Asnawati
Puslitbang Kehidupan Keagamaan
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
E-mail: asnawati_icha@yahoo.com
Diterima redaksi tanggal 22 Juli 2015, diseleksi 16 Oktober 2015 dan direvisi 7 November 2015
Abstract Abstrak
telah dibaptiskan (F.J.S. Rumainum, Tth: yang bermasalah. Selain itu, dengan
7-15). Kemudian Pekabaran Injil mulai disahkannya UU No. 17 Tahun 2013
menyebar ke berbagai daerah di Papua juga cukup mengkhawatirkan, karena
dengan datangnya beberapa Missionaris gereja mempunyai ‘peluang’ untuk
dari Eropa dan Amerika pada periode- mendaftarkan ke Kesbangpol di saat
periode berikutnya. pintu pendaftaran gereja di Bimas Kristen
masih tertutup. Ini sangat memungkinkan
Sejak Zending atau misi Kristen terjadi karena kebebasan berserikat dan
Protestan dari Jerman, Ottow & Geissler berkumpul itu dijamin oleh Undang-
tiba di pulau Mansinam Manokwari 5 Undang Dasar 1945.
Februari 1855 hingga tanggal 5 Februari
1935, tercatat lebih dari 50.000 orang Setelah Indonesia merdeka, maka
menganut Kristen (http://cloud.papua. semua organisasi politik dan keagamaan
go.id, diakses 7 April 2014). harus didaftarkan ke Presiden, di mana
kewenangannya sebagian dilimpahkan
Dengan sejarah panjang tersebut, kepada Kesbangpol dan sebagian lagi
wajar apabila Kristen di Papua menjadi kepada Kementerian Agama. Semua
agama yang dipeluk oleh mayoritas organisasi harus terdaftar adalah
penduduk Papua. Kristen pun akhirnya sebagai bentuk kendali dan kontrol agar
berkembang ke seluruh wilayah Papua organisasi tidak melakukan kegiatan-
melalui berbagai saluran sosial, ekonomi, kegiatan di luar yang telah diatur dalam
politik, imperialisme, pendidikan, AD/ART organisasi itu sendiri. Hal ini
kesehatan dan semua saluran yang sebagaimana dijelaskan oleh Melius,
mungkin. Oleh karena penginjilan Kabid Kelembagaan Bimas Kristen
dilakukan oleh para missionaris yang Kementerian Agama RI dan Marvel
berbeda-beda gereja atau denominasinya, dalam diskusi awal untuk melengkapi
maka tidak terelakan perkembangan bahan penyusunan desain operasional
gereja di Papua pun juga beragam. Gereja- penelitian pada tanggal 11 Februari 2014.
gereja maupun denominasi tersebut
masing-masing mempunyai sejarah Berkaitan dengan pengaturan
panjang di Eropa atau di Amerika Serikat, organisasi atau denominasi gereja
dan sejarah tersebut ditandai tidak hanya maupun yayasan Kristen, semuanya
dengan dialog damai, tetapi juga konflik harus diatur dan dilayani pemerintah.
dan persaingan yang berurat akar. Jika jumlah organisasi atau denominasi
Sayangnya, sisi gelap sejarah gereja juga gereja tidak diatur, maka pemerintah
dibawa ke Papua (Lheo L. Ladjar, 2006: akan kesulitan mengatasi masalah yang
107). Dari denominasi yang berkembang muncul di kalangan organisasi atau
di Papua tersebut bahkan mengalami denominasi maupun yayasan yang
perpecahan sehingga denominasinya bermasalah. Sayangnya selama ini ada
juga bertambah banyak. kesalahan semantik di masyarakat, dan
birokrasi minus Kementerian Agama,
Oleh karena itu, pengaturan serta di kalangan penyusun undang-
organisasi atau denominasi gereja undang, yaitu bahwa agama yang
maupun yayasan Kristen itu menjadi ”diakui” pemerintah ada 6 yaitu Islam,
sebuah keharusan, karena jika jumlah Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan
organisasi atau denominasi gereja tidak Khonghuchu.
diatur sedemikian rupa, maka Bimas
Kristen akan mengalami kesulitan Sementara istilah yang benar dan
dalam mengatasi masalah yang muncul lazim digunakan Kementerian Agama
di kemudian hari antar organisasi adalah ”dilayani”. Kesalahan istilah itu
atau denominasi maupun yayasan berakibat fatal bagi agama-agama yang
selama ini belum ”dilayani” pemerintah, untuk mengambil anggota jemaat yang
seperti agama Malim, agama Kaharingan, telah menjadi anggota gereja lainya.
agama Marapu dan sebagainya.
