Anda di halaman 1dari 18

Penelitian

Pandangan Pemimpin Gereja tentang Pengaturan Organisasi Gereja di Provinsi Papua 59

Pandangan Pemimpin Gereja tentang Pengaturan


Organisasi Gereja di Provinsi Papua

Asnawati
Puslitbang Kehidupan Keagamaan
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
E-mail: asnawati_icha@yahoo.com
Diterima redaksi tanggal 22 Juli 2015, diseleksi 16 Oktober 2015 dan direvisi 7 November 2015

Abstract Abstrak

This study discusses church leader Penelitian mengenai pandangan pemimpin


viewpoints on church organization gereja tentang pengaturan organisasi
management in Papua. The study uses gereja di Provinsi Papua ini merupakan
qualitative approach that aims to describe penelitian kualitatif yang bertujuan untuk
mendiskripsikan pandangan tokoh agama
the religious leaders viewpoints related
terkait tentang pelayanan, pembinaan dan
to services, counseling, and organization pengaturan organisasi atau denominasi
management or denomination of church gereja maupun yayasan Kristen yang bersifat
and Christian board by ministry religious Gerejawi oleh Kementerian Agama Provinsi
affair in Papua. The study describes Papua. Penelitian ini mendeskripsikan
contributions of Christian leaders’ visionary sumbangan pemikiran visioner dari para
thought in Papua to establish religious tokoh agama Kristen di Papua dalam upaya
harmony and peacefulness that there are menjamin keberlangsungan keharmonisan
some new denominations to get legalization dan kedamaian kehidupan beragama,
from the government after determination terutama terkait dengan semakin banyaknya
denominasi baru yang ingin mendapatkan
of Act No.17, 2013 about community
legalisasi dari pemerintah pasca lahirnya
organization. The result of study can be
Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 tentang
concluded that church leaders agree that Organisasi Kemasyarakatan. Dari hasil
organization management conducted by penelitian ini disimpulkan beberapa hal di
ministry religious affair in Papua is good antaranya dalam pengaturan organisasi para
and they have same perception on making pemimpin gereja berpandangan bahwa
a good relationship to make peace in secara umum pengaturan tersebut sudah
Papua and uphold “satu tungku tiga batu” baik yang dilakukan oleh Kementerian
motto to build strong relationship between Agama Provinsi Papua dan para pemimpin
adherents and religious leaders. Generally, gereja memiliki pandangan sama mengenai
pentingnya menjalin hubungan damai
the relationship between Christians and
untuk mewujudkan Papua Tanah Damai,
society around the church as well between
dan menjunjung tinggi motto “satu tungku
church and ministry religious affair is good. tiga batu”, agar tetap terjalin kerjasama
Keywords: Church denomination, antar penganut dan tokoh agama yang kuat.
Secara umum relasi gereja-gereja yang
viewpoints, and organization.
ada di Papua dengan masyarakat sekitar
berjalan sangat baik. Dan hubungan gereja
dengan Kementerian Agama juga terjalin
dengan baik.
Kata kunci: Denominasi Gereja, Pandangan
dan Organisasi.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 14 No. 3


60 Asnawati

Pendahuluan Indonesia susah bersatu, yaitu; Pertama,


gereja-gereja di Indonesia umumnya
Menurut Durkheim, agama adalah gereja-gereja daerah; Kedua,
merupakan kekuatan kolektif adanya perpecahan dan kurangnya
masyarakat di atas individu-individu, koordinasi gereja-gereja Belanda yang
sehingga pemeluknya harus tunduk mengabarkan Injil di Indonesia (Pilon,
dan bergantung pada kekuatan moral 1972: 79). Sehingga dalam skala nasional
serta menerima segala yang baik dan saat ini sudah lebih dari 323 denominasi
meninggalkan larangannya (Raho SVD, gereja di Indonesia dan untuk skala
2013: 44). Dalam konteks kekristenan, wilayah Papua sudah ada sekitar 39
agama dipahami sebagai jalan menuju denominasi gereja.
kehidupan sejati, dan menjadi pedoman
bagi pengikutnya, karena tujuanya adalah Melihat kondisi tersebut, pada 1989
menggiring realitas kehidupan yang sebagaimana dikemukakan JS Aritonang,
ada (das sein) kepada kehidupan yang Direktur Jenderal Bimas Kristen
seharusnya (das sollen). Proses sosiologis mengeluarkan surat edaran yang berisi
ini telah menjadi pendorong kuatnya sifat himbauan agar umat Kristen di Indonesia,
missioner agama agar dalam kehidupan termasuk Papua tidak membentuk
keagamaan sesuai dengan petunjuk organisasi atau denominasi gereja baru.
Alkitab. Hal ini bermula dari pengajaran Namun, surat edaran itu tidak memiliki
Yesus Kristus sejak umur 30 tahun, kekuatan hukum yang kuat, sehingga
kemudian selama tiga tahun berkhotbah tetap saja tumbuh organisasi gereja atau
dan berbuat mukjizat pada banyak orang yayasan Kristen bersifat gerejawi di
bersama keduabelas muridnya. seluruh Indonesia, baik disebabkan oleh
perpecahan dari organisasi gereja atau
Dalam konteks munculnya yayasan Kristen sebelumnya, maupun
denominasi, Martin Luther yang kreasi anggota gereja karena kebutuhan di
dikenal dengan semangat reformasi dan suatu daerah tertentu (Aritonang, 1995).
merupakan tokoh penting dalam sejarah Penyebab dari perpecahan tersebut cukup
Kristen Protestan, telah menyebabkan beragam, seperti masalah teologis, beda
Kristen Protestan di Indonesia cara beribadat, kepentingan ekonomi,
mengalami pertumbuhan organisasi tidak diakomodirnya kepentingan
atau denominasi gereja sangat pesat, dan anggota-anggota utama dalam gereja itu
tidak memunculkan pertumpahan darah dan sebagainya.
meskipun muncul banyak denominasi
berbeda, karena perbedaan telah disikapi Senada dengan yang dijelaskan
dengan kearifan dan kebijaksanaan. Dari oleh JS Aritonang, menurut Kabid
data Ditjen Bimas Kristen diperoleh Kelembagaan Dirjen Bimas Kristen bahwa
keterangan bahwa hingga tahun 2010, saat ini telah terdapat 323 organisasi
telah mencapai 323 organisasi gereja atau atau denominasi gereja yang terdaftar di
denominasi, di samping terdapat ratusan Dirjen Bimas Kristen dan masih terdapat
yayasan Kristen Protestan yang bersifat ratusan organisasi atau denominasi
gerejawi yang menjalankan aktifitas gereja baru yang antri mendaftarkan
mirip organisasi gereja, seperti kebaktian diri ke Bimas Kristen. Tetapi karena ada
minggu secara reguler, pembaptisan, semacam moratorium tidak tertulis pada
perjamuan kudus, pemberkatan tahun 2008 (JS Aritonang menyatakan
pernikahan, pemakaman, penggembalaan ada surat edaran Dirjen Bimas Kristen),
(pelayanan pastoral) dan sebagainya. sehingga pendaftaran bagi denominasi
baru itu tidak diproses lebih lanjut, tetapi
Menurut Pilon, terdapat dua unsur/ cukup didata saja. Jika tidak ada semacam
faktor yang membuat gereja-gereja di

HARMONI September - Desember 2015


Pandangan Pemimpin Gereja tentang Pengaturan Organisasi Gereja di Provinsi Papua 61

