (sepsis), juga merupakan komplikasi yang jarang tapi berakibat serius.
Pencegahan Pneumonia
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya pneumonia, yaitu:
1. Mendapatkan vaksin
Mendapatkan vaksinasi: Hal ini adalah cara paling utama untuk mencegah terjadinya pneumonia.
Pastikan kamu mendapatkannya agar kemungkinan untuk terserang penyakit ini semakin kecil.
Vaksin perlu diberikan pada anak-anak, terutama yang di bawah usia 2 tahun dan usia 2-5 tahun dengan
jenis yang berbeda. Perlu juga untuk memberikan suntikan flu pada anak di atas usia 6 bulan.
2. Jaga kebersihan
Mempraktekkan kebersihan yang baik: Pastikan untuk melindungi diri dari gangguan ini dengan mencuci
tangan secara teratur atau menggunakan hand sanitizer.
3. Berhenti merokok
Berhenti merokok agar pelindung paru-paru tidak terganggu dan ampuh menghadapi infeksi
pernapasan.
4. Jaga imunitas
Jaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat dengan tidur yang cukup, berolahraga teratur, serta
mengonsumsi makanan sehat.