Paradigma baru kebijakan keagamaan Secara teknis Undang-Undang
Kementerian Agama adalah bahwa No. 17 Tahun 2013, tidak menjelaskan
pemerintah harus ”melayani” semua apakah organisasi, denominasi, LSM,
agama, apapun agamanya dan bukan yayasan keagamaan dan sebagainya
”mengakui”. Jika suatu agama tidak harus terdaftar di Direktorat Jenderal
dapat dilayani di pusat, maka cukup Bimas Kristen Kementerian Agama
dilayani di tingkat daerah, sehingga atau cukup di Kesbangpol Kementerian
semua mendapatkan pelayanan yang Dalam Negeri. Undang-undang ini
sama dari negara. lahir untuk menggantikan undang-
undang sebelumnya yakni UU No. 8
Pemberlakuan UU No 17 Tahun 2013 Tahun 1985 tentang Keormasan karena
yang belum jelas Peraturan Pemerintahnya dipandang tidak memadai lagi bagi
(PP), Petunjuk Pelaksanaanya (Juklak) pengaturan berbagai lembaga/organisasi
dan Petunjuk Teknisnya (Juknisnya) kemasyarakatan yang ada. Dari aspek
berdampak mengkhawatirkan apabila substansi, UU No. 17 Tahun 2013 tentang
tidak hati-hati dalam menerjemahkanya. Keormasan berpotensi menimbulkan
Pada saat ini dampak itu belum terasa, dampak kerancuan kerangka hukum,
karena undang-undang tersebut belum yaitu apakah semua denominasi, yayasan,
tersosialisasikan secara merata, tetapi perkumpulan, serta semua perkumpulan
pada saatnya, pasti dipahami oleh semua yang tidak berbadan hukum akan disebut
komponen bangsa. Selama ini semua ormas, karena dalam undang-undang
organisasi atau denominasi, yayasan itu tidak ada pembedaan definisinya. Di
dan ormas keagamaan yang dilayani samping itu, pengaturan berlebihan dan
terdaftar di Kementerian Agama RI, multi tafsir bagi organisasi tidak berbadan
dan di kalangan Kristen dilakukan hukum sebagaimana ditunjukan bahasa
oleh Direktorat Jenderal Bimas Kristen hukum dalam undang-undang itu
Kementerian Agama. Dengan undang- (Eriyanto, 2013).
undang baru, dikhawatirkan berbagai
organisasi dan yayasan merasa cukup Atas dasar itulah, Puslitbang
mendaftar di Kesbangpol Kementerian Kehidupan Keagamaan melakukan
Dalam Negeri RI. Jika seperti itu penelitian serius agar ditemukan cara
memahami semangat atau filosofi dari pelayanan, dan pengaturan kehidupan
UU No. 17 tahun 2013, maka sangat beragama yang mendukung munculnya
berbahaya bagi semangat Oikumenis masyarakat yang harmonis, dan
(keesaan gereja) dan kerukunan hidup mendorong berhasilnya pembangunan
antar umat beragama (Eryanto, 2013). bidang agama. Dari latar belakang
ini pula, maka masalah penelitian
Keesaan gereja merupakan wujud dirumuskan sebagai berikut: 1).
dari kasih antar gereja, namun dalam Bagaimana pandangan tokoh agama
realitas, nampaknya semangat oikumene Kristen di Papua tentang pelayanan,
itu masih harus terus didorong, sebab pembinaan dan pengaturan organisasi
masyarakat masih disuguhi pertunjukan atau denominasi gereja yang dilakukan
permusuhan antar gereja-gereja sendiri. Kementerian Agama?; 2). Bagaimana
Pola pekabaran injil (church planting) yang kebijakan Kementerian Agama di
dilakukan banyak gereja sekarang telah Papua berkaitan dengan pelayanan,
meresahkan gereja lainya (khususnya pembinaan dan pengaturan organisasi
mainstraim), sebab pola itu juga dipakai atau denominasi gereja yang telah ada
selama ini?; 3). Pemikiran visioner seperti tahun berkhotbah dan berbuat mukjizat
apa yang dapat disumbangkan oleh para pada banyak orang, bersama keduabelas
tokoh Kristen di Papua untuk menjamin muridnya. Yesus semakin populer
keharmonisan dan kedamaian kehidupan sehingga dibenci para pemimpin Yahudi
beragama, berkaitan dengan semakin dan bersepakat untuk membinasakanya
banyaknya denominasi baru yang ingin dengan cara menyalib Yesus di tiang salib
mendapatkan legalisasi dari pemerintah?. pada usia 33 tahun. Yesus bangkit dari
Dengan demikian maka tujuan kuburnya pada hari ketiga setelah
penelitian ini secara umum adalah untuk kematiannya. Dalam keyakinan umat
melihat dan mendeskripsikan pandangan Kristen, setelah empat puluh hari
tokoh agama Kristen di Papua tentang menjalani hidup sebagai manusia, Yesus
pelayanan, pembinaan dan pengaturan diangkat Bapa/Allah ke Surga. Kata
organisasi atau denominasi gereja maupun Kristen sendiri memiliki arti ”pengikut
yayasan Kristen yang bersifat gerejawi Kristus atau ”pengikut Yesus” yang
oleh pemerintah, utamanya Kementerian pertama kalinya disebut Kristen ketika
Agama Propinsi Papua. Secara khusus mereka berkumpul di Antiokia (Lihat
untuk mendeskripsikan pandangan tokoh kisah Para Rasul 11:26b).