moratorium, dikhawatirkan akan terjadi mereka juga berupaya saling menghargai


ledakan denominasi gereja dan ini sangat satu sama lain.
berbahaya bagi gerakan oikumene dan
kerukunan kehidupan beragama. Sebagai agama yang dipeluk
oleh mayoritas penduduk Papua,
Direktorat Jenderal Bimas Kristen Kristen memiliki sejarah panjang dalam
melihat bahwa organisasi atau denominasi penyebaran Injil di Tanah Papua. Dalam
gereja baru yang muncul, seringkali sejarah tercatat bahwa masuknya Injil di
bukan karena perbedaan teologis, tetapi Papua dimulai sejak 5 Februari tahun 1885
karena disemangati paham missionari silam. Dua orang pendeta berkebangsaan
church planting dan duniawi semata. Jerman (Otto dan Geissler) menginjakkan
Padahal dengan terbentuknya organisasi kakinya di sebuah pulau, yang kini dikenal
atau denominasi baru tersebut akan “Pulau Mansinam” di Manokwari Papua
diikuti pendirian gedung gereja baru Barat. Kemudian Ottow dan Geissler
yang prosesnya tidak mudah. sekitar tahun 1860 membuka sekolah
bagi anak–anak dengan anak–anak
Demikian pula dengan wilayah budak tebusan mereka sebagai murid
Provinsi Papua termasuk wilayah yang mereka yang pertama serta anak–anak
berpenduduk majemuk, baik dalam hal perempuan dengan jumlah yang besar.
suku, agama maupun budaya. Suku asli Pada 15 Juli 1862, Ottow dan Geissler
yang tinggal di Papua mencapai sekitar mengajar dan membebaskan tawanan
250. Masing-masing suku memiliki yang hendak dijadikan budak oleh
bahasa masing-masing serta karakteristik kapal–kapal bajak laut. Hal ini membuat
tertentu. Dari segi agama, menunjukkan masyarakat Papua semakin mempercayai
adanya indikasi bahwa derajat pluralisme kebaikan Ottow dan Geissler.
dalam masyarakat Papua semakin lama
semakin kompleks (Leo L. Ladjar, 2006: Tepat pada tanggal 1 Januari 1865,
206). meskipun berjuang sendirian karena
Ottow telah meninggal tahun 1862,
Kemajemukan Papua dari Geissler berhasil melakukan pembaptisan
segi agama jauh berbeda dengan pertama di Tanah Papua kepada dua orang
kemajemukan yang terjadi di sebagian wanita (Sarah dan Ester) yang merupakan
besar wilayah di Indonesia. Jika bekas budak yang ditebus oleh Ottow dan
kebanyakan wilayah Indonesia mayoritas Geissler. Kemudian pada 1 Januari 1867,
penduduknya beragama Islam, di gereja pertama di Tanah Papua dengan
Papua justeru mayoritas penduduknya nama “Pengharapan” (karena pekerjaan
beragama Kristiani. Namun akhir- Geissler adalah pekerjaan pengharapan)
akhir ini, mayoritas Kristiani tersebut yang dibangun selama tiga tahun dan
menghadapi migrasi besar dari luar mampu memuat 400 orang diresmikan
Papua yang perlahan-lahan menggeser di Mansinam. Dua tahun kemudian,
titik keseimbangan demografi terkait tepatnya 28 Mei 1869 (hari Pentakosta
dengan penduduk asli versus pendatang pertama) dilakukan pembaptisan kedua
dan juga soal Kristen versus Islam (Theo kepada empat orang (Soerohan, Djoemaat,
Van Den Broek, 2006: 78). Kondisi ini Remissie dan Melati yang kemudian
sangat berpotensi terjadinya konflik. diberi nama Yohanes, David, Markus dan
Meskipun demikian, mereka tetap Sophia). Pada hari berikutnya, tanggal
berupaya membina kerukunan dengan 29 Mei 1869, (hari Pentakosta kedua)
baik. Setiap kelompok umat beragama dilaksanakan Perjamuan Kudus pertama
diharapkan senantiasa memahami sejarah di Tanah Papua dengan 12 peserta: 6
perkembangan agama-agama di wilayah orang Barat dan enam orang Papua yang
ini dan atas kesadaran akan sejarah itulah
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 14 No. 3
62 Asnawati

telah dibaptiskan (F.J.S. Rumainum, Tth: yang bermasalah. Selain itu, dengan
7-15). Kemudian Pekabaran Injil mulai disahkannya UU No. 17 Tahun 2013
menyebar ke berbagai daerah di Papua juga cukup mengkhawatirkan, karena
dengan datangnya beberapa Missionaris gereja mempunyai ‘peluang’ untuk
dari Eropa dan Amerika pada periode- mendaftarkan ke Kesbangpol di saat
periode berikutnya. pintu pendaftaran gereja di Bimas Kristen
masih tertutup. Ini sangat memungkinkan
Sejak Zending atau misi Kristen terjadi karena kebebasan berserikat dan
Protestan dari Jerman, Ottow & Geissler berkumpul itu dijamin oleh Undang-
tiba di pulau Mansinam Manokwari 5 Undang Dasar 1945.
Februari 1855 hingga tanggal 5 Februari
1935, tercatat lebih dari 50.000 orang Setelah Indonesia merdeka, maka
menganut Kristen (http://cloud.papua. semua organisasi politik dan keagamaan
go.id, diakses 7 April 2014). harus didaftarkan ke Presiden, di mana
kewenangannya sebagian dilimpahkan
Dengan sejarah panjang tersebut, kepada Kesbangpol dan sebagian lagi
wajar apabila Kristen di Papua menjadi kepada Kementerian Agama. Semua
agama yang dipeluk oleh mayoritas organisasi harus terdaftar adalah
penduduk Papua. Kristen pun akhirnya sebagai bentuk kendali dan kontrol agar
berkembang ke seluruh wilayah Papua organisasi tidak melakukan kegiatan-
melalui berbagai saluran sosial, ekonomi, kegiatan di luar yang telah diatur dalam
politik, imperialisme, pendidikan, AD/ART organisasi itu sendiri. Hal ini
kesehatan dan semua saluran yang sebagaimana dijelaskan oleh Melius,
mungkin. Oleh karena penginjilan Kabid Kelembagaan Bimas Kristen
dilakukan oleh para missionaris yang Kementerian Agama RI dan Marvel
berbeda-beda gereja atau denominasinya, dalam diskusi awal untuk melengkapi
maka tidak terelakan perkembangan bahan penyusunan desain operasional
gereja di Papua pun juga beragam. Gereja- penelitian pada tanggal 11 Februari 2014.
gereja maupun denominasi tersebut
masing-masing mempunyai sejarah Berkaitan dengan pengaturan
panjang di Eropa atau di Amerika Serikat, organisasi atau denominasi gereja
dan sejarah tersebut ditandai tidak hanya maupun yayasan Kristen, semuanya
dengan dialog damai, tetapi juga konflik harus diatur dan dilayani pemerintah.
dan persaingan yang berurat akar. Jika jumlah organisasi atau denominasi
Sayangnya, sisi gelap sejarah gereja juga gereja tidak diatur, maka pemerintah
dibawa ke Papua (Lheo L. Ladjar, 2006: akan kesulitan mengatasi masalah yang
107). Dari denominasi yang berkembang muncul di kalangan organisasi atau
di Papua tersebut bahkan mengalami denominasi maupun yayasan yang
perpecahan sehingga denominasinya bermasalah. Sayangnya selama ini ada
juga bertambah banyak. kesalahan semantik di masyarakat, dan
birokrasi minus Kementerian Agama,
Oleh karena itu, pengaturan serta di kalangan penyusun undang-
organisasi atau denominasi gereja undang, yaitu bahwa agama yang
maupun yayasan Kristen itu menjadi ”diakui” pemerintah ada 6 yaitu Islam,
sebuah keharusan, karena jika jumlah Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan
organisasi atau denominasi gereja tidak Khonghuchu.
diatur sedemikian rupa, maka Bimas
Kristen akan mengalami kesulitan Sementara istilah yang benar dan
dalam mengatasi masalah yang muncul lazim digunakan Kementerian Agama
di kemudian hari antar organisasi adalah ”dilayani”. Kesalahan istilah itu
atau denominasi maupun yayasan berakibat fatal bagi agama-agama yang

HARMONI September - Desember 2015


Pandangan Pemimpin Gereja tentang Pengaturan Organisasi Gereja di Provinsi Papua 63

selama ini belum ”dilayani” pemerintah, untuk mengambil anggota jemaat yang
seperti agama Malim, agama Kaharingan, telah menjadi anggota gereja lainya.
agama Marapu dan sebagainya.
Paradigma baru kebijakan keagamaan Secara teknis Undang-Undang
Kementerian Agama adalah bahwa No. 17 Tahun 2013, tidak menjelaskan
pemerintah harus ”melayani” semua apakah organisasi, denominasi, LSM,
agama, apapun agamanya dan bukan yayasan keagamaan dan sebagainya
”mengakui”. Jika suatu agama tidak harus terdaftar di Direktorat Jenderal
dapat dilayani di pusat, maka cukup Bimas Kristen Kementerian Agama
dilayani di tingkat daerah, sehingga atau cukup di Kesbangpol Kementerian
semua mendapatkan pelayanan yang Dalam Negeri. Undang-undang ini
sama dari negara. lahir untuk menggantikan undang-
undang sebelumnya yakni UU No. 8
Pemberlakuan UU No 17 Tahun 2013 Tahun 1985 tentang Keormasan karena
yang belum jelas Peraturan Pemerintahnya dipandang tidak memadai lagi bagi
(PP), Petunjuk Pelaksanaanya (Juklak) pengaturan berbagai lembaga/organisasi
dan Petunjuk Teknisnya (Juknisnya) kemasyarakatan yang ada. Dari aspek
berdampak mengkhawatirkan apabila substansi, UU No. 17 Tahun 2013 tentang
tidak hati-hati dalam menerjemahkanya. Keormasan berpotensi menimbulkan
Pada saat ini dampak itu belum terasa, dampak kerancuan kerangka hukum,
karena undang-undang tersebut belum yaitu apakah semua denominasi, yayasan,
tersosialisasikan secara merata, tetapi perkumpulan, serta semua perkumpulan
pada saatnya, pasti dipahami oleh semua yang tidak berbadan hukum akan disebut
komponen bangsa. Selama ini semua ormas, karena dalam undang-undang
organisasi atau denominasi, yayasan itu tidak ada pembedaan definisinya. Di
dan ormas keagamaan yang dilayani samping itu, pengaturan berlebihan dan
terdaftar di Kementerian Agama RI, multi tafsir bagi organisasi tidak berbadan
dan di kalangan Kristen dilakukan hukum sebagaimana ditunjukan bahasa
oleh Direktorat Jenderal Bimas Kristen hukum dalam undang-undang itu
Kementerian Agama. Dengan undang- (Eriyanto, 2013).
undang baru, dikhawatirkan berbagai
organisasi dan yayasan merasa cukup Atas dasar itulah, Puslitbang
mendaftar di Kesbangpol Kementerian Kehidupan Keagamaan melakukan
Dalam Negeri RI. Jika seperti itu penelitian serius agar ditemukan cara
memahami semangat atau filosofi dari pelayanan, dan pengaturan kehidupan
UU No. 17 tahun 2013, maka sangat beragama yang mendukung munculnya
berbahaya bagi semangat Oikumenis masyarakat yang harmonis, dan
(keesaan gereja) dan kerukunan hidup mendorong berhasilnya pembangunan
antar umat beragama (Eryanto, 2013). bidang agama. Dari latar belakang
ini pula, maka masalah penelitian
Keesaan gereja merupakan wujud dirumuskan sebagai berikut: 1).
dari kasih antar gereja, namun dalam Bagaimana pandangan tokoh agama
realitas, nampaknya semangat oikumene Kristen di Papua tentang pelayanan,
itu masih harus terus didorong, sebab pembinaan dan pengaturan organisasi
masyarakat masih disuguhi pertunjukan atau denominasi gereja yang dilakukan
permusuhan antar gereja-gereja sendiri. Kementerian Agama?; 2). Bagaimana
Pola pekabaran injil (church planting) yang kebijakan Kementerian Agama di
dilakukan banyak gereja sekarang telah Papua berkaitan dengan pelayanan,
meresahkan gereja lainya (khususnya pembinaan dan pengaturan organisasi
mainstraim), sebab pola itu juga dipakai atau denominasi gereja yang telah ada