agama Kristen di Papua berkaitan dengan
pelayanan, pembinaan dan pengaturan Kepemimpinan Kristen setelah
organisasi atau denominasi maupun Yesus adalah Petrus yang ditunjuk-Nya,
yayasan Kristen yang bersifat gerejawi; kemudian para uskup yang dipimpin
mendeskripsikan model pelayanan, uskup Roma. Pengakuan imannya
pembinaan dan pengaturan oranisasi menyebutkan kepercayaan Allah
atau denominasi gereja maupun yayasan- Tritunggal yang Mahakudus, yakni Bapa,
yayasan Kristen yang bersifat gerejawi Anak (Yesus Kristus), Roh kudus, Gereja
yang telah dilakukan oleh Kementerian yang satu, kudus, katolik, apostolik,
Agama di Papua; mendekrisipkan pengampunan dosa, kebangkitan badan,
sumbangan pemikiran yang visioner dan adanya kehidupan yang kekal.
dari para tokoh agama Kristen di Papua
untuk menjamin keberlangsungan Gereja Kristen mengalami dua kali
keharmonisan dan kedamaian kehidupan perpecahan (skisma) besar, yaitu pada
beragama, berkaitan dengan semakin 1054 antara Gereja Barat yang berpusat
banyaknya denominasi baru yang ingin di Roma dengan Gereja Timur berpusat
mendapatkan legalisasi dari pemerintah di Konstantinopel dan pada 1517 ketika
pasca lahirnya Undang-Undang No Martin Luther memprotes ajaran Gereja
17 Tahun 2013 tentang Organisasi yang dianggapnya telah menyimpang
Kemasyarakatan. dari kebenaran, sehingga lahirlah Gereja
Protestan. Pada masa-masa berikutnya
dengan semangat reformasi Martin
Penjelasan Konsep Luther (protestantisme) itu, munculah
berbagai organisiasi dan denominasi
Agama Kristen gereja di seluruh dunia, termasuk
Kristen termasuk agama semitik sebagian (ratusan) di Indonesia. Di
atau Abraham, dengan kepercayaan Indonesia, secara umum dibagi dalam
monoteistik berdasar pada ajaran, hidup, organisasi atau persekutuan gereja aras
sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus nasional yang beranggotakan berbagai
Kristus. Bermula dari pengajaran Yesus sinode dan denominasi atau organisasi
yang sejak umur 30 tahun, selama tiga gereja yang disemangat oleh gerakan
HARMONI September - Desember 2015
Pandangan Pemimpin Gereja tentang Pengaturan Organisasi Gereja di Provinsi Papua 65
Islam, Hindu dan Buddha. Sedangkan agama 44 orang, Katholik 11 orang, Islam
jumlah pemeluk agama Konghucu saat 9 orang, dan Hindu 1 orang. Selain tenaga
penelitian dilakukan belum diketahui penyuluh agama, Kemenag Papua juga
secara pasti, karena belum dilakukan terdapat guru pendidikan agama yang
pendataan. Adapun jumlah pemeluk berstatus PNS. Jumlah mereka di masing-
masing-masing agama di Papua masing agama adalah: Kristen memiliki
berdasarkan data Kemenag Papua tahun guru pendidikan agama sebanyak 13.247
2013 adalah: Kristen sebanyak 2.321.914 orang, Katholik 630 orang, Islam 855
orang (64,30%), Katolik sebanyak 623.060 orang, Hindu 25 orang, dan Buddha 14
orang (23,29%), Islam 380.523 orang orang (Data Kanwil Kemenag Papua,
(12,56%), Hindu 4.817 orang (0,17%), dan 2013).
Buddha 3.117 orang (0,11%). .