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 14 No. 3


64 Asnawati

selama ini?; 3). Pemikiran visioner seperti tahun berkhotbah dan berbuat mukjizat
apa yang dapat disumbangkan oleh para pada banyak orang, bersama keduabelas
tokoh Kristen di Papua untuk menjamin muridnya. Yesus semakin populer
keharmonisan dan kedamaian kehidupan sehingga dibenci para pemimpin Yahudi
beragama, berkaitan dengan semakin dan bersepakat untuk membinasakanya
banyaknya denominasi baru yang ingin dengan cara menyalib Yesus di tiang salib
mendapatkan legalisasi dari pemerintah?. pada usia 33 tahun. Yesus bangkit dari
Dengan demikian maka tujuan kuburnya pada hari ketiga setelah
penelitian ini secara umum adalah untuk kematiannya. Dalam keyakinan umat
melihat dan mendeskripsikan pandangan Kristen, setelah empat puluh hari
tokoh agama Kristen di Papua tentang menjalani hidup sebagai manusia, Yesus
pelayanan, pembinaan dan pengaturan diangkat Bapa/Allah ke Surga. Kata
organisasi atau denominasi gereja maupun Kristen sendiri memiliki arti ”pengikut
yayasan Kristen yang bersifat gerejawi Kristus atau ”pengikut Yesus” yang
oleh pemerintah, utamanya Kementerian pertama kalinya disebut Kristen ketika
Agama Propinsi Papua. Secara khusus mereka berkumpul di Antiokia (Lihat
untuk mendeskripsikan pandangan tokoh kisah Para Rasul 11:26b).
agama Kristen di Papua berkaitan dengan
pelayanan, pembinaan dan pengaturan Kepemimpinan Kristen setelah
organisasi atau denominasi maupun Yesus adalah Petrus yang ditunjuk-Nya,
yayasan Kristen yang bersifat gerejawi; kemudian para uskup yang dipimpin
mendeskripsikan model pelayanan, uskup Roma. Pengakuan imannya
pembinaan dan pengaturan oranisasi menyebutkan kepercayaan Allah
atau denominasi gereja maupun yayasan- Tritunggal yang Mahakudus, yakni Bapa,
yayasan Kristen yang bersifat gerejawi Anak (Yesus Kristus), Roh kudus, Gereja
yang telah dilakukan oleh Kementerian yang satu, kudus, katolik, apostolik,
Agama di Papua; mendekrisipkan pengampunan dosa, kebangkitan badan,
sumbangan pemikiran yang visioner dan adanya kehidupan yang kekal.
dari para tokoh agama Kristen di Papua
untuk menjamin keberlangsungan Gereja Kristen mengalami dua kali
keharmonisan dan kedamaian kehidupan perpecahan (skisma) besar, yaitu pada
beragama, berkaitan dengan semakin 1054 antara Gereja Barat yang berpusat
banyaknya denominasi baru yang ingin di Roma dengan Gereja Timur berpusat
mendapatkan legalisasi dari pemerintah di Konstantinopel dan pada 1517 ketika
pasca lahirnya Undang-Undang No Martin Luther memprotes ajaran Gereja
17 Tahun 2013 tentang Organisasi yang dianggapnya telah menyimpang
Kemasyarakatan. dari kebenaran, sehingga lahirlah Gereja
Protestan. Pada masa-masa berikutnya
dengan semangat reformasi Martin
Penjelasan Konsep Luther (protestantisme) itu, munculah
berbagai organisiasi dan denominasi
Agama Kristen gereja di seluruh dunia, termasuk
Kristen termasuk agama semitik sebagian (ratusan) di Indonesia. Di
atau Abraham, dengan kepercayaan Indonesia, secara umum dibagi dalam
monoteistik berdasar pada ajaran, hidup, organisasi atau persekutuan gereja aras
sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus nasional yang beranggotakan berbagai
Kristus. Bermula dari pengajaran Yesus sinode dan denominasi atau organisasi
yang sejak umur 30 tahun, selama tiga gereja yang disemangat oleh gerakan
HARMONI September - Desember 2015
Pandangan Pemimpin Gereja tentang Pengaturan Organisasi Gereja di Provinsi Papua 65

ekomumenisme. Persekutuan gereja itu Organisasi Gereja


adalah ditingkat internasional disebut
Sebelum munculnya Martin Luther,
World Church Conference (WCC) yang
perdebatan pergumulan teologis tersebut
fungsinya sebagai wadah bersama Kristen
telah melahirkan aliran-aliran dalam
Protestan di seluruh dunia, atau dikenal
tubuh gereja seperti gereja Katolik dan
sebagai gerakan oikumene. Setiap wadah
gereja Ortodok. Dari gereja Katolik
ekumenis ini memiliki anggota sinode-
muncul gereja Katolik Roma dan Katolik
sinode yang secara teologis memiliki
Timur. Dari Gereja ortodok muncul gereja
aliran dan paham yang sama. Tetapi
ortodok Timur (seperti: Konstantinopel
dalam peraktiknya, banyak sinode yang
Patriark, Antiokia Partriark, Jerusalem
menjadi anggota beberapa persekutuan Patriark, Alexandria Patriark dan Rusia
gereja aras nasional itu sekaligus. Partriark) dan gereja ortodok orang-
Misalnya, Gereja Bethel Indonesia orang timur (Armenia, Koptik, Ethiopia,
(apapun nama belakangnya), di samping Suriah).
menjadi anggota PGI, ia juga anggota
PGPI, PGLII, dan PPGI. Luther dalam gerakan reformasinya
dibantu para imam-imam dan teolog-
Organisasi atau denominasi gereja teolog yang kritis terhadap gereja. Oleh
itu telah menyadari bahwa perpecahan karena itu, kalangan Kristenpun sejatinya
organisasi dan denominasi itu dapat dinyatakan sebagai Katolik juga,
menyimpang dari pesan Yesus yang karena merupakan protes saja terhadap
mendoakan kesatuan di antara para Paus. Tetapi dari Martin Luther yang
pengikutnya, sehingga melahirkan melakukan gerakan reformasi di Gereja
semangat atau dorongan kesatuan gereja Katolik ini kemudian memunculkan
atau ekumenisme di seluruh dunia sejak istilah Gereja Protestan (protes kepada
awal abad 20. Paus) yang disusul oleh Zwingli (Jenewa,
Swis), Johanes Calvin (Perancis Selatan),
Martin Bucer dan Heinrich Bullinger
Pemimpin Gereja (Zurich, Jerman Selatan) (de Jonge, 2009:
22-32).
Pada komunitas masyarakat
apapun dalam proses sosial dan Hasil dari gerakan reformasi Martin
kehidupan masyarakat, selalu ada Luther (protestantisme) yang kemudian
tokoh sentral yang memiliki kharisma disebut dengan Kristen Protestan ini
yang menjadi pemimpin dan diikuti adalah munculnya aliran-aliran baru
titah maupun sabdanya dan diteladani dalam Kristen Protestan sendiri, yaitu
perilakunya. Mereka ini sering disebut kelompok reformasi radikal (anggota
dengan pemimpin, pemuka atau tokoh aliran/sekte/kelompoknya; Hutterite,
komunitasnya. Sebagai pemimpin Anababtis, dan Menonit), Lutheran
(anggota aliran/sekte/kelompoknya;
komunitas, maka seringkali hanya
Monrovian, Pietist dan Evalengical
diakui oleh komunitasnya sendiri,
Injili), Anglikan (anggota aliran/sekte/
sementara di luar komunitasnya ia
kelompoknya; Methodist, Advent,
belum tentu diakui. Oleh karena itu,
Penthakosta, Nazarene, Metodis, Allience,
dalam konteks Kekristenan yang disebut
Bala Keselamatan dan Puritan, Quaker,
dengan pemimpin komunitas itu adalah
Baptis dan Kongregasional), dan Calvin
pemimpin gereja, atau gembala/pendeta
(anggota aliran/sekte/kelompoknya;
dari organisasi gereja tertentu.
Nesthorian, Reform dan Kristen Reform).