Pentakosta (GKP) Wilayah Papua, Gereja Serui, Yapen, Papua. Permohonan gereja
Rasuli Indonesia (GRI) Wilayah Papua, ini ditolak karena Ditjen Bimas Kristen
dan lain-lain (Kemenag Papua, 2014). tidak memberikan izin gereja baru; 2).
Persekutuan Gereja Faktori Melanik
Menurut penuturan Agustina
Indonesia. Gereja ini berasal dari Papua
Gala (Kasi Urusan Agama Kristen
Niugini. Sama halnya dengan Sinode
Kemenang Papua) bahwa Gereja-Gereja
Mesianik, permohonan gereja Faktori
yang mengajukan permohonan Surat
Keterangan Tanda Lapor (SKTL) di juga ditolak karena Ditjen Bimas Kristen
Kanwil Kementerian Agama Papua, dan Kemenag RI tidak memberikan izin
belum mendapat SKTL adalah Sinode gereja baru; 3). Sinode Gereja Kemah Injil
di luar Papua yang ingin membuka (KINGMI) di Tanah Papua. Pengajuan
pelayanan di Papua. pendaftaran Sinode Gereja KINGMI
ini sudah diproses sampai ke Ditjen
Di antara gereja-gereja tersebut Bimas Kristen Kemenag RI, dan Ditjen
adalah: 1). Gereja Kristen Kabernaung Bimas Kristen tidak mengkabulkan
Indonesia. Gereja ini sudah terdaftar di permohonan tersebut. Karena
Ditjen Bimas Kristen Kemenag RI, tapi di permohonan tidak dikabulkan, kemudian
Pembimas Kristen Kemenag Papua belum Kanwil Kemenag Papua pada 2007
terdaftar; 2). Gereja Ortodoks Indonesia memberikan Rekomendasi Pendaftaran
(GOI). Gereja ini sudah terdaftar di
Pelayanan Sementara, dan pada 2010
Ditjen Bimas Kristen Kemenag RI, belum
Kanwil Kemenag Papua memberikan
terdaftar di Pembimas Kanwil Papua; 3).
Rekomendasi Pendaftaran Pelayanan
Sinode Gereja Kristen Injili Nusantara.
Tetap berdasarkan SK Nomor: Kw.26.4/1/
Sudah mendapat izin dari Ditjen Bimas
BA.01.1/1554/2010 tertanggal 20 Oktober
Kristen, dan belum terdaftar di Kanwil
Kemenag Papua; 4). Gereja Pentakosta 2010; 4). Sinode Gereja Messianik
Maluku. Sudah terdaftar di Ditjen Bimas Indonesia (GMI) di Tanah Papua. Sinode
Kemenag Pusat, belum ada izin dari ini telah beroperasi di Papua secara resmi
Kanwil Kemenag Papua; 5). Gereja Injil dengan berdasarkan Ijin Pelayanan Tetap
Seutuh Internasional Jemaat Batu Karang dari Kanwil Kemenag Papua dengan
Wamena. Sudah terdaftar di Ditjen Bimas Nomor: Kw.26.1/2/KP.01.1/2396/2013,
Kristen Kemenag Pusat dan Kankemenag tertanggal 25 Oktober 2013.
Kabupaten Wamena, belum terdaftar di
Berdasarkan data dari Kanwil
Kanwil Kemenag Papua; 6). Gereja Misi
Kementerian Agama Provinsi Papua
Injili Indonesia (GMII). Sudah terdaftar
tahun 2014, jumlah Yayasan Kristen di
di Ditjen Bimas Kristen Kemenag Pusat,
belum terdaftar di Kanwil Kemenag Propinsi Papua sebanyak 66 yayasan
Papua; 7). Gereja Kristen Nasarene (GKN) yang bergerak di bidang sosial dan
Wilayah Papua. Sudah terdaftar di Ditjen pendidikan. Di antara yayasan-yayasan
Bimas Kristen Kemenag Pusat, belum tersebut adalah: Yayasan Eklesia Christou
terdaftar di Kanwil Kemenag Papua; 8). Irian Jaya, Yayasan Amal Kasih Jayapura,
Gereja Metodis di Papua. Sudah terdaftar Yayasan Pendidikan Kesejahteraan dan
di Ditjen Bimas Kristen Kemang RI, belum Pekabaran Injil, Yayasan Pendidikan
terdaftar di Kemenag Papua (Agustina Kristen (YAPKI) Merauke, Yayasan
Gala. Wawancara). Pendidikan Kristen Bethel Pentakosta
Pelangit Kasih di Tanah Papua, Yayasan
Selain itu, terdapat beberapa Pendidikan Filadelfia, Yayasan Suara
gereja yang mengajukan pendaftaran Kalvari, Yayasan Penginjilan Oikumene
sinode baru, yaitu 1). Mejelis Sinode
Victory, dan lain-lain.