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 14 No. 3


66 Asnawati

Kita akhirnya mengenal Kristen Katholik, Hasil dan Pembahasan


Kristen Protestant, Kristen Orthodoks dan
Sekilas Provinsi Papua
aliran-aliran lainnya (Aritonang, 1995).
Jadi singkatnya, gerakan reformasi Martin Secara historis, pada tahun 1545
Luther atau dikenal Protestantisme, telah Ortis de Retes memberi nama Papua
memiliki beragam denominasi, seperti dengan Nova Guinea, yang dalam bahasa
Calvinisme, Lutheran, Injili, Kharismatik, Spanyol Nova artinya baru dan Guinea
Anglikan, Bala Keselamatan, Quaker, dan artinya tanah atau tempat. Kemudian
lain-lain (A. Bancin, 2008). pada waktu pemerintahan Belanda
diberi nama Nederland New Guine, yang
kemudian berubah menjadi Papua Barat.
Pada masa integrasi dengan Indonesia
Metode Penelitian
dirubah menjadi Irian Barat,  kemudian
Penelitian ini merupakan penelitian Irian Jaya dan pada tanggal 26 Desember
kualitatif, dalam bentuk studi kasus 2001 diganti dengan Provinsi Papua
untuk mendalami, menjelaskan dan sehubungan dengan diberlakukannya
mendeskripsikan tentang pandangan Otonomi Khusus bagi provinsi ini.
pemimpin gereja tentang pengaturan Jumlah penduduk Papua dari
oganisasi atau denominasi gereja dan tahun ke tahun terus meningkat, baik
yayasan-yayasan Kristen bersifat gerejawi. karena faktor keturunan atau pun
Pandangan pemimpin gereja ini perlu migrasi penduduk dari luar Papau. Dan
digali karena Undang-Undang No 17 karena migrasi tersebut, penduduk
Tahun 2013 secara nyata mempermudah Papua menjadi multi etnis, yang terdiri
untuk membentuk organisasi apapaun dari etnis melanesia (penduduk asli
dengan cara cukup mendaftarkan diri ke Papua) merupakan penduduk mayoritas,
Kesbangpol Kementerian Dalam Negeri, etnis Bugis dan Jawa. Berdasarkan data
sementara selama ini semua organisasi tahun 2012, jumlah penduduk Papua
atau denominasi gereja dan yayasan- adalah 3.144.581 jiwa. Dilihat menurut
yayasan Kristen bersifat gerejawi baru jenis kelamin, jumlah penduduk Papua
dapat bekerja secara efektif ketika telah tahun 2012 lebih banyak berjenis kelamin
mendapatkan legalitas dari Bimas Kristen laki-laki (1.664.076 jiwa) dibandingkan
Kementerian Agama. jumlah penduduk berjenis kelamin
perempuan (1.480.505 jiwa). Dengan
Sementara itu dalam teknik luas wilayah 316.553,10 km2, kepadatan
pengumpulan data melalui wawancara penduduk di Papua sebanyak 9 jiwa per
dilakukan dengan informan (key km2. Kepadatan tertinggi terjadi di Kota
informan) di antaranya, Pejabat Bimas Jayapura, yakni 288 jiwa per km2, diikuti
Kristen Kementerian Agama di daerah; Kabupaten Jayawijaya (96 jiwa per km2)
dan gembala jemaat, pengurus gereja/ dan Kabupaten Mimika (88 jiwa per km2).
pendeta, penatua dan sebagainya. Sedangkan kepadatan terendah terjadi
Kemudian dengan observasi baik secara di Kabupaten Mamberamo Raya, yakni
terlibat (participant) maupun observasi kurang dari 1 jiwa per km2 (BPS Papua,
tidak terlibat (non participant). Dilengkapi 2013: 83).
dengan kajian dokumen untuk memahami
Jumlah pemeluk agama Kristen di
landscap dari kekristenan dan berbagai
Provinsi Papua adalah terbesar (64,30%)
hal yang berkaitan dengannya, seperti; dibanding jumlah pemeluk agama lain.
organisasi atau denominasi, sinode, Jumlah terbesar kedua adalah pemeluk
theologi, ibadah, sosial, dan sebagainya. agama Katholik kemudian disusul agama

HARMONI September - Desember 2015


Pandangan Pemimpin Gereja tentang Pengaturan Organisasi Gereja di Provinsi Papua 67

Islam, Hindu dan Buddha. Sedangkan agama 44 orang, Katholik 11 orang, Islam
jumlah pemeluk agama Konghucu saat 9 orang, dan Hindu 1 orang. Selain tenaga
penelitian dilakukan belum diketahui penyuluh agama, Kemenag Papua juga
secara pasti, karena belum dilakukan terdapat guru pendidikan agama yang
pendataan. Adapun jumlah pemeluk berstatus PNS. Jumlah mereka di masing-
masing-masing agama di Papua masing agama adalah: Kristen memiliki
berdasarkan data Kemenag Papua tahun guru pendidikan agama sebanyak 13.247
2013 adalah: Kristen sebanyak 2.321.914 orang, Katholik 630 orang, Islam 855
orang (64,30%), Katolik sebanyak 623.060 orang, Hindu 25 orang, dan Buddha 14
orang (23,29%), Islam 380.523 orang orang (Data Kanwil Kemenag Papua,
(12,56%), Hindu 4.817 orang (0,17%), dan 2013).
Buddha 3.117 orang (0,11%). .

Dalam melaksanakan kegiatan


Dinamika Sosial Keagamaan
keagamaan pada masing-masing umat
beragama selalu berpusat pada tempat Secara geografis, komunitas Kristiani
ibadat. Jumlah tempat ibadat di Papua di Indonesia banyak terkonsentrasi di dua
terbanyak adalah tempat ibadat umat tempat, yaitu Flores dan Papua. Sekalipun
Kristen dibanding rumah ibadat agama di Maluku, Sulawesi Utara, Kalimantan
lain. Ini sangat wajar karena umat Kristiani Tengah, dan Timor Barat juga terdapat
jauh lebih banyak dibanding jumlah umat komunitas Kristiani yang cukup besar.
agama lain. Gereja Katholik merupakan Di Papua, mayoritas demografi adalah
jumlah tempat ibadat terbanyak kedua, umat Kristiani yang terbagi-bagi atas
kemudian disusul tempat ibadat umat bermacam-macam denominasi Kristen
Islam, Hindu dan Buddha. (SKP Jayapura, 2006: 78).
Jumlah tempat ibadat masing- Berdasarkan data dari Kanwil
masing umat beragama di Provinsi Papua Kemenag Propinsi Papua, di Papua
adalah sebagai berikut: umat Kristen terdapat 39 sinode/denominasi yang
memiliki gereja sebanyak 5.263 buah, sudah terdaftar. Dari 39 sinode tersebut,
gereja Katholik sebanyak 1.170 buah, 9 sinode merupakan sinode asli Papua
umat Islam memiliki tempat ibadah (lahir dari hasil penginjilan misionaris
(masjid/musholla/Langgar) sebanyak Eropa/Amerika), yaitu: Sinode Gereja
1.032 buah, tempat ibadah umat Hindu Kristen Injili (GKI) di Tanah papua,
(Pura) sebanyak 25 buah dan tempat Sinode Gereja Injili di Indonesia (GIDI),
ibadah umat Buddha (Wihara) sebanyak Sinode Gereja Kemah Injil (KINGMI) di
14 buah (BPS Papua, 2013: 122). Tanah Papua (GKIP), Sinode Persekutuan
Gereja-Gereja Babtis Papua (PGBP),
Berdasarkan data Kementerian
Sinode Gereja Bethel Gereja Pentakosta
Agama Provinsi Papua, masing-masing
(GBGP), Sinode Gereja Pentakosta di
agama memiliki rohaniawan/pemimpin
Papua (GPDP), Sinode Gereja Jemaat
agama yang jumlahnya di setiap agama
Protestan Indonesia (GJPI) di Tanah
adalah Kristen memiliki rohaniawan
Papua, Sinode Gereja-Gereja Reformasi
sebanyak 28.847 orang, Katholik 863
di Papua (GGRP), Sinode Gereja Misi
orang, Islam 40 orang, Hindu 34 orang,
Kristus (GMK) di Tanah Papua. Dan selain
dan Buddha 20 orang. Selain itu, masing-
9 sinode tersebut adalah sinode dari luar
masing agama mendapatkan tenaga
Papua yang membuka layanan di Papua,
penyuluh agama dari Kemenag yang
seperti Gereja Bethel Indonesia (GBI)
statusnya Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Wilayah Papua, Gereja Penyebaran Injil
Jumlah mereka di masing-masing agama
(GPI) Wilayah Papua, Gereja Kerapatan
adalah Kristen memiliki tenaga penyuluh
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 14 No. 3
68 Asnawati

Pentakosta (GKP) Wilayah Papua, Gereja Serui, Yapen, Papua. Permohonan gereja
Rasuli Indonesia (GRI) Wilayah Papua, ini ditolak karena Ditjen Bimas Kristen
dan lain-lain (Kemenag Papua, 2014). tidak memberikan izin gereja baru; 2).
Persekutuan Gereja Faktori Melanik
Menurut penuturan Agustina
Indonesia. Gereja ini berasal dari Papua
Gala (Kasi Urusan Agama Kristen
Niugini. Sama halnya dengan Sinode
Kemenang Papua) bahwa Gereja-Gereja
Mesianik, permohonan gereja Faktori
yang mengajukan permohonan Surat
Keterangan Tanda Lapor (SKTL) di juga ditolak karena Ditjen Bimas Kristen
Kanwil Kementerian Agama Papua, dan Kemenag RI tidak memberikan izin
belum mendapat SKTL adalah Sinode gereja baru; 3). Sinode Gereja Kemah Injil
di luar Papua yang ingin membuka (KINGMI) di Tanah Papua. Pengajuan
pelayanan di Papua. pendaftaran Sinode Gereja KINGMI
ini sudah diproses sampai ke Ditjen
Di antara gereja-gereja tersebut Bimas Kristen Kemenag RI, dan Ditjen
adalah: 1). Gereja Kristen Kabernaung Bimas Kristen tidak mengkabulkan
Indonesia. Gereja ini sudah terdaftar di permohonan tersebut. Karena
Ditjen Bimas Kristen Kemenag RI, tapi di permohonan tidak dikabulkan, kemudian
Pembimas Kristen Kemenag Papua belum Kanwil Kemenag Papua pada 2007
terdaftar; 2). Gereja Ortodoks Indonesia memberikan Rekomendasi Pendaftaran
(GOI). Gereja ini sudah terdaftar di
Pelayanan Sementara, dan pada 2010
Ditjen Bimas Kristen Kemenag RI, belum
Kanwil Kemenag Papua memberikan
terdaftar di Pembimas Kanwil Papua; 3).
Rekomendasi Pendaftaran Pelayanan
Sinode Gereja Kristen Injili Nusantara.
Tetap berdasarkan SK Nomor: Kw.26.4/1/
Sudah mendapat izin dari Ditjen Bimas
BA.01.1/1554/2010 tertanggal 20 Oktober
Kristen, dan belum terdaftar di Kanwil
Kemenag Papua; 4). Gereja Pentakosta 2010; 4). Sinode Gereja Messianik
Maluku. Sudah terdaftar di Ditjen Bimas Indonesia (GMI) di Tanah Papua. Sinode
Kemenag Pusat, belum ada izin dari ini telah beroperasi di Papua secara resmi
Kanwil Kemenag Papua; 5). Gereja Injil dengan berdasarkan Ijin Pelayanan Tetap
Seutuh Internasional Jemaat Batu Karang dari Kanwil Kemenag Papua dengan
Wamena. Sudah terdaftar di Ditjen Bimas Nomor: Kw.26.1/2/KP.01.1/2396/2013,
Kristen Kemenag Pusat dan Kankemenag tertanggal 25 Oktober 2013.
Kabupaten Wamena, belum terdaftar di
Berdasarkan data dari Kanwil
Kanwil Kemenag Papua; 6). Gereja Misi
Kementerian Agama Provinsi Papua
Injili Indonesia (GMII). Sudah terdaftar
tahun 2014, jumlah Yayasan Kristen di
di Ditjen Bimas Kristen Kemenag Pusat,
belum terdaftar di Kanwil Kemenag Propinsi Papua sebanyak 66 yayasan
Papua; 7). Gereja Kristen Nasarene (GKN) yang bergerak di bidang sosial dan
Wilayah Papua. Sudah terdaftar di Ditjen pendidikan. Di antara yayasan-yayasan
Bimas Kristen Kemenag Pusat, belum tersebut adalah: Yayasan Eklesia Christou
terdaftar di Kanwil Kemenag Papua; 8). Irian Jaya, Yayasan Amal Kasih Jayapura,
Gereja Metodis di Papua. Sudah terdaftar Yayasan Pendidikan Kesejahteraan dan
di Ditjen Bimas Kristen Kemang RI, belum Pekabaran Injil, Yayasan Pendidikan
terdaftar di Kemenag Papua (Agustina Kristen (YAPKI) Merauke, Yayasan
Gala. Wawancara). Pendidikan Kristen Bethel Pentakosta
Pelangit Kasih di Tanah Papua, Yayasan
Selain itu, terdapat beberapa Pendidikan Filadelfia, Yayasan Suara
gereja yang mengajukan pendaftaran Kalvari, Yayasan Penginjilan Oikumene
sinode baru, yaitu 1). Mejelis Sinode
Victory, dan lain-lain.
Messianik Netzarin Tujuh Kaki Dian di

HARMONI September - Desember 2015


Pandangan Pemimpin Gereja tentang Pengaturan Organisasi Gereja di Provinsi Papua 69

Terkait dengan data lembaga Sinode Gereja Gereja Reformasi di Papua


pendidikan Kristen di Papua hingga (GGRP). Sinode ini telah mendapatkan
penelitian ini dilakukan tidak ditemukan SK pendaftaran dari Dirjen Bimas Kristen
datanya, karena belum pernah dilakukan pada tahun 2012. SK tersebut keluar karena
pendataan secara resmi terkait jumlah permohonan GGRP adalah perubahan
lembaga pendidikan Kristen yang ada nama dari GGRI menjadi GGRP; 3).
di bawah naungan yayasan pendidikan Sinode Gereja Bethel Gereja Pentakosta
gerejawi. Namun Kementerian Agama (GBGP) juga mengalami konflik internal
Papua telah melakukan pembinaan karena masalah kepemimpinan antara
terhadap 41 Sekolah Menengah Teologi pimpinan Pdt. Warikar dan Pdt. Samuel
Kristen (SMTK) yang dikelola oleh K. Waromi. Namun setelah konferensi
yayasan gerejawi. Dari 41 SMTK tersebut GBGP pada Februari 2014 lalu, sudah
jumlah siswanya sebanyak 2.204 siswa ada upaya rekonsiliasi yangmenyepakati
dan jumlah gurunya sebanyak 478 Pdt. Samuel K. Waromi sebagai Ketua
orang. Di antara SMTK tersebut adalah: Sinode GBGP; 4). Persekutuan Gereja-
SMTK AMPARI Jayapura, SMTK Pelita, Gereja Babtis Papua (PGGBP) juga
SMTK Firdaus, SMTK Rulland Lesnussa, mengalami konflik internal sehingga
SMTK YPAA Tunas Harapan, SMTK terdapat dualisme kepemimpinan.e)
Marturia, SMTK YPPGI Yonime, dan lain- Gereja Pimpinan Rohulkudus (GPR)
lain. Selain itu, di Papua juga terdapat mengalami perpecahan sehingga berdiri
beberapa Sekolah Tinggi Teologi (STT) Sinode Gereja Messianik Indonesia
Kristen, yang di antaranya adalah: STT (GMI) di Tanah Papua. Sinode ini telah
GKI IS Kijne Jayapura, STT Babtis, STT beroperasi di Papua secara resmi dengan
Bethel, STT Setia, STT Gereja Reformasi, berdasarkan Izin Pelayanan Tetap dari
STAKN Burereh Sentani, STT Walter Post, Kanwil Kemenag Prov. Papua dengan
dan lain-lain. Nomor : Kw.26.1/2/KP.01.1/2396/2013.
Tanggal 25 Oktober 2013.
Beberapa tahun terakhir ini,
terutama pasca diberlakukannya UU Sebab terjadinya perpecahan
No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi internal gereja-gereja tersebut, menurut
Khusus Papua, dinamika organisasi/ Melias Adii, S.Th, MM adalah lebih
lembaga keagamaan Kristen di Papua dikarenakan salah kepemimpinan.
cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari Pemimpin Gereja yang tidak taat pada
terjadinya beberapa kasus perpecahan AD/ART gereja-nya sendiri, misalnya
di internal gereja yang kemudian ingin sudah dua periode menjadi ketua sinode
membentuk sinode sendiri. Di antara masih ingin jadi ketua untuk periode
kasus tersebut adalah 1). Gereja Kemah ketiga (berebut menjadi pemimpin).
Injil Indonesia (GKII) mengalami Selain itu, dalam UU No. 21 Tahun
perpecahan, sehingga berdirilah Sinode 2001 tentang Otonomi Khusus, Pasal
Gereja Kemah Injil (KINGMI) di Tanah 54, di Papua bisa bentuk Sinodal gereja
Papua. Sinode Gereja KINGMI ini telah sendiri, karena diakui adanya otonomi
mengajukan pendaftaran ke Dirjen Bimas lembaga keagamaan. Oleh sebab itulah,
Kristen Kemenag RI, dan pengajuan gereja KINGMI kemudian membentuk
pendaftaran tersebut ditolak oleh Dirjen sinodal di Papua. Namun, Pemerintah
Bimas Kristen. Kemudian, Kanwil Pusat (Kemenag RI/Ditjen Bimas Kristen)
Kemenag Propinsi Papua mengeluarkan mempunyai tafsiran lain, sehingga
Surat Izin Pelayanan Tetap Gereja Kementerian Agama tidak memberikan
KINGMI tersebut; 2). Sinode Gereja- rekomendasi/SK pendaftaran. Padahal,
Gereja Reformasi Indonesia (GGRI) juga masing-masing denominasi mempunyai
mengalami perpecahan, sehingga berdiri sejarah sendiri-sendiri sehingga antara