Messianik Netzarin Tujuh Kaki Dian di
satu dan lainnya berbeda, dan tidak yang baik dari pemerintah guna menjaga
bisa disatukan. Menurut Klemens Taran, kehidupan masyarakat yang damai,
George Rumi, dan Pdt. Carol Maniani rukun, dan semangat oikumene.
bahwa salah satu pemicu perpecahan
gereja di Papua adalah karena adanya Lalu bagaimana pandangan
UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi pemimpin gereja di Papua tentang
Khusus, Pasal 55 yang mengamanatkan pengaturan tersebut? Menurut Pdt.
pemerintah daerah untuk memberikan Carol Maniani (GKII), pengaturan
bantuan keagamaan. Hal ini mendorong Kementerian Agama Papua terhadap
beberapa pemimpin gereja mendirikan gereja sebenarnya sudah mengikuti
Sinode baru untuk mendapatkan peraturan yang diberlakukan oleh
bantusan keagamaan tersebut. Ditjen Bimas Kristen, yaitu sementara
ini pendaftaran sinode baru dilakukan
Selain internal sinode, konflik moratorium (pemberhentian sementara),
juga terjadi antar sinode yang biasanya dikarenakan sudah cukup banyak sinode
diakibatkan oleh cara penginjilan seperti di Indonesia. Tetapi Kementerian Agama
terjadi pada Gereja Pertaubatan atau Papua justeru mengeluarkan SK yang
Gereja Karismatik. Sedangkan konflik bertentangan dengan Peraturan Ditjen
antara agama Kristen dengan agama Bimas Kristen, yaitu dengan memberikan
lain, menurut tokoh-tokoh agama rekomendasi layanan tetap kepada
Kristen tidak ada masalah berarti di sinode Baru. Ini menunjukkan bahwa
tengah penduduk yang pluralis ini. pengaturan Kementerian Agama Papua
Memang terdapat sejumlah kasus khusus terhadap gereja terbukti tidak sesuai
yakni peristiwa kecil antar individu dengan Kementerian Agama Pusat.
berkembang melibatkan banyak orang,
sehingga tidak terelakkan konflik antar Berbeda dengan Pdt. Carol Maniani,
etnis dan agama. Namun kondisi tersebut Pdt. Rolling Gasperz (GOI) menuturkan
dapat segera teratasi dengan baik. bahwa pengaturan gereja di Kementerian
Oleh karena itu, secara umum kondisi Agama Provinsi Papua sudah cukup baik
kerukunan hidup antarumat beragama di dan sangat arif serta tidak menghalang-
Bumi Cenderawasih terjaga dengan baik. halangi gereja dari luar Papua yang ingin
Ini dikarenakan sikap saling menghargai, membuka layanan di Papua (mengajukan
menghormati dan saling mengakui SKTL), akan tetapi Kementerian Agama
perbedaan yang merupakan kunci sukses memberikan persyaratan kepada gereja
kerukunan umat beragama. tersebut agar tidak membuat gesekan-
gesekan dengan gereja yang lain.
Pendapat senada juga disampaikan
Pengaturan Organisasi/Denominasi oleh Pdt. Samuel K. Waromi (GBGP)
bahwa pengaturan yang dilakukan
Pada uraian atas telah dijelaskan Kementerian Agama Papua terhadap
bahwa jumlah sinode atau organisasi organisasi gereja sangat baik dan
gereja di Provinsi Papua sudah cukup Kementerian Agama sudah memosisikan
banyak yakni 39 sinode dan potensi dirinya sebagai wadah untuk setiap gereja
terjadinya pertambahan jumlah sinode dan bahkan setiap agama, sehingga ketika
tersebut cukup tinggi, terlebih pasca terjadi konflik Kementerian Agama selalu
berlakunya UU Otonomi Khusus yang berperan melakukan mediasi.
mengamanatkan kepada pemerintah
daerah untuk menganggarkan dana Hal yang sama juga disampaikan
bantuan keagamaan. Melihat kondisi Pdt. Goerge Rumi (GGRP) bahwa
tersebut jelas memerlukan pengaturan pengaturan gereja yang dilakukan
Kementerian Agama sudah cukup menurut Pdt. A. Yoku tidak ada sinergitas
baik. Ini telah dibuktikan ketika GGRP antara Kementerian Agama dan
mengajukan perubahan nama dari GGRI gereja, termasuk dalam pelayanan dan
menjadi GGRP prosesnya cukup mudah. pembinaan. Sebagai pemimpin Gereja
Selain itu, Kementerian Agama juga GKI di Tanah Papua, Yoku mengharapkan
pernah menyelenggarakan pertemuan adanya pertemuan antara gereja dengan
bagi Ketua Sinode/Wilayah/Daerah Kementerian Agama dan ketika gereja
seluruh denominasi gereja se-Provinsi mengadakan kegiatan semestinya dari
Papua untuk mendengarkan serta Pembimas Kristen memberi perhatian.
mendapat data tentang kemajuan yang
telah dicapai gereja serta kendala apa saja Senada dengan pandangan
yang dihadapi gereja dalam pelaksanaan tersebut, Pdt. Carol Maniani (Ketua GKII)
visi, misi gereja. juga menyatakan bahwa seharusnya
Kementerian Agama secara berkala
Pengakuan Pdt. Arjon Pakurante, mengadakan pertemuan (seminar,
dia belum mengetahui pengaturan penataran atau suatu lainnya) untuk
pemerintah tentang gereja. Jika memang perbaikan keagamaan yang menjadi
harus izin untuk mendirikan denominasi tugasnya. Hingga saat ini dirinya tidak
atau membuka pelayanan baru dan mengetahui apakah di Kementerian
apabila tidak mendapatkan izin, maka Agama terdapat bantuan, dukungan,
gereja harus taat pada peraturan yang pembinaan untuk gereja di Papua atau
dikeluarkan pemerintah, meskipun tidak.
sudah terdaftar di Kementerian Agama
Pusat. Berbeda dengan kedua tokoh di atas,
Pdt. Samuel K. Waromi berpandangan
Dari pandangan di atas telah bahwa sejak dia memberikan pelayanan
nampak bahwa pengaturan organisasi dari tingkat jemaat, kemudian tingkat
yang dilakukan Kementerian Agama klasis dan sekarang tingkat sinode sering
Provinsi Papua secara umum berjalan bersinergi dengan Kementerian Agama
dengan baik. Meskipun tentu saja ada terutama ketika terjadi permasalahan di
pula negatif seperti dikemukakan internal gerejanya. Mengingat masalahnya
Pdt. Carol Maniani. Hal ini dapat semakin rumit, sehingga pernah terjadi
dimaklumi kerena dia sebagai Ketua konflik, maka Kementerian Agama
GKII Wilayah Papua merasa dirugikan berperan sebagai mediator. Pandangan
oleh kebijakan Kementerian Agama yang sama juga disampaikan Pdt. Goerge
Provinsi Papua yang mengeluarkan SK Rumi bahwa GGRP merasakan telah
tentang Rekomendasi Pelayanan Tetap mendapat pelayanan yang baik dari
bagi gereja KINGMI (yang memisahkan Kementerian Agama, terutama ketika
diri dari GKII). Rekomendasi tersebut GGRP mengajukan perubahan nama dan
bisa keluar dikarenakan Kabid Urusan bantuan pengelolaan SMTK.
Agama Kristen yang saat ini menjabat
Plt. Kakanwil Kementerian Agama Dari pandangan para pemimpin
Provinsi Papua yang menandatangani gereja di atas mengarah pada pelayanan
rekomendasi tersebut merupakan salah dalam bentuk bantuan dana. Bagi mereka
satu tokoh di gereja KINGMI. yang merasa tidak mendapatkan bantuan
dana dari Kementerian Agama merasa
belum mendapatkan pelayanan. Berbeda
dengan pemimpin gereja yang menyadari
Pelayanan Organisasi/Denominasi
bahwa pelayanan itu tidak harus
Dalam hal pelayanan, Kementerian berbentuk bantuan dana, tetapi ketika
Agama Provinsi Papua kepada gereja, mereka membutuhkan pelayanan dalam
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 14 No. 3
72 Asnawati
luar Papua yang membuka pelayanan di Gereja KINGMI, dan GBGP. Namun,
Papua. peneliti menemukan bahwa Kanwil
Kementerian Agama Provinsi Papua telah
Menurut Klemens Taran, mengeluarkan beberapa surat keterangan
Kementerian Agama juga memberikan izin pelayanan tetap bagi gereja yang
pelayanan dan bantuan berupa tenaga belum mendapatkan SK pendaftaran
penyuluhan agama. Dalam hal ini, dari Ditjen Bimas Kristen. Di antara SK
Kementerian Agama menyiapkan tenaga tersebut adalah SK pelayanan tetap untuk
penyuluh agama Kristen yang digaji oleh Gereja KINGMI di Papua dan Gereja
Kementerian Agama yang biasanya terdiri Messianik Indonesia di Tanah Papua.