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 14 No. 3


70 Asnawati

satu dan lainnya berbeda, dan tidak yang baik dari pemerintah guna menjaga
bisa disatukan. Menurut Klemens Taran, kehidupan masyarakat yang damai,
George Rumi, dan Pdt. Carol Maniani rukun, dan semangat oikumene.
bahwa salah satu pemicu perpecahan
gereja di Papua adalah karena adanya Lalu bagaimana pandangan
UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi pemimpin gereja di Papua tentang
Khusus, Pasal 55 yang mengamanatkan pengaturan tersebut? Menurut Pdt.
pemerintah daerah untuk memberikan Carol Maniani (GKII), pengaturan
bantuan keagamaan. Hal ini mendorong Kementerian Agama Papua terhadap
beberapa pemimpin gereja mendirikan gereja sebenarnya sudah mengikuti
Sinode baru untuk mendapatkan peraturan yang diberlakukan oleh
bantusan keagamaan tersebut. Ditjen Bimas Kristen, yaitu sementara
ini pendaftaran sinode baru dilakukan
Selain internal sinode, konflik moratorium (pemberhentian sementara),
juga terjadi antar sinode yang biasanya dikarenakan sudah cukup banyak sinode
diakibatkan oleh cara penginjilan seperti di Indonesia. Tetapi Kementerian Agama
terjadi pada Gereja Pertaubatan atau Papua justeru mengeluarkan SK yang
Gereja Karismatik. Sedangkan konflik bertentangan dengan Peraturan Ditjen
antara agama Kristen dengan agama Bimas Kristen, yaitu dengan memberikan
lain, menurut tokoh-tokoh agama rekomendasi layanan tetap kepada
Kristen tidak ada masalah berarti di sinode Baru. Ini menunjukkan bahwa
tengah penduduk yang pluralis ini. pengaturan Kementerian Agama Papua
Memang terdapat sejumlah kasus khusus terhadap gereja terbukti tidak sesuai
yakni peristiwa kecil antar individu dengan Kementerian Agama Pusat.
berkembang melibatkan banyak orang,
sehingga tidak terelakkan konflik antar Berbeda dengan Pdt. Carol Maniani,
etnis dan agama. Namun kondisi tersebut Pdt. Rolling Gasperz (GOI) menuturkan
dapat segera teratasi dengan baik. bahwa pengaturan gereja di Kementerian
Oleh karena itu, secara umum kondisi Agama Provinsi Papua sudah cukup baik
kerukunan hidup antarumat beragama di dan sangat arif serta tidak menghalang-
Bumi Cenderawasih terjaga dengan baik. halangi gereja dari luar Papua yang ingin
Ini dikarenakan sikap saling menghargai, membuka layanan di Papua (mengajukan
menghormati dan saling mengakui SKTL), akan tetapi Kementerian Agama
perbedaan yang merupakan kunci sukses memberikan persyaratan kepada gereja
kerukunan umat beragama. tersebut agar tidak membuat gesekan-
gesekan dengan gereja yang lain.
Pendapat senada juga disampaikan
Pengaturan Organisasi/Denominasi oleh Pdt. Samuel K. Waromi (GBGP)
bahwa pengaturan yang dilakukan
Pada uraian atas telah dijelaskan Kementerian Agama Papua terhadap
bahwa jumlah sinode atau organisasi organisasi gereja sangat baik dan
gereja di Provinsi Papua sudah cukup Kementerian Agama sudah memosisikan
banyak yakni 39 sinode dan potensi dirinya sebagai wadah untuk setiap gereja
terjadinya pertambahan jumlah sinode dan bahkan setiap agama, sehingga ketika
tersebut cukup tinggi, terlebih pasca terjadi konflik Kementerian Agama selalu
berlakunya UU Otonomi Khusus yang berperan melakukan mediasi.
mengamanatkan kepada pemerintah
daerah untuk menganggarkan dana Hal yang sama juga disampaikan
bantuan keagamaan. Melihat kondisi Pdt. Goerge Rumi (GGRP) bahwa
tersebut jelas memerlukan pengaturan pengaturan gereja yang dilakukan

HARMONI September - Desember 2015


Pandangan Pemimpin Gereja tentang Pengaturan Organisasi Gereja di Provinsi Papua 71

Kementerian Agama sudah cukup menurut Pdt. A. Yoku tidak ada sinergitas
baik. Ini telah dibuktikan ketika GGRP antara Kementerian Agama dan
mengajukan perubahan nama dari GGRI gereja, termasuk dalam pelayanan dan
menjadi GGRP prosesnya cukup mudah. pembinaan. Sebagai pemimpin Gereja
Selain itu, Kementerian Agama juga GKI di Tanah Papua, Yoku mengharapkan
pernah menyelenggarakan pertemuan adanya pertemuan antara gereja dengan
bagi Ketua Sinode/Wilayah/Daerah Kementerian Agama dan ketika gereja
seluruh denominasi gereja se-Provinsi mengadakan kegiatan semestinya dari
Papua untuk mendengarkan serta Pembimas Kristen memberi perhatian.
mendapat data tentang kemajuan yang
telah dicapai gereja serta kendala apa saja Senada dengan pandangan
yang dihadapi gereja dalam pelaksanaan tersebut, Pdt. Carol Maniani (Ketua GKII)
visi, misi gereja. juga menyatakan bahwa seharusnya
Kementerian Agama secara berkala
Pengakuan Pdt. Arjon Pakurante, mengadakan pertemuan (seminar,
dia belum mengetahui pengaturan penataran atau suatu lainnya) untuk
pemerintah tentang gereja. Jika memang perbaikan keagamaan yang menjadi
harus izin untuk mendirikan denominasi tugasnya. Hingga saat ini dirinya tidak
atau membuka pelayanan baru dan mengetahui apakah di Kementerian
apabila tidak mendapatkan izin, maka Agama terdapat bantuan, dukungan,
gereja harus taat pada peraturan yang pembinaan untuk gereja di Papua atau
dikeluarkan pemerintah, meskipun tidak.
sudah terdaftar di Kementerian Agama
Pusat. Berbeda dengan kedua tokoh di atas,
Pdt. Samuel K. Waromi berpandangan
Dari pandangan di atas telah bahwa sejak dia memberikan pelayanan
nampak bahwa pengaturan organisasi dari tingkat jemaat, kemudian tingkat
yang dilakukan Kementerian Agama klasis dan sekarang tingkat sinode sering
Provinsi Papua secara umum berjalan bersinergi dengan Kementerian Agama
dengan baik. Meskipun tentu saja ada terutama ketika terjadi permasalahan di
pula negatif seperti dikemukakan internal gerejanya. Mengingat masalahnya
Pdt. Carol Maniani. Hal ini dapat semakin rumit, sehingga pernah terjadi
dimaklumi kerena dia sebagai Ketua konflik, maka Kementerian Agama
GKII Wilayah Papua merasa dirugikan berperan sebagai mediator. Pandangan
oleh kebijakan Kementerian Agama yang sama juga disampaikan Pdt. Goerge
Provinsi Papua yang mengeluarkan SK Rumi bahwa GGRP merasakan telah
tentang Rekomendasi Pelayanan Tetap mendapat pelayanan yang baik dari
bagi gereja KINGMI (yang memisahkan Kementerian Agama, terutama ketika
diri dari GKII). Rekomendasi tersebut GGRP mengajukan perubahan nama dan
bisa keluar dikarenakan Kabid Urusan bantuan pengelolaan SMTK.
Agama Kristen yang saat ini menjabat
Plt. Kakanwil Kementerian Agama Dari pandangan para pemimpin
Provinsi Papua yang menandatangani gereja di atas mengarah pada pelayanan
rekomendasi tersebut merupakan salah dalam bentuk bantuan dana. Bagi mereka
satu tokoh di gereja KINGMI. yang merasa tidak mendapatkan bantuan
dana dari Kementerian Agama merasa
belum mendapatkan pelayanan. Berbeda
dengan pemimpin gereja yang menyadari
Pelayanan Organisasi/Denominasi
bahwa pelayanan itu tidak harus
Dalam hal pelayanan, Kementerian berbentuk bantuan dana, tetapi ketika
Agama Provinsi Papua kepada gereja, mereka membutuhkan pelayanan dalam
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 14 No. 3
72 Asnawati

bentuk lain seperti surat rekomendasi yang memang bertugas menangani


oleh Kementeria Agama dilayani dengan semua hal yang menyangkut keagamaan.
baik, maka mereka sudah merasakan
Pandangan senada juga
cukup mendapatkan pelayanan.
disampaikan Rolling Gasperz, bahwa
organisasi gereja tidak sama dengan
organisasi politik, tetapi organisasi
Pendaftaran Organisasi/Denominasi di keagamaan, sehingga hubungan dengan
Kesbangpol
pemerintah alangkah baiknya dengan
Terkait ‘peluang’ gereja untuk Kementerian Agama bukan Kesbangpol
mendaftar ke Kesbangpol berdasarkan UU (Kemendagri). Dari pandangan para
Ormas, para pemimpin gereja mayoritas pemimpin gereja di atas, semua sepakat
tidak sependapat. Menurut Pdt. Carol bahwa mereka tidak setuju pendaftaran
Maniani, pendafatran organisasi gereja di gereja dilakukan di Kesbangpol.
Kesbangpol tidak benar, karena itu sudah
masuk ranah politik. Jika pendaftaran
Gereja bisa di Kesbangpol, maka fungsi Kebijakan Kementerian Agama tentang
dari Kementerian Agama akan hilang, Pengaturan Organisasi/Denominasi Gereja
karena semua organisasi keagamaan akan
ke Kesbangpol dan mereka tidak peduli Kebijakan Kementerian Agama
lagi dengan Kementerian Agama. Provinsi Papua tentang pengaturan dan
pelayanan gereja di Papua menurut
Pdt. Samuel K. Waromi juga Melias Adii, S.Th, MM, Kepala Kantor
berpendapat bahwasannya harus Wilayah Kementerian Agama Provinsi
dibedakan antara gereja dengan ormas, Papua selalu mengikuti kebijakan yang
karena lembaga keagamaan ini bukan dibuat Kementerian Agama Pusat,
ormas. Oleh karenanya, pendaftaran karena Kementerian Agama merupakan
gereja ke Kebangpol itu tidaklah tepat. lembaga pemerintah yang bersifat
Negara ini ada karena ada kekuatan iman vertikal, sehingga bentuk pengaturan dan
dan takwa manusia, apabila manusia pelayanan yang dilakukan Kementerian
moralnya tidak baik maka rusaklah Agama kepada gereja-gereja di Papua
negara ini, sehingga dalam pandangan
meliput: penerimaan pendaftaran
Mukaddimah UU 45 itu sebagai tanda
gereja, pemberian surat keterangan,
orang Indonesia mempunyai jiwa yang
dan pemberian penyuluhan/tenaga
beriman dan bertakwa kepada Tuhan.
penyuluh agama Kristen di daerah-
Sehingga jangan disamakan lembaga
daerah. Sedangkan bentuk pembinaan
keagamaan dengan ormas yang berada di
Kementerian Agama terhadap gereja-
bawah pelayanan Kesbangpol. Ini tentu
gereja biasanya dalam bentuk bantuan
sangat keliru dalam penempatan posisi
dana renovasi bangunan gereja serta
lembaga keagamaan tersebut.
melakukan penyuluhan agama Kristen.
Menurut Pdt. A. Yoku, penafsiran
Dalam hal pendaftaran gereja,
UU Ormas tentang pendaftaran gereja di
berdasarkan peraturan dari Ditjen Bimas
Kesbangpol adalah salah. Artinya, agama
Kristen yang menegaskan tidak adanya
jangan dipolitikkan, dan Kesbangpol
pendaftaran gereja/sinode baru, maka
jangan mengeluarkan sesuatu yang
bisa membahayakan keutuhan lembaga Pembimas Kristen Kanwil Kementerian
keagamaan. Menyangkut soal-soal Agama Provinsi Papua fokus melayani
keagamaan, akan riskan apabila (memberi pengantar) pendaftaran ulang
disalahgunakan. Karena itu sebaiknya gereja dan memberikan Surat Keterangan
cukup ditangani Kementerian Agama Tanda Lapor (SKTL) untuk gereja di

HARMONI September - Desember 2015


Pandangan Pemimpin Gereja tentang Pengaturan Organisasi Gereja di Provinsi Papua 73

luar Papua yang membuka pelayanan di Gereja KINGMI, dan GBGP. Namun,
Papua. peneliti menemukan bahwa Kanwil
Kementerian Agama Provinsi Papua telah
Menurut Klemens Taran, mengeluarkan beberapa surat keterangan
Kementerian Agama juga memberikan izin pelayanan tetap bagi gereja yang
pelayanan dan bantuan berupa tenaga belum mendapatkan SK pendaftaran
penyuluhan agama. Dalam hal ini, dari Ditjen Bimas Kristen. Di antara SK
Kementerian Agama menyiapkan tenaga tersebut adalah SK pelayanan tetap untuk
penyuluh agama Kristen yang digaji oleh Gereja KINGMI di Papua dan Gereja
Kementerian Agama yang biasanya terdiri Messianik Indonesia di Tanah Papua.
atas tiga tingkatan, yaitu penyuluh utama
yang pemimpin sinode/dosen teologia, Terkait kebijakan Kementerian
penyuluh madya (pendeta tingkat klasis/ Agama Provinsi Papua tentang pelayanan
jemaat), dan penyuluh muda (pengajar dan pengaturan yayasan Kristen di Papua,
sekolah minggu). Pembimas Kristen Kementerian Agama di
Papua lebih pada menerima pendaftaran
Berkenaan dengan pengajuan yayasan. Seperti halnya perpanjangan
perpanjangan SK gereja (daftar ulang) SK gereja (daftar ulang), pendaftaran
dan untuk mendapatkan SKTL, menurut yayasan Kristen juga mengacu pada
Agustina Gala, Pembimas Kristen syarat yang telah ditetapkan oleh Ditjen
Kementerian Agama Provinsi Papua Bimas Kristen yaitu: 1). Surat permohonan
memberikan persyaratan sebagaimana dari yayasan yang bersangkutan; 2).
yang telah ditetapkan oleh Ditjen Bimas Fotocopy surat pendaftaran dari Kanwil
Kristen yaitu 1). Surat permohonan KementerianAgama; 3). Surat pengantar/
dari gereja yang bersangkutan; 2). usul dari Kanwil Kementerian Agama
Fotocopy surat pendaftaran dari Kanwil Propinsi setempat c.q Pembimbing
Kementerian Agama; 3). Surat pengantar/ Masyarakat Kristen yang menyatakan
usul dari Kanwil Kementerian Agama bahwa organisasi yayasan tersebut telah
Provinsi setempat c.q Pembimbing hidup selama dua tahun dan berkembang
Masyarakat Kristen yang menyatakan dengan baik; 4). Sejarah singkat
bahwa organisasi tersebut telah hidup berdirinya yayasan, susunan pengurus,
selama 2 (dua) tahun dan berkembang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
dengan baik; 4). Sejarah singkat berdirinya Tangga yayasan (harus spesifik Kristen),
gereja, susunan pengurus, Anggaran akta notaris tentang pendirian yayasan
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (harus spesifik Kristen), rekomendasi dari
gereja, akta notaris pendirian gereja, tiga yayasan/gereja yang telah terdaftar
rekomendasi dari 3 (tiga) gereja yang telah pada Ditjen Bimas Kristen, program
terdaftar pada Ditjen Bimas Kristen, dan kerja yayasan; 5). Surat pernyataan
program kerja gereja; 5). Surat pernyataan tidak mengarah ke pembentukan gereja
tidak mengarah ke pembentukan gereja baru; 6). Surat pernyataan kesedian
baru; 6). Surat pernyataan kesediaan membuat laporan tahunan; 7). Notulen
membuat laporan tahunan; 7). Notulen rapat berdirinya gereja yayasan, laporan
rapat berdirinya gereja, dan laporan kegiatan gereja dua tahun terakhir, dan
kegiatan gereja dua tahun terakhir. rekomendasi Kementerian Hukum dan
Untuk rekomendasi dari tiga HAM.
gereja yang telah terdaftar di Ditjen Seperti halnya gereja, untuk
Bimas Kristen, Pembimas Kristen rekomendasi dari tiga yayasan gerejawi
Kementerian Agama Provinsi Papua yang telah terdaftar di Ditjen Bimas
mensyaratkan rekomendasi dari tiga
Kristen, Pembimas Kristen Kementerian
gereja tertua, seperti GKI di Tanah Papua,
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 14 No. 3
74 Asnawati

Agama Provinsi Papua juga mensyaratkan gereja yang sudah ada yang masih
rekomendasi dari tiga yayasan gerejawi satu aliran, misalnya apabila alirannya
tertua. Pentakosta maka bergabung dengan
Pentakosta yang ada.