atas tiga tingkatan, yaitu penyuluh utama
yang pemimpin sinode/dosen teologia, Terkait kebijakan Kementerian
penyuluh madya (pendeta tingkat klasis/ Agama Provinsi Papua tentang pelayanan
jemaat), dan penyuluh muda (pengajar dan pengaturan yayasan Kristen di Papua,
sekolah minggu). Pembimas Kristen Kementerian Agama di
Papua lebih pada menerima pendaftaran
Berkenaan dengan pengajuan yayasan. Seperti halnya perpanjangan
perpanjangan SK gereja (daftar ulang) SK gereja (daftar ulang), pendaftaran
dan untuk mendapatkan SKTL, menurut yayasan Kristen juga mengacu pada
Agustina Gala, Pembimas Kristen syarat yang telah ditetapkan oleh Ditjen
Kementerian Agama Provinsi Papua Bimas Kristen yaitu: 1). Surat permohonan
memberikan persyaratan sebagaimana dari yayasan yang bersangkutan; 2).
yang telah ditetapkan oleh Ditjen Bimas Fotocopy surat pendaftaran dari Kanwil
Kristen yaitu 1). Surat permohonan KementerianAgama; 3). Surat pengantar/
dari gereja yang bersangkutan; 2). usul dari Kanwil Kementerian Agama
Fotocopy surat pendaftaran dari Kanwil Propinsi setempat c.q Pembimbing
Kementerian Agama; 3). Surat pengantar/ Masyarakat Kristen yang menyatakan
usul dari Kanwil Kementerian Agama bahwa organisasi yayasan tersebut telah
Provinsi setempat c.q Pembimbing hidup selama dua tahun dan berkembang
Masyarakat Kristen yang menyatakan dengan baik; 4). Sejarah singkat
bahwa organisasi tersebut telah hidup berdirinya yayasan, susunan pengurus,
selama 2 (dua) tahun dan berkembang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
dengan baik; 4). Sejarah singkat berdirinya Tangga yayasan (harus spesifik Kristen),
gereja, susunan pengurus, Anggaran akta notaris tentang pendirian yayasan
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (harus spesifik Kristen), rekomendasi dari
gereja, akta notaris pendirian gereja, tiga yayasan/gereja yang telah terdaftar
rekomendasi dari 3 (tiga) gereja yang telah pada Ditjen Bimas Kristen, program
terdaftar pada Ditjen Bimas Kristen, dan kerja yayasan; 5). Surat pernyataan
program kerja gereja; 5). Surat pernyataan tidak mengarah ke pembentukan gereja
tidak mengarah ke pembentukan gereja baru; 6). Surat pernyataan kesedian
baru; 6). Surat pernyataan kesediaan membuat laporan tahunan; 7). Notulen
membuat laporan tahunan; 7). Notulen rapat berdirinya gereja yayasan, laporan
rapat berdirinya gereja, dan laporan kegiatan gereja dua tahun terakhir, dan
kegiatan gereja dua tahun terakhir. rekomendasi Kementerian Hukum dan
Untuk rekomendasi dari tiga HAM.
gereja yang telah terdaftar di Ditjen Seperti halnya gereja, untuk
Bimas Kristen, Pembimas Kristen rekomendasi dari tiga yayasan gerejawi
Kementerian Agama Provinsi Papua yang telah terdaftar di Ditjen Bimas
mensyaratkan rekomendasi dari tiga
Kristen, Pembimas Kristen Kementerian
gereja tertua, seperti GKI di Tanah Papua,
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 14 No. 3
74 Asnawati
Agama Provinsi Papua juga mensyaratkan gereja yang sudah ada yang masih
rekomendasi dari tiga yayasan gerejawi satu aliran, misalnya apabila alirannya
tertua. Pentakosta maka bergabung dengan
Pentakosta yang ada.
Pendeta seperti halnya kyai atau ulama memiliki pandangan yang sama bahwa
bagi kalangan Islam, dikenal oleh mereka tidak setuju apabila pendaftaran
karena kemampuan dan pengetahuan gereja dilakukan di Kesbangpol.
yang mereka miliki di bidang agama Ketiga, dalam hal visi keberlangsungan
(Horiko Horishoki, 1987: 1-2). Oleh kerukunan umat beragama, para
sebab itu, pemimpin gereja lah yang pemimpin gereja berpandangan bahwa
menjadi nahkoda dalam membangun penting sekali menjalin hubungan damai
dan mengelola hubungan gereja dengan untuk mewujudkan Papua Tanah Damai,
masyarakat dan juga dengan pemerintah. dan menjunjung tinggi motto “satu tungku
Secara umum relasi gereja-gereja tiga batu”, agar tetap terjalin kerjasama
yang ada di Papua dengan masyarakat antar penganut dan tokoh agama yang
sekitar berjalan sangat baik dan hubungan kuat. Keempat, secara umum relasi
gereja dengan Kementerian Agama juga gereja-gereja yang ada di Papua dengan
terjalin dengan baik. Hanya saja ada gereja, masyarakat sekitar dan Kementerian
yaitu GKII yang merasa hubungannya Agama terjalin dengan baik. Namun ada
dengan Kementerian Agama Papua peristiwa yang kurang harmonis dengan
kurang harmonis disebabkan keputusan terjadinya konflik antara Gereja GKII
Kementerian Agama Provinsi Papua dengan Gereja KINGMI.
memberikan rekomendasi pelayanan
tetap kepada KINGMI yang sedang
berkonflik dengannya, dan bahkan Rekomendasi
Kakanwil Kementerian Agama Provinsi
Papua pun dipandang sangat berpihak Dari kesimpulan di atas, penelitian
kepada gereja KINGMI. ini menghasilkan tiga rekomendasi yakni:
Pertama, dalam melakukan pengaturan
organisasi gereja, Kementerian Agama
Penutup sebagai instansi pemerintah yang
memiliki tugas dan tanggungjawab
Kesimpulan membina lembaga keagamaan harus
Dari hasil temuan di lapangan, benar-benar mengikuti peraturan yang
peneliti dapat merumuskan beberapa berlaku terutama terkait pemberian izin
kesimpulan sebagai berikut Pertama, pendaftaran, gereja. Kedua, pegawai/
dalam hal pengaturan organisasi yang pejabat Kementerian Agama harus
dilakukan oleh Kementerian Agama bersikap netral ketika menangani
Provinsi Papua, para pemimpin gereja pengaturan gereja dan tidak berpihak
berpandangan bahwa secara umum kepada salah satu pihak yang sedang
pengaturan tersebut sudah baik meskipun berkonflik. Di samping itu, Kementerian
ada seorang pemimpin geraja (Pdt. Carol Agama juga harus melakukan mediasi
Maniani) yang menganggap pengaturan terhadap kedua kelompok tersebut
tersebut sebagai kebijakan yang tidak dengan tetap menyerahkan penyelesaian
baik, karena sebagai Ketua GKII Wilayah masalahnya kepada internal gereja
Papua, dirinya merasa dirugikan oleh yang bersangkutan. Ketiga, dalam hal
kebijakan Kementerian Agama Provinsi pendaftaran gereja baru, Kementerian
Papua yang mengeluarkan SK tentang Agama harus membuat peraturan yang
Rekomendasi Pelayanan Tetap bagi tegas dan jelas mengenai keharusan
Gereja KINGMI (yang memisahkan diri pembukaan dan penutupan pendaftaran
dari GKII). Kedua, para pemimpin gereja
gereja dan sinode baru.
Daftar Pustaka
Aritonang, Bdk. Jan Sihar. Aliran-Aliran di Sekitar Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1995.
Badan Pusat Statistik Propinsi Papua. Papua dalam Angka 2013. Jayapura: BPS Propinsi
Papua, 2013.
Ditjen Bimas Kristen Kementerian Agama Republik Indonesia. Direktori Gereja-Gereja,
Yayasan, Pendidikan Agama dan Keagamaan Kristen di Indonesia. Jakarta: Ditjen
Bimas Kristen Kementerian Agama RI, 2011.
Majelis Rakyat Papua. Implementasi Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat dalam
Pandangan Cendikiawan Orang Asli Papua. Jayapura: MRP, 2013.
Pilon, P. K.. Oikumenika: Bagian Sejarah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1972.
Raho SVD, Bernard. Agama dalam Perspektif Sosiologi. Jakarta: Penerbit Obor, 2013.
Rumainum, F.J.S. Sesudah Seratus Satu Tahun Zending di Irian Barat. Jayapura: Kantor
Pusat GKI.
Tim Sekretariat Keadilan dan Perdamaian (SKP) Jayapura. Membangun Budaya Damai
dan Rekonsiliasi: Dasar Menangani Konflik di Papua. Jayapura: SKP Jayapura, 2006.
Internet:
http://cloud.papua.go.id/id/budaya/artikel/Pages/Keadaan-Sosial-Budaya-Papua.aspx
diakses pada 7 April 2014.