Hal senada juga disampaikan


Sumbangan Pemikiran Visioner Pemimpin
Pdt. Goerge Rumi yang berpandangan
Gereja untuk Menjamin Keberlangsungan
pendaftaran sinode baru lebih baik
Keharmonisan dan Kedamaian Kehidupan
Beragama ditutup daripada membuka konflik.
Walaupun mereka mempunyai hak
Dalam hal kerukunan umat hidup yang dijamin oleh undang-
beragama, Papua memiliki pengalaman undang, tetapi harus melihat kondisi
yang sangat bagus. Kerukunan di jumlah denominasi di Papua yang saat
wilayah ini berlangsung kondusif serta ini sudah banyak jumlahnya. Oleh karena
terjadi hubungan yang baik antara umat itulah, jumlah gereja harus dibatasi. Di
beragama. Umat beragama umumnya samping itu, Kementerian Agama harus
berpandangan sama, yaitu sepakat bersikap tegas, meskipun mempunyai
dalam perbedaan untuk menjunjung wewenang untuk memberi rekomendasi
tinggi motto “satu tungku tiga batu”. namun Kementerian Agama juga
Buah dari kebersamaan ini, terjadilah perlu memberikan suatu pendidikan
kerjasama antar penganut dan tokoh keagamaan yang baik kepada mereka
agama yang kuat (Rosidi, 2010). Oleh dengan menyarankan kepada gereja baru
sebab itu, pandangan para pemimpin untuk bergabung dengan yang sealiran
gereja di Papua tentang keberlangsungan dan bagi yang berkonflik disarankan dan
kerukunan umat beragama juga sejalan dimediasi untuk berdamai.
dengan motto tersebut. Pdt. Samuel
K. Waromi menyatakan bahwa Papua Dalam konteks ini, menurut
adalah Tanah Damai, sehingga ada Pdt. Rolling Gasperz, untuk mencapai
kewajiban bagi setiap umat beragama kerukunan hidup antarumat beragama
untuk mewujudkan perdamaian tersebut. dan juga internal agama di Bumi
Selain itu, di Papua juga ada FKUB dan Cenderawasih harus ada sikap saling
PGGP yang mempunyai kebulatan tekat menghargai, menghormati dan saling
untuk menjaga kedamaian, toleransi, mengakui perbedaan sebagai kunci
saling menghormati dan menghargai sukses kerukunan umat beragama.
kepada agama yang lain. Sehingga terkait Selain itu, menurut Klemens Taran,
izin mendirikan sinode baru, menurutnya perlu memberdayakan Persekutuan
lebih baik tidak usah ada penambahan Gereja-Gereja Papua (PGGP) untuk
sinode baru, dan sinode yang ada membangun kerukunan antar gereja.
dikembangkan dengan aturan-aturan Mengenai komitmen ini, para pimpinan
yang ada. lembaga keagamaan juga sudah sepakat
untuk menjalin hubungan damai dan
Pandangan yang sama juga mewujudkan Papua Tanah Damai.
disampaikan oleh Pdt. A. Yoku yang
menyampaikan bahwa Kementerian
Agama harus bersinergi dengan sinode Relasi Sosial Antara Gereja dengan
yang sudah ada, dan sebaiknya pengajuan Masyarakat Sekitar dan Kementerian Agama
pendaftaran sinode baru tersebut tidak
perlu dijawab melainkan menyarankan Di kalangan umat Kristiani,
kepada mereka yang akan mendaftarkan pemimpin gereja merupakan sosok
sinode baru untuk bergabung dengan yang sangat terkenal dan dikenal dalam
konteks kehidupan sosial masyarakat.
HARMONI September - Desember 2015
Pandangan Pemimpin Gereja tentang Pengaturan Organisasi Gereja di Provinsi Papua 75

Pendeta seperti halnya kyai atau ulama memiliki pandangan yang sama bahwa
bagi kalangan Islam, dikenal oleh mereka tidak setuju apabila pendaftaran
karena kemampuan dan pengetahuan gereja dilakukan di Kesbangpol.
yang mereka miliki di bidang agama Ketiga, dalam hal visi keberlangsungan
(Horiko Horishoki, 1987: 1-2). Oleh kerukunan umat beragama, para
sebab itu, pemimpin gereja lah yang pemimpin gereja berpandangan bahwa
menjadi nahkoda dalam membangun penting sekali menjalin hubungan damai
dan mengelola hubungan gereja dengan untuk mewujudkan Papua Tanah Damai,
masyarakat dan juga dengan pemerintah. dan menjunjung tinggi motto “satu tungku
Secara umum relasi gereja-gereja tiga batu”, agar tetap terjalin kerjasama
yang ada di Papua dengan masyarakat antar penganut dan tokoh agama yang
sekitar berjalan sangat baik dan hubungan kuat. Keempat, secara umum relasi
gereja dengan Kementerian Agama juga gereja-gereja yang ada di Papua dengan
terjalin dengan baik. Hanya saja ada gereja, masyarakat sekitar dan Kementerian
yaitu GKII yang merasa hubungannya Agama terjalin dengan baik. Namun ada
dengan Kementerian Agama Papua peristiwa yang kurang harmonis dengan
kurang harmonis disebabkan keputusan terjadinya konflik antara Gereja GKII
Kementerian Agama Provinsi Papua dengan Gereja KINGMI.
memberikan rekomendasi pelayanan
tetap kepada KINGMI yang sedang
berkonflik dengannya, dan bahkan Rekomendasi
Kakanwil Kementerian Agama Provinsi
Papua pun dipandang sangat berpihak Dari kesimpulan di atas, penelitian
kepada gereja KINGMI. ini menghasilkan tiga rekomendasi yakni:
Pertama, dalam melakukan pengaturan
organisasi gereja, Kementerian Agama
Penutup sebagai instansi pemerintah yang
memiliki tugas dan tanggungjawab
Kesimpulan membina lembaga keagamaan harus
Dari hasil temuan di lapangan, benar-benar mengikuti peraturan yang
peneliti dapat merumuskan beberapa berlaku terutama terkait pemberian izin
kesimpulan sebagai berikut Pertama, pendaftaran, gereja. Kedua, pegawai/
dalam hal pengaturan organisasi yang pejabat Kementerian Agama harus
dilakukan oleh Kementerian Agama bersikap netral ketika menangani
Provinsi Papua, para pemimpin gereja pengaturan gereja dan tidak berpihak
berpandangan bahwa secara umum kepada salah satu pihak yang sedang
pengaturan tersebut sudah baik meskipun berkonflik. Di samping itu, Kementerian
ada seorang pemimpin geraja (Pdt. Carol Agama juga harus melakukan mediasi
Maniani) yang menganggap pengaturan terhadap kedua kelompok tersebut
tersebut sebagai kebijakan yang tidak dengan tetap menyerahkan penyelesaian
baik, karena sebagai Ketua GKII Wilayah masalahnya kepada internal gereja
Papua, dirinya merasa dirugikan oleh yang bersangkutan. Ketiga, dalam hal
kebijakan Kementerian Agama Provinsi pendaftaran gereja baru, Kementerian
Papua yang mengeluarkan SK tentang Agama harus membuat peraturan yang
Rekomendasi Pelayanan Tetap bagi tegas dan jelas mengenai keharusan
Gereja KINGMI (yang memisahkan diri pembukaan dan penutupan pendaftaran
dari GKII). Kedua, para pemimpin gereja
gereja dan sinode baru.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 14 No. 3


76 Asnawati

Daftar Pustaka

Aritonang, Bdk. Jan Sihar. Aliran-Aliran di Sekitar Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1995.
Badan Pusat Statistik Propinsi Papua. Papua dalam Angka 2013. Jayapura: BPS Propinsi
Papua, 2013.
Ditjen Bimas Kristen Kementerian Agama Republik Indonesia. Direktori Gereja-Gereja,
Yayasan, Pendidikan Agama dan Keagamaan Kristen di Indonesia. Jakarta: Ditjen
Bimas Kristen Kementerian Agama RI, 2011.
Majelis Rakyat Papua. Implementasi Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat dalam
Pandangan Cendikiawan Orang Asli Papua. Jayapura: MRP, 2013.
Pilon, P. K.. Oikumenika: Bagian Sejarah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1972.
Raho SVD, Bernard. Agama dalam Perspektif Sosiologi. Jakarta: Penerbit Obor, 2013.
Rumainum, F.J.S. Sesudah Seratus Satu Tahun Zending di Irian Barat. Jayapura: Kantor
Pusat GKI.
Tim Sekretariat Keadilan dan Perdamaian (SKP) Jayapura. Membangun Budaya Damai
dan Rekonsiliasi: Dasar Menangani Konflik di Papua. Jayapura: SKP Jayapura, 2006.

Internet:
http://cloud.papua.go.id/id/budaya/artikel/Pages/Keadaan-Sosial-Budaya-Papua.aspx
diakses pada 7 April 2014.

HARMONI September - Desember 2015

Anda mungkin juga menyukai